• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

1. Keberadaan spesies asing invasif eceng gondok secara langsung dapat mengakibatkan terjadinya homogenisasi vegetasi akuatik. Ekosistem perairan yang terinvestasi oleh eceng gondok akan didominasi oleh spesies tumbuhan tersebut.

2. Dominasi eceng gondok secara tidak langsung juga dapat mengakibatkan penurunan kekayaan dan keanekaragaman spesies serangga. Keberadaan eceng gondok dapat memicu terjadinya homogenisasi spesies serangga yang berasosiasi dengan komunitas tumbuhan akuatik. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa serangga herbivor merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan komposisi vegetasi akibat keberadaan spesies asing invasif. Kondisi ini juga dapat menurunkan keanekaragaman komunitas Hymenoptera parasitoid. Penurunan kekayaan dan keanekaragaman Hymenoptera parasitoid berkaitan erat dengan penurunan keanekaragaman komunitas serangga herbivor.

3. Agens hayati N. eichhorniae telah menyebar secara luas di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta, sedangkan N. bruchi tidak ditemukan dalam penelitian ini. Ada indikasi bahwa penyebaran N. eichhorniae secara pasif lebih efektif dibandingkan secara aktif sehingga habitat eceng gondok yang terisolasi, yaitu di lokasi Karawang, tidak dapat dikolonisasi oleh agens hayati ini. Meskipun N. eichhorniae secara umum telah mapan di lapangan, namun secara relatif kelimpahannya rendah dan tidak dapat menekan populasi eceng gondok.

4. N. eichhorniae memiliki preferensi dan tingkat kekhususan inang yang tinggi terhadap eceng gondok. Sejauh ini terbukti bahwa kecil kemungkinan terjadinya pergeseran inang agens hayati tersebut. Demikian juga dengan kemungkinan terjadinya ekspansi kisaran inang di lapangan sejauh ini tidak terbukti. Selain itu, ada indikasi bahwa keberadaan agens hayati N.

eichhorniae tidak memiliki implikasi terhadap komunitas serangga yang hidup pada habitat eceng gondok.

Saran

1. Implikasi keberadaan spesies invasif eceng gondok terhadap komunitas tumbuhan akuatik dan serangga sangat serius, sebab dominasi eceng gondok dapat memicu terjadinya homogenisasi spesies tumbuhan akuatik dan serangga. Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan strategi yang tepat dalam pengendalian populasi spesies tumbuhan invasif tersebut. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan pengendalian secara mekanik, yaitu dengan mengangkat massa eceng gondok dari ekosistem perairan. Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan dapat diintegrasikan dengan penerbitan regulasi dari pemerintah yang mendorong upaya pengendalian, sebagaimana dilakukan di Danau Lido.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N. eichhorniae secara umum telah mapan di lapangan, namun secara relatif kelimpahannya rendah dan tidak dapat menekan populasi eceng gondok. Rendahnya kelimpahan agens hayati ini di lapangan diduga berkaitan dengan kandungan nitrogen dan senyawa polutan pada eceng gondok. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa eceng gondok merupakan kolektor logam berat dan sebagian perairan di Indonesia telah terpolusi secara serius. Oleh karena itu, penelitian secara mendetail diperlukan untuk mempelajari sejauhmana kandungan nitrogen dan senyawa polutan pada eceng gondok dapat mempengaruhi biologi N. eichhorniae, terutama berkaitan dengan aspek reproduksi dan perkembangan populasinya. 3. Dalam program introduksi agens hayati gulma di masa mendatang sebaiknya

dilakukan secara bertahap, dimulai dengan kegiatan dalam skala terbatas. Sebelum pelepasan agens hayati introduksi dalam skala luas perlu dilakukan penelitian secara mendalam, terutama berkaitan dengan efektivitasnya di lapangan, sebab efektivitas yang tinggi di laboratorium tidak serta-merta menjadi jaminan keberhasilan di lapangan.

Altieri MA, Nicholls CI. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Secound edition. New York: Food Products Press.

Bellows, TS. 2001. Restoring population balance through natural enemy introductions. Biological Control 21: 199-205.

Bernays EA. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivores: Success seen as different ways to eat without being eaten. BioScience 48(1): 35-44. Bernays EA, Chapman RF. 1994. Host-plant Selection by Phytophagous Insects.

New York: Chapman & Hall.

Borror DJ, Trplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan pelajaran serangga. Edisi keenam. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction of The Study of Insects. Brodbeck B, Strong D. 1987. Amino acid nutrition of herbivorous insects and stress to host plants. Di dalam: Brodbeck B, Strong D, editor. Insect Outbreaks. New York: Academic Press. hal. 347-363.

Brothers DJ, Finnamore AT. 1993. Superfamily Vespoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Burley FM. 1988. Monitoring Biological Diversity for Setting Priorities in Conservation. Di dalam: Wilson EO, Peter FM (editor). Bidiversity. Washington DC: National Academy Press.

Center TD. 1994. Biological control of weeds: waterhyacinth and waterlettuce. Di dalam: Rosen D, Bennet FD, Capinera JL, editor. Pest Management in The Subtropics: Biological Control—A Florida Perspective. Andover: Intercept Ltd.

Center TD, Dray Jr FA, Jubinsky GP, Leslie AJ. 1999. Waterhyacinth weevils (Neochetina eichhorniae and N. bruchi) inhibit waterhyacinth (Eichhornia crassipes) colony development. Biol Cont 15: 39-50.

Center TD, Hill MP, Cordo H, Julien MH. 2002. Waterhyacinth. Di dalam: Van Driesche R et al. Biological Control of Invasive Plants in The Eastern United States. USDA Forest Service Publication FHTET.

Cilliers CJ. 1991. Biological control of waterhyacinth, Eichhornia crassipes

(Pontederiaceae), in South Africa. Agriculture, Ecosystems and Environment 37: 207-217.

Colwell RK. 2000. EstimateS: Statistical Estimate of Species Richness and

Shared Species from Samples. Version 6.0b1 [Serial online].

http://www.viceroy, eeb.uconn.edu/estimates [16 Desember 2003]

Confrancesco AF. 2000. Factors to consider when using native biological control organisms to manage exotic plants. J Aquat Plant Manage 38: 117-120.

Cory JS, Myers JH. 2000. Direct and indirect effects of biological control. TREE

15:137-139.

Daly HV, Doyen JT, Ehrlich PR. 1978. Introduction to Insect Biology and Diversity. International Student Edition. Tokyo: McGraw-Hill.

De Loach CJ. 1972. Host specifity of weevil Neochetina bruchi in Argentina. A biological control agent of water hyacinth (Eichhornia crassipes).

Annals of the Entomological Society of America 69: 635-642.

Driesche RG, Bellows TS. 1996. Biological Control. New York: Chapman & Hall.

Fayad YH, Ibrahim AA, El-Zoghby AA, Shalaby FF. 2001. Ongoing activities in the biological control of waterhyacinth in Egypt. Di dalam: Julien MH, Hill MP, Center TD, Jianqing D, editor. Biological and integrated control og waterhyacinth, Eichhorniae crassipes. ACIAR Proceedings 102, hal 43-46.

Finnamore AT, Brothers DJ. 1993. Superfamily Crysidoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Forno IW, Julien MH. 2000. Success in biological control of aquatic weeds by arthropods. Di Dalam: Gurr G, Wratten S, editor. Biological Control: Measures of Success. London: Kluwer Academic Publishers.

Gibson GAP. 1993. Superfamilies Mymarommatoidea and Chalcidoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services. Gopal B, Sharma KP. 1981. Water-hyacinth (Eichhornia crassipes), The Most

Troublesome Weed of The World. New Delhi: Hindasia.

Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Grodowitz MJ. 1998. An active approach to the use of insect biological control for the management of non-native aquatic plants. J Aquat Plant Manage

36: 57-61.

Gullan PJ, Cranston PS. 1994. The insects: An outline of Entomology. London: Chapman & Hall.

Gurure R. 1999. Water hyacinth: searching for lasting solutions to control this weed menace in Zimbabwe. Makalah disampaikan pada Workshop on Sustainable Management of the Lakes of Zimbabwe, 24-25 Februari 1999. hal 110-124.

Hawkins BA. 1994. Pattern and Process in Host-parasitoid Interactions. Cambridge: Cambridge University Press.

