• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

2. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan perusahaannya ditentukan dengan kinerja keuangan dimana perusahaan yang baik akan mentaati peratura-peraturan yang ada baik peraturan pemerintah dan peraturan dari perusahaan dimana kinerja keuangan perusahaan ini dilakukan untuk meningkatkan laba perusahaan dan mengetahui sistem yang diterapkan perusahaan tersebut sudah berjalan dengan maksimal atau tidak. Dalam sebuah perusahaan manajer biasanya menggunakan metode dalam menghitung atau menganalisis kinerja keuangannya dalam setiap kinerja memiliki metode perhitungan masing-masing dan dalam perusahaan manajer mengukur kinerja perusahaannya dengan menggunakan rasio untuk mengukur ukuran kinerja tersebut.Salah satunya adalah mengukur tingkat pengembalian aset dari laba perusahaan yaitu dengan Rasio Return on Asset (ROA). ROA diyakini sebagai indikator penting yang sering digunakan oleh pemilik saham, kreditor dan investor untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan dengan meninjau seberapa baik perusahaan mampu mengelola aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian aset terhadap labanya pun tinggi atau baik.

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Good Corporate Governance (GCG).

Istilah Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang sahamserta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan stakeholders, seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja,pemerintah, dan masyarakat luas.

Menurut Tatang Ary, (2017:267) “Good Corporate Governance adalah sistem peraturan, praktik dan proses dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan”. Tata kelola korporat pada dasarnya melibatkan penyeimbangan kepentingan banyak pemangku kepentingan perusahaan, seperti para pemegang saham, manajemen, pelanggan, pemasok, pemodal, pemerintah dan masyarakat. Good Corporate Governance juga menyediakan kerangka kerja untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan yang mencangkup hampir semua bidang manajemen, mulai dari rencana tindakan dan pengendalian internal hingga pengukuran kinerja dan pengungkapan perusahaan.

Good Corporate Governance muncul sebagai tuntutan akan potensi adanya konflik atau benturan antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (Stakeholder) dalam struktur perusahaan. Pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan yaitu dapat sebagai manajemen, pemegang saham, pemegang surat utang (Bondholder), pegawai, pemerintah, supplier, pelanggan dll. Dalam keuangan korporate kepentingan yang dimaksud diarahkan kepada hubungan manajer atau disebut agen, pemegang saham, dan pemegang surat utang.

Jadi dari semua uraian diatas bisa disimpulkan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang didalamnya

terdapat suatu peraturan yang dapat membangun hubungan baik bagi semua pihak dari intern maupun ekstern berisikan peraturan yang dilakukan agar terhindar dari adanya konflik dari para setiap anggota perusahaan yang mempunyai hak-hak serta kewajiban masing-masing berkaitan dengan perusahaan.

Masalah utama yang mendasari penerapan Good Corporate Governance yaitu adanya pemisahan antara pengelola perusahaan dengan kepemilikan perusahaan atau disebut dengan masalah keagenan. Permasalahan keagenan timbul akibat sulitnya menyatukan kepentingan dari pihak pemilik dengan pengelola. Untuk itu dibutuhkan Good Corporate Governance untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.

a. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-01-MBU-2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merumuskan corporate governance dalam Pasal 1 ayat 1, bahwa tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.

Dalam pedoman umum tersebut juga diatur prinsip-prinsip GCG yang harus diterapkan oleh seluruh perusahaan di Indonesiameliputi :

1) Transparancy (Keterbukaan).

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi material dan informasi yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders. Perubahan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan, tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting

14

untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholders atau para pemangku kepentingan lainnya. 2) Accountability (Akuntabilitas).

Bahwa perusahaan mempertanggung jawabkan secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan dari pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibility (Pertanggungjawaban).

Bahwa perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independency (Kemandirian).

Bahwa untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5) Fairness (Keadilan).

Bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan stakeholders (para pemangku kepentingan) lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

b. Tujuan Good Corporate Governance.

Tujuan utama dari good corporate governance adalah untuk menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan (check and balance) untuk pencegah penyalagunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan

perusahaan. Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalikan perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Tujuan diterapkannya Good Corporate Governance menurut UU BUMN, yaitu Untukmemaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas,dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yangkuat, baik secara nasional maupun internasional. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan dan efisien, sertamemberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. Dalam banyak hal Good Corporate Governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporat. Dalam keputusan BUMN Nomor Kep.: 01/MBU/2011 diutarakan bahwa penerapan Good Corporate Governance pada BUMN bertujuan untuk:

1) Memaksimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.

2) Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, efisien dan efektif serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ persero atau organ perum.

3) Mendorong agar organ persero atau organ perum dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dalam kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5)Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan

16

c. Manfaat Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance yang tidak efektif merupakan penyebab utama terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan pada berbagai perusahaan di Indonesia. Penerapan Good Corporate Governance yang efektif dapat memberikan sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian dan menghindari terjadinya krisis juga kegagalan yang serupa di masa mendatang.

