• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK

C. Ketentuan Hukum Pidana Mengenai Tindak Pidana Pencucian

tindak pidana.

Upaya hukum yang dilakukan untuk dapat menjerat pelaku tindak pidana ialah penambahan ketentuan baru dalam undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

32

Elwi Daniel, Korupsi-Konsep, Tindak Pidana, dan pemberantasannya, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2011, halaman 201

Dalam undang-undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang telah banyak menambahkan ketentuan-ketentuan baru yang tidak ada pada undang-undang pencucian uang sebelumnya yang mana ketentuan-ketentuan baru ini dapat mempersempit kesempatan dan kemungkinan bagi pelaku untuk melakukan pencucian uang. Ketentuan- ketentuan tersebut antara lain ialah

1. Perbua ta n dinya ta ka n sebaga i tinda k pida na pencucia n uang

Pada prinsipnya, unsur-unsur tindak pidana pencucian uang dalam rumusan UU TPPU dan perubahan UU TPPU dengan UU PPTPPU adalah sama yaitu kegiatan menempatkan, mentransfer, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana. Namun pada UU TPPU ini, dicantumkan beberapa tambahan perbuatan baru yaitu “mengalihkan dan mengubah bentuk”.

UU TPPU ini juga memuat rumusan baru yang semakin menyempurnakan kriminalisasi pencucian uang. Rumusan baru itu dimuat dalam Pasal 4 yang merupakan pemidanaan bagi setiap orang yang melakukan perbuatan dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana yang dilakukan tanpa melalui transaksi keuangan (masuk ke sistem keuangan) seperti yang diatur dalam Pasal 3.

Rumusan tindak pidana yang terakhir yaitu pada Pasal 5 dan Pasal 6 ketentuan baru memuat perbuatan baru yang ditambahkan yaitu kata “menggunakan” yang sebelumnya hanya perbuatan penerimaan atau penguasaan,

penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan penukaran.33

2. Tinda k pida na a sa l

Undang-undang yang lama mengenal 25 jenis kejahatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana asal sedangkan pada Undang-undang yang baru ada 26 jenis kejahatan. Perbedaan pada ketentuan yang lama dan yang baru yaitu pencantuman tindak pidana kepabeanan dan cukai pada ketentuan baru sedangkan pada ketentuan lama hanya dirumuskan sebagai tindak pidana penyelundupan barang. Penambahan lain dalam tindak pidana bidang kelautan dimasukkan juga tindak pidana bidang perikanan.

Perluasan rumusan lain ditemukan pada Pasal 2 ayat (2) yang menyatakan bahwa harta kekayaan yang digunakan untuk kegiatan terorisme diperluas dengan pencantuman ketentuan baru dengan penggunaan kata-kata “yang akan digunakan” dan “kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan”.

Pencantuman ketentuan ini menyebabkan harta kekayaan yang akan dipergunakan untuk kegiatan teroris sudah termasuk objek dalam pencucian uang. Dengan demikian, semakin sempit jalan bagi pelaku tindak pidana teroris untuk membiayai kegiatan terornya.

3. Perluasan sa nksi pada tindak pidana pencucian uang

Sanksi pidana dan penjara yang dijatuhkan bagi pelaku pada UU TPPU dan Perubahan UU TPPU berbeda dengan yang termuat dalam ketentuan yang baru pada Undang-undang UU PPTPPU, yaitu:

Pada undang-undang sebelumnya UU No. 25 Tahun 2003 yaitu pada Pasal 3 mengenai ketentuan “setiap orang dengan sengaja: menempatkan, mentransfer,

33

Pasal 5 UU TPPU sebagaimana telah diubah dengan Perubahan UU TPPU tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pasal 6 UU PPTPPU

membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,” dan Pasal 6 mengenai ketentuan “setiap orang yang menerima atau menguasai: penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,” terdapat ketentuan minimum maksimum pidana penjara dan pidana dendanya yaitu pidana penjara paling singkat 5 Tahun paling lama 15 Tahun serta pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000.00,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000.00,- (lima belas miliar rupiah), sedangkan, pada Undang-undang No. 8 Tahun 2010 Pasal 3 mengenai ketentuan “setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana” dan Pasal 4 mengenai ketentuan “setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana” serta Pasal 5 mengenai ketentuan “setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana” tidak terdapat ketentuan minimum pidana penjara dan pidana dendanya melainkan hanya diatur diataur pidana maksimumnya saja yaitu pidana penjara paling lama 20 Tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000.000.00,- (sepuluh miliar rupiah) untuk perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, pidana penjara paling lama 20 Tahun dan pidana denda

paling banyak Rp. 5.000.000.000.00,- (lima miliar rupiah) untuk perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan pidana penjara paling lama 5 Tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000.00,- (satu miliar rupiah).

4. Perlua sa n kla sifika si tinda k pida na la in ya ng berka ita n dengan tinda k pida na pencucia n uang dan sa nksinya

Klasifikasi perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang pada pokoknya adalah pelarangan bagi pihak pelapor untuk memberitahukan atau membocorkan rahasia mengenai data, informasi, data diri pelapor, atau semua hal yang berkaitan dengan proses penegakan hukum dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.

Ketentuan lain berupa adanya kewajiban pelaporan bagi setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau mata uang asing, dan/atau instrument pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp 100.000.000.00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu kedalam atau keluar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Penambahan ketentuan baru yang menjamin independensi PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dan bagi pelanggarannya dikenakan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

Penentuan sanksi Pidana untuk tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana pencucian uang juga memiliki perbedaan, antara lain :

a. Pencantuman sanksi administratif pada ketentuan baru sedangkan pada ketentuan lama tidak dikenal adanya sanksi administratif.

Sanksi administratif dikenakan bagi pihak pelapor yang tidak melaksanakan kewajiban pelaporan TKM oleh PJK maupun transaksi yang bernilai paling sedikit Rp 500.000.000.00 atau setara dengan itu oleh Penyedia Barang dan/atau Jasa lain (Pasal 25 ayat dan Pasal 27 ayat (3) UU PPTPPU).34

Perbuatan lain yang dikenakan sanksi administratif adalah setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, da/atau instrument pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp 100.000.000.00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia namun tidak melaksanakan kewajiban pelaporan (Pasal 35 ayat (1) dan (2).

b. Penjatuhan sanksi administratif kepada pihak pelapor yang tidak melaksanakan kewajiban pelaporan ini, sebelumnya pada ketentuan lama dijatuhi sanksi pidana. Namun dengan dikeluarkannya undang-undang yang baru, maka ketentuan tersebut dijatuhi sanksi administratif bukan sanksi pidana.

Penambahan ketentuan-ketentuan baru dan perluasan beberapa ketentuan dalam Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dimaksudkan agar ketentuan yang baru ini dapat lebih efektif dalam mencegah tindak pidana pencucian uang tetapi juga Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang dapat dimanfaatkan oleh aparat penegak hukum untuk

34

Muhammad Yusuf dkk, Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program(NLRP), Bandung, 2011, hal. 370.

menjerat para pelaku, khusunya para aktor intelektual yang mendanai kegiatan tindak pidana. Dalam konsep tindak pidana pencucian uang, hal utama yang dikejar adalah uang atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan karena lebih mudah mengejar hasil dari kejahatan daripada mengejar pelakunya.

Dokumen terkait