• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pusat kebugaran saat ini menjadi arena sosial. Masyarakat pada pusat kebugaran saling berinteraksi sehingga terjadi pergeseran fungsi. Keberagaman masyarakat pada pusat kebugaran ternyata tidak membuat perbedaan dalam komunikasi, melainkan komunikasi terjadi secara terus menerus. Bahasa menjadi salah satu faktor bagaimana terjadinya interaksi pada masyarakat, Bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan. Kebudayaan mengacu pada suatu pola makna-makna yang diwujudkan dalam simbol-simbol yang diturunalihkan secara historis, suatu sistem gagasan-gagasan yang diwarisi

yang diungkapnkan dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengannya mnusia menyampaikan, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan mereka mengenai sikap dan pendirian mereka terhadap kehidupan” (Geertz, 1973: 89)27

Kemampuan penggunaan simbollah yang dapat mempertahankan kebudayaan.Perbedaan status sosial, kebudayaan, maupun bentuk fisik tidak membuat batas-batas menjadi semakin terlihat. Tidak semua interaksi masyarakat pada pusat kebugaran selalu sama, terdapat perbedaan interaksi pada setiap pusat kebugaran, dimana tidak semua status sosial dapat membuat perbedaan dalam berinteraksi.

. Dalam kesehariannya, masyarakat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Bahasa membantu manusia dalam memahami, serta menggunakan simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran berkomunikasi. Diantara semua bentuk simbol, bahasa merupakan simbol yang paling rumit, halus, berkembang. Manusia berdasarkan kesepakatan bersama dapat menjadikan suatu simbol bagi suatu hal lainnya. Kesepakatan itu dapat disebut sebagai komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia bisa menjalin kerjasama satu dengan yang lain secara intensif. Dengan komunikasi, kebudayaan manusia berkembang kearah yang lebih kompleks. Dikatakan Leslie White (1949: 33) “semua kebudayaan tergantung pada simbol.

27

Pada pusat kebugaran tingkat atas, Interaksi pada pusat kebugaran terjadi karena adanya kesamaan tujuan dalam berolahraga, juga karena adanya kesamaan status sosial. Terlihat dari kontrasnya komunikasi antara masyarakat kelas atas dengan kelas menengah kebawah. Kelas atas berkomunikasi dengan sesamanya, berinteraksi berkelompok. Interaksi membutuhkan waktu, tergantung bagaimana seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dengan masyarakat disekitarnya.

Membaurnya masyarakat berbeda kelas sosial pada pusat kebugaran terlihat pada pusat kebugaran tingkat menengah, dimana masyarakat saling berinteraksi kemudian saling bekerjasama satu dengan lainnya. Peran pemilik kebugaran tak lepas untuk menyatukan para pelanggan. Bagaimana pemilik membuat pelanggan merasa nyaman merupakan salah satu faktor adanya interaksi intensif antar mereka. Sistem kekeluargaan yang dianut membuat banyak pelanggan lama masih bertahan di pusat kebugaran ini.

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional. Seperti pada pusat kebugaran, ketika pemilik memberikan langkah-langkah dalam olahraga, maka pelanggan akan mengikuti apa yang dikatakan pemilik atau pelatih pusat kebugaran. Ini menimbulkan interaksi yang semakin intensif antara pemilik juga pelanggan. Cara ini selalu dilakukan pemilik agar pelanggan tetap bertahan lama. Seperti dibahas pada bab

4, cara bagaimana berolahraga yang telah disampaikan oleh pemilik, membuat suatu ide atau tujuan baru bagi pelanggan, bahkan kebudayaan baru, budaya olahraga. Budaya baru ini tidak membuat pelanggan melupakan kebudayaan lamanya.

Kegiatan diluar pusat kebugaran sering dilakukan oleh pemilik, seperti

touring bersama, mengadakan acara ketika hari besar, maupun datang ke acara- acara yang diadakan oleh pelanggan. Pada acara body contest, pemilik ikut menonton juga mengajak pelanggan lain untuk bergabung memberikan dukungan terhadap teman yang mengikuti acara itu. Dengan diadakannya kegiatan seperti ini, keakraban semakin terjalin antar pemilik dengan pelanggan.

