• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sistem Tataniaga

6.2. Saluran Tataniaga

Saluran tataniaga atau dikenal juga sebagai saluran pemasaran adalah sekelompok individu ataupun lembaga yang memiliki hubungan satu sama lain dalam penyaluran produk dari produsen ke tangan konsumen. Saluran tataniaga juga menggambarkan keterkaitan antar pelaku tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dan pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga sebagai upaya peningkatan nilai tambah dari rumput laut yang dipasarkan. Penelusuran saluran tataniaga komoditi rumput laut dimulai dari pihak petani sebagai produsen primer hingga pihak agen perantara dan eksportir yang berada di wilayah Bali dan luar Pulau Bali (Surabaya). Penelusuran tidak dilakukan hingga tingkat konsumen akhir karena produk rumput laut yang disalurkan merupakan produk ekspor dengan permintaan dalam bentuk rumput laut kering yang biasanya dijadikan sebagai bahan baku produk olahan dan pangan di negara importir rumput laut. Lembaga tataniaga yang dijadikan konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pihak eksportir.

6.2.1. Saluran Tataniaga I

Saluran tataniaga I merupakan saluran yang banyak digunakan oleh petani rumput laut yang menjadi responden dalam penelitian ini dengan persentase responden sebesar 85,71 persen. Pada saluran tataniaga I, petani menjual hasil panen berupa rumput laut kering secara kolektif melalui wadah kelompok tani. Baga (2009) menyebutkan definisi kelompok tani – nelayan merupakan kumpulan petani – nelayan yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, selain itu juga terdapat kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian

untuk bersama – sama meningkatkan produktivitas usahatani nelayan dan kesejahteraan anggota.

Pola saluran tataniaga ini sebagian besar diterapkan oleh para petani rumput laut di wilayah Pantai Kutuh. Pada pola saluran ini, petani responden berasal dari empat kelompok tani rumput laut yang berada di Desa Kutuh. Pada saluran ini jumlah rumput laut yang berasal dari empat kelompok tani tersebut mencapai jumlah 57.800 kg rumput laut kering. Alasan petani memilih untuk menggunakan saluran ini karena dengan berkelompok petani merasa mampu menerima harga yang lebih baik, karena bargaining position petani menjadi lebih kuat, dan para petani tidak perlu kesulitan dalam mencari pembeli. Berdasarkan Saragih (2010) menyatakan bahwa salah satu hal yang patut menjadi agenda pokok dalam upaya pengembangan sektor perikanan pada abad 21 adalah pengembangan organisasi bisnis nelayan dan jaringan bisnis dengan sasaran utama untuk meningkatkan kemampuan nelayan kecil merebut nilai tambah sehingga pendapatan riil dari nelayan dapat ditingkatkan. Adanya peranan kelompok tani dalam sistem tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu dari aplikasi dari upaya pengembangan di sektor perikanan dan kelautan.

Kelompok tani rumput laut di wilayah Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan memberikan beragam manfaat terkait hal yang mencakup kebutuhan para anggota. Kebutuhan tersebut meliputi bantuan permodalan berupa pinjaman kepada anggota, penyediaan sarana budidaya rumput laut hingga penyediaan barang – barang kebutuhan sehari – hari seperti sembako. Keberadaan kelompok tani memberikan kekuatan dalam penawaran harga jual dikarenakan kuantitas rumput laut kering yang dikumpulkan melalui kelompok akan terakumulasi dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan kuantitas barang milik dari masing – masing petani yang rata – rata mampu mengumpulkan sebanyak 200 – 300 kg untuk satu kali periode penjualan yaitu rata – rata setiap dua bulan sekali. Sebagian besar pihak eksportir rumput laut memiliki kuantitas permintaan dalam volume yang besar yaitu 200 – 400 ton untuk satu kali pengiriman ekspor rumput laut kering, sehingga apabila terdapat penawaran rumput laut dalam kuantitas

yang besar maka hal ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi khususnya dalam pengangkutan yang dilakukan oleh agen perantara maupun eksportir.

