• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kesimpulan

1. Perubahan UUD NRI 1945 (1999-2002) salah satunya menyangkut perubahan mengenai mekanisme Pilpres dalam system Presidensial yang kita anut . dari semula di ghpilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menjadi dipilih oleh rakyat secara langsung . Pasal 6 ayat (2) UUD NRI 1945 sebelum perubahan menyebutkan. ”Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan dengan suara terbanyak”. Setelah perubahan UUD NRI 1945. ketentuan konstitusi tentang Pilpres tercantum dalam Pasal 6A ayat (1) yang berbunyi . “ Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”.

2. Ambang batas syarat pencalonan Presiden atau PT adalah pengaturan tingkat ambang batas dukungan dari DPR. baik dalam bentuk jumlah perolehan suara (ballot) atau jumlah perolehan kursi (seat). yang harus diperoleh partai politik peserta pemilu agar dapat mencalonkan Presiden dari partai politik tersebut atau dengan gabungan partai politik jika tidak mencapai prosentase tertentu yang diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Pilpres. Ambang batas syarat pencalonan Presiden atau PT mempunyai makna yang hampir serupa dengan Electoral Threshold. pelaksanaan pemilu dalam sistem multi partai ini dimaksudkan untuk menjamin semua partai politik dapat mengikuti pemilu berikutnya dengan adanya mekanisme electoral threshold

3. Putusan Mahkamah Konstisusi Nomor 14/PUU-XI/2013 tentang pemilu serentak sudah tepat karena sudah sesuai dengan Pasal 6A dan Pasal 22E UUD NRI 1945 yang diselenggarakan dalam 5 tahun hanya sekali.

4. UU Pilpres yang berkedudukan sebagai lex superior derogate legi inferiori dari UUD N RI Tahun 1945 maka revisi UU Pilpres perlu

88 dilakukan terutama yang berhubungan dengan PT. Adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 pemilu yang dilakukan secara serentak namun ambang batas syarat mencalonkan Presiden atau Presidentialthreshold adalah legal policy pemerintah dan dinyatakan konstitusional maka seharusnyatidak diperlukan lagi karena pemilu DPR, DPRD, DPD telah dilakukan secara bersama dengan pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Namun, Pengaturan Hal ini tetap merupakan kewenangan terbuka pembentuk Undang-Undang kelanjutannya

D. Saran

Dari analisis sebagaimana diuraikan di atas. masukan dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan putusan diatas, maka diperlukan aturan baru sebagai dasar hukum untuk melaksanakan Pilpres dan Pileg secara serentak. Berdasarkan Pasal 22E ayat (6) UUD NRI Tahun 1945, ketentuan lebih lanjut tentang pemilu haruslah diatur degan undang-undang.

2. Selanjutnya penyelenggaraan Pilpres dan Pemilu Anggota Lembaga Perwakilan harus mendasarkan pada putusan Mahkamah a quo dan tidak dapat lagi diselenggarakan Pilpres dan Pemilu Anggota Lembaga Perwakilan secara terpisah. Selain itu, persiapan persiapan teknis pelaksanaan pemilu harus dipersiapkan dengan matang jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu 2019. Persiapan lain di luar mekanisme pelaksanaan pemilu yang menjadi faktor penentu keberhasilan pemilu juga perlu dipersiapkan. Misalnya, kesiapan lembaga KPU, kesiapan masyarakat terhadap sistem pemilu yang baru, dan mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan buruk yang bisa timbul dalam pelaksanaan Pemilu.

89 DAFTAR PUSTAKA

i. BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Kencana. Jakarta.

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2008.Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT. RajaGrafindo Persada/ Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Buana Ilmu Popular.

Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Sekretariat Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Budiarjo, Miriam. 2007. Dasar- Dasar Ilmu Politik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Buyung, Adnan Nasution. 2007. Pikiran & Gagasan Demokrasi Konstitusional. Kompas. Jakarta.

Campbell, Henry Black. 1968 Black’s Law Dictionary - Definitions of the Terms and Phrases of American and English Jurisprudence. Ancient and Modern (Revised Fourth Edition). West Publishing Co. St. Paul Minn.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. 2011. Pokok-Pokok Flisafat Hukum-Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia (Edisi Revisi). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.1999Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia – Pusat Bahasa (Edisi Keempat). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

90 Dewa, I Gede Atmadja. 2012. Ilmu Negara (Sejarah. Konsep Negara. Dan Kajian

Kenegaraan). Setara Press. Malang.

Dewa, I Gede Atmadja. 2012. Hukum Konstitusi (Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD NRI 1945). Setara Press. Malang. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1995 Kamus Inggris Indonesia (An English

– Indonesia Dictionary). PT. Gramedia. Jakarta.

Kencana, Inu Syafiie. 2005.Pengantar Ilmu Pemerintahan. Cetakan Ketiga. Refika Aditama. Bandung.

Gaffar, Janedjri M. 2012. Demokrasi Konstitusional (Praktik Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan UUD NRI 1945). Konstitusi Press. Jakarta. 2012. Janedri M. Ghaffar. Politik Hukum Pemilu. Jakarta. Konstitusi Pres.

