• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENELITIAN ATAS PENGHAYATAN ARTI DAN MAKNA

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan tentang Penghayatan Arti dan

5. Kesulitan-kesulitan yang dialami Mahasiswa Selama Studi

Pertanyaan: Kesulitan-kesulitan apa yang anda alami selama kuliah di IPPAK khususnya dalam perjalanan menanggapi panggilan Tuhan sebagai seorang katekis? a. Hasil Penelitian

Tabel 7. Dimensi Kesulitan dan Tantangan Studi di IPPAK N=30

No Jawaban Responden %

(1) (2) (3) (4)

1 Banyak tugas pribadi dan kelompok yang harus dikerjakan 4 13.3 2 Konsekuensi ajaran kebaikan yang terkadang sulit untuk

diterapkan dalam pergaulan sehari-hari. 3 10

3 Kemampuan intelektual dalam memahami mata kuliah yang

berhubungan dengan Kitab Suci, tafsir dan teologi. 3 10 4 Menjalani keterpaksaan kuliah di IPPAK waulupun hati bergulat

demi orang tua atau orang yang sudah membiayai. 3 10 5 Malas mengerjakan tugas dan sulit menangkap ilmu yang telah

diberikan dosen. 2 6.7

6 Pembagian waktu keluarga, lingkungan, kampus dan Gereja. 2 6.7 7

Ejekan dari orang yang lebih tua yang mengatakan agama bukan urusan orang muda. Ejekan dari keluarga, saudara dan teman-teman yang mengatakan bahwa menjadi guru agama itu akan miskin harta karena gajinya kecil.

2 6.7

8 Memahami orang lain, teman-teman dengan budaya dan latar

belakang yang berbeda. 2 6.7

9 Perubahan masa transisi dari SMA menuju Perguruan Tinggi. 2 6.7 10 Memaknai panggilan dari Allah untuk menjadi katekis berat,

karena kenyataannya pikiran dan sikap masih sangat duniawi. 1 3.3

11 Menganalisis data menggunakan komputer. 1 3.3

12 Biaya UKT yang setiap tahun berubah. 1 3.3

13 Memikirkan masa depan sebagai katekis dengan penghasilan

kecil dan terkadang dimanfaatkan orang. 1 3.3

14 Pandangan baru biarawan-biarawati yang dulu dianggap suci

ternyata ada yang buruk, tidak semua baik. 1 3.3 15 Pada awal kuliah terlalu menekankan hal yang rasional. 1 3.3 16 Tuntutan sebagai katekis yang begitu berat dan merasa tidak

b. Pembahasan Hasil Penelitian

Banyak sekali kesulitan, tantangan yang dialami oleh mahasiswa selama kuliah di IPPAK khususnya dalam perjalanan menanggapi panggilan Tuhan sebagai katekis. Berdasarkan tabel di atas, penulis menemukan 16 kesulitan yang dialami dan dirasakan oleh mahasiswa IPPAK semester VII dan IX. Dari 16 kesulitan itu, penulis membaginya menjadi dua aspek tentang kesulitan mahasiswa IPPAK selama kuliah dan menanggapi panggilan Tuhan sebagai katekis. Kedua aspek tersebut ialah:

1) Faktor dari dalam /internal a) Menerapkan ajaran kebaikan

Mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan dalam menerapkan ajaran kebaikan seperti cinta kasih, bersyukur, berbagi dan berbuat baik terhadap sesama. Ajaran tersebut secara tidak langsung membuat mahasiswa IPPAK harus menjadi katekis yang mempunyai kepribadian baik. Secara teori ajaran tentang kebaikan mudah dipahami, namun sulit untuk dilaksanakan dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari.