Kelompok tani juga berperan dalam mengontrol aktivitas standarisasi mutu rumput laut yang dihasilkan oleh setiap anggota. Kelompok tani memberlakukan syarat kualitas yang harus dipenuhi oleh para anggota seperti kadar air (tingkat kekeringan) rumput laut, kebersihan dari rumput laut kering sehingga tidak ada kotoran atau organisme laut yang menempel pada rumput laut yang diserahkan serta telah melakukan pengemasan pada rumput laut kering dengan menggunakan karung yang memiliki muatan sekitar 100 kg per karung. Penetapan syarat yang ditetapkan oleh kelompok tani dalam pengumpulan rumput laut kering ini sebagai upaya peningkatan nilai tambah terhadap hasil rumput laut serta memenuhi permintaan dari pihak konsumen dalam hal ini agen perantara atau eksportir. Melalui penetapan tersebut membuktikan bahwa kelompok tani bisa memperoleh harga yang lebih tinggi yang pada saluran ini diperoleh harga jual di tingkat petani sebesar Rp 8.600,00 per kilogram rumput laut kering dibandingkan para petani yang mengelola aktivitas tataniaga secara individu pada saluran II dan III dengan perolehan harga jual hanya sebesar Rp 7.000,00 per kilogram rumput laut kering.

Kelompok tani telah menentukan penjadwalan terkait waktu penjualan rumput laut yaitu waktu pengumpulan rumput laut kering dari setiap anggota kelompok tani rumput laut. Waktu penjualan biasa dilakukan setiap dua bulan sekali, hal ini disesuaikan dengan waktu periode tanam hingga panen rumput laut dalam kondisi normal yaitu selama 45 hari. Pada waktu penjualan yang telah ditentukan, perwakilan dari pihak kelompok mendatangi masing – masing anggota petani rumput laut untuk mengambil hasil rumput laut kering yang selanjutnya ditimbang dan dicatat lalu dikumpulkan di balai milik kelompok tani. Pengangkutan hasil rumput laut kering dilakukan oleh pihak kelompok dengan menggunakan mobil pick up yang disewa dengan sistem penyewaan per hari. Sistem penyewaan per hari dilakukan mengingat jumlah rumput laut kering yang harus diangkut ke balai kelompok sangat besar sehingga pelaksanaan pengangkutan di tingkat kelompok tani bisa berlangsung dalam waktu satu hari penuh.

Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh kelompok tani setelah pengumpulan rumput laut kering dari masing – masing anggota adalah mencari pembeli. Pada waktu penelitian dilakukan, pembeli yang mengajukan penawaran berasal dari agen perantara untuk pengiriman ekspor melalui eksportir yang berada di Surabaya dan eksportir yang berada di wilayah Bali. Dalam penentuan pembeli ini, kelompok tani tidak memberlakukan kontrak tertentu dengan pihak pembeli. Kelompok tani hanya diminta untuk memenuhi kesepakatan syarat kualitas yang ditentukan oleh pembeli. Syarat yang ditetapkan pada umumnya terkait dengan kadar air, kebersihan dan pengemasan rumput laut kering. Penetapan harga jual di tingkat kelompok tani dilakukan dengan sistem tawar menawar. Pengurus kelompok tani sebelumnya telah melakukan pencarian informasi yang diperoleh melalui media internet mengenai kisaran harga jual rumput laut kering di beberapa daerah di Indonesia. Informasi ini selanjutnya dijadikan sebagai patokan bagi petani dalam menentukan harga jual sehingga petani tetap memiliki kekuatan dalam penentuan harga. Keputusan penentuan pembeli barang dari kelompok tani didasarkan pada pembeli yang mampu memberikan harga tertinggi. Kemampuan kelompok tani dalam mengelola penyetaraan kualitas rumput laut diantara anggota mampu menghasilkan penetapan harga yang sesuai dengan standar harga pasar rumput laut di seluruh Indonesia.

