• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

I. Pendahuluan: Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Bab ini meletakkan dasar kajian dengan memaparkan latar belakang pentingnya Presidential Threshold (PT) dalam sistem pemilihan presiden di Indonesia pasca amandemen UUD 1945. Penulis membahas perubahan sistem pemilihan presiden dari pemilihan oleh MPR menjadi pemilihan langsung oleh rakyat, serta implikasi perubahan tersebut terhadap munculnya PT sebagai mekanisme pengaturan pencalonan presiden. Rumusan masalah dirumuskan secara jelas, mengarahkan pembaca pada fokus utama penelitian yaitu analisis pengaturan PT menurut UUD 1945 dan UU No. 42 Tahun 2008, dan eksistensi PT pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Bagian ini juga menjabarkan tujuan dan manfaat penelitian, menekankan kontribusi teoritis dan praktis bagi khazanah ilmu pengetahuan hukum dan praktik ketatanegaraan Indonesia.

1.1 Latar Belakang Masalah

Bagian ini mengupas perubahan UUD 1945 dan implikasinya terhadap mekanisme pemilihan presiden. Penulis menjelaskan pergeseran dari sistem pemilihan tidak langsung (MPR) ke sistem pemilihan langsung oleh rakyat. Munculnya Presidential Threshold (PT) sebagai syarat pencalonan presiden dibahas sebagai konsekuensi dari sistem pemilihan langsung. Diskusi tentang berbagai interpretasi dan kontroversi seputar PT, termasuk perdebatan konstitusionalitasnya, juga diuraikan. Penulis memperkenalkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013 sebagai titik tolak analisis, menunjukkan pentingnya putusan ini dalam konteks eksistensi PT.

1.2 Rumusan Masalah

Bagian ini menjabarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian secara spesifik dan terukur. Rumusan masalah difokuskan pada dua aspek utama: pertama, bagaimana pengaturan PT berdasarkan UUD 1945 dan UU No. 42 Tahun 2008; dan kedua, bagaimana eksistensi PT setelah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Rumusan masalah ini berfungsi sebagai kerangka acuan analisis dan memastikan fokus penelitian tetap terarah.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Bagian ini menjabarkan tujuan penelitian secara eksplisit, yaitu untuk mengetahui pengaturan PT menurut UUD dan UU terkait serta menjelaskan eksistensi PT pasca putusan MK. Manfaat penelitian dijelaskan dari dua perspektif: teoritis dan praktis. Manfaat teoritis menekankan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, sementara manfaat praktis menekankan aplikasinya dalam konteks ketatanegaraan Indonesia. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai PT dan implikasinya terhadap proses demokrasi di Indonesia.

1.4 Keaslian Penulisan

Bagian ini memastikan orisinalitas karya tulis ini dengan menyatakan bahwa kajian tentang eksistensi PT pasca Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013 belum pernah dilakukan sebelumnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menegaskan bahwa permasalahan yang diangkat merupakan hasil pemikiran orisinil dan argumen-argumen yang diajukan didasarkan pada analisis data dan sumber terpercaya.

1.5 Tinjauan Kepustakaan

Bagian ini merangkum berbagai literatur dan teori yang relevan dengan topik penelitian. Penulis mengkaji berbagai definisi dan perspektif mengenai sistem pemerintahan (parlementer, presidensial, campuran), demokrasi (langsung, perwakilan, prosedural, partisipatoris), dan pemilihan umum. Tinjauan kepustakaan ini memberikan landasan teoritis yang kuat bagi analisis selanjutnya dan menunjukkan pemahaman penulis terhadap berbagai perspektif terkait.

1.6 Metode Penelitian

Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit dalam teks yang diberikan, sebuah bagian tentang metodologi penelitian seharusnya ada di sini. Seharusnya dijelaskan pendekatan penelitian yang digunakan (misalnya, yuridis normatif), sumber data yang digunakan (misalnya, UUD 1945, UU No. 42 Tahun 2008, putusan MK), dan teknik analisis data (misalnya, analisis isi, analisis doktrinal). Penjelasan metode penelitian ini penting untuk menunjukkan validitas dan reliabilitas temuan penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Bagian ini memberikan gambaran umum tentang struktur dan alur penulisan skripsi. Secara ringkas, penulis menjelaskan isi setiap bab dan sub bab, menunjukkan bagaimana masing-masing bagian berkontribusi pada tujuan keseluruhan penelitian. Dengan adanya bagian ini, pembaca dapat dengan mudah memahami alur dan logika berpikir penulis.

II. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan

Bab ini membahas konsep demokrasi konstitusional dan berbagai sistem pemerintahan, termasuk sistem parlementer, presidensial, dan campuran. Penulis menjelaskan karakteristik masing-masing sistem dan relevansinya dengan sistem pemilihan umum. Sistem kepartaian di Indonesia juga dibahas, termasuk perannya dalam proses demokrasi dan pemilihan presiden. Bagian ini menyediakan konteks teoritis penting untuk memahami pengaturan PT dan implikasinya terhadap praktik demokrasi di Indonesia.

2.1 Konsepsi Demokrasi Konstitusional

Bagian ini mendefinisikan demokrasi konstitusional dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Penulis membahas hubungan antara demokrasi, kedaulatan rakyat, dan peranan konstitusi dalam menjamin hak-hak warga negara dan mekanisme pertanggungjawaban pemerintah. Berbagai teori demokrasi dikaji dan dihubungkan dengan konteks Indonesia, terutama berkaitan dengan peranan pemilihan umum dalam mewujudkan kedaulatan rakyat.

2.2 Sistem Pemerintahan

Bagian ini menguraikan perbedaan antara sistem pemerintahan parlementer, presidensial, dan campuran. Karakteristik masing-masing sistem dijelaskan secara rinci, termasuk hubungan antara eksekutif dan legislatif, mekanisme pertanggungjawaban, dan pembagian kekuasaan. Perbandingan ini penting untuk memahami posisi sistem presidensial Indonesia dan bagaimana PT dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan dalam sistem tersebut.

2.3 Sistem Pemilihan Umum

Bagian ini membahas prinsip-prinsip dasar pemilihan umum (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil), perannya dalam demokrasi, dan berbagai jenis sistem pemilihan. Penjelasan ini memberikan kerangka kerja untuk menganalisis sistem pemilihan presiden di Indonesia dan peran PT dalam proses tersebut. Penulis juga dapat membahas isu-isu terkait dengan integritas pemilu dan partisipasi politik.

2.4 Partai Politik dan Sistem Kepartaian

Bagian ini membahas peranan partai politik dalam sistem demokrasi, berbagai jenis sistem kepartaian (tunggal, dwi-partai, multi-partai), dan sistem kepartaian di Indonesia. Analisis ini memberikan konteks untuk memahami peran partai politik dalam mengusung calon presiden dan bagaimana PT dapat mempengaruhi konfigurasi kekuatan politik dalam sistem kepartaian Indonesia. Peran partai politik sebagai penghubung antara pemerintah dan rakyat juga dapat dibahas.

III. Sistem Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

Bab ini menelusuri sejarah sistem pemilihan presiden di Indonesia, mulai dari sistem pemilihan oleh MPR hingga pemilihan langsung pasca amandemen UUD 1945. Penulis menganalisis perubahan konstitusional yang mendasari perubahan sistem pemilihan dan dampaknya terhadap praktik politik di Indonesia. Konsep PT diperkenalkan dalam konteks sistem presidensial Indonesia, menunjukkan bagaimana PT berfungsi sebagai mekanisme pengaturan pencalonan presiden.

3.1 Sistem Pemilihan Presiden Sebelum Perubahan UUD 1945

Bagian ini menjelaskan sistem pemilihan presiden sebelum amandemen UUD 1945, yaitu melalui MPR. Penulis membahas kelebihan dan kekurangan sistem ini, menunjukkan bagaimana sistem tersebut berbeda dengan sistem pemilihan langsung dan implikasinya terhadap dinamika politik. Penulis dapat menghubungkan sistem ini dengan karakteristik sistem pemerintahan semi-presidensial yang pernah dianut Indonesia.

3.2 Sistem Pemilihan Presiden Sesudah Perubahan UUD 1945

Bagian ini menjelaskan perubahan sistem pemilihan presiden menjadi sistem pemilihan langsung oleh rakyat setelah amandemen UUD 1945. Penulis menganalisis pasal-pasal UUD 1945 yang mengatur tentang pemilihan presiden dan dampak perubahan sistem tersebut terhadap praktik politik dan demokrasi di Indonesia. Penulis juga dapat membahas dinamika politik yang muncul akibat sistem pemilihan langsung.

