• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penerapan manajemen keuangan pada MAN Insan Cendekia Serpong sudah berjalan dengan sangat baik dan sistematis. Hal ini dibuktikan dengan proses penerapan manajemen keuangan dilaksanakan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan proses pelaksanaan keuangan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka penulis dapat memberikan saran:

1) Bagi madrasah sebaiknya laporan keuangan yang disusun oleh wakil

bidang madrasah diberikan batas waktu maksimal pengumpulan laporan keuangan sehingga untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya dapat berjalan sesuai rencana.

2) Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian berkaitan dengan

manajemen keuangan disarankan mengambil masalah penelitian pada aspek distribusi dan alokasi keuangan, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam segi kemampuan dan waktu untuk melakukan penelitian berkaitan dengan hal tersebut.

3) Bagi madrasah maupun sekolah lain disarankan agar dapat melakukan

proses manajemen keuangan secara efektif dan sesuai standar operasional yang berlaku layaknya penerapan manajemen keuangan di MAN Insan Cendekia agar dapat menghasilkan output yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Achmad. “ Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah (Studi Kasus di

SMA Islam Al-Azhar 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan)”. Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 2007.

Allan R.Odden & Lawrence O.Picus, School Finance A policy Perspective, (United

States: The McGraw Hill Companies, 2007), Fourth Edition,

Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Aplikasi Manajemen Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press,

2012. Cet.1.

Atmaja, Lukas Setia. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV.

Andi Offset, 2008.

Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2006.

Daryanto & Mohammad Farid. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media, 2013. Cet.1.

David Wijaya, “Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah terhadap Kualitas

Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta, 2009.

Fattah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2011. Cet.11.

Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009.

Edisi Revisi.

Hermino, Agustinus. Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan Tinjauan

Perilaku Organisasi Menuju Comprehensive Multilevel Planning. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Maisah. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2013. Cet.1.

Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo. “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya

Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010. Cet.2.

Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Cet.13.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,

2006. Cet.8.

Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2011. Cet.1.

Neneng Zubaidah, www.nasional.sindonews.com., “

pengelolaan-anggaran-pendidikan-rawan-korupsi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2011

tentang Satuan Pengawas Intern di Lingkungan Kementerian Pendidikan

Nasional

Rohiat. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh

Rencana Strategis dan Rencana Operasional. Bandung: PT. Refika Aditama, 2010. Cet.1, h.1-2.

Sagala, Syaiful. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta, 2012.

Cet.6.

Sundjaja, Ridwan S dan Inge Barlian. Manajemen Keuangan Satu, Jakarta: Literata

Lintas Media. 2003. Edisi 5. Cet.2.

Supartini. “ Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Bidang

Manajemen Keuangan (Studi Deskriptif di SMP Bantar Jati Yayasan Indocement Tunggal Prakarsa Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 2005.

Sutikno, M.Sobry. Manajemen Pendidikan Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami). Lombok: Holistica, 2012. Cet.2.

Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2003.

Cet.7.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2011. Cet.4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional ( SISDIKNAS), Pasal 48, ayat (1).

Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS), bab IV Pasal 5

Undang-Undang RI.No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS), bab II Pasal 3.

Usman, Husaini. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi

Aksara, 2008. Edisi kedua. Cet.1.

www.edukasi.kompas.com. “korupsi.dana.pendidikan.dari.dinas.hingga.sekolah”, Adam Ardisasmita, http://salamic.wordpress.com/2012/02/29/bedakan/

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal 1. Perencanaan Keuangan Teori yang digunakan: a. E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Cet.13. b. Muhaimin, suti’ah, dan Sugeng Listyo., “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasa h, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet.2 c. Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). Penyusunan Anggaran (Budgetting) A.Analisa kebutuhan B.Penyusunan keuangan

1. Bagaimana sistem perencanaan

keuangan madrasah?

2. Kapan dilakukan perencanaan

keuangan?

3. Siapa saja yang terlibat dalam

perencanaan keuangan tersebut?

4. Bagaimana proses perencanaan

keuangan?

5. Apa bentuk dari hasil perencanaan

keuangan?

6. Bagaimana penyusunan keuangan

dilaksanakan?

7. Apa pertimbangan dalam

penyusunan keuangan?

8. Kendala yang dihadapi dalam

proses penyusunan?

9. Bagaimana mengatasi kendala

tersebut?