Menerapkan ajaran kebaikan itu memang sulit. Itulah konsekuensi yang harus dihadapi oleh mahasiswa IPPAK dalam memaknai panggilannya sebagai katekis. Tuntutan ini sesuai dengan pendapat Prasetya (2007: 41) bahwa menjadi seorang katekis harus memiliki kehidupan iman dan moral yang baik, berkepribadian sederhana, berprilaku baik, berdedikasi dan berkomitmen tinggi.

b) Kemampuan intelektual

Beberapa mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan dalam bidang intelektual yaitu kemampuan akademis dalam memahami materi yang berhubungan dengan Kitab Suci dan teologi. Bagi mahasiswa awam materi tentang Kitab Suci dan teologi adalah hal

baru dan asing, karena sebelum kuliah di Prodi IPPAK mahasiswa berasal dari SMA yang mempelajari ilmu-ilmu sosial atau alam yang bersifat umum serta rasional. Selain itu, mahasiswa awam tidak pernah atau jarang membaca buku tentang teologi dan Kitab Suci.

Pada dasarnya Allah memanggil seorang sesuai dengan keadaan diri, bakat, kapasitas dan kemampuannya agar mampu dan senang menjalankan tugas dari Allah (Brena, 1983: 37-38). Namun apabila bakat dan kemampuan diri yang telah diberikan Allah tidak dikembangkan, bakat dan kemampuan itu bisa hilang. Mahasiswa IPPAK yang dipanggil Allah untuk menjadi katekis, dipanggil berdasarkan Allah sesuai dengan kemampuan dan bakatnya. Untuk itu mahasiswa IPPAK perlu menyadari kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah.

Namun, apababila mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan dalam bidang intelektual atau akademik. Mahasiswa tersebut harus bisa menyadarinya kapasitas dirinya dan berusaha belajar lebih tekun, giat serta tidak mudah menyerah agar mampu memahami materi yang dianggapnya sulit. Usaha yang keras dalam belajar dapat memampukan mahasiswa mudah memahami materi perkuliahan. Apabila belum mengerti dapat meminta bantuan dari teman yang sudah memahami atau dosen yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan dalam bidang intelektual atau akademik dapat diatasi asalkan ada niat.

c) Keterpaksaan kuliah di Prodi IPPAK

Beberapa mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan yang bertitik tolak pada latar belakang kuliah di Prodi IPPAK. Mahasiswa terpaksa kuliah di Prodi IPPAK karena tuntunan orang tua, orang yang membiayai dan lembaga pendidikan. Mereka menjalani kuliah di Prodi IPPAK dengan terpaksa dan tidak sepenuh hati. Kuliah hanya menjadi

kegiatan rutinitas dan formalitas dalam menjalankan tugas atau membahagiakan orang tua serta orang yang telah membiayainya.

Penulis pada awalnya terpaksa kuliah di Prodi IPPAK serta mempunyai pemikiran yang sama dengan mahasiswa yang tidak berminat. Namun setelah merefleksikan perjalananan dan mengikuti proses studinya, penulis menyadari bahwa kuliah di Prodi IPPAK adalah panggilan dari Allah untuk menjadi katekis. Panggilan pada dasarnya adalah proses yang menuntut kepekaan terhadap rencana dan kehendak Allah. Panggilan itu berasal dari Allah dan Allahlah yang memilih seseorang untuk ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya (Yamtini, 1981:14).

d) Malas mengerjakan tugas

Beberapa mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Kesulitan utama mahasiwa IPPAK dalam mengerjakan tugas ialah malas. Kemalasan menjadi kendala dan penghambat mahasiswa IPPAK dalam mengikuti materi, mengerjakan tugas pribadi, tugas kelompok dan menyelesaikan skripsi. Kemalasan dalam mengerjakan tugas harus dihadapi bukan diikuti, lebih baik mencoba mengerjakan dari pada tidak sama sekali.

Kemalasan dalam mengerjakan tugas kuliah harus dilawan, karena mata kuliah yang diberikan oleh dosen kelak menjadi bekal dalam menghadapi umat. Mahasiswa IPPAK sebagai seorang calon katekis harus mempunyai kualitas atau mutu dalam dirinya dengan mengembangkan diri dari segi spritual, pengetahuan dan keterampilan (Komkat KWI, 1997: 20). Apabila mahasiswa IPPAK malas mengerjakan tugas dan malas mengembangkan diri, maka kasihan umat yang akan dilayaninya kelak.