Heong KL, Aquino GB, Barrion AT. 1991. Arthropod community structure of rice ecosystem in the Philipines. Bull Entomol Research 81: 407-416. Hill MP, Olckers T. 2001. Biological control initiatives againts water hyacinth

in South Africa: constraining factor, success and new courses of action. Di dalam: Julien MH, Hill MP, Center TD, Jianqing D, editor. Biological and integrated control of water hyacinth, Echhornia crassipes. ACIAR proceeding. Hal 33-38.

Holldobler B, Wilson EO. 1990. The Ants. Canada: Harvard University Press. Hongo H, Mjema P. 2002. Effects of agricultural activities in Kagera riverine

wetlands on water hyacinth control. Makalah disampaikan pada Third WaterNet/Warfsa Symposium ‘Water Demand Management for Sustainable Development’. Dar Es Salaam, 30-31 Oktober 2002.

Idris AB, Zanedarwaty NN, Gonzaga AD, Zaidi MI, Azman S, Salmah Y. 2001. A study on four methods of sampling Ichneumanidae and Braconidae at two Different Habitats of Fraser’s Hill, Malaysia. Pakistan J Biol Sciences

4(12): 1515-1517.

Irsan C. 2004. Tumbuhan Inang, Parasitoid dan Hiperparasitoid Kutudaun Myzus persicae (Sulzer) (Homoptera: Aphididae) di Sekitar Bogor dan Cianjur [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.

Jervis M, Kidd N. 1996. Insect Natural Enemies, Practical Approaches to Their Study and Evolution. London: Chapman & Hall.

Jianqing D. 2002. The invasion of water hyacinth in China. Di dalam: IMPECCA. Biological and integrated control of Eichhornia crassipes.

Julien MH. 2001. Biological control of water hyacinth with Arthropods: areview to 2000. in: Julien MH, Hill MP, Center TD, Jianqing D, editor.

Biological and Integrated Control of Water Hyacinth, Eichhornia crassipes. Australia: ACIAR. hlm 8-20.

Julien MH, Griffiths MW, Wright AD. 1999. Biological control of water hyacinth. The weevils Neochetina bruchi and Neochetina eichhorniae: biologies, host ranges, releasing and monitoring techniques for biological control of Eichhornia crassipes. Canberra: ACIAR.

Kartosuwondo U, Buchori D, Tjitrosemito S. 2006. Spesies eksotik: Implikasi spesies eksotik terhadap keanekaragaman hayati dan struktur komunitas serangga pada berbagai ekosistem. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana (HPTP) Angkatan II Tahun III. Bogor: LP2M IPB.

Kasno, Mangoendihardjo S. 1978. Upaya mendatangkan dan pengujian kumbang moncong Neochetina eichorniae ke Indonesia [laporan penelitian]. Di dalam: Laporan diskusi kemungkinan penggunaan kumbang moncong (Neochetina eichhorniae) bagi pengendalian hayati Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di Indonesia. Seameo Biotrop. Bogor. hal 11-21.

Kasno, Putri ASR, Widayanti S, Sunjaya. 2001. Establishment of Neochaetina

spp.: Their pattern of local dispersal and age structure at release site.

BIOTROPIA 17:18-29

Kasno, Sundjaya, Putri ASR, Dharmaputra OR, Handayani HS. 1999. Integrated use of Neochetina bruchi and Alternaria eichhorniae in controling water hyacinth. BIOTROPIA 13:1-17

Kasno, Tjitrosemito S, Sunjaya, Handayani HS. 1997. Establishment of water hyacinth weevil (Neochetina bruchi) in Indonesia: Rearing, release techniques and natural enemies. BIOTROP Internal Report.

Kasno. 2003. Pengendalian gulma secara biologis. J Tropical Weeds1(1): 13-17. Kostermans AJGH, Wirdjahardja S, Dekker RJ. 1987. The weed: description,

ecologi and control. Di dalam: Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G, editor. Weed of rise in Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hal 24-566.

Krebs CJ. 1999. Ecological Methodology. Second edition. Menlo Park: Addison-Wesley.

Kruess A. 2003. Effect of lanscape structure and habitat tipe on a plant- herbivore-parasitoid community. Ecography 26: 283-290.

