• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUISISI DALAM UNDANG-UNDANG NO.5

B. Bentuk Penguasaan Pasar Akibat dari Perusahaan yang Melakukan

1. Ketentuan mengenai Akuisisi dalam Peraturan Komisi

Pasar bersangkutan adalah sebuah konsep yang dilakukan untuk mendefinisikan tentang ukuran pasar dari sebuah produk.Ukuran pasar ini menjadi penting, karena dapat mengidentifikasi seberapa besar penguasaan produk tertentu dalam pasar tersebut oleh suatu pelaku usaha.Dalam pasar bersangkutan yang cakupan terlalu sempit, maka sangat mungkin pelaku usaha yang menguasai produk tertentu dinilai menjadi pemegang posisi dominan.Sebaliknya apabila defenisi produk pasar tersebut cakupannya terlalu luas, maka bisa jadi pelaku usaha tersebut tidak dinilai sebagai pemegang posisi dominan.Penentuan definisi pasar bersangkutan menjadi penting mendasar dalam upaya pembuktian beberapa pelanggaran Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

B. Bentuk Penguasaan Pasar Akibat dari Perusahaan yang Melakukan Akuisisi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai otoritas persaingan di Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2009 yang mengatur mengenai pra-notifikasi kegiatan merger.Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Angka 6 Perkom No.1 Tahun 2009, pra-notifikasi merger bersifat sukarela.

Meskipun demikian, notifikasi merger dan akuisisi yang disampaikan oleh pelaku

69Ibid.

usaha kepada KPPU sebelum transaksi tersebut ditutup sangat berguna bagi pelaku usaha karena dengan notifikasi tersebut transaksinya tidak akan terkena ancaman pembatalan KPPU.70

Ketentuan dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang akuisisi saham Perusahan tersebut terlihat di dalam pasal 4 , bagaimana bentuk pranotifikasi dari akuisisi saham yang dapat dilakukan:71

a. pengambilalihan saham dengan hak suara sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen); atau

b. pengambilalihan saham dengan hak suara kurang dari 25% (dua puluh lima persen) namun menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; atau

c. pengambilalihan aset atau transaksi lainnya yang menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; dan

d. pengambilalihan mengakibatkan nilai aset atau nilai penjualan (omzet) atau pangsa pasar memenuhi batas sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

Dalam ketentuan Pasal ini dijelaskan bahwa akuisisi hanya dapat dilakukan apabila hak suara yang dimiliki adalah sekurang-kurangnya 25% untuk kemudian dapat dilakukan akuisisi saham.Pra notifikasi menurut Perkom No. 1 adalahpemberitahuan yang bersifat sukarela oleh pelaku usaha akan melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham untuk mendapatkan pendapat komisi mengenai dampak yang ditimbulkan dari rencana penggabungan atau peleburan badan usahaatau pengambilalihan. Mengacu pada definisi tersebut bahwa pra-notifikasi berbeda dengan kewajiban notifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No.5 Tahun 1999.Karena pra notifikasi bersifat sukarela dan berkaitan dengan dampak,

70 Syamsul Maarif, Merger Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: PT Penebar Swadaya,2010), hlm.33.

71 Pasal 4 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.1 Tahun 1999 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan.

sedangkan kewajiban notifikasi bersifat wajib dan pelaksanaannya didasarkan threshold atas nilai asset dan atau nilai penjualan.Selain itu pra notifikasi yang merupakanpemberitahuan dilakukan sebelum melaksanakan kewajiban notifikasi yang diamanatkan oleh Pasal 29 ayat (2) UU Persaingan Usaha setelah P3 dilaksanakan oleh Pelaku Usaha.72Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 memberikan enam ilustrasi kegiatan merger yang seringkali dilakukan oleh pelaku usaha. Ilustrasi transaksi tersebut meliputi penggabungan, peleburan, akuisisi saham, akuisisi aset, take over, dan public takeover.73

Dari keenam bentuk merger tersebut, sebuah transaksi dianggap masuk dalam kegiatan merger apabila esensi dari merger telah terpenuhi. Esensi yang dimaksud dijelaskan Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 pada Bagian 2.4 tentang Apa itu Merger, yaitu:74

a. Terciptanya konsentrasi kendali dari beberapa pelaku usaha yang sebelumnya independen kepada satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha; atau

b. Beralihnya suatu kendali dari satu pelaku usaha kepada pelaku usaha lainnya yang sebelumnya masing-masing independen sehingga menciptakan konsentrasi pengendalian atau konsentrasi pasar.

