• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengurusan Harta Pailit yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan selaku kurator dilaksanakan menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu Mengumumkan tentang adanya Kepailitan, melakukan Tindakan Penyegelan Terhadap Harta Pailit, Pencatatan atau Pendaftaran Harta Pailit, Melanjutkan Usaha Debitor, Membuka Surat-Surat dan Telegram Debitor Pailit, Mengalihkan Harta Pailit, Melakukan Penyimpanan, Mengadakan Perdamaian Kepailitan, Melakukan Pemanggilan Terhadap Kreditor, Mendaftarkan Tagihan Para Kreditor, Menghadiri Rapat Pencocokan Piutang (Rapat Verifikasi), Memberitahukan Hasil Rapat Pencocokan Piutang (Rapat Verifikasi) Kepada Kreditor.

Sedangkan tindakan pemberesan harta pailit menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang meliputi Mengusulkan dan Melaksanakan Penjualan Harta Pailit, Membuat Daftar Pembagian, Membuat Daftar Perhitungan dan Pertanggung-jawaban Pengurusan Dan Pemberesan Kepailitan Kepada Hakim Pengawas.

Pengurusan dan pemberesan harta pailit berdasarkan UUK dan PKPU adalah menginventarisir, menjaga dan memelihara agar harta pailit tersebut tidak berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam jumlah serta nilainya. Sedangkan untuk pemberesan harta pailit adalah penguangan aktiva untuk membayar dan melunasi utang.

2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan di Kota Medan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : Hambatan eksternal, yang meliputi Lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit debitor yang dikirimkan oleh Pengadilan Niaga kepada Kurator, Ketidakcermatan Pengadilan Niaga dalam memeriksa harta kekayaan dari debitor pailit, Tidak koorperatifnya instansi lain terhadap pengurusan dan pemberesan harta pailit, Debitor tidak koorperatif terhadap pengurusan dan pemberesan harta pailit. Sedangkan Hambatan internal, meliputi Tempat penyimpanan harta pailit, dimana pihak Balai Harta Peninggalan tidak memiliki tempat khusus untuk penyimpanan harta pailit tersebut, sulitnya Pengawasan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan selaku Kurator, Hal ini dikarenakan sering dijumpai harta pailit tersebut seperti barang-barang bergerak yang letaknya jauh dari kantor Balai Harta Peninggalan sehingga mengakibatkan akan sulit untuk mengawasinya. Penjualan harta pailit yang dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan selaku Kurator pemerintah dalam Kepailitan.

Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut dilakukan oleh BHP dilakukan dalam bentuk melakukan kerjasama dengan pihak lain secara optimal. melakukan langkah-langkah persuasif, meningkatkan koordinasi dan hubungan yang efektif dengan instansi terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit, dan juga tetap melakukan sosialisasi terhadap instansi-instansi yang selalu berhubungan dengan adanya Kepailitan tersebut, sebagai contonya dengan mengadakan seminar- seminar yang berkaitan dengan Kepailitan dan mengundang instansi-instansi tersebut.

3. Penerapan Prinsip Transparansi dalam Kepailitan terhadap pengurusan dan pemberesan harta pailit oleh Balai Harta Peninggalan selaku Kurator dilakukan dalam bentuk Keharusan untuk memuat hal-hal tertentu yang berkaitan dengan kepailitan dalam Berita Negara dan Surat Kabar Harian, Melakukan pencatatan dalam register umum, Pemeriksaan dan pengucapan Putusan Kepailitan terbuka untuk umum, Melanjutkan usaha debitor, Mengadakan perdamaian Kepailitan, Melakukan pemanggilan terhadap kreditor, Memberitahukan hasil rapat pencocokan piutang (rapat verifikasi) kepada kreditor, Melaksanakan penjualan harta pailit, Membuat daftar pembagian.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya Balai Harta Peninggalan Medan selalu menerapkan prinsip-prinsip transparansi, terutama sekali tugas pokoknya yang berhubungan dengan pelayanan umum terhadap

masyarakat dalam hal Kepailitan dan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa hal yang dapat disarankan, antara lain :

1. Diharapkan pada pihak Pengadilan Niaga setelah menetapkan putusan permohonan pernyataan pailit, agar secepatnya mengirimkan salinan putusan pernyataan pailit tersebut kepada pihak Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator pemerintah seandainya Balai Harta Peninggalan yang ditunjuk sebagai Kurator pailit dalam putusan pernyataan pailit tersebut, sehingga UUK dan PKPU tersebut dapat berjalan dengan efektif.

2. Diharapkan pada pihak-pihak yang terkait dalam perkara kepailitan untuk lebih kooperatif kepada Balai Harta Peninggalan Medan seandainya Balai Harta Peninggalan Medan tersebut ditunjuk sebagai Kurator dalam hal pengurusan dan pemberesan harta pailit dan instansi lain yang terlibat dalam kepailitan baik langsung maupun tidak langsung, Instansi-instansi terkait, Pengadilan Niaga dan Kurator hendaknya menyadari pentingnya penerapan prinsip transparansi. Prinsip transparansi bukan saja bermanfaat bagi kreditur dan debitur tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi Balai Harta Peninggalan sebagai Kurator. Dengan menerapkan prinsip transparansi tersebut kecurigaan terhadap kurator dan penyimpangan dalam kepengurusan dan pembersan harta pailit dapat dihindari,

dan ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memakai jasa Balai Harta Peninggalan sebagai Kurator pemerintah dalam suatu kepailitan, sehingga kedepannya tidak kalah bersaing dengan kurator swasta atau kurator lainnya. 3. Diharapkan kepada pihak pemerintah mencadangkan atau menyediakan dana