10. Berpedoman pada apakah

digunakan: a. E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.13 b. Pasal 46 UU No 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan B.Pengeluaran keuangan madrasah?

13. Seperti apa bentuk

pembukuan pada penerimaan keuangan madrasah?

14. Bagaimana pengalokasian

sumber keuangan tersebut?

15. Bagaimana penyusunan

penerimaan keuangan?

16. Apakah ada sumber

penerimaan lain yang

bersumber dari masyarakat? (dalam hal dukungan komite sekolah)

17. Siapa saja yang terlibat dalam

penanganan pembukuan?

18. Apakah pengeluaran sesuai

dengan tujuan progam

madrasah?

19. Apakah pihak madrasah

membentuk

penanggungjawab dalam

setiap kegiatan progam

sekolah? Siapa?

20. Siapa saja pihak yang

diperbolehkan dalam

dengan RAPBS yang sudah dibuat?

22. Apa saja kendala terkait

pelaksanaan keuangan madrasah? 23. Bagaimana mengatasi kendala tersebut? 3. Evaluasi dan Pertanggungjawab an Teori yang digunakan: a. Daryanto & Mohammad Farid. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media, 2013. Cet.1. b. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Pengawasan Anggaran

A.Evaluasi 24. Bagaimana bentuk evaluasi

yang di lakukan?

25. Siapa saja yang melakukan

evaluasi?

26. Kapan evaluasi dilakukan?

27. Apakah setiap

penyelenggaraan progam

madrasah selalu dilakukan evaluasi?

28. Apa tindak lanjut dari

evaluasi yang dilakukan?

29. Bagaimana peran kepala

sekolah dalam hal

mengevaluasi?

30. Apakah ada evaluator yang

berasal dari eksternal

madrasah?

31. Siapa saja pihak eksternal

tersebut?

c. Muhaimin, suti’ah, dan Sugeng Listyo., “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet.2 B.Pertanggungj awaban 34. Kepada siapa pertanggungjawaban keuangan madrasah dilaporkan ? 35. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban keuangan madrasah?

36. Siapa saja yang ikut

bertanggung jawab?

37. Seperti apa bentuk

pertanggungjawaban tersebut?

38. Siapa saja yang dilibatkan?

39. Apa tindak lanjut dari

pertanggungjawaban tersebut?

40. Seperti apa bentuk

transparansi laporan

Interviewer : Dewi Arianti

Interviewee : DR. Suwardi, M.Pd.

1. Bagaimana sistem perencanaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Sistem perencanaan sesuai dengan RKA-KL.

2. Kapan dilakukan perencanaan keuangan?

Jawaban :

Perencanaan dilakukan saat awal sebelum tahun anggaran dimulai.

3. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan keuangan tersebut?

Jawaban :

Melibatkan seluruh stakeholder yang ada. Mulai dari guru-guru, karyawan, komite madrasah, unsure pimpinan-pimpinan madrasah, dan wakil-wakil bidang.

4. Bagaimana proses perencanaan keuangan?

Jawaban :

Sistem perencanaan madrasah dimulai dari membuat Renstra (Rencana Strategis) Madrasah untuk lima tahun. Setelah itu renstra dalam lima tahun akan dijabarkan lagi menjadi rencana kerja tahunan. Dari rencana kerja tahunan dalam satu tahun direncanakan kegiatan atau program apa yang akan dilaksanakan. Setelah program atau kegiatan tersebut sudah direncanakan barulah selanjutnya menghitung kebutuhan anggaran dari kegiatan tersebut secara detail mulai dari anggaran yang dibutuhkannya, jumlah orangnya yang akan terlibat, dan lamanya kegiatan keseluruhannya dianalisa dan dihitung secara rinci.

Untuk menentukan program dalam satu tahun ke depan melalui raker setelah disusun program masing-masing , wakil-wakil bidang bertanggungjawab atas programnya. Perencanaan dilakukan secara

5. Apa bentuk dari hasil perencanaan keuangan? Jawaban :

Perencanaan menghasilkan RKA-KL sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.

6. Apa pertimbangan dalam penyusunan keuangan?

Jawaban :

Pertimbangannya berasal Renstra (Rencana Strategis) dan usulan-usulan dari guru yang kemudian diramu oleh wakil-wakil bidang setelah itu dijadikan satu menjadi rumusan perencanaan madrasah.

7. Kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan?

Jawaban :

Kendala terjadi ketika harga-harga kebutuhan naik, sehingga rencana yang sudah dibuat tidak sesuai dengan keadaan yang ada.

8. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?

Jawaban :

Mengatasinya pemerintah memberi kesempatan untuk melakukan revisi. Karena dalam merencanakan dilakukan tahun lalu namun pelaksanaannya sekarang sehingga kalau harga- harga kebutuhan naik maka anggarannya perlu direvisi.

9. Darimana sumber keuangan di madrasah?

Jawaban :

Karena MAN Insan Cendekia ini negeri dibawah naungan Kementerian Agama. Maka anggarannya murni 100% dari APBN.

10.Bagaimana prosedur pengelolaan penerimaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Dalam pelaksanaannya menggunakan RAB dari wakil-wakil bidang jika ingin mengajukan anggaran untuk melaksanakan kegiatan. Dalam

form penggunaan anggaran yang terdiri dari 3 rangkap. Misalkan wakil bidang ingin mencairkan perlu pengajuan ke bendahara, form tersebut perlu ditanda tangani, bendahara, KPA, dan PPK. Setelah diterima uangnya harus diketahui oleh semuanya, disitu juga tertulis pertanggungjawabannya nota-nota dan sebagainya dan tertera maksimal waktu pelaporannya.

Pencairan lewat KPPN setelah uang itu turun barulah diserahkan ke

panitia penyelenggara kegiatan. Panitia harus segera

mempertanggungjawabkan laporan-laporannya sesuai dengan

ketetapan waktu.

11.Bagaimana pengalokasian sumber keuangan tersebut?

Jawaban :

Dialokasikan sesuai dengan RKA-KL.

12.Apakah ada sumber penerimaan lain yang bersumber dari masyarakat? (dalam hal

dukungan komite sekolah) Jawaban:

Tidak ada

13.Apakah pihak madrasah membentuk penanggungjawab dalam setiap kegiatan

progam sekolah? Siapa? Jawaban :

Iya, selalu ada penanggung jawab pada setiap program madrasah maupun kegiatan, selain itu terbentuk juga kepanitiaannya.

14.Bagaimana bentuk evaluasi yang di lakukan?

keuangan pertanggungjawaban ke kanwil juga ke KPPN, ada monitoring terus setiap bulan ada rekonsiliasi melalui aplikasi-aplikasi untuk mencocokan antara uang yang sudah terpakai dengan pertanggungjawabannya.

15.Siapa saja yang melakukan evaluasi?

Jawaban:

Kepala Madrasah, penanggung jawab kegiatan dan semua stakeholder yang terlibat dalam perencanaan.

16.Kapan evaluasi dilakukan?

Jawaban :

Setiap bulan dalam bentuk laporan-laporan rutin.

17.Apakah setiap penyelenggaraan progam madrasah selalu dilakukan evaluasi?

Jawaban :

Iya selalu ada evaluasi.

18.Apakah ada evaluator yang berasal dari eksternal madrasah?

Jawaban : Ada

19.Siapa saja pihak eksternal tersebut?

Jawaban :

Inspektorat Jenderal, BPKP, BPK dan Kanwil.

20.Seperti apa pelaksanaan atau prosedur yang dilakukan pihak eksternal?

Jawaban :

Prosesnya melihat program dan pengelolaanya mulai dari melihat seluruh dokumen secara rinci dan detail.

21.Kapan saja pihak eksternal melaksanakan evaluator?

Jawaban :

Kementerian Keuangan.

23.Bagaimana bentuk pertanggungjawaban keuangan madrasah?

Jawaban :

Pertanggungjawaban setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan dalam bentuk laporan dan aplikasi SAKIP LAKIP yang kemudian dapat dilaporkan langsung secara online.

24.Seperti apa bentuk transparansi laporan keuangan tersebut?

Jawaban :

Transparansi bisa dilihat dari penggunaan anggaran di MAN Insan Cendekia tersebut diketahui oleh seluruh pihak, mulai dari wakil- wakil bidang, bendahara dan ketua panitia.

