• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERISTIWA “15 JANUARI 1974” : AKSI PROTES BERUJUNG

A. Konsolidasi, Eksekusi dan Konsekuensi Aksi 15 Januari 1974

3. Hari Eksekusi Telah Tiba

Pagi hari, 15 Januari 1974, para mahasiswa telah memenuhi halaman kampus Universitas Indonesia di daerah Salemba, Jakarta. Mereka telah menunggu cukup lama untuk datangnya hari itu. Berbagai atribut telah disiapkan, koordinasi sudah dijalankan dan long march menuju kampus Universitas Trisakti di Grogol tinggal menunggu ditiupnya peluit, tanda dimulainya aksi.

Hariman Siregar, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan juga Ketua Dewan Mahasiswa UI ditunjuk sebagai koordinator aksi yang diselenggarakan pada tanggal 15 Januari 1974 tersebut. Selain Hariman Siregar, ada pula nama Judilherry Justam dan Gurmilang Kartasasmita (keduanya mahasiswa dan pengurus Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia) yang dipercaya untuk memimpin barisan long march menuju kampus Universitas Trisakti di Grogol. Sebelum massa peserta long march diberangkatkan, sebuah helikopter terbang rendah di atas kampus UI Salemba, selain itu sejumlah polisi telah bersiap di luar pagar kampus UI Salemba. Namun hal tersebut tak menyurutkan semangat dan tekad mahasiswa untuk melancarkan aksi.

50 Daulay, Amir Husin & Imran Hasibuan (Ed.) (2011). Hariman & Malari, Gelombang Menentang Modal Asing. Jakarta : Q-Communication. Hlm. 64.

54

Aksi long march mahasiswa nantinya akan menempuh rute yang telah disepakati malam sebelumnya. Mulai dari kampus UI di Salemba, barisan berturut-turut berjalan menuju daerah Kramat Raya-Raden Saleh-Cikini-Tugu Tani-Merdeka Selatan-Merdeka Barat-Museum Nasional-Tanah Abang III-Cideng-Roxy dan akhirnya berkumpul di Kampus Trisakti Grogol.51 Acara lanjutan yang digelar di kampus Trisakti Grogol adalah berbagai macam aksi teaterikal seperti orasi, pembacaan puisi, bernyanyi. Jumlah mahasiswa yang terlibat sekitar 500 orang.52

Mahasiswa dari beberapa universitas (UI, UKI, Univ. Trisakti, Univ. Atma Jaya dan beberapa kampus yang berlokasi di Jakarta) telah bersiap melakukan apel di halaman Fakultas Kedokteran UI, Salemba mulai pukul 08.00 WIB.53 Menjelang digelarnya long march sesuai dengan rute yang telah disetujui, upacara singkat dilakukan.

Pada saat diberangkatkan, para peserta long march menuju Kampus Trisakti Grogol dibagi dalam beberapa barisan. Judilherry, Gurmilang dan Hariman Siregar masing-masing memimpin barisan secara berurutan.54 Barisan-barisan tersebut dibedakan dengan atribut yang dipakai, ada barisan yang memakai tameng tengkorak dan ada yang memegang bendera Merah Putih. Barisan-barisan tersebut diikuti oleh truk yang berisikan para peserta long march lainnya, berjalan dengan kecepatan rendah.

51 Daulay, Amir Husin & Imran Hasibuan (Ed.) (2011). Hariman & Malari, Gelombang Menentang Modal Asing. Jakarta : Q-Communication. Hlm.59-60.

52 Ibid., Hlm. 59.

53 Ibid., Hlm. 58

55

Aksi-aksi spontan sempat dilakukan di beberapa pemberhentian, seperti penurunan bendera Jepang di Jalan Merdeka Selatan dan penurunan bendera Indonesia menjadi setengah tiang di halaman Mabes ABRI/Dephankam.55 Sempat terjadi kejar-kejaran antara mahasiswa yang nekat menerobos kantor Dephankam dengan para aparat yang mengamankan gedung tersebut. Selain itu, ketika massa sampai di jalan Tanah Abang III, tepatnya di kantor Golkar, para mahasiswa sempat memaki-maki orang-orang yang berada di kantor tersebut. Nyanyian

“Aspri dan Komisi” sempat pula dinyanyikan disana, tentunya untuk menyindir

Aspri Persiden Soeharto, Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani.