Lebih jauh Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 pada bagian 3.5 mengatur akuisisi yang menyebabkan perpindahan kendali.Perlu kiranya dicatat bahwa menurut Petunjuk Perkom No.1, beralihnya kendali dapat terjadi selain melalui akuisisi saham atau akuisisi asset juga melalui akuisisi hak pengendalian/manajemen.Oleh karena itu, pelaku usaha harus mencermati apakah

72 Yakub Adi Krisanto, Pengesahan Pelaksanaan Penggabungan,Peleburan dan Pengambilalihan (P3) dan Kedudukan Konsultasi dalam Hukum Persaingan Usaha. Vol.3 No.1.Prioris 2012.66.

73 Syamsul Maarif, Op.Cit., hlm.35.

74Ibid.

dalam suatu transaksi telah terjadi konsentrasi kendali ataupun peralihan kendali sehingga dianggap telah memenuhi definisi merger sesuai dengan ketentuan Perkom No.1 Tahun 2009.Dalam hal definisi merger telah terpenuhi pelaku usaha dapat melakukan pra-notifikasi kepada KPPU dengan menyertakan perjanjian atau kesepakatan atau Nota Kesepahaman atau dokumentasi tertulis lainnya terkait dengan rencana untuk melakukan merger atau akuisisi.75

2. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Monopoli

Pengaturan mengenai monopoli dalam Pasal 17 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa “ Pelaku Usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat”.

Maka dari itu apabila suatu perusahaan yang melakukan Pengambilalihan atau akuisisi saham yang mengakibatkan terjadinya monopoli akan melanggar ketentuan pasal 17 Undang-Undang tersebut. Dalam menilai apakah dalam suatu merger telah terjadi praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, KPPU berpedoman pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat76

75Ibid, hlm.36.

76 PP No. 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atauPeleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan saham yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

menyatakan bahwa penilaian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai apakah suatu akuisisi mengakibatkan

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat dengan melakukan analisa sebagai berikut:77

Tindakan akuisisi (seperti juga dengan merger dan konsolidasi) sangat riskan terhadap terjadinya monopoli yang dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku. Karena itu, dimana- mana ilmu hukum monopoli sangat mengawasi terhadap terjadinya proses akuisisi. Dalam arti bahwa merger dan akuisisi perusahaan lajim saja dilakukan, tapi tidak sampai menimbulkan kegiatan monopoli.

1) Konsentrasi pasar artinya menilai apakah akuisisi dapat mengakibatkan terjadinya Praktek Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2) Hambatan masuk pasar artinya mengidentifikasi hambatan masuk pasar (entry barrier) dalam pasar yang bersangkutan. Apabila di pasar eksistensi entry barrier rendah maka akuisisi cenderung tidak menimbulkan dugaan praktek monopoli, namum dengan eksistensi hambatan masuk pasar yang tinggi berpotensi menimbulkan dugaan praktek monopoli

3) Potensi perilaku anti persaingan artinya penilaian jika akuisisi melahirkan satu pelaku usaha yang relatif dominan terhadap pelaku usaha lainnya di pasar, memudahkan pelaku usaha tersebut untuk menyalahgunakan posisi dominannya untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaan dan mengakibatkan kerugian konsumen..

4) Efisiensi yaitu penilaian jika akuisisi dilakukan dengan alasan untuk efisiensi perusahaan. Dalam hal ini, perlu dilakukan perbandingan antara efisiensi yang dihasilkan dengan dampak anti-persaingan yang dicapai dalam merger tersebut.