e) Memaknai panggilan

Mahasiswa awam IPPAK mengalami kesulitan dalam memaknai panggilannya menjadi katekis. Seringkali mahasiswa bertanya-tanya, apakah benar kuliah di Prodi IPPAK panggilan dari Allah atau sarana mencari pekerjaan dan uang? Mahasiswa awam menyadari bahwa uang dan pekerjaan adalah salah satu kebutuhan untuk menjalani kehidupan, walaupun bukan yang utama. Dalam memaknai panggilan, mahasiswa kuatir akan masa depanya sebagai katekis yang mungkin mempunyai penghasilan kecil. Kekuatiran akan pekerjaan dan penghasilan ini membuat sebagian mahasiswa ragu menjawab panggilan.

Menjawab kekuatiran dalam memaknai panggilan menjadi katekis seorang mahasiswa IPPAK perlu belajar dari katekis yang sudah berpengalaman seperti bapak Matheus Gho (Komkat KWI, 2005: 61) yang telah berkarya selama 28 tahun. Beliau membagikan refleksinya kepada para katekis agar mendahulukan karya pelayanan bagi kemuliaan dan kebesaran Kerajaan Allah, lakukanlah dengan sepenuh hati. Tuhan pasti akan memberkatimu dengan cara-Nya dan pada waktu-Nya. Bapak Matheus awalnya mendapat ejekan dari teman dan saudaranya yang mengatakan takkan mungkin kamu bertahan menjadi katekis, namun nyatanya bapak Matheus bertahan hingga sekarang dan sukses.

f) Membagi waktu

Mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan membagi waktu untuk keluarga, lingkungan dan kampus. Mahasiswa IPPAK hidup dalam keluarganya, dalam lingkungan atau masyarakat tempat tinggal serta menjadi anggota kampus. Antara keluarga, lingkungan dan kampus mempunyai tuntutan serta tugas yang berbeda-beda.

Kesulitan membagi waktu terjadi ketika tugas dari kampus berbenturan waktu dengan tuntutan dari lingkungan atau acara keluarga.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pribadi mahasiswa IPPAK tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial yang dihadapinya. Kesulitan membagi waktu adalah masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pribadi mahasiswa IPPAK agar bisa memilih dan menentukan prioritas yang lebih penting dan mendesak. Kesulitan membagi waktu adalah proses pembelajaran bagi mahasiswa IPPAK sebelum berkarya di tengah-tengah umat.

Seorang katekis adalah anggota keluarga dan anggota umat yang hendaknya mempunyai relasi baik dan dekat dengan umat. Seorang katekis harus ikut terlibat dalam kegiatan dan kehidupan di lingkungan dan masyarakat. Oleh sebab itu, seorang katekis berani mengorbankan waktu, tenaga, kepentingan pribadi, maupun keluarga, demi mewartakan kabar gembira ditengah-tengah umat (Prasetya, 2007: 45-47).

g) Pemahaman tentang kaum biarawan-biarawati

Mahasiswa awam IPPAK mempunyai pemikiran dan pandangan baru tentang biarawan-biarawati. Selama kuliah di IPPAK mahasiswa awam berteman dengan biarawan-biarawati dari berbagai ordo dan kongregasi. Pada mulanya pemikiran mahasiswa awam mengenai mereka adalah suci, baik dan beriman. Namun setelah mengenal begitu lama, mahasiswa awam mulai mengetahui keburukan dari mereka. Mahasiswa awam dapat menyimpulkan bahwa mereka juga mempunyai kelakuan yang buruk seperti halnya kaum awam, yang membuat berbeda hanyalah kaul atau janji kepada Allah.

Di kalangan hidup membiara, kaul berarti membaktikan diri secara total kepada Allah demi pelayanan kepada-Nya lewat karya-karya Gereja. Kaul religius ada tiga

yaitu ketaatan kepada pemimpin, kemiskinan dan kemurnian (Ernest Maryanto, 2004: 98).

