• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tidak Ada Kesimpulan

Tabel 4. 9 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,269a ,073 ,045 ,06223582 2,069

a. Predictors: (Constant), KM, DKI, KA b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,069. Dimana jumlah data yang digunakan sebanyak 36 (N=36) dan jumlah variabel independen sebanyak 3 variabel (K=3), maka dapat diperoleh nilai sebesar1,2953 dan nilai sebesar 1,6539. Setelah nilai dan diperoleh, maka selanjutnya akan diperoleh nilai 4 - sebesar 2,3461. Dari hasil tersebut diketahui nilai Durbin-Watson berada di antara dan yaitu 1,6539< 2,069< 2.3461 ( < D < 4 - ). Dan dapat disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

5. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda.

Analisis pengaruh rasio keuangan (KM, DKI, KA) terhadap ROA pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat dari analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda adalah sebuah teknik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari satu atau dua variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Berikut tabel hasil analisis regresi berganda:

Tabel 4. 10 Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,025 ,060 ,426 ,673 KM 1,737 1,066 ,272 1,629 ,113 DKI ,156 ,145 ,187 1,075 ,290 KA -,011 ,010 -,196 -2,133 ,006 Y = α + β₁ X₁ + β₂ X₂ + β₃ X₃ + ɛ

ROA = 0,025 + (1,737 KM) + (0,156DKI) + (-0,011 KA) + ɛ Interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut:

α = Konstanta sebesar 0,025 artinya jika variabel independen(KM, DKI dan KA) konstan (tetap) maka nilai ROA adalah sebesar 0,025.

β₁ = Koefisien KM sebesar 1,737 artinya jika variabel KM meningkat sebesar 1% maka ROA akan meningkat sebesar 173,7%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan ROA, semakin naik KM maka semakin meningkat ROA.

β₂ = Koefisien DKI sebesar 0,156 artinya jika variabel DKI meningkat sebesar 1% maka ROA akan meningkat sebesar 15,6%. Koefisien bernilai positif antara dewan komisaris independen dengan ROA, semakin naik DKI maka semakin meningkat ROA.

β₃ = Koefisien KA sebesar -0,011 artinya jika variabel KA meningkat sebesar 1% maka ROA akan menurun sebesar 1,1%. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif artinya terjadi hubungan negatif antar komite audit dengan ROA, semakin naik KA maka semakin turun ROA.

66

b. Uji T

Uji t (Uji Parsial) digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel-variabel terikatnya untuk melihat hasil pengujian dapat dilihat dari table coefficient. Jika t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel) dan signifikan lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil t hitung dan taraf signifikannya, yaitu: Tabel 4. 11 Uji T Coefficientsa Model T Sig. 1 (Constant) ,426 ,673 KM 1,629 ,113 DKI 1,075 ,290 KA -2,133 ,006

a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan data diatas maka akan diperoleh terlebih dahulu nilai t tabel, yaitu:

T tabel = t (α/2) n-k-1 = t (0,05/2) 36-3-1 = t (0,025) 32

T = 2,03693 / 2,04 (hasil dapat dilihat dari tabel t)

Selanjutnya, dapat diketahui apakah variabel independen (KM, DKI, KA) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (ROA). Maka dapat disimpulkan hasil hipotesisnya sebagai berikut: 1. Nilai sig. KM sebesar 0,113 >0,05 dan nilai t-hitung < t-tabel 1,629<

2,04 maka diterima dan ditolak dapat diartikan bahwasanya Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Nilai sig. DKI sebesar 0,290> 0,05 dan nilai t-hitung < t-tabel 1,075< 2,04 maka diterima dan ditolak dapat diartikan bahwasanya Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Nilai sig. KA sebesar 0,006< 0,05 dan nilai t-hitung > t-tabel (-) 2,133> 2,04 maka ditolak dan diterima dapat diartikan bahwasanya Komite Audit terpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Pembahasan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA) dapat dijelaskan oleh KM, DKI, dan KA sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial (KM) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil pengelolaan data dan perhitungan data yang dibantu SPSS versi 24.0 variabel.Kepemilikan Manajerial memiliki nilai signifikan sebesar 0,113 >0,05 dan t-hitung < t-tabel 1,629< 2,04 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap kinerja keuanganperusahaan BUMN yang diukur menggunakan ROA. Kepemilikan manajerial perusahaan yaitu saham yang dimiliki oleh manajemen masih tergolong rendah. Rata-rata proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajerial dalam sampel ini yang dilihat dari hasil statistik deskriptif sangat rendah yaitu sebesar 0,0058 persen dengan nilai minimum 0,00 persen dan nilai maksimum 0,03 persen. Hal ini karena jumlah modal saham beredar yang mayoritas tidak ada perubahan saham diinvestasikan atau tidak ada penerbitan saham baru dan persentase kepemilikan manajerial mayoritas mengalami penurunan.