Rombongan long march akhirnya sampai di kampus Trisakti Grogol pada sekitar pukul 10.30 WIB.56 Di pelataran kampus Trisakti Grogol berbagai kegiatan digelar mulai dari apel, orasi sampai dengan aksi teaterikal. Sampai pada akhir agenda aksi mahasiswa di pelataran kampus Universitas Trisakti sebetulnya seluruh rencana berjalan lancar. Namun sesungguhnya di lokasi berbeda terjadi peristiwa lain, yang mencederai aksi mahasiswa hari itu. Rektor Universitas Indonesia kala itu, Prof. Mahar Mardjono mencatat bahwa kebakaran di Proyek Senen tersebut terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, saat para mahasiswa masih menggelar apel di Trisakti.57 Pada saat massa bubar menuju kampus masing-masing, berita terjadinya kerusuhan dan pembakaran di daerah Pasar Senen mulai beredar di kalangan peserta apel.

55 Ibid., Hlm. 59

56 Ibid., Hlm. 60

56

Kerusuhan dan pembakaran di Pasar Senen membuat situasi di Ibukota pada saat itu menjadi mencekam. Judilherry Justam menuturkan, yang dikutip dari buku Massa Misterius Malari terbitan Tempo, ketika kembali dari kampus Trisakti di Grogol menuju kampus UI di Salemba, Ia melihat mobil-mobil dibakar di daerah Jalan Juanda, Jakarta Pusat.58 Judilherry juga melaporkan kepada Hariman setibanya di kampus UI, bahwa terdengar suara tembakan dimana-mana.59

Data serupa juga didapatkan dari sumber lain. Dalam buku Hariman &

MALARI, yang disunting oleh Amir Husin Daulay, Hariman Siregar juga

menuturkan bahwa ada sekelompok massa, yang menurutnya merupakan orang-orang binaan Opsus melakukan pembakaran di sekitar wilayah Proyek Senen.

Memang benar apa yang dituturkan oleh Judilherry Justam dan Hariman Siregar. Beberapa titik di kawasan Pasar Senen telah terbakar. Situasi yang kacau akibat kebakaran juga ditunggangi dengan aksi penjarahan oleh massa. Kerusuhan kemudian melebar sampai ke Jalan Juanda, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada dan Kawasan Jakarta Kota. Korban jiwa tercatat 11 orang tewas, 17 orang luka berat dan 120 orang luka ringan, sedangkan kerugian lain berupa terbakarnya 144 gedung, 807 mobil dan 187 sepeda motor.60

Terjadinya kerusuhan di daerah Pasar Senen dan beberapa wilayah di sekitarnya jelas mencederai aksi mahasiswa menyuarakan aspirasi mereka pada

58 Widiarsi Agustina et al.( 2014) Massa Misterius Malari Rusuh Politik Pertama dalam Sejarah Orde Baru. Jakarta : Tempo.Hlm. 60.

59 Ibid., Hlm. 60

57

tanggal 15 Januari 1974 tersebut. Adanya aksi pembakaran dan penjarahan didaerah Pasar Senen di saat yang bersamaan dengan aksi mahasiswa menyampaikan kritik mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat kecil seakan menggugurkan peranan golongan mahasiswa sebagai pembawa perubahan bagi kondisi buruk kesejahteraan rakyat kecil.

4. Konsekuensi Peristiwa Kerusuhan 15 Januari 1974

Pasca pecahnya kerusuhan di beberapa kawasan pada tanggal 15 Januari 1974, berbagai langkah dilakukan untuk mengembalikan kondusifitas situasi dan kondisi di daerah Ibukota, Jakarta. Tindakan-tindakan pemulihan kondisi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah melalui instrumennya, namun juga dilakukan oleh kelompok-kelomppok yang merasa ikut bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan, terutama kelompok mahasiswa.

Hariman Siregar, sebagai salah satu inisiator aksi long march yang dilakukan mahasiswa, melakukan pernyataan pers sehari setelah kerusuhan yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1974. Pernyataan pers Hariman disiarkan langsung oleh stasiun televisi TVRI. Dalam pernyataannya, Hariman menyatakan sikapnya mewakili Dewan Mahasiswa UI yang mengutuk kerusuhan sehari sebelumnya di daerah Senen. Hariman merasa dampak dari kerusuhan tersebut mengaburkan perjuangan mereka terhadap pemerintahan.

Pernyataan Hariman ini disusul dengan pernyataan dari Dewan Mahasiswa se-Jakarta yang juga dikeluarkan pada hari yang sama, 16 Januari 1974. Senada dengan pernyataan pers yang dilakukan Hariman, Dewan Mahasiswa se-Jakarta

58

juga mengecam aksi kerusuhan yang terjadi. Dalam pernyataannya ini, Dewan Mahasiswa se-Jakarta juga menghimbau golongan mahasiswa dan masyarakat umum untuk saling menjaga ketertiban dan mengacuhkan usaha-usaha provokasi yang dilakukan oleh oknum tertentu.