Laumonier EKW, Megia R, Veenstra H. 1987. The seedling. Di dalam: Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G, editor. Weed of rise in Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hal 567-686.

Linch LD, Ives AR, Waage JK, Hochberg ME, Thomas MB. 2002. The risks of biocontrol: Transient impacts and minimum nontarget densities.

Ecological Aplication 12(6): 1872-1882.

Magurran AE. 1996. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Chapman & Hall.

Mangoendihardjo S. 1978. Penggunaan kumbang moncong Neochetina eichhorniae di beberapa negara dan kemungkinan pemakaiannya di Indonesia [laporan penelitian]. Di dalam: Laporan diskusi kemungkinan penggunaan kumbang moncong (Neochetina eichhorniae) bagi pengendalian hayati Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di Indonesia. SEAMEO BIOTROP. Bogor. hal 29-51.

Masner L. 1993. Superfamily Ceraphronoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Masner 1993a. Superfamily Proctotrupoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Masner 1993b. Superfamily Platygastroidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Mason WRM. 1993. Superfamilies Evanioidea, Stephanoidea, Megalyroidea, and Trigonalyoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Mooney HA, Cleland EE. 2001. The evolutionary impact of invasive species.

PNAS 98(10): 5446-5451.

Naumann ID. 1991. Hymenoptera (Wasps, bees, ants, sawflies). Di dalam: Naumann ID, Carne PB, Lawrence JF, Nielsen ES, Spradbery JP, Taylor RW, Whitten MJ, Littlejohn MJ, editor. The Insects of Australia. A textbook for students and research workers. Carlton, Victoria: Melbourne University Press.

Noyes JS. 1989. The diversity of Hymenoptera in tropics with special refrence to parasitica in Sulawesi. Ecol Entomol 14: 197-371.

Ochiel GS, Njoka SW, Mailu AM, Gitonga W. 2001. Establishment, spread and impact of Neochetina spp. on water hyacinth in Lake Victoria, Kenya. Di dalam: Julien MH, Hill MP, Center TD, Jianqing D, editor. Biological and Integrated Control of Water Hyacinth, Eichhornia crassipes. ACIAR Proceedings 102. hal 89-95.

Ogwang J. 2001. Is there resurgence on Lake Victoria? Di dalam: IMPECCA. Biological and integrated control of Eichhornia crassipes. Water hyacinth news No. 4. Silwood Park: CABI Bioscience.

Olden JD, Poff NL, Douglas MR, Douglas ME, Faucsh KD. 2004. Ecological and evolutionary consequences of biotic homogenezation. Trend in Ecol an Evol 19(1): 18-24.

Pearson DE, Callaway RM. 2003. Indirect effects of host-specific biological control agents. Trend in Ecol Evol 18(9): 456-461.

Perkins PD. 1972. Host specificity and biology studies of Neochetina eichorniae

Warner, an insect for the biological control of waterhyacinth. Florida: USDA-ARS.

Primack RB. 1998. Biologi konservasi. Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P, penerjemah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Terjemahan dari: A Primer of Conservation Biology.

Quicke DLJ. 1997. Parasitic Wasps. London: Chapman & Hall.

Rebelo MT, Center TD. (2001). Microsporidia & Neochetina. Di dalam: IMPECCA. Biological and integrated control of Eichhornia crassipes. Water Hyacinth News No. 4. Silwood Park: CABI Bioscience.

Ritchie AJ. 1993. Superfamily Cynipoidea. Di dalam: Goulet H, Huber JT, editor. Hymenoptera of The World: An Identification guide to families. Ontario: Minister of Supply and Services.

Rizali A, Buchori D, Triwidodo H. 2000. Keanekaragaman serangga dan peranannya di daerah persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di dalam: Soenarjo E, Sosromarsono S, Wardodjo S, Prasadja I, editor. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung, 16-18 Oktober 2000. Hal. 175-183.

Rosenzweig ML. 1995. Species Diversity in Space and Time. New York: Cambridge University Press.

Schaffner URS. 2001. Host range testing of insects for biological weed control: How can it be better interpreted? Bioscience 51:951-959.

Dokumen terkait