• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Katekese Orang Muda di Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu

Kegiatan berdimensi katekese telah diupayakan bagi orang muda di Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu misalnya Tablo, EKM, Taize, Makrab, dan Rekoleksi. Pemahaman OMK mengenai kegiatan katekese perlu diperluas. Kepada OMK perlu diperkenalkan bahwa kegiatan katekese atau kegiatan yang berdimensi katekese tidak hanya kegiatan di sekitar altar. Ada alternatif kegiatan berdimensi katekese yang dapat dilakukan di luar area altar, misalnya diskusi, kerja bakti, bakti sosial, mengunjungi orang sakit dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah sarana pembinaan iman bagi OMK.

Kegiatan-kegiatan berdimensi katekese yang sudah diberikan kepada orang muda seperti Tablo, EKM, Taize, Makrab, dan Rekoleksi telah diupayakan agar penyajiannya sesuai dengan dunia orang muda. Namun beberapa orang tua yang masih menganut katekese klasik menjadi sebuah tantangan bagi OMK ketika akan mengadakan kegiatan katekese yang berbau orang muda. Ada kesenjangan antara ideologi orang tua yang masih menganut katekese klasik dengan OMK yang menginginkan katekese yang dikemas sesuai dengan dunia orang muda masa kini. Jika Gereja tidak memiliki keberanian untuk berkonfrontasi antara model pewartaan lama dengan mengikuti perkembangan sesuai dengan zamannya, maka pewartaan tidak akan dapat menyentuh kehidupan orang muda secara tepat. Pendamping juga harus memiliki sikap transformatif. Terbuka untuk selalu melakukan transformasi dari kenyamanan melakukan pewartaan dengan model lama kepada model-model pewartaan yang baru. Model pewartaan atau katekese perlu disesuaikan dengan budaya orang muda yang selalu berubah dari waktu ke waktu.

Oleh karenanya dewan paroki perlu menjadi jembatan antara orang muda dan orang tua yang masih menganut katekese klasik. Ideologi orang tua penganut katekese klasik perlu diarahkan untuk memahami bahwa seiring berjalannya waktu, model pewartaaan juga terus berkembang. Orang tua yang masih menganut katekese klasik perlu memahami bahwa model katekese tempo dulu tidak lagi relevan jika diterapkan pada orang muda masa kini. Himbauan Paus Fransiskus dalam Ajuran Apostolik Pascasinode yakni Christus Vivit dapat menjadi salah satu referensi bagi para pendamping OMK dalam melakukan pewartaan kepada OMK.

2. Model Katekese dan Pendamping yang diharapkan OMK Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu

Kegiatan-kegiatan berdimensi katekese telah diupayakan bagi OMK di Paroki St. Petrus dan Paulus seperti Tablo, EKM, Taize, Makrab, dan Rekoleksi. Melalui pembahasan yang dilakukan terhadap hasil wawancara dengan OMK sebagai responden, dapat disimpulkan bahwa OMK mengharapkan adanya pembaharuan terhadap katekese yang diberikan. OMK mengharapkan kegiatan katekese atau berdimensi katekese yang diberikan tidak hanya seputar katekese liturgi yakni kegiatan di sekitar altar, tetapi juga yang dapat menyentuh dimensi hidup bermasyarakat misalnya katekese kebangsaan.

Selain itu, pendamping yang ditunjuk oleh dewan paroki untuk menemani peziarahan iman OMK belum sungguh-sungguh masuk dalam dunia orang muda untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan mereka. Peran pendamping baru sebatas memberikan masukan dan crosschek persiapan ketika akan ada kegiatan. Pendamping mengakui bahwa pendamping memiliki beberapa kendala sehingga belum dapat hadir secara maksimal dalam menemani dan mendampingi OMK. Contohnya, jarak antara rumah dengan gereja sebagai tempat biasa OMK berkumpul cukup jauh. Kesibukan pekerjaan, pelayanan dalam Gereja dan status sebagai kepala keluarga dengan anak-anak yang masih kecil membuat pendamping merasa kesulitan untuk membagi waktu.