68

Corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja keuangan dan menguntung pemegang saham. Secara teoritis Praktek GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang merugika akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor. Kepemilikan manajerial yang terlalu rendah memungkinkan pihak manajemen belum dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan yang baik di perusahaan. Selain itu Manajer sebagai pemegang saham minoritas belum cukup memiliki rasa kepemilikan terhadap perusahaan sehingga manajer tidak dapat menyelaraskan perbedaan tujuan berdasarkan posisi antara kepentingan pemegang saham dari luar manajemen dengan pemegang saham yang dimiliki manajemen sehingga permasalahan lain dapat muncul akibat konflik antara pemegang saham dari luar manajemen dengan pihak manajemen tidak terselesaikan.

Permasalahan tersebut salah satunya adalah para investor tidak cukup menjamin bahwa manajer tidak akan melakukan tindakan kecurangan demi memenuhi kepentingan pribadinya dikarenakan saham yang dimiliki pihak manajemen tidak cukup besar untuk dapat memberikan keuntungan lebih, apabila hal ini terjadi maka dapat berakibat pada kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan dan pemegang saham luar perusahaan yang nantinya pihak investor tidak akan mempercayai menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut yang dampaknya tidak akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan atau keuntungan yang diperoleh perusahaan akan menurun.

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen (DKI) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil pengolahan data dan perhitungan data yang dibantu SPSS versi 24.0 variabel Dewan Komisaris Independen memiliki nilai signifikan

sebesar 0,290> 0,05 dan t-hitung < t-tabel 1,075< 2,04 yang menunjukkan bahwa variabel ini tidak berpengaruh terhadap kinerja keungan perusahaan BUMN yang diukur dengan ROA. Pada uji statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum pada proporsi dewan komisaris independen yaitu sebesar 0,33 persen dan nilai maksimumnya yaitu 0,60 persen jika dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN, dan Board Manual Perusahaan, komposisi Dewan Komisaris Independen yang ditetapkan keputusan pengangkatannya.

Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah dewan komisaris independen yang tinggi mungkin hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan formalitas perusahaan dalam menjalankan peraturan mengenai Good Corporate Governance sehingga pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisarisindependen pun belum mampu mengurangi risiko-risiko yang terjadi di dalam pengelolaan perusahaan selain itu biaya yang dikeluarkan untuk memberikan kewajiban perusahaan kepada dewan komisaris independen pun tidak sedikit sehingga dengan penambahan atau besarnya dewan komisaris independen belum tentu dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Pengaruh Komite Audit (KA) terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

Hasil pengelolaan data dan perhitungan data yang di bantu SPSS versi 24.0 variabel Komite Audit memiliki nilai signifikan sebesar 0,006< 0,05 dan t-hitung > t-tabel (-) 2,133> 2,04 yang menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap ROA. Di lihat dari hasil uji statistik bahwa nilai rata-rata dari data yang diteliti menunjukkan 2,00. Hal ini mendukung hasil uji pengaruh t (t-test) yang menunjukkan hasil komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan

70

perusahaan karena dengan bertambahnya atau besarnya jumlah komite audit makan akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan atau profit yang dimilikinya.

Komite audit merupakan suatu komite yang bekerjas ecara professional dan independen yang tugasnya adalah membantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas laporan keuangan serta implementasi dari GCG. Karena tugas komite audit adalah untuk membantu dewan komisaris maka dengan semakin banyaknya anggota komite audit, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik. Hal ini dapat terjadi karena pengawasan yang dilakukan oleh komite audit pun akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah komite audit.

Dengan pengawasan tersebut dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan, dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan, dapat memberikan masukan-masukan yang lebih baik terhadap dewan komisaris yang kemudian akan dikaji bersama dewan direksi mengenai laporan manajemen dan pengelolaannya maka dari itu jumlah komite audit yang optimal di dalam perusahaan dapat meningkatkan pengawasan dan kontrol yang dampaknya adalah kinerja keuangan perusahaan yang meningkat pula.

71 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemilikan Manajerial (KM) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) atau diterima : ditolak. Dikarenakan Nilai sig. KM lebih besar dari 0,05 yaitu 0,113> 0,05 dan nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel yaitu 1,629< 2,04.

2. Dewan Komisari Independen (DKI) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) atau diterima : ditolak. Dikarenakan nilai sig. DKI lebih besar dari 0,05 yaitu 0,290> 0,05 dan nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel yaitu 1,075< 2,04.

3. Komite Audit (KA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA) atau ditolak : diterima. Dikarenakan nilai sig. KA lebih kecil dari 0.05 yaitu 0,006< 0,05 dan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu (-) 2,133> 2,04.

Dokumen terkait