Erfandi. 2014. Parliamentary Threshould dan HAM dalam Hukum Tata Negara Indonesia. Setara Press.

F, C. Strong. 2004. Konstitusi-Konstitusi Politik Modern : Kajian Tentang Sejarah Dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia. Diterjemahkan Dari Modern Political Constitution : An Introduce To The Comparative Study Of Their History And Existing Form. Nuansa Dengan Nusamedia. Bandung.

Isra, Saldi. 2008 Pergeseran fungsi legislasi : Menguatnya model legislasi parlementer dalam sistem Presidensial Indonesia. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. 2010

Kelsen, Hans. 2011. Hukum dan Logika (Teks asli “Hans Kelsen Essays in Legal and Moral Philosophy” terjemahan B Arief Sidharta). PT. Alumni. Bandung.

Kusnardi, Moh. Dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Sinar Bakti. Jakarta.

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna – Historisitas. Rasionalitas. dan Aktualitas Pancasila. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

91 Maman, Ade Suherman. 2004. Pengantar Perbandingan Sistem Hukum. Rajawali

Press. Jakarta.

Mahfud, Moh. MD. 1993. Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. UIIPress. Yogyakarta.

Marijan, Kacung.2010. Sistem Politik Indonesia. Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Kencana. Jakarta.

Mukti, A. Fadjar. 2006. Hukum Konstitusi Dan Mahkamah Konstitusi. Konpress. Jakarta.

Mukti, A. Fajar. 2013. Pemilu Perselisihan Hasil Pemilu Dan Demokrasi Setara Press. Malang.

Mukti, A. Fajar. 1997. Hukum dan Penataan Kehidupan Politik di Indonesia. Malang. Penerbit Universitas Muhammadiyah.

Mukti, A. Fajar. 2006. Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta. Konpres.

Mainwaring, Scott. 2003. “Presidentialism. Multipartism. and Democracy: The Difficult Combination“. dalam The Democracy SourceBook - edited by Robert Dahl. Ian Shapiro. and Jose´ Antonio Cheibub. The MIT Press. London.

Pamuji, S. 1988. Perbandingan Pemerintahan. Bina Aksara.. Jakarta

Soemantri, Sri. 2010. Perkembangan sistem ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD NRI 1945. dalam Saldi Isra Pergeseran Fungsi Legislasi Menguatnya Model Legislasi parlementer dalam sistem Presidensial Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemantri, Sri Dan Bintan Saragih 1993. Ketatanegaraan Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

92 Supriyanto, Didik dan August Mellaz. 2011. Ambang Batas Perwakilan Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap Penyederhanaan Sistem Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu. Perludem. Jakarta.

Surbakti, Ramlan dkk. Perekayasas Sistem Pemilu. Jakarta. Kemitraan.

Thaib, Dahlan et.al. 2011. Teori dan Hukum Konstitusi. Rajawali Pers. Jakarta.

Tricahyo, Ibnu. 2009. Reformasi Pemilu – Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal. In-TRANS Publishing. Malang.

Triwulan, Titik Tutik. 2005. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Triwulan, Titik Tutik. 2011.Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD NRI 1945. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Triwahyuningsih. 2001. Pemilihan Presiden Langsung Dalam Kerangka Negara

Demokrasi Indonesia. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. ii. SKRIPSI/TESIS/MAKALAH/JURNAL:

Alrasyid, Harun. 2002Kajian Sistem Pemerintahan Dan Ruang Lingkupnya. Majalah Mahasiswa Universitas Pasunda. Bandung. .Vol.3. No. III

Dwi, Shanti kartika. PT Dalam Revisi UU Pilpres. Info singkat DPR Vol. V. No. 14/II/P3DI/Juli/2013

Gusti, I Ngurah Agung Sagoya Raditya. 2013. Rethinking Ketentuan Persentase Sebagai Syarat Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden Di Indonesia.Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Naskah Akademik RUU Partai Politik Versi Cetro.

Nazaruddin. 2009. Kebijakan Multipartai sederhana dalam undang-undang pemilu. Jakarta.. Jurnal Konstitusi Volume 1 Nomor 1. juni 2009

93 iii. PERATURAN PERUNDANG- UNDANG:

Undang- Undang No. 42 Tahun 2008 Tentang Pilpres.

Undang- Undang No. No. 12 Tahun 2003 Tentang Pilpres.

Undang- Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Daerah. dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang- Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Partai Politik

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 51-52-59/PUU-VI/2008 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 14/PUUXI/ 2013 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 51-52-59/PUU-VI/2008

iv. WEBSITE

BBC Indonesia.Mahkamah Konstitusi tolak gugatan Yusril Ihza Mahendra.

http://www.bbc.co.uk/Indonesia/berita_Indonesia/2014/03/140320_mk_tol ak diakses tanggal 15 januari 2015 Pukul 10.00 WIB

Koran Jakarta. Yusrin Gugat UU Pilpres http://www.koran-

jakarta.com/news/read/491349/yusrin-gugat-UUpilpres. diakses tanggal

20 Februari 2014

Setkab MPR. Prof Saldi Isra : Presidential Thresold Inskonstitusional

http://www.MPR.go.id/berita/read/2013/05/07/11985/prof-saldi-isra

Dokumen terkait