operasional untuk Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator Pemerintah dalam Kepailitan untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Sebab hasil yang diperoleh setelah pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut keseluruhannya diberikan kepada pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (selanjutnya disebut PNBP). Sehingga dari dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyediakan atau mengadakan suatu tempat khusus untuk penyimpanan barang-barang bergerak yang merupakan harta pailit, sehingga akan mempermudah dalam hal pengawasan selama dilakukannya pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dan kepada pihak Kurator pemerintah dalam hal ini Balai Harta Peninggalan agar membuat web site di situs internet atas nama Balai Harta Peninggalan agar masyarakat umum dapat mengakses dan mendapatkan informasi dengan mudah tentang kepailitan yang sedang diurusnya. Sehingga prinsip-prinsip transparansin dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut benar-benar terlaksana bukan hanya dalam aturan-aturan saja tapi juga pelaksanaanya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Andasasmita, Komar, Notaris II, Bandung : Sumur, 1983.

Bungi, Burhan, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikas,i Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990.

Fuady, Munir Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

Lontoh, Rudhy A., dkk., Penyelesaian Utang-Piutang Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Alumni, 2001.

Madiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,Yogyakarta : Andi, 2004. Moleong, Lexy J., Metode Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Moerdiono, Sarwono Kusumaatmadja dkk, Birokrasi dan Administrasi Pembangunan-Beberapa Pemikiran dan Pemecahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Muljadi, Kartini, Actio Paulina dan Pokok-Pokok Tentang Pengadilan Niaga,

Bandung : Alumni, 2001.

Muladi, Hak Asasi Manusia-Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2007.

---, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta : Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, Program Pascasarjana,2001.

--- , Hukum Kegiatan Ekonomi I, ( Bandung : Books Terrace & Library, 2007

Nating, Imran, Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004.

Purwosucipto, H.M.N., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Perwasitan, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, Jakarta : Djambatan, 1982.

Sedarmayanti, Good Governance : Kepemerintahan Yang Baik, Bandung : Mandar Maju, 2004.

Situmorang, Victor M., dan Hendri Sukarso, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1994.

Sjahdeini, Sutan Remy, Hukum Kepailitan, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2002. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1981.

Subagyo, Joko P., Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Subhan, M. Hadi, Hukum Kepailitan : Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan,

Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2008.

Suherman, E., Failliessement : Kepailitan, Bandung : Bina Cipta, 1988.

Sunarmi, Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan Di Indonesia, Medan : Pustaka Bangsa, 2008.

Surakhmad, Winarno, Dasar Dan Teknik Research, Bandung: Tarsito, 1978.

Surya, Indra dan Ivan Yustianda, Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi kelangsungan Usaha, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Pratek, Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Waluyo, Bernadette, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

B. Makalah

Adlin, Mukhlis, “Tugas Kurator Dalam Kepailitan”, Medan : Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Graha Kirana, 1998.

Amirullah dkk, “Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan”,

Jakarta : Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2006.

Lucas, “Tugas Dan Kewenangan Kurator Dalam Proses Kepailitan”, Jakarta : Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2005. Hartono, Sri Redjeki, “Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern”,

Jakarta : Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2000.

Hikmahanto Juwana, “Relevansi Hukum Kepailitan Dalam Traksaksi Bisnis Internasiona”l, Jakarta : Pusat Kajian Hukum, 2005.

Marjunin, Amri, “Perwalian Dan Pengampuan Dan Segala Permasalahan Yang Ada Serta Penyelesaiannya”, Medan : Balai Harta Peninggalan, 2004.

--- , ”Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate Governance” Jurnal Hukum Bisnis” (Volume 22 No. 6 Tahun 2003).

---, “Diktat Hukum Pasar Modal”, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003.

---, dan Mahmul Siregar, “Bahan Kuliah : Teori Hukum”, Medan : Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, 2008.

---, dan Sunarmi, “Diktat : Hukum Kepailitan di Indonesia”, Medan, Program Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, 2007.

Nisjar S, Karhi, “Beberapa Catatan Tentang Good Governance”, Jakarta : Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia, 1997.

Rajagukguk, Erman , “Peranan Hukum Dalam Pembangunan pada Era Globalisasi : Implikasinya Bagi Pendidikan Hukum di Indonesia”, disampaikan pada pengukuhan jabatan Guru Besar dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum UI, Jakarta, 4 Januari 1997

Situmorang, Mosgan, “Tinjauan Atas Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 1998 Menjadi Undang-Undang”, Jakarta : Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 1999. Yuhassarie, Emmy, “Pemikiran Kembali Hukum Kepailitan Indonesia”, Jakarta :

Pusat Pengkajian Hukum, 2005.

Yuhelson, “Tugas Dan Kewenangan Kurator Dalam Proses Kepailitan”, Jakarta : Departemen Hukum dan HAM RI, 2006.

C. Majalah, Jurnal Ilmiah

Majalah Bisnis, Volume 22 N0. 6 Tahun 2003

The International Bank for Construction and Development/World Bank, Doing Business in 2005: Removing obstacles to Growth, The World Bank, the International Finance Corporation and Oxford University Press, 2005

D. Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Daftar Perusahaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1999 Tentang Jurisdiksi Pengadilan Niaga.

Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 19 Juni 1980 No. M.01.Pr.07.01-80 Tahun 1980 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan yang menyatakan tentang Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan.

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. M.01-HT.05-10 Tahun 2005 Tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus.

C. Internet

Dokumen terkait