Kepala Madrasah MAN Insan Cendekia Serpong

Interviewer : Dewi Arianti

Interviewee : Bpk. Urip Mulyono

1. Bagaimana sistem perencanaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Sistem perencanaan sesuai dengan DIPA.

2. Kapan dilakukan perencanaan keuangan?

Jawaban :

Perencanaan dilakukan ketika awal tahun pelajaran dimulai biasanya sekitar bulan Juni atau Juli.

3. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan keuangan tersebut?

Jawaban :

Dalam perencanaan keuangan yang dilibatkan adalah unsur pimpinan yang terdiri dari Kepala Madrasah, wakil bidang-bidang yaitu bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang sarana prasarana, bidang humas, bidang keasramaan, bendahara dan staf, tata usaha dan tim pengembang madrasah yang terdiri atas 3 sampai 5 orang dari unsure guru dan staf.

4. Bagaimana proses perencanaan keuangan?

Jawaban :

Proses perencanaan dimulai dengan analisa oleh wakil- wakil bidang dalam menyusun kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk satu tahun pelajaran yang kemudian dibahas dalam raker (rapat kerja) kemudian dituangkan dalam bentuk RKA-KL yang terbentuk dalam DIPA.

5. Apa bentuk dari hasil perencanaan keuangan?

Penyusunan dilakukan dengan membuat perencanaan terlebih dahulu dalam bentuk kegiatan, kemudian dari kegiatan tersebut dianalisa berapa kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

7. Apa pertimbangan dalam penyusunan keuangan?

Jawaban :

Pertimbangannya berasal dari analisa kebutuhan dan evaluasi dari bulan-bulan lalu.

8. Kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan?

Jawaban :

Kendala ini terletak pada waktu karena perencanaan butuh waktu yang lumayan banyak dan dengan kesibukan yang bersangkutan maka waktu itu perlu diatur sedemikian baik. Kendala lain yaitu ketika menyusun keuangan yang diperlukan seperti program program perbidang diperlukan pemikiran serius.

9. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?

Jawaban :

Untuk mengatasi kendala tersebut biasanya dengan jadwal yang sudah ditentukan, jadi secara serentak semua hadir dalam proses penyusunan tersebut.

10.Berpedoman pada apakah penyusunan dilakukan?

Jawaban :

1. Keputusan Menteri Keuangan/PMK (Peraturan Menteri

Keuangan)

2. Keputusan Menteri Agama,

3. Dirjen Anggaran.

Prosedur penerimaan langkah pertama itu sekolah melalui wakil wakil bidang merencanakan seluruh kebutuhan dan program yang akan dilaksanakan selama 1 tahun pelajaran, setelah itu laporan kebutuhan dari para bidang-bidang tersebut dikumpulkan dalam satu laporan untuk diajukan ke kanwil tingkat provinsi, setelah itu berada di kemenag pusat selanjutnya ke kementerian Agama dan di bahas di DPR. Setelah disetujui barulah anggaran itu cair ke sekolah.

13.Seperti apa bentuk pembukuan pada penerimaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Bentuk pembukuannya berada di bendahara.

14.Bagaimana pengalokasian sumber keuangan tersebut?

Jawaban :

Alokasi itu diserahkan kepada wakil bidang-bidang yang

berkepentingan sebagai penanggung jawab kegiatan.

15.Bagaimana penyusunan penerimaan keuangan?

Jawaban :

Penyusunan keuangan sudah tertera dalam RKA-KL.

16.Apakah ada sumber penerimaan lain yang bersumber dari masyarakat? (dalam hal

dukungan komite sekolah) Jawaban :

Tidak ada, Komite hanya sebagai pendukung.

17.Siapa saja yang terlibat dalam penanganan pembukuan?

Jawaban :

Pembukuan seluruhnya diserahkan kepada bendahara dan stafnya.

18.Apakah pengeluaran sesuai dengan tujuan progam madrasah?

Jawaban : Iya

yang bertindak sebagai penanggung jawab.

20.Siapa saja pihak yang diperbolehkan dalam penggunaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Semua unsure pimpinan tetapi dengan persetujuan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen: TU) dan KPA (Pejabat Pengguna Anggaran) sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

21.Bagaimana kepala sekolah melakukan pengendalian pengeluaran madrasah sesuai

dengan RAPBS yang sudah dibuat? Jawaban :

Kepala sekolah sebagai manajer utama, penanggung jawab, dan pengelola sesuai dengan RKA-KL. Selama ini belum ada bentuk bentuk pengeluaran yang diluar perencanaan.