Jika nilai dampak anti-persaingan melampaui nilai efisiensi yang dihasilkan akuisisi, maka persaingan yang sehat akan lebih diutamakan dibanding mendorong efisiensi bagi pelaku usaha.

5) Kepailitan artinya yaitu penilaian jika akuisisi dilakukan dengan alasan menghindari terhentinya badan usaha tersebut beroperasi di pasar. Apabila badan usaha tersebut keluar dari pasar dan menyebabkan kerugian konsumen lebih besar, maka akuisisi tersebut tidak berpotensi menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

78

77

Efek negatif dari merger terhadap suatu persaingan pasar adalah dengan terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan

http://www.jurnalasia.com/bisnis/kppu-akuisisi-agung-podomoro-tak-berpotensi-monopoli/ (Diakses 08 November 2017)

78 Munif Fuady, Op.Cit., hlm.143.

harga produk semakin tinggi serta kekuatan-kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang dapat mengancam pebisnis kecil.Keadaan tersebut dapat dilihat dari konsentrasi pasar yang dipengaruhi oleh berapa banyak pelaku pasar untuk pasar yang bersangkutan dan berapa besar pangsa pasar yang dikuasainya.Pengaturan dalam Undang-undang Antimnopoli merujuk kepada tindakan merger, konsolidasi dan akuisisi perusahaan apabila tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan yang curang.Dengan semua bentuk merger, konsolidasi dan akuisisi dapat terkena larangan tersebut, baik yang vertikal, horizontal maupun konglomerat.79

3. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Penguasaan Pasar

Pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 melarang kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain. Pasal 1 angka 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 merumuskan pengertian pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat melakukan transaksi perdagangaan barang dan/atau jasa. Dalam pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain termasuk untuk perusahaan yang melakukan akuisisi yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.80

79Ibid, hlm.149.

80 Rachmadi Usman,Op.Cit., hlm.74.

Akuisisi saham perusahaan yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat juga didasari dari

bentuk strategi penguasaan pasar yang dapat pula berwujud penjualan atau pemasokan barang dan/atau dengan cara “jual rugi” (predatory pricing) dengan maksud untuk mematikan pesaingnya.81 Tindakan akuisisi yang memliki strategi pemasaran yang luas untuk kemudian memperoleh income yang lebih besar dengan melakukan akusisi merupakan salah satu faktor yang penting ketika suatu perusahaan akan melakukan suatu akusisi (pengambilalihan). Pelaku usaha tersebut memiliki Market Power yang harus mejadi perhatian oleh pihak yang berwenang mengawasi pelaksaannya.82

4. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Posisi Dominan Posisi Dominan atau menjadi unggul di pasar bersangkutan adalah menjadi salah satu tujuan pelaku usaha.Oleh karena itu, setiap pelaku usaha berusaha menjadi yang lebih unggul (market leader) pada pasar yang bersangkutan. Penguasaan posisi dominan di dalam hukum persaingan usaha tidak dilarang, sepanjang pelaku usaha tersebut dalam mencapai posisi dominannya atau menjadi pelaku usaha yang lebih unggul (market leader) pada pasar yang bersangkutan atas kemampuannya sendiri dengan cara yang fair.83

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan pelaku usaha merupakan “level playing field” dimana aturan yang sama dikenakan kepada semua pemain dalam hal ini pelaku usaha untuk berusaha, bersaing secara sehat serta mempermudah untuk masuk dalam pangsa pasar tertentu. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

81 Asril Sitompul,Op.Cit., hlm. 30.

82Ibid.

83Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.233.

