• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM WILAYAH DIY

B. Penerapan Modernisasi Pertanian di DIY

Produksi pertanian dapat ditingkatkan melalui tiga cara yaitu mempertinggi produksi dengan memperluas tanah, mempertinggi produktivitas tanah, dan memperbanyak pemakaian tanah. Peningkatan produksi menurut Palacpac dapat diperoleh melalui dua cara yaitu memperluas lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman yang bersangkutan dan mengintensifikasi pembudidayaan yaitu meningkatkan hasil panen per satuan luas lahan.26 Revolusi Hijau merupakan transformasi dari sistem pertanian tradisional ke sistem pertanian modern. Transformasi ini dibangun di atas ketersediaan tiga faktor yaitu revolusi biologi berupa bibit padi varietas unggul (high yield variety), revolusi kimiawi berupa macam-macam produk pupuk buatan serta obat-obatan anti hama.27

Pemerintah dalam usahanya meningkatkan produksi padi di DIY melaksanakan program intensifikasi pertanian. Pelaksanaan program Revolusi

25Khudori,Ironi Negeri Beras, (Yogyakarta: Insist Press, 2008), hlm. 32. 26 Jurgen H. Hohnholz, Geografi Pedesaan: Masalah Pengembangan Pangan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986), 136.

Hijau di DIY yang telah dimulai pada tahun 1964 kemudian dilanjutkan kembali dalam pelaksanaan Bimas Nasional pada tahun 1970. Pemerintah meluncurkan program intensifikasi yang dikenal dengan nama Bimas (Bimbingan Massal) dan Inmas (Intensifikasi Massal).

Bimas adalah bimbingan yang diberikan kepada petani dengan menyediakan kredit produksi di dalamnya, sedangkan Inmas adalah program intensifikasi padi yang dilaksanakan atas dasar swadaya dengan metode Panca Usaha Tani, modal dan alat berasal dari perseorangan. Bimas dan Inmas bertujuan agar petani ikut serta secara aktif dalam meningkatkan produksi pangan terutama padi. Pengembangan sarana di tingkat desa seperti Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL), BRI-Unit Desa, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), dan kios mulai dilakukan sejak adanya program Bimas.

Mekanisme penerimaan (receiving-mechanism) dan mekanisme distribusi (delivery mechanism) teknologi baru di kalangan petani pada awal pelaksanaan program Bimas berjalan dengan sukses. Strategi yang dianut dalam peningkatan produksi pangan adalah peningkatan penggunaan input yang disubsidi, investasi yang besar di bidang prasarana (pengairan, perhubungan, penelitian, dan pengukuhan) dan adanya kebijaksanaan harga dasar. Mekanisme penerimaan (receiving-mechanism) dan mekanismen distribusi (delivery mechanism) untuk teknologi dan sarana produksi dikembangkan melalui kelompok tani.

Pemerintah dalam pelaksanaan program Bimas lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi tanaman pangan. Faktor-faktor tersebut antara lain penggunaan teknologi baru, sarana produksi yang lebih

produktif, insentif yang diciptakan oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi (subsidi sarana produksi, harga dasar, dan lain-lain), serta faktor-faktor yang berada di luar jangkauan seperti bencana alam.28

Inmas yang dilaksanakan di DIY terdiri dari beberapa jenis intensifikasi yaitu Intensifikasi Khusus, Intensifikasi Umum. Intensifikasi Khusus adalah jenis intensifikasi padi yang dilakukan pada sawah irigasi yang pengairannya setahun penuh.29Panca Usaha dalam Intensifikasi Khusus dilakukan secara bersama-sama (melalui kelompok) dalam suatu lahan seluas 5-25 hektar. Intensifikasi Umum adalah jenis intensifikasi padi yang dilakukan selain pada sawah irigasi yang pengairannya setahun penuh. Panca Usaha dalam Intensifikasi Umum dilakukan tidak secara bersama-sama (tidak melalui kelompok). Intensifikasi Khusus dan Intensifikasi Umum terdiri dari Bimas Biasa, Bimas Baru, Inmas Biasa, dan Inmas Baru.