3.3 Konsep Presidential Threshold dalam Sistem Presidensial di Indonesia

Bagian ini memperkenalkan konsep PT secara rinci, menjelaskan tujuan dan mekanisme penerapannya dalam sistem pemilihan presiden di Indonesia. Penulis membahas dasar hukum PT (UU No. 42 Tahun 2008) dan bagaimana konsep ini berkaitan dengan sistem presidensial. Penulis dapat menganalisis pro dan kontra penerapan PT serta dampaknya terhadap partisipasi politik dan stabilitas politik.

IV. Eksistensi Presidential Threshold Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013

Bab ini merupakan inti analisis, memfokuskan pada kajian eksistensi PT pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Penulis menganalisis putusan MK tersebut dan implikasinya terhadap legalitas dan penerapan PT. Berbagai interpretasi dan perdebatan hukum seputar PT dibahas secara mendalam. Penulis juga membahas bagaimana putusan MK tersebut mempengaruhi sistem pemilihan presiden di Indonesia dan implikasinya bagi praktik demokrasi.

4.1 Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi dan Eksistensi Presidential Threshold

Bagian ini menganalisis berbagai putusan MK terkait dengan PT, termasuk Putusan MK Nomor 14/PUU-XI/2013. Penulis membahas argumen-argumen hukum yang diajukan oleh pemohon dan pertimbangan hukum yang dikemukakan oleh MK. Analisis ini menunjukkan pemahaman penulis tentang proses judicial review dan kemampuannya dalam menginterpretasi putusan-putusan MK. Perbedaan pandangan dan berbagai interpretasi terhadap putusan-putusan MK juga dibahas.

V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini merangkum temuan penelitian dan memberikan kesimpulan yang komprehensif mengenai eksistensi PT pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/PUU-XI/2013. Penulis juga memberikan saran-saran kebijakan yang relevan untuk perbaikan sistem pemilihan presiden di Indonesia. Kesimpulan harus mencerminkan hasil analisis bab-bab sebelumnya dan menyajikan jawaban atas rumusan masalah yang telah diajukan. Saran yang diberikan diharapkan konstruktif dan relevan dengan konteks.

5.1 Kesimpulan

Bagian ini menyimpulkan hasil analisis penelitian, menjawab rumusan masalah yang telah diajukan di bab pendahuluan. Kesimpulan harus bersifat ringkas, padat, dan jelas, menunjukkan pemahaman komprehensif penulis terhadap topik penelitian. Kesimpulan juga harus konsisten dengan temuan dan analisis yang telah diuraikan di bab-bab sebelumnya.

5.2 Saran

Bagian ini memberikan saran-saran kebijakan yang relevan berdasarkan temuan penelitian. Saran dapat difokuskan pada perbaikan sistem pemilihan presiden, pengaturan PT, atau aspek-aspek lain yang berkaitan. Saran yang diberikan harus bersifat konstruktif, realistis, dan dapat diimplementasikan. Penulis juga dapat memberikan saran untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik ini.

Referensi

Dokumen terkait

kewenangan Mahkamah Konstitusi pun telah diatur oleh UUD NRI Tahun 1945, dalam hal menyangkut pengujian undang-undang, Mahkamah Konstitusi tentu saja berdasarkan pada ketentuan

42 Menurut Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945, MK memiliki beberapa kewenangan, satu diantaranya adalah kewenangan menguji undang-undang terhadap UUD. Ide adanya peradilan konstitusi

[3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah

Pertimbangan hukum Hakim Mahkamah Konstitusi pada Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 untuk menentukan konstitusionalitas penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden serentak dengan

Landasan hukum pencalonan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu telah tercantum dalam Pasal 6A ayat (2) UUD

Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki kewenangan konstitusi untuk menguji peraturan perundang-undangan terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “ judicial

Oleh karena itu, norma pelaksanaan Pilpres yang dilakukan setelah Pemilu Anggota Lembaga Perwakilan telah nyata tidak sesuai dengan semangat yang dikandung oleh UUD 1945 dan

Landasan hukum pencalonan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu telah tercantum dalam Pasal 6A ayat (2) UUD