Manfaat Good Corporate Governance dalam Sukrisno Agoes & I Cenik Ardana (2013:106) adalah:

1) Memudahkan akses terhadap investasi domestic maupun asing. 2) Mendapatkan biaya modal (cost of capital)

3) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

4) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.

5) Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Manfaat Good Corporate Governance dari sisi manajemen dapat dilihat bahwa suasana kerja menjadi lebih nyaman dan teratur, artinya segala proses kerja berjalan rapi, terkontrol, dan terciptanya kerja tim yang solid. Selain itu penjualan bisa di atas pasar, profit meningkat, berbagai penghargaan dapat diperoleh, dan meningkatnya kepercayaan mitra. Dengan Good Corporate Governance, integritas perusahaan lebih dipercaya pihak luar yang berkepentingan (stakeholder), memacu profesionalisme karyawan, kinerja keuangan yang cemerlang, serta stabilitas harga yang baik. d. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Mekanisme dalam

pengawasan corporate governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu internal dan eksternal.

Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of

director. Sedangkan external mechanisms adalah cara

mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan komite audit.

1) Kepemilikan Manajerial.

Menurut (Sudana, 2015, p. 4) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan, misalnya direktur dan komisaris. Kepemilikan manajerial sangat bermanfaat dimana manajer ikut ambil bagian dari kepemilikan saham perusahaan. Manajer kemudian akan berusaha lebih baik untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga ia pun akan menikmati sebagai keuntungan bagiannya tersebut. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajerial, maka pihak manajerial akan bekerja lebih proaktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan juga akan meningkat.

Kepemilikan manajerial merupakan keadaan dimana manajer mempunyai saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini dapat dilihat dari besarnya

18

persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Adanya kepemilikan manajerial akan sangat berkaitan dengan agency theory.

Dalam agency theory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai agent dipercaya oleh pemegang saham yang bertindak sebagai principal untuk menjalankan perusahaan dan memaksimalkan sumber daya agar tujuan perusahaan tercapai. Masalah dasar dalam agency theory adalah timbulnya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer memiliki resiko untuk tidak dipilih lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer.

2) Dewan Komisaris Independen.

Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan. Dewan Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Anggota komisaris diharapkan memiliki watak yang amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Dengan semakin besarnya komposisi dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan, maka diharapkan tingkat

independensi dalam pengendalian terhadap manajemen semakin objektif.

Pembentukan dewan komisaris independen merupakan salah satu pilar penerapan tata kelola perusahaan (good corporate governance) diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima retur atas dana yang telah mereka investasikan. Good corporate governace sangat berhubungan dengan bagaimana meyakinkan para investor bahwa manajer akan menjalankan tugas-tugasnya dengan benar dan memberikan keuntungan kepada mereka. Investor yakin bahwa manajer tidak akan menggelapkan dana yang mereka investasikan kedalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan. Penerapan good corporte

governance diharapkan memberikan keuntungan bagi

shareholder, stakeholder dan masyarakat lebih luas serta berfokus pada nilai tambah dalam jangka panjang. Keberhasilan pelaksanaan good corporate governance sangat ditentukan oleh kualitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris independen.

Teori agensi juga mengidentifikasi bahwa dewan komisaris dapat menjadi alat monitoring alternatif yang membantu mengendalikan masalah agensi perusahaan, yaitu dengan mengatur keputusan-keputusan yang di buat manajemen dan menilai dampaknya terhadap hak-hak pemegang saham. Di dalam FCGI (2006) disebut beberapa peranan penting dewan komisaris independen dijelaskan antara lain :

a) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan.

b) Menilai sistem penetapkan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota direksi.

20

c) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris.

d) Memonitor pelaksanaan governance.

e) Membantu proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan. (Dr. Mohamad Nur Utomo, 2019, p. 29)

3) Komite Audit.

Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance.

Komite audit diketuai oleh Komisaris Independen dan memiliki anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan pihak dari luar perusahaan publik. Masa tugas anggota Komite Audit tidak boleh lebih lama dari masa jabatan Dewan Komisaris Independen, sebagaimana diatur dalam Anggaran dasar dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) periode berikutnya. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris, sehingga komite audit bertanggung jawab terhadap dewan komisaris.

Komite audit bertugas untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pelaksanaan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya komite audit

ini memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dengan moralitas yang melandasi integrasinya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjebatani antara eksterna auditor dan perusahaan juga sekaligus menjebatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. (Dr. Hasnatati, 2014, p. 49)

2. Kinerja Keuangan.

a. Pengertian Kinerja Keuangan.

Kinerja berasal dari pengertian performance ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi bagaimana proses pekerjaan berlangsung (Wibowo, 2017:3). Kinerja merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi (Sujarweni, 2015:6).