Bimas Biasa pelaksanaannya melalui Panca Usaha dan jenis padi yang ditanam bukan padi varietas unggul. Dosis pupuk yang digunakan dalam Bimas Biasa adalah 100 kg pupuk urea dan 35 kg TSP per hektar dari musim tanam sampai musim panen. Petani dalam usaha penanamannya mendapatkan kredit dari pemerintah. Bimas Baru pelaksanaannya melalui Panca Usaha dan jenis padi yang ditanam adalah padi varietas unggul baru. Dosis pupuk yang digunakan dalam Bimas Baru adalah 200 kg pupuk urea dan 50 kg TSP per hektar dari musim

28Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia,op.cit., hlm. 85.

29 Pusat Data Propinsi DIY dan Kantor Statistik Propinsi DIY, Kondisi Sosial Ekonomi Petani Kecil/Buruh Tani di 4 Kabupaten DIY Tahun 1982, (Yogyakarta: t.p., 1983), hlm. 1.

tanam hingga musim panen. Inmas Biasa pelaksanaannya sama seperti Bimas Biasa, namun petani tidak mendapat kredit dari pemerintah. Inmas Baru pelaksanaannya sama seperti Bimas Baru, namun petani tidak mendapat kredit dari pemerintah.

Pemerintah kemudian melaksanakan Bimas Gotong Royong pada tahun 1968-1970. Istilah “Gotong Royong” diambil dari sistem yang dipakai dalam pelaksanaan program ini adalah bentuk kerja sama antara pemerintah dan swasta (nasional dan asing).30 Kerja sama yang dilakukan dengan pengusaha-pengusaha swasta asing antara lain, CIBA, COOPA, HOECHT, dan MITSUBISHI.31 Pemerintah dalam melaksanakan Bimas menargetkan areal sawah sekitar 52.500 hektar pada tahun 1968 dan 23.000 hektar pada tahun 1969.32 yang terdiri dari Bimas Nasional, Bimas Baru, Inmas Nasional, dan Inmas Baru.

Tabel 11

Target dan Realisasi Bimas Padi Musim Penghujan di DIY Tahun 1968 (dalam hektar)

Jenis Bimas Target Realisasi

Bimas Nasional 7.500 8.484

Bimas Baru 10.000 2.730

Inmas Nasional 30.000 22.802

Inmas Baru 5.000 2.669

Jumlah 52.500 36.685

Sumber: Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Jogjakarta Tahun 1969, hlm. 86.

30 Mubyarto, Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, (Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm. 36.

31 Pemerintah memandang perlu mengadakan kerja sama dengan pengusaha-pengusaha swasta asing karena kekurangan dana baik berupa kredit, sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan hama dan penyakit.

32 Program Bimas tahun 1968 dilaksanakan saat musim penghujan, sedangkan program Bimas tahun 1969 dilaksanakan saat musim kemarau. Pemerintah menargetkan program Bimas yang terdiri dari Bimas Nasional, Bimas Baru, Inmas Nasional, dan Inmas Baru.

Tabel diatas merupakan target dan realisasi pelaksanaan program Bimbingan Massal (Bimas) padi di DIY pada musim penghujan tahun 1968. Realisasi Bimas Nasional mampu melebihi dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 12,9%, namun untuk Bimas Baru realisasinya hanya 27,3%. Inmas Nasional realisasinya sebesar 76,3%, sedangkan untuk Inmas Baru realisasinya sebesar 53,4%. Target seluruh Bimas pada masa itu sejumlah 52.500 hektar, namun yang dapat terealisasi hanya sebesar 36.685 hektar atau 69,9%.

Tabel 12

Target dan Realisasi Bimas Padi Musim Kemarau di DIY Tahun 1969 (dalam hektar)

Jenis Bimas Target Realisasi

Nasional 11.250 3.344

Baru 3.750 2.064

Inmas Nasional 7.000 12.715

Inmas Baru 1.000 2.282

Jumlah 23.000 20.405

Sumber: Statistik Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1970, hlm. 86.

Tabel diatas merupakan target dan realisasi pelaksanaan program Bimbingan Massal (Bimas) padi di DIY pada musim kemarau tahun 1969. Bimas Nasional realisasinya hanya sebesar 2,9%, namun untuk Bimas Baru realisasinya sebesar 55,2%. Inmas Nasional realisasinya mampu melebihi dari jumlah yang ditargetkan yaitu 81,9%, sama halnya dengan Inmas Baru realisasinya juga mampu melebihi dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 134%. Target seluruh Bimas pada masa itu sejumlah 23.300 hektar, dan mampu terealisasi sebesar 20.504 hektar atau 89,2%.