Pusat kebugaran tingkat bawah hampir sama dengan tingkat menengah. Perbedaan antar keduanya adalah bagaimana intensitas dari pemilik maupun pelatih dalam memperlakukan pelanggan. Pelanggan baru tidak dapat terlalu akrab dengan pelanggan lain, dikarenakan masih hanya beberapa hari. Keakraban pelanggan disini dapat dinilai dari seberapa lama mereka dalam berolahraga disana. Pelanggan yang sudah tahunan nampak lebih akrab dengan pemilik daripada pelanggan baru. Kegiatan diluar berolahraga dengan pemilik atau pelanggan jarang dilakukan. Hanya pelanggan yang sudah akrab sering keluar bersama pemilik atau dengan pelanggan lainnya. Rasa kebersamaan antar pelanggan memang hanya sebatas pelanggan pusat kebugaran saja, tidak terlihat ada hubungan diluar kegiatan olahraganya.

Saling menghormati merupakan kelebihan pusat kebugaran ini, dimana pelanggan tidak banyak untuk dikomentari tentang bagaimana ia berolahraga, juga memberitahu bagaimana cara berolahraga dengan pelanggan dengan bahasa sopan, walaupun pelanggan masih berusia muda.

Pada acara body contest, pemilik sering ikut terlibat dalam membantu peserta, juga mendukung saat acara. Pemilik tidak mengajak pelanggan lain untuk ikut menonton acara dimana atlet dari pusat kebugarannya mengikuti ajang itu. Pemilik terkesan pasif dalam memberikan informasi seputar acara- acara kontes. Kesan pasif ini membuat pelanggan merasa segan untuk menanyakan apa saja atau ingin berkonsultasi dengan pemilik.

Ada beberapa faktor dalam interaksi antar masyarakat pada pusat kebugaran meskipun mempunya perbedaan satu dengan lainnya :

1. Togetherness (Kebersamaan)

Merupakan situasi dimana sejumlah individu berkumpul. Pada pusat kebugaran, masyrakat yang mempunyai kebudayaan berbeda, dapat menyatu berkumpul satu dengan lainnya dengan ada atau tidaknya batas-batas yang nampak. Ini terjadi akibat adanya komunikasi yang terus terjadi antara satu dengan lainnya. Juga bagaimana frekuansi interaksi antar anggota atau pelanggan pusat kebugaran. Faktor kebersamaan dapat membuat suatu persatuan tanpa adanya perbedaan kelas sosial didalamnya. Pada pusat kebugaran bawah, informan mengatakan bahwa adanya interaksi yang baik antar pemilik dengan

pelanggan, pelanggan dengan pelanggan membuat mereka menjadi seperti sebuah komunitas, tanpa melihat adanya perbedaan kelas sosial.

• Group Situasion (Situasi Kelompok)

Group Situasion adalah dimana individu berkumpul, membentuk kelompok sosial28

Faktor- faktor interaksi sangat berpengaruh dalam merubah pola pikir, tingkah laku seseorang. Karena didalam interaksi, terjadi peleburan kebudayaan tanpa meninggalkan kebudayaan yang ada sebelumnya. Masyarakat tidak lagi berada dalam satu kelompok, melainkan membentuk kelompok baru yang memiliki perbedaan kebudayaan.

.

1. Berdasarkan Pengaruh Status atas Komunikasi

Masyarakat masih memiliki status sosial atau kelas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tak dipungkiri, pada era modern ini masih nampak masyarakat yang menunjukkan status sosialnya, antara kaya, miskin, jabatan yang tinggi dengan jabatan rendah, bos dengan pesuruh. Perbedaan status maupun kelas sosial menyebabkan orang-orang yang berstatus berbeda sulit meyatakan opini langsung dalam diskusi29

28

www.belajarpsikologi.blogspot.co.id

. Jika diibaratkan, seperti guru kepada murid, yang mana murid menaati gurunya. Ini juga terlihat pada berkembangnya kelas-kelas pada pusat kebugaran, yaitu pusat kebugaran tingkat atas, menengah, bawah.

