• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketenagakerjaan dan Peluang Kerja

Dalam dokumen Memahami Krisis Keuangan Global (Halaman 38-43)

Fundamental Ekonomi Indonesia Masih Terjaga

4. Ketenagakerjaan dan Peluang Kerja

Peningkatan kesempatan kerja terus terjadi dari ta-hun ke tata-hun. Jika tata-hun 2004, kesempatan kerja yang tersedia sebesar 0,91 juta, pada tahun 2005 telah ada 1,5 juta kesempatan kerja. Di tahun 2006, menjadi 2,4 juta dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi 4,4 juta

kesempatan kerja.

Dengan terus meningkatnya penciptaan kesempa-tan kerja, tentu saja angka pengangguran pun bergerak turun. Pada bulan Agustus 2006, angka pengangguran mencapai 11,93 juta orang atau 10,28 persen dari total angkatan kerja. Angka tersebut turun menjadi 10,54 juta orang atau 9,50 persen dari total angkatan kerja pada Februari 2007. Tren itu berlanjut hingga akhir 2007, di mana angka pengangguran turun menjadi sebesar

Tingkat Pengangguran dan Belanja Infrastruktur

6 7 8 9 10 11 12 2005 2006 2007 2008 2009 persen 0 10 20 30 40 50 60 70 Dalam Triliun Rp

Belanja Infrastuktur Tingkat Pengangguran (%)

2004 2005 2006 2007 2008 Angkatan Kerja 103973,4 105802,4 106281,8 108131,1 111477,4 Bekerja 90,1% 89,7% 89,6% 90,2% 91,5% Penganggur 9,9% 10,3% 10,4% 9,8% 8,5% Tambahan 911,2 1226,1 229,0 2406,0 4466,7

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Februari 2008

31

31

Me

M

aha

M

i Krisis Keu

angan

g

lob

al

10,01 juta orang atau 9,11 persen dari total angkatan kerja.

Selama 2005 - 2007, jumlah lapangan kerja mening-kat sekitar 6 juta. Kesempatan kerja pada sektor indus-tri di perkotaan mengalami penurunan 229.000, akan tetapi di perdesaan meningkat sebesar 1,4 juta. Pada sektor pertanian di perkotaan, kesempatan kerja

men-galami sedikit penurunan sekitar 211.000. Sebaliknya, di perdesaan bertambah 107.000. Di sektor produksi, pertumbuhan lapangan kerja di dominasi sektor jasa yang berkontribusi sekitar 2,7 juta di perkotaan dan 2,2 juta di pedesaan.

Peningkatan lapangan kerja telah berhasil menu-runkan angka pengangguran terbuka. Penciptaan

33

K eT ahanan e Kono M i in D onesia D i P usar an K risis gl onal

33

lapangan kerja produktif diupayakan terus dan konsisten agar pengangguran terbuka semakin berkurang untuk mencapai target sebesar 5,1 persen pada tahun 2009.

Dampak Krisis Keuangan Global

Krisis keuangan di AS mengakibatkan pengeringan likuiditas sektor perbankan dan institusi keuangan non-bank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Penger-ingan likuiditas akan memaksa para inves-tor dari institusi keuangan AS untuk melepas kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk memperkuat likuiditas keuangan institusi mereka.

Aksi tersebut akan menjatuhkan nilai saham dan mengurangi volume penjualan saham di pasar modal Indonesia. Selain itu, beberapa perusahaan keuangan Indonesia yang menginvetasikan dananya di instrumen investasi lembaga keuangan di AS juga mendapat im-bas atas kejatuhan nilai saham tersebut.

Krisis keuangan di AS yang merambah ke beberapa negara lainnya juga akan mengancam perdagangan be-berapa produk ekspor Indonesia di pasar AS, Jepang, dan kawasan Uni Eropa yang telah berlangsung sejak lama. Hal ini sangat berbahaya mengingat produk eks-por Indonesia sangat bergantung pada negara-negara

3% 16% 6% 2% 4% 17% 6% 8% 4% 1% 3% 9% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% Indonesia Philipina Myanmar Singapore Vietnam Thailand

YTD (1 Jan 08 - 10 Oct 08) YoY (10 Oct 07 - 10 Oct 08) Sumber: Bloomberg 3% 16% 6% 2% 4% 17% 6% 8% 4% 1% 3% 9% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18% Indonesia Philipina Myanmar Singapore Vietnam Thailand

YTD (1 Jan 08 - 10 Oct 08) YoY (10 Oct 07 - 10 Oct 08) Sumber: Bloomberg

33

33

Me

M

aha

M

i Krisis Keu

angan

g

lob

al

tersebut, sedangkan di dalam negeri produk-produk tersebut kalah bersaing dengan produk impor China

yang lebih murah.

Krisis keuangan AS berdampak kepada kondisi keuangan semua negara tidak terkecuali untuk negara-negara Asia dan emerging market lainnya.

Nilai tukar mata uang negara-negara Asia menga-lami depresiasi terhadap mata uang dolar AS, namun apabila melihat kondisi Rupiah dibandingkan yang lain-nya masih menunjukkan kondisi yang lebih baik. Selama 1 Jan- 10 Oktober 2008, Rupiah hanya ter-depresiasi sekitar 3%, jauh dibawah nilai mata uang Philipina (16%) dan juga Thailand (17%). Hal ini menun-jukkan bahwa, ekonomi kita masih terjaga menghadapi krisis ekonomi.

Dengan demikian krisis keuangan global memberi-kan dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi Indonesia.

Dampak langsung yang terjadi adalah kerugian pada sebagian kecil investor yang memiliki exposure atas aset-aset yang terkait langsung dengan

institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang bermasalah, misalnya lembaga keuangan Indonesia yang menanam

dana dalam instrumen Lehman Brothers.

Sedangkan dampak tidak langsung krisis finansial global, antara lain;

• Mempengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam bentuk pengeringan likuiditas, lon-jakan suku bunga, anjloknya harga komoditas, dan melemahnya pertumbuhan sumber dana.

• Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, inves-tor, dan pasar terhadap berbagai institusi keuangan yang ada.

• Flight to quality, pasar modal Indonesia terkoreksi akibat indikasi melemahnya mata uang rupiah dan yang paling mengkhawatirkan apabila para investor yang saat ini masih memegang aset keuangan likuid di Indonesia mulai melepas aset-aset tersebut kar-ena alasan kejatuhan nilai saham akibat faktor ter-tentu.

• Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan karena kebangkrutan berbagai institusi keuangan

global khususnya bank-bank investasi akan ber-dampak pada cash flow sustainability perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Akibatnya, penda-naan ke capital market dan perbankan global akan mengalami kendala dari aspek pricing (suku bunga) dan availability (ketersediaan dana).

• Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor Indonesia tanpa diimbangi peredam-an laju impor secara signifikperedam-an akperedam-an menyebabkperedam-an defisit perdagangan yang semakin melebar dalam beberapa waktu mendatang.

• Selanjutnya defisit perdagangan tersebut akan me-nyulitkan penggalangan capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit itu sendiri seiring den-gan keringnya likuiditas pasar keuanden-gan global. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang berdampak negatif terhadap negara-neg-ara lainnya, tidak berimbas terlalu besar bagi Indone-sia. Hal ini disebabkan net ekspor Indonesia ke luar ne geri hanya 10 persen dari total produk domestik bruto

(PDB).

Pasar ekspor utama Indonesia adalah Jepang dan Singapura, kedua negara tersebut sangat merasakan dampaknya dari krisis keuangan global itu. Namun, pemerintah memahami bahwa upaya mengamankan sistem ekonomi secara menyeluruh harus terus dilaku-kan, khususnya menjaga kekuatan sektor riil.

Me

M

aha

M

i Krisis Keu

angan

g

lob

al

MENYELAMATKAN

Dalam dokumen Memahami Krisis Keuangan Global (Halaman 38-43)

Dokumen terkait