2) Faktor dari luar/eksternal a) Kampus

Beberapa mahasiswa IPPAK beranggapan bahwa para dosen memberikan tugas yang begitu banyak sehingga mahasiswa merasa terbebani dengan tugas itu. Namun penulis sebagai salah satu mahasiswa dari Prodi IPPAK kurang menyetujui alasan tersebut, karena sudah selayaknya seorang mahasiswa mendapatkan tugas yang banyak agar bisa berkembang pemikirannya dan semakin mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Perlu diketahui bahwa tugas utama mahasiswa adalah belajar. Jadi tugas yang banyak bukan merupakan hambatan melainkan tantangan untuk mencapai kemajuan studinya.

Seorang mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan ketika mengikuti perkuliahan pada semester pertama. Rata-rata dosen pengampu matakuliah memberikan materi yang bersifat rasional dan berhenti pada teori. Mahasiswa ini ingin cepat mengalami proses kuliah yang berbentuk tindakan atau praktek. Padahal materi yang bersifat teori adalah bekal untuk praktek yang belum diketahui mahasiswa.

Selain teori dan tugas dari dosen, kesulitan lain yang dihadapi oleh mahasiswa IPPAK adalah uang kuliah tetap (UKT) yang selalu naik setiap tahunnya. Mahasiswa IPPAK adalah mahasiswa Sanata Dharma, berdasarkan fakta pengalaman dari teman-teman yang mengambil program studi lain tidak mengalami kenaikan UKT, hanyalah mahasiswa IPPAK yang mengalaminya. Kenaikan biaya ini membuat orang tua mahasiswa tidak percaya dan harus ada bukti yang dari kampus yang menyatakan demikian. Masalah kenaikan UKT juga dialami oleh mahasiswa yang kurang mampu

dan terasa berat jika harus naik setiap tahun. Hal ini disebabkan kebijakan keuangan Prodi IPPAK berbeda dengan prodi-prodi lain dalam lingkungan yayasan Sanata Dharma.

b) Umat

Tuntutan dari umat dan keadaan umat yang telah dihadapi selama PPL maupun KBP membuat sebagian mahasiswa IPPAK mempertanyakan kembali panggilannya. Selama kurang lebih 50 hari, mahasiswa IPPAK tinggal dan hidup bersama-sama dengan umat untuk belajar menjadi katekis paroki. Melalui karya bakti paroki, mahasiswa mengetahui kehidupan paroki, kebutuhan umat serta permasalahan yang ada di dalamnya. Pengalaman yang di dapatkan selama KBP membuat mahasiswa IPPAK bergulat kembali dengan panggilannya, merasa tidak layak dan tidak pantas untuk menjadi seorang katekis karena banyak tuntutannya. Selain itu, menjadi katekis diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi umat yang beriman kepada Kristus (Prasetya, 2007: 43)

Beberapa mahasiswa IPPAK mendapatkan ejekan dan hinaan dari umat tempat tinggalnya, sanak saudara dan teman-temannya yang mengatakan bahwa menjadi guru agama adalah urusan sehari-hari dan tidak perlu belajar khusus. Selain itu, menjadi guru agama akan sulit menjadi kaya karena gajinya sedikit. Ejekan dan hinaan dari umat membuat mahasiswa IPPAK ragu dan malu akan profesi yang akan digulatinya.

c) Latar belakang budaya

Prodi IPPAK adalah miniatur Indonesia, sebab mahasiswanya berasal dari berbagai daerah-daerah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Latar belakang adat-istiadat, suku dan budaya dari

mahasiswa yang berbeda dapat menjadikan Prodi IPPAK semakin beranekaragam budayanya. Namun keanekaragaman ini bisa menjadi hambatan dalam pergaulan di IPPAK jika mahasiswanya sulit atau tidak bisa menerima maupun menghargai kebudayaan lain.