Kehadiran pendamping perlu dimaksimalkan. Penting bagi pendamping untuk ikut berdinamika dan berproses bersama OMK bukan hanya dengan memberikan masukan-masukan ketika ada kegiatan. Pendamping perlu menjalin relasi sebagai

teman seperjalanan bagi OMK. Relasi yang dibangun atas dasar pemahaman akan dunia orang muda, dapat membantu pendamping dalam usaha menuntun OMK untuk dapat menafsirkan pengalaman-pengalaman hidup harian dalam terang kitab suci dan menemukan nilai-nilai yang dapat menjadi kekuatan bagi mereka.

Agar dapat memberikan pendampingan dan katekese yang menjangkau kebutuhan OMK sebagai bagian dari generasi Z, seorang pendamping perlu hadir sebagai fasilitator yang menggerakkan, menjadi pelaku digital immigran dengan mengikuti perkembangan teknologi digital sebagai ranah orang muda masa kini. Pendamping yang dapat hadir sebagai teman seperjalanan untuk menyatakan kehadiran Kristus melalui cara-cara yang sesuai dengan hidup orang muda zaman

now. Pendamping yang update dan online dengan dunia orang muda harapannya

dapat membantu mereka menemukan cara yang relevan untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman hidup harian dalam terang kitab suci.

Melalui beberapa hal tersebut di atas, pendamping diharapkan dapat membantu OMK menemukan nilai-nilai yang dapat menjadi kekuatan sebagai bekal dalam perjalanan hidup selanjutnya. Jika demikian maka katekese sebaya atau hampir sebaya menjadi sebuah bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dalam bidang pewartaan paroki sehingga dapat saling melengkapi. Perlu terjadi kerjasama antara yang muda dengan yang tua secara usia dalam usaha memberikan katekese kepada OMK.

Penelitian ini telah dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Data dan informasi untuk penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur dan mendalam serta observasi terhadap dinamika OMK di Paroki St. Petrus dan

Paulus. Wawancara berlangsung dengan baik dan responden terbuka dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Penulis tidak merasa kesulitan untuk mengajukan pertanyaan karena sebelum mewawancarai responden, penulis telah melakukan pendekatan-pendekatan secara pribadi.

Observasi penelitian dilakukan dengan cara hadir dalam kegiatan-kegiatan OMK. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purpose sampling yaitu pengambilan data dengan memilih orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapakan. Teknik pengambilan sampel ini mendukung diperolehnya informasi yang akurat.

3. Kelemahan Penelitian

Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam tulisan ini yang berjudul Katekese sebaya sebagai model pendampingan katekis awam bagi perkembangan iman orang muda Katolik di Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu yaitu:

1) Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh data adalah dengan metode wawancara terstruktur. Data dan informasi yang diperoleh akan lebih komprehensif jika wawancara dilakukan dengan metode wawancara tidak terstruktur. Melalui wawancara tidak terstruktur penulis dapat mengajukan pertanyaan dengan lebih leluasa tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan sehingga ketika dalam wawancara muncul suatu pertanyaan spontan dapat langsung ditanyakan.

2) Responden yang memberikan informasi mengenai proses dan model katekese serta pendamping yang diharapkan OMK dalam tulisan ini diambil dengan

teknik purpose sampling yaitu pengambilan data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan. Disatu sisi teknik pengambilan data ini memberikan data yang akurat karena responden yang dipilih adalah mereka yang dianggap tahu lebih banyak tentang informasi yang dibutuhkan yaitu OMK yang terlibat aktif dalam dinamika hidup menggereja. Akan tetapi teknik ini kurang menampung suara responden secara lebih variatif karena suara dari OMK yang kurang aktif belum ditampung.