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan perusahaannya ditentukan dengan kinerja keuangan dimana perusahaan yang baik akan mentaati peraturan-peraturan yang ada baik peraturan pemerintah dan peraturan dari perusahaan dimana kinerja keuangan perusahaan ini dilakukan untuk meningkatkan laba perusahaan dan mengetahui sistem yang diterapkan perusahaan tersebut sudah berjalan dengan maksimal atau tidak. Setelah dianalisis maka perusahaan bisa menetukan langkah selanjutnya.

b. Pengukuran kinerja keuangan.

Dalam sebuah perusahaan manejer biasanya menggunakan metode dalam menghitung atau menganalisis kinerja keuangannya dalam

22

setiap kinerja memiliki metode penghitungan masing-masing dan dalam perusahaan manejer mengukur kinerja perusahaannya dengan menggunakan rasio untuk mengukur ukuran kinerja tersebut. Analisis rasio pada laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu. Namun, nilai riilnya ada pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan deviden masa depan.

Menurut Kasmir (2015:196) dapat dibagi menjadi beberapa kelompok ukuran kinerja seperti:

1) Rasio aktivitas adalah ukuran penilaian kinerja perusahaan yangdimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dananya.

2) Rasio leverage adalah ukuran penilaian kinerja perusahaanyang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

3) Rasio likuiditas adalah ukuran penilaian kinerja perusahaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utangnya.

4) Rasio profitabilitas adalah ukuran penilaian kinerjaperusahaan yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan yang diambil manajemen perusahaan.

Adapun rasio profitabilitas menurut kasmir (2016:199), sebagai berikut:

a) Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui persentase laba kotor dari penjualan perusahaan.

b) Net Profit Margin digunakan untuk mengetahui laba bersih dari penjualan setelah dikurangi pajak

c) Profit Margin digunakan untuk menghitung laba sebelum pajak dibagi total penjualan.

d) Return On Investmentatau Return On Assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.

e) Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, melalui rasio inilah investor dapat mengetahui tingkat pengembalian dari investasinya. Rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu Return on Assets (ROA), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Perusahaan dapat menggunakan rasio profitabilitas secara keseluruhan atau hanya sebagian saja dari jenis rasio profitabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara sebagian berarti bahwa perusahaan hanya menggunakan beberapa jenis rasio saja yang memang di anggap perlu di ketahui. (Hery,2016:193)

Salah satunya adalah mengukur tingkat pengembalian aset dari laba perusahaan yaitu dengan Rasio Return on Assets (ROA). ROA di yakini sebagai indikator penting yang sering digunakan oleh

24

pemilik saham, kreditor dan investor untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan dengan meninjau seberapa baik perusahaan mampu mengelola aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih perusahaan sebelum melakukan investasi. Apabila ROA yang dimiliki perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian aset terhadap labanya pun tinggi atau baik.

Menurut Kasmir (2015:198) Manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio ROE adalah untuk:

(1) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

(2) Mengetahui produktivitas dari seluruh perusahaan.

(3)dan perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modalsendiri.

(4).Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupunpinjaman.

Menurut Kasmir (2015:197) Tujuan penggunaan rasio Return On Equity bagi perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu: (1). Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

(2). Untuk mengukur produktivitasseluruh dana perusahaan yangdigunakan baik pinjaman maupun modal sendiri.

(3). Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri maupun pinjaman.

c. Tujuan Kinerja Keuangan.

Kinerja keuangan diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan karena setiap kegiatan tersebut memerlukan sumber daya untuk mencapaitujuan perusahaan. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau terkonsentrasinya kepemilikan, serta pengungkapan laporan keuangan. Dalam hubungannya dengan

kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya yang sering dijadikan dasar untuk penlaian kinerja sesuatu perusahaan.

Menurut Munawir (2012:31) Adapun tujuan kinerja keuangan perusahaan adalah:

1) Untuk mengetahui tingkat liquiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiba keuanganyang harus segara dipenuhi, atau kemampuan saat perusahaan memenuhi kewajiban saat ditagih.

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada periode tertentu.

4) Mengetahui stabilitas usaha yaitu kmampuan perusahaan untuk melakukan usahanya untuk membayar deviden secara teratur. Dalam pengukuran kinerja keuangan

Menurut Kasmir tujuan pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya:

1) Untuk mengetahui tingkat Liquiditas, yaitu kemapuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi pada saat tagih.

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

3) Untuk mengetahui tingkat efektivitas usaha.

d. Hubungan Good Corporate Governance terhadap ROA.

Good Corporate governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added ). Penerapan prinsip good corporate governance secara

26

konsisten dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan menghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Jumandani (2012), menyatakan bahwa penerapa good corporate governance oleh perusahaan sampel berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan PVB. Hasil penelitian menunjukkan jika penerapan GCG meningkat maka ROA dan PVB juga meningkat.

Dokumen terkait