Oleh sebab itu, mahasiswa IPPAK harus bisa menghargai, beradaptasi dan menerima perbedaan adat-istiadat, suku serta budaya mahasiswa yang berbeda daerah. Sikap menerima dan menghargai kebudayaan lain adalah wujud kehidupan di Indonesia yang berbangsa satu namun beranekaragam budayanya. Seperti yang tercermin dalam slogan yang ada di dalam lambang negara Indonesia yaitu burung garuda. Slogan itu berbunyi “ Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi satu.

d) Perkembangan teknologi

Perkembangan sarana komunikasi dan teknologi di dunia berkembang sangat cepat. Perkembangan itu meliputi internet, handphone, dunia digital, audio-visual, program-program software, komputer tablet, laptop, LCD proyektor dan lain sebagainya. Sarana teknologi dan komunikasi ini dapat mempermudah kehidupan dan pekerjaan manusia pada zaman sekarang. Namun untuk menggunakan sarana-sarana tersebut manusia harus bisa memahami, mengakses, serta mengerti cara penggunaannya agar mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan dan pekerjaannnya. Selain itu, perkembangan teknologi dan komunikasi mempunyai dampak negatif dan positif maka harus cermat dalam menggunakannya.

Perkembangan teknologi dan komunikasi ini juga dirasakan oleh mahasiswa IPPAK yang hidup pada zaman sekarang. Perkembangan teknologi dan komunkasi ini, juga mendapat perhatian secara khusus oleh Prodi IPPAK dengan adanya materi kuliah

tentang media dan sarana komunikasi serta kursus-kursus media seperti komputer, photography dan audio-visual. Melihat perkembangan teknologi dan komunikasi, mahasiswa IPPAK dituntut untuk mengikuti, serta mampu menggunakan sarana tersebut agar tidak ketinggalan zaman atau gapap teknologi. Sarana ini mampu membantu mahasiswa IPPAK dalam melakukan pekerjaan dan tugasnya seperti menggunakan laptop dan LCD dalam pendalaman iman dan mengajar di sekolah, agar menarik dan tidak membosankan (Prasetya, 2007: 51-52).

e) Perubahan masa transisi dari SMA menuju Perguruan Tinggi (PT)

Menurut Ginzberg (Anton Konseng, 1995: 26-27), seseorang mengalami masa transisi berumur 17 tahun. Sedangkan menurut Super berumur antara 18-21 tahun. Masa transisi seseorang adalah pertimbangan pemilihan karier berdasarkan status sosial dan nilai ekonomis suatu pekerjaan yang akan dipilihnya. Dalam masa transisi seorang anak muda membutuhkan penyesuaian dan pemahaman diri serta pengalaman nyata yang lebih banyak agar pilihannya menjadi mapan.

Mahasiswa awam IPPAK mengalami masa transisi dari SMA menuju ke Perguruan Tinggi. Pada masa ini, mereka mencari universitas serta jurusan atau program studi yang dipilih berdasarkan minat dan kemampuan dirinya. Salah satu universitas yang dipilih oleh mereka adalah Universitas Sanata Dharma, Program Pendidikan Agama Katolik. Prodi ini mengajak mahasiswanya untuk menjadi seorang guru agama dan katekis.

Perubahan masa transisi dari SMA menuju PT sangat dirasakan oleh mahasiswa baru, seperti perbedaan sistem belajar, suasana belajar dan lingkungan, tuntutan tugas mata kuliah, kemandirian dalam mengerjakan tugas, maupun manjeman waktu belajar. Perbedaan suasana SMA dan PT sangat dirasakan oleh mahasiswa baru. Dalam masa

transisi ini, mahasiswa IPPAK mengalami kesulitan, tidak jarang pada tahun pertama kuliah ada beberapa mahasiswa yang mendapakan hasil ujian yang kurang memuaskan atau keluar dan mengambil jurusan lain yang lebih sesuai. Inilah permasalahan masa transisi pada tahun pertama kuliah di IPPAK.

c. Kesimpulan Kesulitan-Kesulitan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan selama kuliah dan menanggapi panggilan Tuhan sebagai katekis. Kesulitan itu berasal dari dalam diri/internal dan luar/eksternal. Faktor dari dalam meliputi; menerapkan ajaran kebaikan, kemampuan intelektual, keterpaksaan kuliah di IPPAK, malas mengerjakan tugas, memaknai panggilan, membagi waktu dan pemahaman tentang kaum biarawan-biarawati. Sedangkan faktor dari luar meliputi; kampus, umat, perbedaan budaya, perkembangan teknologi dan perubahan masa transisi dari SMA menuju perguruan tinggi.