Pemerintah dalam usahanya melaksanakan modernisasi pertanian menerapkan Panca Usaha Tani yang terdiri dari penggunaan bibit unggul, pemupukan, pengairan, pemberantasan hama, dan teknik bercocok tanam.

1. Penggunaan Bibit Unggul

Program Bimas yang bertujuan untuk meningkatkan produksi padi dalam waktu yang relatif cepat membutuhkan penggunaan bibit padi unggul agar produktivitas padi semakin baik. Padi yang ditanam di DIY sebelum adanya bibit padi unggul adalah padi Jawa, Rojolele, Ketan, dan sebagainya.33 Bibit padi unggul yang diperkenalkan di Indonesia adalah padi Peta Baru (PB) yaitu PB 5 dan PB 8.34

Petani di DIY pada umumnya menanam jenis padi Pelita, P.B., Bengawan,Cempa,C4,Serang, danSlamet, sedangkan jenis padi yang ditanam di tegalan adalah padiGaga,Cempa,Lombok,Mayangan,Molog,Langap, dan lain-lain. Padi varietas unggul yang ditanam adalah padiPB5,IR36,Sentani,Cisedani, Kruing, Holing dan Numpangkarya.35 Jenis padi unggul tersebut lebih produktif dari padi lokal karena panennya lebih awal dan hasilnya lebih tinggi.

Pemerintah memperkenalkan jenis padi PB 20, 26, 28, 30 pada tahun 1974, jenis padi PB 34 diperkenalkan pada tahun 1976, dan jenis padi PB 36, PB 38, Cilacum diperkenalkan pada tahun 1978. Pemerintah kemudian 33 Isni Herawati dan Sumintarsih, Peralatan Produksi Tradisional dan Perkembangannya di Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm. 68.

34Mubyarto,op.cit., hlm. 37.

35 Depdikbud, Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta, (Jakarta: Depdikbud, 1977), hlm. 46.

memperkenalkan jenis padi Cisade, Cimande, Agung, dan PB 42 pada tahun 1980.36

2. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Pupuk dapat diibaratkan sebagai makanan bagi tanaman sehingga tanaman dapat hidup subur terutama pada lahan pertanian yang gersang. Penggunaan pupuk secara massal melalui program Bimas telah bertambah dari areal intensifikasi 1,1991 juta hektar pada 1970 menjadi 5,925 juta hektar pada 1981.

Jenis pupuk di DIY secara umum terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk pabrik (pupuk kimia).37 Pupuk kandang dan pupuk hijau pembuatannya dilakukan oleh petani dengan bahan dan cara pembuatan yang masih sederhana, sedangkan pupuk pabrik (pupuk kimia) pembuatannya dilakukan oleh pabrik dengan bahan yang mayoritas adalah bahan kimia dan cara pembuatannya lebih terstruktur dengan menggunakan mesin. Pupuk yang diperkenalkan dalam program modernisasi pertanian adalah pupuk pabrik (pupuk kimia). Pupuk yang digunakan di DIY pada tahun 1979-1983 antara lain pupuk urea, TSP, DAP, dan ZA.38

36 Wawancara dengan Bapak Adi di Kecamatan Depok pada tanggal 10 Oktober 2015.

37Ibid., hlm. 45.

38Biro Statistik DIY,Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1973 Bagian II, (Yogyakarta: Biro Statistik, 1974), hlm. 27.

3. Pengairan

Program modernisasi pertanian yang dilaksanakan juga merujuk pada pembangunan sarana irigasi. Pembangunan sarana irigasi dilakukan dengan perbaikan secara menyeluruh terhadap sistem irigasi yang ada, penyelesaian proyek irigasi yang sudah dimulai, serta penilaian survei, perencanaan dan permulaan pelaksanaan proyek irigasi yang baru.39

Pengairan teknis adalah salah satu sistem pengairan yang dibangun setelah program Revolusi Hijau. Pengairan teknis berarti sawah memperoleh pengairan dengan sistem irigasi teknis.40Sistem irigasi teknis merupakan jaringan irigasi yang didalamnya terdapat pemisah antara saluran pemberi dan saluran pembuang, agar penyediaan dan pembagian air dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.

