• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai sistem tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :

1) Aktivitas tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan berdasarkan kasus di dua sentra pembudidayaan, yaitu Pantai Kutuh (Desa Kutuh) dan Pantai Geger (Kelurahan Benoa) memiliki perbedaan sistem pengelolaan di tingkat petani, yakni pengelolaan secara individu oleh petani dan adanya peranan kelompok dalam memfasilitasi keberlangsungan aktivitas tataniaga. Lembaga yang terlibat diantaranya pedagang pengumpul, agen perantara dan eksportir. Rumput laut merupakan produk dengan tujuan pasar ekspor yang diekspor dalam bentuk rumput laut kering. Pada sistem tataniaga rumput laut ini terdapat tiga pola saluran tataniaga. Saluran tataniaga yang banyak digunakan adalah tataniaga dengan melibatkan peranan kelompok tani dalam kegiatan pemasaran. Penerapan fungsi – fungsi tataniaga oleh para pelaku yang terlibat dalam penyaluran rumput laut telah berjalan dengan relatif baik walaupun belum berjalan optimal khususnya pada petani yang mengelola tataniaga secara individu dan di tingkat pedagang pengumpul, khususnya dalam pelaksanaan fungsi fisik berupa penyortiran rumput laut. Struktur pasar yang dihadapi oleh pelaku tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan yaitu, di tingkat petani baik yang tergabung melalui kelompok tani ataupun individu cenderung menghadapi struktur pasar bersaing. Pada tingkat pedagang pengumpul dan agen perantara cenderung menghadapi pasar tidak bersaing baik dilihat dari sisi pedagang pengumpul sebagai penjual maupun pembeli. Sementara itu pihak eksportir cenderung menghadapi struktur pasar bersaing dilihat dari sisi eksportir sebagai penjual karena adanya persaingan antar eksportir yang cukup ketat misalnya saja dengan sesama eksportir yang berasal dari wilayah Surabaya serta adanya kepatuhan terhadap standarisasi yang telah ditetapkan terhadap rumput laut yang akan diekspor sedangkan jika dilihat dari sisi eksportir sebagai pembeli maka struktur pasar yang dihadapi cenderung struktur pasar tidak bersaing. Sementara pada

perhitungan pangsa pasar rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan diperoleh nilai pangsa pasar sebesar 20,9 persen pada tahun 2009 dan 21,88 persen pada tahun 2010 karena nilai berada pada kisaran 20 – 50 persen maka nilai tersebut menunjukkan bahwa tataniaga rumput laut yang dihasilkan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan cenderung menghadapi struktur pasar oligopoli ketat.

2) Peranan kelompok tani sangat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam keberlangsungan tataniaga rumput laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan. Kelompok tani tidak hanya memiliki peranan dalam aktivitas budidaya rumput laut, namun juga pada aktivitas pemasaran. Kelompok tani bertugas langsung mencari calon pembeli rumput laut. Petani yang menjalani aktivitas tataniaga melalui kelompok tani memperoleh pendapatan yang lebih baik, karena dengan adanya kelompok tani semakin memperkuat bargaining position petani khususnya dalam perolehan tingkat harga jual rumput laut kering. Petani yang melakukan penjualan rumput laut melalui kelompok tani memperoleh harga jual yang lebih tinggi yaitu pada harga Rp 8.600,00 per kilogram rumput laut kering dibandingkan dengan petani yang melakukan penjualan secara individu yaitu hanya Rp 7.000,00 per kilogram rumput laut kering. Kelompok tani juga memberikan pelayanan lebih kepada anggota yaitu memfasilitasi penyediaan kebutuhan sehari – hari dan membantu permodalan anggota petani.

3) Pada hasil analisis efisiensi tataniaga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya, keuntungan dan marjin yang diperoleh oleh setiap pelaku di dalam tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Perbedaan ini dipengaruhi oleh penerapan dalam pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga oleh masing – masing lembaga. Saluran I memiliki perolehan marjin terkecil diantara tiga pola saluran yang terbentuk yaitu sebesar 13,68 persen dan farmer’s share tertinggi sebesar 88,23 persen. Namun, pada nilai rasio π/C saluran ini memiliki nilai terkecil yaitu 1,54. Namun, saluran ini dinilai sebagai alternatif saluran yang efisien karena tercapainya kesejahteraan petani yang terlibat dalam saluran ini terlihat dari nilai marjin dan farmer’s share yang dihasilkan. Sementara itu dari sisi konsumen, produk rumput laut yang

diproduksi pada saluran I memiliki kualitas rumput laut yang lebih baik karena kelompok tani telah menetapkan standarisasi mutu rumput laut sehingga memenuhi standar ekspor. Selain itu adanya upaya peningkatan kualitas rumput laut di tingkat petani khususnya pada saluran II dan III dapat meningkat efisiensi sistem tataniaga yang dilaksanakan, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai farmer’s share dan penurunan nilai marjin tataniaga.

7.2. Saran

Pengaktifan peranan kelompok tani dalam aktivitas tataniaga rumput laut perlu dilakukan khususnya bagi para petani di wilayah Pantai Geger (Kelurahan Benoa) dalam upaya memperkuat bargaining position para petani sekaligus mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani melalui perolehan harga jual yang lebih baik. Selain itu melalui keberadaan kelompok tani, diharapkan dapat mengontrol standar kualitas rumput laut kering ekspor, sehingga kelompok tani tidak hanya berperan dalam aktivitas pembudidayaan saja. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi atau pelatihan mengenai pentingnya peranan kelompok tani serta informasi tentang standarisasi kualitas rumput laut yang baik untuk ekspor. Peningkatan standar kualitas rumput laut khususnya melalui penurunan tingkat kadar air dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan harga jual di tingkat petani serta meningkatkan kepuasan konsumen dalam hal ini eksportir karena terpenuhi standarisasi ekspor pada tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.

Ketersediaan rumput laut sebagai bahan baku berbagai olahan dengan jaminan kualitas menjadikan nilai lebih bagi pengembangan kegiatan industri di Pulau Bali khususnya bagi industri pengolahan rumput laut. Melalui pendirian industri pengolahan rumput laut atau dengan memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tani di wilayah Kecamatan Kuta Selatan tentunya akan memberikan tambahan pendapatan bagi petani serta nilai tambah tersendiri bagi komoditi rumput laut sehingga rumput laut tidak hanya diekspor dalam bentuk rumput laut kering saja melainkan sudah dalam bentuk olahan. Kemampuan kelompok tani dalam mengontrol standar kualitas rumput laut kering dapat menjadi modal untuk menghasilkan produk olahan yang berkualitas. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan devisa negara yang diperoleh melalui kegiatan

ekspor. Apabila hal tersebut dapat terealisasi, maka Bali dapat dijadikan sebagai salah satu wilayah pengembangan klaster rumput laut nasional.

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai peranan lembaga kelompok tani sendiri terhadap usaha pembudidayaan rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan. Selain itu, mengingat rumput laut di wilayah Kecamatan Kuta Selatan merupakan produk dengan tujuan ekspor, maka dapat dilakukan analisis daya saing dari rumput laut di wilayah ini terhadap rumput laut di sentra pembudidayaan lain di Indonesia.

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN