• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. PEMBINAAN ARTI DAN MAKNA SALIB KRISTUS BAGI

A. Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)

2. Langkah-Langkah Shared Christian Praxis (SCP)

Thomas Groome sebagaimana disadur oleh Sumarno (2011: 19-22) menyajikan lima langkah pokok dalam katekese model Shared Christian Praxis. Berikut langkah-langkah katekese model Shared Christian Praxis yang telah disederhanakan.

a. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual (Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta)

Kekhasan langkah ini yakni peserta diajak mengungkapkan pengalaman hidup pribadi yang sungguh dialami dan dirasakan baik menyenangkan maupun yang menantang hidup peserta. Dalam proses pengungkapan pengalaman, peserta dapat mengungkapkan perasaan dan permasalahan mereka secara jujur dan terbuka. Langkah ini bertujuan membantu peserta untuk berani mengungkapkan pengalaman hidup yang dialami secara nyata, baik pengalaman pribadi maupun permasalahan hidup yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat sehingga peserta lain dapat mengetahui apa yang sedang dialami dalam hidup ini.

Dalam langkah ini seorang pembina berperan sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana akrab dan bersahabat sehingga mendukung terjadinya komunikasi antara peserta dalam membagikan pengalaman hidup yang berkaitan dengan tema pertemuan. Pembina dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan secara terbuka, jelas dan terarah sesuai dengan latar belakang peserta. Peran peserta dalam langkah ini yakni mengambil bagian dan terlibat aktif dalam mendengarkan sharing peserta lain maupun sebagai pelaku sharing itu sendiri, sehingga setiap peserta saling menghargai satu sama lain.

b. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual (Mendalami Pengalaman Hidup Peserta)

Kekhasan langkah ini yakni peserta merefleksikan pengalaman hidup yang telah disharingkan. Dalam langkah ini peserta dimotivasi untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam memahami dan mengolah pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman bersama dalam kehidupan bermasyarakat. Langkah ini bertujuan mengajak peserta untuk merefleksikan pengalaman hidupnya secara lebih mendalam sehingga mengantar mereka pada tingkat kesadaran kritis terhadap pengalaman hidup pribadi dan hidup bermasyarakat.

Dalam langkah ini pembina berperan menciptakan suasana pertemuan, menghormati dan mendukung setiap gagasan dan saran peserta. Pembina mengundang peserta mengadakan refleksi kritis dan mendorong peserta untuk mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam dan menguji pemahaman serta kenangan dan imajinasi peserta. Seorang pembina mengajak setiap peserta untuk berbicara namun tidak memaksa serta menggunakan pertanyaan penuntun yang bersifat menggali pengalaman dan bukan menginterogasi peserta. Seorang pembina dapat memahami kondisi peserta secara khusus mereka yang belum terbiasa merefleksikan dan mengungkapkan pengalaman secara kritis.

Peran peserta dalam langkah ini yakni menyadari apa yang menjadi pengalaman hidup yang telah direfleksikan dan berusaha memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalam peristiwa hidup itu. Setiap peserta diharapkan dapat memasukkan diri dalam pengalaman peserta lain melalui sikap mendengarkan sharing sesama.

c. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani terjangkau (Menggali Pengalaman Iman Kristiani)

Kekhasan langkah ini yakni terjadinya proses pertemuan dalam menafsirkan pengalaman iman dari sumber Tradisi dan visi Kristiani. Peserta dapat mendialogkan hasil pengolahan pengalaman hidup mereka dalam langkah pertama dan kedua dengan Tradisi dan visi Kristiani demi terwujudnya nilai Kerajaan Allah.

Langkah ini bertujuan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau dan mengenai sasaran kehidupan peserta yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan mengkomunikasikan Tradisi Kristiani berarti peserta mengungkapkan tanggapan iman manusia atas Wahyu Allah yang terungkap dalam Kitab Suci, pengajaran Gereja, spiritualitas, dogma, liturgi dan devosi-devosi. Visi Kristiani mengungkapkan harapan dan janji serta tanggung jawab yang berasal dari Tradisi dan visi Kristiani yang bertujuan mendorong jemaat dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Tradisi dan visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri Allah yang memuncak pada Misteri hidup Kristus. Dalam memaknai pengalaman hidup, peserta perlu memiliki pemahaman bahwa Tradisi dan visi Kristiani merupakan norma dalam menafsirkan pengalaman hidup.

Peran pembina adalah menghormati Tradisi dan visi Kristiani sebagai yang otentik dan normatif yang bertujuan memberikan informasi dan membantu peserta memiliki nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani ini. Seorang pembina dapat menggunakan metode pertemuan yang memungkinkan peserta tetap bersemangat tetapi menghindari sikap indoktrinasi serta membekali diri dengan pengetahuan iman, kesaksian hidup yang baik sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain. Peran peserta dalam langlah ini yakni menggali dan merefleksikan pengalaman hidupnya dalam terang Injil, Tradisi dan visi Kristiani secara benar.

d. Langkah IV: Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi Peserta (Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret)

Kekhasan langkah ini yakni peserta dapat mengkonfrontasikan antara pengalaman praxis yang telah direfleksikan ke dalam terang Injil dan visi Kristiani. Dapat dikatakan bahwa langkah ini merupakan penyatuan dari hasil pengolahan langkah-langkah sebelumnya dalam proses ketekese. Dalam langkah ini seorang peserta dapat mempersoalkan sejauhmana Tradisi dan visi Kristiani berpengaruh bagi hidupnya sehingga dapat memiliki kesadaran baru dalam hidup selanjutnya.

Langkah ini bertujuan mengajak peserta menemukan nilai hidup bagi dirinya serta mendapatkan nilai baru yang akan dihayati dan dikembangkan dalam hidup selanjutnya. Peserta dapat mengintegrasikan nilai-nilai hidup ke dalam Tradisi dan visi Kristiani sekaligus memperkaya pengetahuan iman mereka.

Peran pembina dalam langkah ini adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan termasuk pendapat peserta yang tidak sejalan dengan pemikiran pembina serta memberikan keyakinan bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan Tradisi dan visi Kristiani. Pembina memotivasi peserta agar lebih aktif dalam pertemuan, baik sebagai pendengar sekaligus peserta aktif serta mengajak mereka membaharui diri dan tidak seorangpun memutlakkan kebenaran pendapatnya.

Peran peserta yakni menghargai hasil sharing penegasan peserta lain dalam menyampaikan nilai baru yang ditemukan dan mengkonfrontasikan dengan pengalaman yang telah direfleksikan dalam terang Injil, Tradisi dan visi Kristiani.

e. Langkah V: Keterlibatan Baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia (Mengusahakan Aksi Konkret)

Kekhasan langkah ini yakni keterlibatan iman dalam membangun niat atau aksi konkret baru dari peserta sebagai bentuk pembaharuan hidup. Peserta menumbuhkan niat baru yang akan dijalankan dalam hidup selanjutnya, baik hidup pribadi maupun hidup bermasyarakat serta mengadakan pembaharuan diri.

Langkah ini bertujuan mengajak peserta untuk sampai kepada keputusan konkret berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan secara kritis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung dalam sejarah manusia dan Tradisi serta visi Kristiani. Langkah ini mengarah pada praktek hidup baru menuju pertobatan (metanoia).

Peranan pembina dalam langkah ini yakni bertanggung jawab agar peserta mempunyai keterlibatan baru sebagai wujud perubahan dan pembaharuan diri. Seorang pembina dapat merumuskan pertanyaan operasional yang membantu peserta ke arah pembaharuan hidup sekaligus menekankan sikap optimis dan realistis pada peserta. Pada langkah ini, pembina merangkum keseluruhan langkah yang telah terlaksana dan berusaha agar peserta sampai kepada pribadi maupun bersama.

Seorang pembina mengajak peserta merayakan liturgi sederhana serta mendoakan berbagai kepentingan dan mohon berkat atas niat yang hendak dihayati. Peran peserta yakni menemukan niat-niat baru yang akan dihayati dalam hidup selanjutnya sekaligus sebagai bentuk pembaharuan hidup yang terus-menerus.

B. Usulan Program

Usulan program meliputi latar belakang pemilihan program, usulan tema dan tujuan pembinaan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program dan contoh satuan program.