Sistem irigasi teknis terdiri dari saluran induk berupa dam sekunder, tersier, dan distribusi yang secara keseluruhan dibangun dan dipelihara oleh Dinas Pengairan atau Pemerintah.41 Sistem tersebut apabila mengalami kerusakan pada saluran-saluran pengairannya biasanya menjadi tanggung jawab bagian pembinaan pengairan, akan tetapi apabila membutuhkan swadaya masyarakat maka biaya ditanggung bersama oleh pengguna air.

Perubahan dari sistem tadah hujan ke sistem irigasi memberi banyak keuntungan bagi petani. Sistem irigasi memberikan pengaruh yang baik terhadap 39 Widjojo Nitisastro, Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 169.

40Biro Statistik DIY,op.cit., hlm. 62. 41Ibid., hlm. 63.

frekuensi penanaman padi di sawah dan hasil produksi padi. Keduanya semakin meningkat sejak adanya sistem irigasi. Sistem irigasi juga mengurangi resiko adanya bahayapaceklik.42

4. Pemberantasan Hama

Hama merupakan jenis hewan yang keberadaannya mengganggu lahan pertanian karena dianggap merusak tanaman. Hama tanaman harus dengan cepat diberantas karena jika dibiarkan terlalu lama, akan menghambat produktivitas tanaman. Peningkatan penggunaan obat-obatan sangat diperlukan karena pada kenyataannya varietas padi unggul lebih peka terhadap hama dan penyakit dibandingkan varietas padi biasa.43

Jenis hama yang biasanya merusak tanaman padi antara lain tikus sawah (R.r. Brevicaudutus), tikus huma (R.r. Concolor Ephipium) ulat penggerek (Scirpophaga Innotata dan Schunobius Bipunctifer), kupu-kupu (Nymphula Depunctalis), wereng cokelat (Nilapervata Lugens), wereng hijau (Nephotetix Apicalis), walang sangit (Leptocorixa Acuta), lembing hijau (Nezara Viridula), dan ganjur (Pachydiplosis Oryzae).44

Pemberantasan hama padi jenis tikus sawah dan wereng cokelat membutuhkan obat-obatan khusus, sedangkan jenis hama padi lainnya hanya membutuhkan insektisida biasa. Obat-obatan yang dibutuhkan untuk memberantas hama tikus sawah antara lain CS2, cyanodust, fosfor, warfarin, dan zinkoksida,

42Ibid.

43 A. G. Kartasapoetra, Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), hlm. 17.

sedangkan untuk memberantas wereng cokelat antara lain agrotihion, sumithion, karphos, DDVP, nogos, sevin, diazinon,45 furadan, dan basudin.46 Pemerintah dalam rangka kerja samanya dengan pengusaha-pengusaha swasta asing juga memperkenalkan teknologi terbaru yang dinilai efisien yaitu berupa alat-alat pemberantas hama yang disemprotkan melalui udara dengan bantuan pesawat dan penggunaanlight-trap.47

Departemen Pertanian dalam hal pengaturan penggunaan obat-obatan pemberantas hama telah aktif mengumumkannya melalui media komunikasi seperti radio, televisi, surat kabar serta melalui Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL)48. Pemberantasan hama tanaman padi di DIY dilakukan dengan penyemprotan tekanan rendah dan tinggi serta sistem emposan. Obat-obatan tanaman yang digunakan di DIY pada tahun 1979-1983 antara lain diphosin, z-phospide,insektisida,rodentisida, danfungisida.49

5. Teknik Bercocok Tanam

Teknik pengolahan sawah sejalan dengan usaha pembangunan di sektor pertanian secara tidak langsung maupun langsung maka beralih dari teknik pengolahan sawah secara tradisional ke sistem modern. Teknik pengolahan sawah

45 Jenis obatan-obatan ini merupakan jenis insektisida cair yang digunakan untuk pembasmian wereng cokelat.

46 Jenis obatan-obatan ini merupakan jenis insektisida butiran yang digunakan untuk pembasmian wereng cokelat.

47Mubyarto,op.cit., hlm. 37.