Pada periode penjualan saat penelitian dilakukan, pembeli rumput laut pada kelompok tani rumput laut wilayah Pantai Kutuh berasal dari agen perantara. Dalam penentuan harga, agen perantara murni menjalankan fungsinya sebagai perantara antara petani (dalam hal ini kelompok) dengan pihak eksportir yang berada di Surabaya. Sebelum keputusan pembelian dilakukan, agen memperoleh informasi kisaran harga jual yang ditawarkan oleh kelompok tani, selanjutnya informasi ini disampaikan kepada pihak eksportir. Apabila pihak eksportir setuju dengan penetapan harga yang ditawarkan maka keputusan untuk melakukan pembelian dilakukan. Pada periode penjualan saat penelitian dilakukan petani menjual rumput laut kepada agen perantara dengan harga Rp 8.600 per kilogram rumput laut kering. Pada waktu pembelian, agen perantara datang langsung ke lokasi budidaya untuk mengambil barang. Pada saluran ini agen perantara

melakukan fungsi tataniaga berupa fungsi pengangkutan. Pengambilan barang oleh agen perantara biasanya dilakukan dengan menggunakan truk tronton berkapasitas 20 ton rumput laut kering. Penggunaan sarana pengangkutan berupa truk tronton dinilai efisien dan efektif karena jumlah rumput laut kering yang dipasok dari pihak kelompok tani dalam jumlah besar yaitu rata – rata mencapai 50 ton untuk setiap satu kali periode penjualan. Pengangkutan rumput laut kering biasanya sudah dalam bentuk kemasan per karung dengan total berat rumput laut kering sebesar 100 kg per karung. Setelah dilakukan pengangkutan ke dalam truk milik agen perantara, barang langsung didistribusikan menuju Surabaya tanpa melalui penanganan produk lebih lanjut oleh pihak agen perantara.

Rumput laut kering yang diperoleh dari pihak kelompok tani selanjutnya dibawa oleh agen perantara menuju gudang milik eksportir yang berada di Surabaya. Pada saat penerimaan barang, pihak eksportir akan memeriksa rumput laut yang diterima, jika sudah sesuai dengan standar yang ditentukan maka rumput laut kering tersebut dimasukkan ke dalam container dan siap untuk diekspor. Eksportir yang terdapat di wilayah Surabaya ini memiliki tujuan ekspor khusus ke negara China. Dalam aktivitas pengiriman rumput laut kering ini pihak eksportir menggunakan sistem C and F.

6.2.2. Saluran Tataniaga II

Saluran tataniaga kedua ini juga diterapkan oleh petani rumput laut yang berada di wilayah Pantai Kutuh, hanya saja terdapat hal yang membedakan pada saluran ini yaitu petani yang menggunakan saluran ini tidak tergabung dalam kelompok tani. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani rumput laut yang berada di wilayah Pantai Kutuh, jumlah petani di wilayah Pantai Kutuh yang tidak tergabung ke dalam kelompok tani hanya berjumlah sekitar tiga sampai empat orang saja, namun dalam penelitian ini hanya satu orang petani yang dijadikan sebagai petani responden karena petani rumput lain hanya menjalankan kegiatan budidaya rumput laut sewaktu - waktu. Hal ini didasarkan pada persyaratan penentuan petani responden yaitu harus menjalankan budidaya rumput laut sebagai rutinitas harian. Pada saluran ini, petani menjual hasil panen rumput laut kepada pihak pedagang pengumpul yang berasal dari Desa Sawangan yang masih termasuk dalam Kecamatan Kuta Selatan. Pada penelitian ini terdapat

dua pedagang pengumpul yang terlibat dan pada saluran I pedagang pengumpul yang terlibat diberi sebutan sebagai pedagang pengumpul A.

