• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari uraian sebagaimana yang telah disebutkan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan:

1. Penerapan pembuktian terbalik terhadap pelaku tindak pidana korupsi sudah seharusnya dirumuskan dalam UU tindak pidana korupsi. Alasannya karena pembebanan pembuktian yang sekarang dianut dalam UU ini sangat tidak mendukung dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, sebab jaksa penuntut umum dirasakan sangat kesulitan dalam membuktikan tentang telah terjadinya perbuatan tindak pidana korupsi. Kesulitan tersebut terjadi karena modus yang dilakukan oleh pelaku-pelaku tindak pidana korupsi sangat ter sistematis dan canggih, kecanggihan yang dimaksud dalam hal ini ialah perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih seperti layanan internet dan lain sebagainya.

2. Alasan mengapa hukuman mati harus dianut dalam UU ini karena sanksi yang berat dirasakan masih sangat tepat diterapkan sebagai langkah pencegahan dalam menanggulangi dan meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan negara. Mengingat tingkat pengetahuan dan kedekatan para pelaku tindak pidana korupsi dengan arus informasi dan teknologi, haruslah

diimbangi dengan langkah preventif yang ekstrim. Artinya kewenangan, kekuasaan, pengetahuan dan pemahaman mereka dengan banyak hal, haruslah diredam dan diantisipasi dengan tindakan yang tegas, ketegasan yang dimaksud adalah dengan memberikan ancaman pidana mati bagi setiap kejahatan yang menyangkut penyalahgunaan kewenangan, kekuasaan, pengetahuannya. Dimana kelebihan yang ada padanya seyogyanya ditujukan untuk membantu dan menolong masyarakatnya.

B. Saran

1. Pembebanan pembuktian terbalik harus diterapkan hanya didalam proses persidangan, hal ini dilakukan guna menghindari pemerasan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum pada tingkat penyelidikan dan penyidikan, sebab tingkat pemeriksaan dipengadilan terbuka untuk umum, sedangkan tingkat penyelidikan dan penuntutan tidak terbuka untuk umum.

2 Penerapan sanksi pidana mati tidak ditujukan sebagai upaya balas dendam melainkan diarahkan sebagai upaya preventif. Sehingga tujuan dan cita-cita dari berdirinya negara Idonesia benar-benar dapat terwujud.

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Abidin A.Zainal, et.al. Hukum Pidana Makasar: Taufik, 1962

Agus Muhari Santoso, Paradigma Baru Hukum Pidana, Malang: Averroes Press, 2002

Alatas, Syed Hussain, Korupsi Sifat, Sebab dan Fungsi, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1987

Arif, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: P.T. Citra Aditya Bhakti, 1998

_____,Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Disertasi, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1994

_______, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya, 2003 Chazawi Adami, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Penerbit PT.

Alumni, 2006

Dunn, N William, Analisa Kebijaksanaan Publik, Penyadur Muhadjir Darwin, Yogyakarta: PT. Hadindita Graha Widia, 2000

Hadjar Abdul Fickar, Pengadilan Asongan:Realitas Sosial dalam Perspektif Hukum, Jakarta: CV.Mitra Karya, 2001

Hamzah, Andi, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Jakarta: PT. Gramedia, 1984

Hamzah Andi dan A.Sumangelipu, Pidana Mati di Indonesia di Masa Lain, Kini dan di Masa Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985

Haitijo, Ronny, Soemitro, Metodologi Penemuan Hukum, Jakarta: Ghalian Indonesia, 1988)

Hartono, Sunaryati C.F.G, Penelitian Hukum di Indonesia pada Abad ke-20, Bandung: Alumni, 1994

Klitgaard, Robert, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998 Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty,199)

Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 1995)

Myrdal, Gurnar, Asia Drama Volume II New York: Pantheon, 1968

Ningrat, Koentjara, metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1997 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995

Solichin Abdul Wahab, Kebijakan Sosial, Analisis Kebijaksanaan, Edisi Kedua, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998

Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003

Yamin, Mohamad, dan Baharuddin Lopa, Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU No.3 Tahun 1971), Bandung: Penerbit Alumni, 1987 Makalah

Nasution Bismar, “Mencegah Korupsi dengan Keterbukaan”, Forum No.36, 2005 Nasution Bismar, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum”, Makalah disampaikan pada dialog interktif tentang penelitian hukum dan hasil penulisan hukum pada majalah akreditasi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 18 Februari 2003

Raida L.Tobing, “Perkembangan Kejahatan Kerah Putih Sebagai Akibat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)”, Majalah Hukum, 2002

Surat Kabar Harian Kompas, 17 Januari 2005 UNAFEI, Nikiforov dimuka peserta kursus, 1965

UNAFEI, United Nations, “Summary Report”, Resource Material Series No 7, 1974

Sumber Internet:

Syahruddin Husein, “Pidana Mati Menurut Hukum Pidana Indonesia”. http://www.usulibrary.com, 26 Mei, 2005

AA Oka Mahendra, “Pemberantasan Korupsi di Indonesia”.

http://www.kimpraswil.go.id, 02 Februari 2006 Mansur Kartayasa, UU Pemberantasan TP Korupsi dan Prospeknya. http://www.said – okezone.or.id,

“Maju Mundur Revisi UU Pemberantasan Korupsi” http:www.sindo.go.id.

Moh Din SH MH, “Qanun Anti Korupsi, PengaturanYang Bagaimana” http//www.qanun-antikorupsi. Co.id

Romli Atmasasmita

http://www.portalhukum.com

Fauziah Rasad, “Pemberantasan Korupsi Bermula dan Berakhir Berdasar Legalitas”. http://www.transparansi.or.id,Agustus, 2006

Tri Agung Kristanto, “Pembuktian Terbalik: Perpu atau Amandemen UU 31/1999”. http://www.kompas.com

Komisi Hukum Nasional, “Pembuktian Terbalik dalam RUU KUHP”. http://www.komisihukum.go.id, April, 2007

Hariyanto Kurniawan, “Sistem Pembuktian Terbalik Dapat Dijadikan UU”,. http://www.okezone.com, Senin, 09 April, 2007 Achmad Ali, ”Ambisi Untuk Memberantas Korupsi”

http://www.pu.go.id,

Kamus/Peraturan Perundang-undangan

A.I.N. Kramer ST, “Kamus Kantong Inggris-Indonesia”, (Jakarta: P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997)

Echols, Jhon M, dan Hassan Shadil, “Kamus Inggris-Indonesia”, (Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 1997)

S. Adiwinata, “Kamus Istilah Hukum Latin Indonesia”, Jakarta: P.T. Intermasa, Cetakan I, 1997

Soerjono Soekanto, Pudji Santoso,” Kamus Kriminologi”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 1999

UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Dokumen terkait