48A. G. Kartasapoetra,op.cit., hlm. 18. 49Biro Statistik DIY,op.cit., hlm. 27.

yang lama diganti dengan teknik pengolahan sawah yang baru. Teknik baru tersebut menurut petani adalah penggunaan alat-alat baru dalam mengolah sawah. Pengolahan sawah dibantu dengan teknologi mekanis seperti penggunaan mesin pengolah tanah, alat-alat panen, dan alat-alat pengolah hasil pertanian.50

Penggunaan alat-alat pertanian modern di DIY pada tahun 1973 meliputi alat pengolahan tanah, pengolahan padi, dan penggilingan padi. Pengolahan tanah terdiri dari alat-alat seperti traktor roda dua atau traktor tangan (hand tractor) dan traktor roda empat (traktor besar). Pengolahan padi terdiri dari alat-alat seperti perontok padi, pengering padi, dan penyosohan padi. Penggilingan padi terdiri dari alat-alat sepertihuller,rice milling, dan penggilingan besar.51

Penggunaan alat-alat pertanian modern pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah pengolahan lahan pertanian, namun tidak sepenuhnya mendapat respon yang baik dari petani. Petani di Desa Wijimulyo, Kulon Progo menuturkan bahwa penggunaan traktor untuk pengolahan sawah memberikan hasil yang kurang baik terhadap tanahnya. Tanah sawah yang diolah menggunakan traktor hasilnya kurang baik, kurang dalam, dan kurang gembur.52 Pengolahan tanah menggunakan traktor jelas lebih efektif namun tidak efisien, sebab tanah masih harus digaru. Pengolahan tanah menggunakan traktor menyebabkan pemborosan

50Isni Herawati dan Sumintarsih,op.cit., hlm. 61. 51Biro Statistik DIY,op.cit., hlm. 104.

52 Wawancara dengan Bapak Sariyanto di Kecamatan Nanggulan pada 10 Oktober 2015.

karena petani harus membayar biaya sewa traktor sebesar Rp50.000,- untuk tanah seluas 1 hektar.53

Petani beranggapan bahwa pengolahan tanah dengan menggunakan hewan ternak (kerbau) biayanya lebih murah. Pengolahan tanah dengan menggunakan kerbau hanya memerlukan biaya sekitar Rp40.000,- untuk biaya meluku yang dilakukan sekitar 10 kali. Biaya untuk satu kali meluku adalah Rp4.000,- dan dikerjakan dari pukul 06.00 pagi sampai 12.00 siang.54

Penerapan modernisasi pertanian di DIY juga diupayakan untuk memberantas kemiskinan di masyarakat, seperti yang terjadi di Desa Sriharjo, Kabupaten Bantul, DIY. Program Bimas di Desa Sriharjo mengalami kemajuan yang pesat. Luas areal sawah yang sudah diterapkan program Bimas sekitar 145 ha, sedangkan luas areal sawah secara keseluruhan sekitar 195 hektar.55 Program Bimas terbukti dapat meningkatkan produksi padi di desa tersebut. Produksi padi sebelum adanya program Bimas hanya sekitar 60 kuintal per hektar, sedangkan setelah adanya program Bimas mengalami kenaikan hingga 80-90 kuintal per hektar.

Program Bimas juga membuat petani di Desa Sriharjo lebih tergugah untuk menggunakan pupuk terhadap sawahnya. Program Bimas telah menciptakan sarana penggilingan padi bagi petani sebanyak 3 unit, padahal sebelum adanya 53 Wawancara dengan Bapak Sugito di Kecamatan Nanggulan pada 10 Oktober 2015.

54 Wawancara dengan Bapak Sariyanto di Kecamatan Nanggulan pada 10 Oktober 2015.

55Masri Singarimbun dan D.H. Penny,Penduduk dan Kemiskinan:Kasus Sriharjo di Pedesaan Jawa, (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1976), hlm. 180.

program tersebut Desa Sriharjo tidak memiliki sarana penggilingan padi. Pengadaan penggilingan padi tersebut membuat petani merasa terbantu dan memberikan keuntungan karena ongkosnya lebih murah, lebih efektif, dan beras yang dihasilkan lebih bersih. Program Bimas di Desa Sriharjo tidak hanya memberikan keuntungan bagi petani saja, namun juga masyarakat yang berprofesi selain petani.

Dokumen terkait