Pedagang pengumpul A bertugas mengumpulkan hasil panen rumput laut kering dari para petani. Pada saluran tataniaga II ini ada yang membedakan antara kegiatan pascapanen yang dilakukan oleh petani pada saluran tataniaga II dibandingkan dengan petani rumput laut pada saluran tataniaga I. Pada saluran ini petani hanya melakukan penjemuran terhadap hasil panen rumput laut. Setelah itu, hasil rumput laut kering selanjutnya diserahkan langsung kepada pihak pedagang pengumpul, tanpa melakukan proses pengemasan terhadap rumput laut kering yang dihasilkan. Sehingga dalam aktivitas tataniaga pada saluran tataniaga ini petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga.

Pedagang pengumpul A selanjutnya menyerahkan rumput laut kering yang dikumpulkan dari para petani kepada pihak eksportir. Eksportir yang dijadikan tujuan penyaluran rumput laut kering umumnya merupakan pelanggan tetap di setiap periode penjualan. Pedagang pengumpul menyerahkan hasil rumput laut kering yang sudah dikemas dalam karung. Pedagang pengumpul pada saluran II ini melakukan pengemasan serta penyortiran kembali terhadap hasil rumput laut kering yang diterima dari petani sebelum diserahkan kepada eksportir. Pihak eksportir selanjutnya yang akan mendatangi langsung ke pedagang pengumpul.

Eksportir rumput laut ini berada di wilayah Bali. Pihak eksportir selanjutnya mengirimkan langsung hasil rumput laut kering ke negara tujuan ekspor melalui pelabuhan yang ada di Jawa Timur. Sebelum mengirimkan hasil rumput laut kering untuk ekspor, pihak eksportir terlebih dahulu melakukan penyortiran dan pengepakan kembali terhadap hasil rumput laut kering yang diterima dari pihak pedagang pengumpul. Eksportir melakukan pengemasan rumput laut kering kembali dengan ukuran yang sama. Eksportir terkadang juga harus melakukan penjemuran kembali terhadap hasil rumput laut yang diterima. Penanganan ini dilakukan untuk memperoleh rumput laut dengan standar kualitas ekspor yang telah ditentukan.

6.2.3. Saluran Tataniaga III

Saluran tataniaga ketiga memiliki pola yang sama dengan saluran tataniaga kedua. Petani pada saluran tataniaga ketiga ini berasal dari wilayah

Pantai Geger yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Para petani responden pada saluran ketiga ini juga memasarkan rumput laut secara individu. Petani di wilayah ini juga membentuk wadah kelompok tani namun tidak menaungi kegiatan pemasaran rumput laut para anggota petani rumput laut di kawasan Pantai Geger.

Sama halnya dengan petani pada saluran II, pada saluran ini petani menjual hasil panen rumput laut kering kepada pedagang pengumpul, namun dengan pihak pedagang pengumpul yang berbeda dari pedagang pengumpul yang terdapat pada saluran tataniaga II. Pada saluran ini pedagang pengumpul yang terlibat diberi sebutan sebagai pedagang pengumpul B. Pedagang pengumpul B akan mendatangi langsung ke lokasi pondok – pondok milik petani rumput laut. Pada saluran ini petani juga melakukan penjemuran terhadap hasil panen rumput laut yang dibawa dari pantai. Pada saat periode penjualan, pedagang pengumpul B akan datang serta melakukan pengemasan terhadap rumput laut kering ke dalam karung dan selanjutnya dibawa ke gudang milik pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul pada saluran ini hanya menjalankan kegiatan pengemasan tanpa penyortiran terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada pihak eksportir.

Pada saat periode penjualan yang dikaji dalam penelitian ini, pada saluran tataniaga ketiga ini menjual kepada pihak eksportir yang sama dengan pihak eksportir yang ada pada saluran tataniaga II. Eksportir menjalankan aktivitas penanganan yang sama terhadap rumput laut kering dalam sistem tataniaga pada saluran tataniaga II.