29

2. Merupakan Kegiatan yang Terus Berlanjut

Interaksi yang terus menerus berlanjut antar individu atau antar kelompok dapat mempengaruhi bagaimana cara bertingkah laku maupun cara menanggapi sesuatu. Semakin sering bertemu, saling berinteraksi maka semakin berubah sikap, meskipun tanpa menghilangkan sifat asli dari individu atau kelompok.

3. Mengandung Dinamika

Artinya dalam setiap proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Seperti pada interaksi masyarakat yang dapat mempengaruhi cara pikir masyarakat lain yang mengakibatkan keteraturan sosial.

4. Tidak Menganal Waktu, Tempat, Keadaan Tertentu

Interaksi sosial dapat terjadi dimanapun, kapanpun. interaksi juga dapat berakibat positif atau negatif. Seperi ketika masyarakat menerima masuknya kebudayaan baru dari luar, dapat berakibat masyarakat meniru apa kebudayaan baru itu.

Seperti masuknya budaya olahraga di pusat kebugaran pada masyarakat. Dapat diartikan positif karena berolahraga dapat menjaga kesehatan

serta membuat tubuh terasa bugar. Ada pula ketika budaya olahraga disalah gunakan, seperti penggunaan obat-obatan terlarang.

Beragamnya masyarakat pada pusat kebugaran merupakan tanda bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multikultural, karena terdapat berbagai kebudayaan, suku, agama. Berbagai macam bahasa juga terdapat pada masyarakat Indonesia. Terbentuknya masyarakat multikultur dikarenakan tingkat mobilitas penduduk yang begitu tinggi. Anggota masyarakat tidak lagi hidup kelompok etnisnya yang memiliki kebudayaan yang sama. Masyarakat mulai bertemu dengan kelompok budaya lainnya.

Masyarakat multikultur mempunyai dua keterampilan berbahasa, yaitu mengalihkan bahasa yang tepat dalam irama tertentu, serta nada suara dalam pengucapan bahasa. Menurut Ohoiwutun (1997: 45-48) terdapat empat variabel untuk menjelaskan bahasa dalam masyarakat multikultur,m yaitu : (1) heterogenitas vs homogenitas, (2) bilingual atau multilingual, (3) campur kode, alih kode, (4) interferensi30

Heterogenitas vs Homogenitas. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan atau persamaan kultur yang dimiliki ras atau etnik dalam sebuah komunitas. Pada pusat kebugaran, terdapat kesamaan atau perbedaan suku maupun kelas-kelas sosial, dimana kesamaan ini dapat membuat perbedaan maupun jarak sosial antar masyarakat. Jarak sosial terjadi karena adanya

.

30

perbedaan status antara masyarakat. Semakin besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, seperti adanya “si kaya” dengan “si miskin”. Dengan tindakan “si kaya” yang terkesan membanggakan apa yang dimilikinya, juga menjaga jarak dengan “si miskin” yang tidak mempunyai apa-apa. Apabila jarak sosial semakin besar, maka semakin renggang hubungan sosial. Pada pusat kebugaran juga terlihat jarak sosial yang membuat perbedaan semakin menonjol, seperti pada sebuah pusat kebugaran yang dihuni oleh beberapa orang dengan kelas sosial yang berbeda. Perbedaan akan tampak walaupun berusaha ditutupi. Seperti dari cara berbicara, perbedaan wawasan, juga penampilan. Adanya konesp-konsep heterogenitas maupun homogenitas membuat masyarakat dapat bersikap antipati, yaitu sikap muncul karena adanya perbedaan penafsiran terhadap sesuatu sehingga menimbulkan perasaan yang berbeda satu dengan yang lain. Seperti pada seorang yang berada pada satu lingkungan baru dimana masyarakat mempunyai kebudayaan yang sama. Seorang ini tidak dapat menyesuaikan diri, sehingga dia bersikap antipati terhadap lingkungan baru.