22.Apa saja kendala terkait pelaksanaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Dalam pelaksanaannya kendala terletak pada pencairan anggaran. Ketika dana itu masih dalam proses pertimbangan atau pembahasan di DPR.

23.Bagaimana mengatasi kendala tersebut?

Jawaban :

Dengan penanggulangan dari toko atau penyedia jasa.

24.Bagaimana bentuk evaluasi yang di lakukan?

Jawaban :

Evaluasi dalam dua bentuk ada lisan dan tulisan.

25.Siapa saja yang melakukan evaluasi?

Jawaban :

Para wakil bidang dan kepala madrasah

Jawaban :

Selalu, bidang terkait yang menyelengarakan program

28.Apa tindak lanjut dari evaluasi yang dilakukan?

Jawaban :

Tindak lanjut evaluasi sebagai bahan pertimbangan untuk bulan-bulan selanjutnya

29.Bagaimana peran kepala sekolah dalam hal mengevaluasi?

Jawaban :

Kepala madrasah selalu mengontrol lewat laporan-laporan keuangan dan laporan rutin dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

30.Apakah ada evaluator yang berasal dari eksternal madrasah?

Jawaban : Ada

31.Siapa saja pihak eksternal tersebut?

Jawaban :

Pengawas dari Kemenag, BPK, Kanwil dan pusat.

32.Seperti apa pelaksanaan atau prosedur yang dilakukan pihak eksternal?

Jawaban :

Pengawas dari Kemenag biasanya lebih sering mengontrol atau mengawasi kegiatan KBM, mengenai keuangan bentuknya aplikasi yang disebut dengan MPA (Manajemen Profesional Association)

33.Kapan saja pihak eksternal melaksanakan evaluator?

Jawaban :

Setiap 6 bulan atau setahun sekali

34.Kepada siapa pertanggungjawaban keuangan madrasah dilaporkan ?

Jawaban :

36.Siapa saja yang ikut bertanggung jawab? Jawaban :

Kepala Madrasah, wakil-wakil bidang dan bendahara.

37.Kepada siapa saja dipertanggungjawabkan?

Jawaban :

Pertanggungjawaban ke Kementerian Keuangan dan KPPN.

38.Seperti apa bentuk transparansi laporan keuangan tersebut?

Jawaban :

Transparansi dalam bentuk laporan-laporan, setiap pengeluaran selalu dipantau oleh kanwil dan irjen. Laporan tersebut disebut dengan LAKIP (Laporan Administrasi Keuangan) dan MPA (Manajemen Profesional Association) yang berbentuk aplikasi yang terintegrasi dengan pusat.

Kepala Urusan Tata Usaha MAN Insan Cendekia Serpong

Interviewee : Jamingan

1. Bagaimana sistem perencanaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Sistem perencanaan madrasah sesuai dengan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Perencanaan dimulai dari membuat DIPA/pagu sementara yang dibuat oleh oleh tim keuangan madrasah. DIPA/pagu sementara berisi program atau kegiatan yang telah dibuat oleh satuan kerja yaitu MAN Insan Cendekia Serpong.

2. Kapan dilakukan perencanaan keuangan?

Jawaban :

Perencanaan menunggu instruksi Kementerian Agama. Dari Kementerian untuk penyusunan pagu (nilai rupiah yang ada di DIPA) melalui Kanwil (Kantor Wilayah) biasanya mulai dilaksanakan perencanaan pada bulan April untuk rencana di tahun anggaran yang akan berjalan. Bentuk perencanaan awal ini disebut dengan pagu atau DIPA sementara, setelah itu dikaji oleh Kementerian Agama, jika sesuai barulah proses selanjutnya ada pada Kementerian Keuangan. Setelah itu barulah keluar DIPA untuk masing-masing satuan kerja yaitu MAN Insan Cendekia Serpong.

3. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan keuangan tersebut?

Jawaban :

1. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran) yaitu Kepala Madrasah ,

2. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yaitu Kepala Tata Usaha,

3. Tim penyusun anggaran yang ditunjuk oleh KPA sebanyak 4

orang dan selalu berbeda orang setiap tahun anggarannya.