Pernyataan pers dilakukan oleh petinggi-petinggi ABRI sehari setelah kerusuhan MALARI. Petinggi-petinggi ABRI yang melakukan pernyataan pers antara lain adalah Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan wakilnya Sudomo beserta Ali Moertopo dan Sudjono Hoemardani. Inti dari pernyataan pers petinggi-petinggi ABRI tersebut adalah menginformasikan akan dilakukannya penangkapan terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas aksi kerusuhan MALARI. Penangkapan tersebut benar-benar dilakukan.

Tabel 1. Daftar Tahanan Aktivis Mahasiswa dalam Peristiwa “15 Januari 1974”

Nama Jabatan dalam

Organisasi Kemahasiswaan

Keterangan Penahanan

Hariman Siregar Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia 1973-1974

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat

59

Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

-Dipenjara di Penjara Nirbaya Pondok Gede, Jakarta setelah divonis 1 tahun 8 bulan dalam pengadilannya.

Judilherry Justam Sekjen Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia 1973-1974

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Sjahrir Anggota Grup Diskusi Universitas Indonesia

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di

60

Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

-Dipenjara di Penjara Nirbaya Pondok Gede, Jakarta setelah divonis 6 tahun 6 bulan dalam pengadilannya.

Salim Hutajulu Ketua Senat Mahasisswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Gurmilang Kartasasmita Wakil Ketua Umum II Dewan Mahasiswa

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan

61

Universitas Indonesia 1973-1974

berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Theo L. Sambuaga Wakil Ketua Umum I Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia 1973-1974

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Aini Chalid Aktifis Mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama,

62

Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

-Dipenjara di Penjara Nirbaya Pondok Gede, Jakarta setelah divonis 2 tahun 2 bulan dalam pengadilannya.

Bambang Sulistomo Sekjen Majelis Permusyawaratan

Mahasiswa Universitas Indonesia 1973-1974

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

John Pangemanan Ketua Umum Dewan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Olahraga

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah

63

Jakarta Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Eko Djatmiko Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Remy Leimena Ketua Umum Dewan Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia

-Ditahan selama 22 bulan di 3 rumah tahanan berbeda, yaitu Rumah Tahanan Gang Buntu di Kebayoran Lama, Rumah Tahanan Pusat

64

Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Agung Ragunan dan RTM Boedi Oetomo.

Selain penangkapan aktifis mahasiswa, pemerintah juga melakukan pembredelan terhadap beberapa media cetak. Francois Raillon, dalam bukunya

Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia, terbitan LP3ES tahun 1985

menuliskan tentang peristiwa pembredelan sebagai berikut;

“Sebagai bentuk reaksi pemerintah atas kerusuhan yang terjadi pada saat aksi protes 15 Januari 1974, beberapa terbitan surat kabar dan majalah ditarik surat izin terbitnya. Terbitan-terbitan tersebut antara lain : Mahasiswa Indonesia, Nusantara ( keduanya ditutup pada tanggal 15 Januari 1974), Harian KAMI, Indonesia Raya, Abadi dan Jakarta Times (semuanya ditutup tanggal 21 Januari 1974) dan Pedoman, Ekspres (ditutup 23 Januari 1974).

Khusus harian Mahasiswa Indonesia ditutup dengan alasan melakukan provokasi-provokasi yang mengganggu ketertiban dan keamanan.”61

Berbagai media cetak tersebut dibredel dan ditutup secara bertahap dalam beberapa hari dengan garis besar alasan penutupan berupa tuduhan melakukan provokasi terhadap masyarakat.

Pemulihan kondisi yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya ditujukan kepada pihak luar pemerintahan. Beberapa kebijakan dikeluarkan pemerintah sebagai bentuk usaha pemulihan kondisi di dalam tubuh pemerintahan itu sendiri. Pasca kerusuhan MALARI, terjadi reorganisasi dalam tubuh pemerintahan. Jenderal Soemitro mundur dari pos Pangkopkamtib, Aspri dibubarkan Presiden

61 Francois Raillon. POLITIK DAN IDEOLOGI MAHASISWA INDONESIA,

65

dan juga pergantian pemangku jabatan ketua BAKIN, dari Sutopo Juwono kepada Yoga Sugama.

Dokumen terkait