Bermacam-macam sikap masyarakat yang tergabung dalam pusat kebugaran. Ada beberapa orang membuat jarak dengan orang lain tanpa tahu maksud tujuannya. Seorang yang membuat jarak cenderung lebih penyendiri, tidak suka untuk bersosialisasi.

Bilingual atau Multilingual. Bilingual untuk menjelaskan penggunaan dua bahasa yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan

multilingual menjelaskan seseorang/sekelompok orang yang memiliki kemampuan bahasa lebih dari dua bahasa. Kegunaan bilingual maupun multilingual ini dapat dilihat ketika seseorang ingin memasukkan diri atau mengakrabkan diri dengan sekelompok orang lain yang mempunyai bahasa berbeda. Sedangkan pada multilingual, masyarakat memiliki lebih dari satu kemampuan dalam menguasai bahasa, seperti pada etnis Cina, dimana ketika masuk ke Indonesia, etnis Cina dapat menguasai bahasa Indonesia, bahkan nama mereka juga diganti dengan nama-nama Indonesia.

Campur kode, alih kode. Merupakan penggunaan bahasa dimana bahas asing dicampurkan penggunaannya dalam berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa campuran ini sering digunakan oleh masyarakat Indonesia, seperti olahraga intensif, masyarakat multicultural, maupun bahasa-bahasa olahraga seperti repetisi, set, plat.

Interfensi. Proses pungutan bahasa sejalan dengan proses terjadinya difusi bahasa. Interfensi dapat terjadi pada tingkat fonologi bahasa ataupun leksikon.

Adanya masyarakat multikultural berpengaruh terhadap bagimana sikap masyarkat lain dalam menanggapinya. Dalam pusat kebugaran, perbedaan kebudayaan dapat membuat seseorang menerima, maupun menolak. Beberapa sikap pun ditunjukkan oleh masyarakat dalam menerima masyarakat lain yang memiliki perbedaan sikap maupun kebudayaan, seperti

Simpati. Simpati seseorang didasari oleh adanya persamaan dalam berbagai aspek kehidupan. Sikap ini dapat juga diartikan sebagai rasa ingin menolong maupun ketertarikan terhadap orang lain ketika salah satu pihak melakukan sebuah tindakan ataupun terjadinya interaksi antar kedua pihak. Adanya interaksi antara kedua pihak ini menyebabkan hubungan keakraban antar keduanya, tanpa batas kedudukan sosial. Simpati pada sesama anggota pusat kebugaran terjadi karena adanya rasa ingin membantu maupun ingin sama seperti yang dilihat.

Antipati. Sikap ini muncul karena adanya rasa tidak ingin menerima keberadaan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Tidak ingin adanya saingan dalam kehidupannya. Seseorang yang mempunyai sikap antipati cenderung lebih diam terhadap orang lain.

Kedua sikap simpati antipati akan menimbulkan pengaruh dalam intensitas maupun frekuansi interaksi. Intensitas atau seringnya bertemu antara individu dapat mempengaruhi hubungan antara satu dengan yang lain. Baik itu mengarah kepada hubungan baik maupun hubungan yang kurang baik.

Sering bertemunya satu orang dengan orang lain di pusat kebugaran membuat mereka semakin akrab, semakin terbuka dengan kepribadian masing- masing karena memang intensitas pertemuan mereka terjadi setiap hari. Intensitas juga dapat merubah kepribadian seseorang, karena adanya rasa simpati

serta sikap ingin meniru orang lain yang dianggap lebih hebat atau lebih pengalaman dari seseorang tersebut.

Kemudian frekuensi interaksi. Ketika ada sikap simpati maupun antipati, maka frekuensi interaksi akan mangarah kepada semakin baik atau semakin buruk. Frekuensi interaksi terbangun dengan baik apabila ketika ada respon dari pihak lain kemudian direspon kembali oleh orang yang memulai interaksi. Interaksi yang terjadi bersumber dari sesuatu baik, seperti informas. Sedangkan frekuensi interaksi buruk terjadi apabila tidak ada respon dari pihak lain, ataupun ada respon dari pihak lain, tetapi tidak sesuai dengan topic yang dibicarakan. Dengan kata lain bertolak belakang.

Dokumen terkait