4. Bagaimana proses perencanaan keuangan?

Proses perencanaan dimulai pada awal sebelum tahun pelajaran dimulai biasanya sudah dipersiapkan pada bulan April, Tim manajemen keuangan madrasah yang terdiri dari KPA, PPK dan tim penyusun mulai menganalisa kegiatan yang akan diselenggarakan dalam program beserta kebutuhan anggaran yang diperlukan. Perencanaan ini disebut sebagai DIPA/pagu sementara. Setelah DIPA/pagu sementara ini telah dibuat maka proses selanjutnya dilakukan pengkajian oleh Kementerian Agama apabila sesuai maka tahap selanjutnya diajukan ke Kementerian Keuangan apabila disetujui barulah keluar DIPA. Penyetujuan dilakukan oleh Dirjen Anggaran dari Kementerian Keuangan.

DIPA adalah pagu anggaran yang boleh untuk dikelola. Dalam DIPA tersebut memuat nilai rupiah yang boleh dipergunakan oleh lembaga tersebut. Penggunaaanya tidak boleh melebihi dari ketentuan yang sudah ditetapkan namun diperbolehkan kurang dari ketentuan DIPA tersebut.

5. Apa bentuk dari hasil perencanaan keuangan?

Jawaban :

Dari hasil perencanaan tersebut dihasilkan DIPA sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dan program madrasah. DIPA dibagi lagi menjadi RKA-KL (Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga) dan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan).

RKA-KL sudah direncanakan sejak awal, tidak bisa mengubah mata anggaran (akun). Setelah itu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang tertera di DIPA dan masuk dalam bentuk RKA-KL. Dalam RKA-KL tersebut memuat untuk beberapa pos kegiatan sesuai dengan mata anggaran. Contohnya mata anggaran dalam pemerintah yang

digit akun sedangkan POK enam digit akun. RKA-KL dan POK penggunaan dan isinya sama dan bentuknya berupa aplikasi. Aplikasi ini dibuat oleh kementerian keuangan satker sebagai pelaksana. Tidak ada perbedaan sama-sama turunan dari DIPA. Penggunaanya lebih mudah POK karena untuk meminimalisir kesalahan lebih kecil.

6. Apa pertimbangan dalam penyusunan keuangan?

Jawaban :

1. Pertimbangannya berasal Renstra (Rencana Strategis),

2. Program Madrasah yang terbagi atas program Siswa dan Lembaga,

3. Analisis strategic eksternal.

7. Kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan?

Jawaban :

Tidak terkendala dalam proses penyusunan ini, namun kendala terjadi ketika setelah dikirim pengajuan dalam bentuk program.

Kendala lain kadang-kadang pengajuan tidak sesuai dengan akun yang tertera.

8. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?

Jawaban :

Kegiatan atau program yang tidak disetujui kemudian kami pindahtangankan kepada komite sekolah, agar komite sekolah mengelola dan menyediakan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan tersebut secara mandiri.

Mengatasi perubahan akun dengan merubah akun tersebut atau revisi sesuai dengan yang sudah tertera karena akan melalui pross pengkajian.

9. Berpedoman pada apakah penyusunan dilakukan?

10.Darimana sumber keuangan di madrasah? Jawaban :

Sumber awal berasal dari APBN (Anggaran Pemerintah dan Belanja Negara) yang kemudian tertuang dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)

11.Bagaimana prosedur pengelolaan penerimaan keuangan madrasah?

Jawaban :

Untuk mendapatkan pencairan dana DIPA. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mengkuasakan kepada KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) sebagai kantor yang ditunjuk untuk melaksanakan pembayaran/pencairan dana.

Satuan kerja yaitu MAN Insan Cendekia Serpong mengajukan SPP (Surat Perintah Pembayaran) kepada KPPN (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) sesuai dengan perencanaan yang tertera dalam POK dan RKA-KL.

Cara pengajuan ke KPPN melalui:

a. Uang Persediaan yaitu uang yang bisa digunakan oleh satker untuk

membiayai kegiatan operasional lembaga.

Setiap satker dibatasi tiga orang untuk bisa melakukan transaksi untuk penyerahan SPM dan pengambilan SP2D dan dilaporkan kembali ke KPPN. Laporan tersebut direkonsiliasi verifikasi antara satker dengan KPPN setiap bulan antara tanggal 1 sampai 10 untuk mengakurkan SPM. SPM yang diajukan satker sudah diterima KPPN, dan KPPN sudah mengeluarkan SP2D dan sudah

Dokumen terkait