• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam dekrit Perfectae Caritatis membuka jalan pembaharuan dan penyesuaian bagi kehidupan kaum religius di dalam usaha untuk menghadapi tantangan za man ini. Usaha untuk memahami spiritualitas merupakan usaha yang paling tepat karena spiritualitas Manete In Me sebagai daya kekuatan yang menggerakkan para suster Sang Timur dalam menghayati hidup, baik di dalam hidup doa, hidup bersama, hidup karya maupun dalam penghayatan hidup berkaul. Usaha memahami dan menghayati Spiritualitas Manete In Me ini berlaku bagi semua anggota tarekat, tanpa terkecuali, karena melalui pemahaman bersama, para suster dapat saling mengenal, memperkaya dan

meneguhkan satu sama lain dalam usaha berjuang menghadapi tantangan zaman sekarang ini.

Berdasarkan uraian yang ditemukan, Kongregasi Suster Sang Timur terbentuk karena karisma atau kurnia Roh Kudus yang diterima oleh Ibu Pendiri yaitu Ibu Clara Fey yang dilimpahkan oleh Allah di dalam menanggapi situasi pada zamannya akibat dari perkembangan industri di kota Aachen (Jerman) pada tahun 1844 dengan situasi anak-anak yang amat menyedihkan. Anak-anak yang harus bekerja selama 12 jam dan yang harus hidup di lorong- lorong jalan tanpa mendapatkan pemeliharaan dan pendidikan. Keprihatinan sosial yang demikian yang membangkitkan dalam hati Ibu Clara, semangat bakti dan kasih kepada Tuhan, yang menyapa melalui anak-anak dan kaum muda yang miskin dan terlantar. Melalui teladan Bunda Maria yang setia menyertai Yesus sampai di bawah salib, Ibu Clara Fey membina persatuannya dengan Allah. Bunda Maria menjadi pola hidup Ibu Clara Fey karena hidup Bunda Maria berpusat pada Yesus Kristus.

Sebagaimana Bunda Maria, Ibu Clara Fey juga memusatkan hidupnya pada Yesus Kristus, dengan menerima daya hidup sejati dari Allah sendiri, yang berkarya dalam diri Putera-Nya dan melalui Roh-Nya. Oleh karena itu Ibu Clara melibatkan diri dalam karya Yesus yang menebus manusia dari dosa dan menghantar mereka kepada kehidupan yang baru. Tinggal dan hidup di dalam Yesus itulah yang dituangkan dalam Manete In Me (Yohanes 15:4) dan dilambangkan dalam hidup Ekaristik, yakni bersama dan di dalam Yesus mengorbankan diri kepada Bapa dan menyerahkan hidupnya menjadi santapan melalui pembaktian diri seutuhnya kepada sesama, khususnya anak-anak dan

kaum muda. Cara hidup Manete In Me diartikan sebagai undangan untuk terus menerus tinggal dan bersatu dengan-Nya, dan gaya hidup Manete In Me ini diaktualisasikan atau diwujudkan dalam cara berpikir, cara merasa, berdoa, dalam kebersamaan dengan yang lain, dalam berkarya dan dalam penghayatan ketiga kaul, serta diwujudkan melalui pilihan-pilihan dalam hidup sehari- hari, baik secara personal maupun institusional. Buah dari Manete In Me atau Tinggal di dalam Dia membuat para Suster Sang Timur mampu menciptakan persahabatan seperti Yesus sendiri senantiasa penuh sikap persahabatan di sepanjang perjalanan hidup-Nya, tidak terkecuali saat Dia dicerca. Kesuburan hidup yang diperoleh para suster melalui hidup Manete In Me, tidak hanya dinikmati sendiri, tetapi dinikmati pula oleh semua orang. Para suster berusaha membuka diri dan menjadi sahabat bagi semua orang baik dalam suka maupun duka, terlebih pada zaman sekarang ini yang penuh dengan tawaran dan tantangan hidup, serta yang dipenuhi oleh banyak keprihatinan karena pudarnya mentalitas dan nilai- nilai hidup.

Untuk menyikapi dan tantangan-tantangan akibat dari perubahan zaman tersebut dibutuhkan suatu pertobatan terus menerus, baik dalam diri masyarakat maupun dalam diri kaum religius itu sendiri dan juga perlu dihadapi dan diolah bersama baik di dalam tarekat secara kelompok maupun secara pribadi dengan kembali berusaha memahami Spiritualitas Manete In Me melalui katekese. Katekese berperan membantu para Suster Sang Timur dalam menggali gagasan-gagasan dasar semangat asli pendiri yang tercermin di dalam Pedoman Hidup para suster Sang Timur dan juga membantu para suster dalam me ningkatkan pendalaman rohani serta kemampuan untuk membaktikan nilai- nilai Injili dan mengaktualisasikannya dalam kesaksian hidup sehari-hari lewat cara hidup para

suster dan lewat karya kerasulan yang ada dan dipercayakan Tuhan pada kongregasi ini.

Dengan memahami dan menghayati spiritualitas Manete In Me, para suster juga berupaya untuk semakin dekat dengan Yesus, semakin mengenal dan merasakan peristiwa hidup Yesus yang merupakan pemenuhan kehendak Bapa, Para suster mencoba untuk bertolak segar dari Kristus lewat kontemplasi salib sejak masa Kanak-Kanak Yesus sehingga mampu menelusuri dunia dengan jalan dan jiwa persahabatan.

Dalam mengantisipasi tantangan hidup di zaman sekarang ini, para suster Sang Timur berupaya untuk memahami Spiritualitas Manete In Me agar dapat semakin menghayatinya dalam hidup sehari- hari, dan melalui proses katekese, para suster juga berusaha menemukan makna sabda Yesus “Tinggallah di dalam Aku”, sehingga mendorong untuk hidup melekat sub ur pada Yesus Sang Pokok Anggur dan menghasilkan buah yang berlimpah, yang dapat dirasakan oleh banyak orang yang dilayani.

Usaha mendalami spiritualitas Manete In Me melalui katekese model SCP dirasakan cocok bagi para Suster Sang Timur, karena dengan model SCP, yang dalam langkah- langkahnya banyak menggali dan mengolah pengalaman hidup nyata, baik pribadi maupun pengalaman Kitab suci merupakan kerinduan, keprihatinan, dan harapan peserta untuk kemudian mengarah pada keterlibatan baru dalam penghayatan spiritulitas Manete In Me dalam hidup sehari-hari, dengan demikian katekese model SCP ini dirasa lebih mengena bagi para suster dan juga dapat lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh para suster.