Tidak Sehat dibentuk bertujuan untuk menjaga persaingan dan perilaku anti persaingan yaitu perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, dan posisi dominan. Penyalahgunaan Posisi Dominan adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha memiliki posisi dominan dalam pangsa pasar bersangkutan dan dengan posisi dominan tersebut melakukan kegiatan yang merugikan pelaku usaha lain yang mengakibatkan sulitnya pelaku usaha melaksanakan kegiatannya dan mempersulit pelaku usaha baru masuk ke dalam pasar bersangkutan.84

Dalam perkembangannya keberadaan suatu perusahanuntuk mulai mendominasi yang lain, sehingga menimbulkan persaingan yang berat antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Dalam setiappersaingan sudah tentu ada pihak yang kalah dan menang, dimana faktor yangmenyebabkan suatu perusahaan mengalami penurunan daya saing adalahkurangnya eksistensi dan kualitas dari barang atau jasa yang diperdagangkan oleh perusahaan tersebut.

Sehingga pihak perusahaan tersebut harus melakukan perombakan atau restrukturisasisalah satunya dengan caraakuisisi atau pengambilalihan terhadap saham perusahaannya,guna mempertahankan eksistensi dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan dilakukannya pengambialihan perusahaan atau akuisisi, tentunya akan menimbulkan akibat hukum tertentu terhadap pihak perusahaan yang mengambilalih maupun yang diambilalih.85

84 Muhammad Rizki Alfarizi, Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Perspektif Kejahatan Kooporasi Berdasarkan Undan-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Fakultas Hukum Brawijaya.

85 I Wayan Sudiarta, Akibat Hukum Pengambilalihan Perusahaan atau Akuisisi Terhadap Status Perusahaan Maupun Status Pekerja pada PT, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penentuan posisi dominan

yagdilakukan adalah bentuk penilaian akibat diadakannya akuisisi atau pengambilalihan suatu perushaan maka penilaian tersebut harus dilihat dari:86

Pelaku usaha mempunyai posisi dominan tidak dilarang oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1999, apabila pencapaian posisi dominan tersebut dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat atau fair.Namun yang dilarang oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1999 apabila pelaku usaha tersebut menyalahgunakan posisi dominannya.Ketentuan Pasal 25 ayat (1) mengenai hambatan yanh dilakukan oleh pelaku usaha yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. Sehingga dari ketentuan Pasal 25 ayat (1) pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dapat menyalahgunakan posisi dominannya baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :

a. ada tidaknya eliminasi dalam persaingan secara langsung;

b. kemungkinan terjadinya praktek persaingan tidak sehat oleh perusahaan hasil dari pengambilalihan;

c. potensi masuknya kompetitor baru dalam pasar bersangkutan;

d. tendensi atau potensi untuk terulangnya proses pengambilalihan oleh pelaku-pelaku usaha lainnya;

e. tren pasar bersangkutan.

87

Elemen- elemen dalam Pasal 25 Undang-undang No.5 Tahun 1999 termuat dalam beberapa Unsur yang mempengaruhi pelaku usaha yang melakukan a. mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun kualitas dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan;

b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi;

c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.

86 Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm.87

87Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.246-247.

posisi dominan dan pelaku usaha yang melakukan pengambilalihan akan memenuhi beberapa unsur dalam pasal tersebut yaitu:88

Pengertian syarat-syarat perdagangan pada intinya adalah peristiwa atau butir perjanjian yang oleh para pihak terkait dijadikan sebagai ukuran bahwa perjanjian perjanjian dimaksud dapat dilaksanakan, atau tidak terpenuhinya peristiwa atau terpenuhinya peristiwa atau butir tersebut ditetapkan sebagai pembatalan perjanjian.Sebagaimana bahwa apabila adanya perjanjian yang a. Unsur Posisi Dominan

Sesuai dengan Pasal 1 angka (4) dalam ketentuan Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Dalam hal ini perusahaan yang melakukan akuisisi apabila posisi pelaku usaha tersebut berada lebih tinggi diantara para pesaing yang lain maka pelaku usaha yang melakukan akuisisi tersebut melakukan posisi dominan.

b. Unsur Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Pengertian “secara langsung” adalah pelaku usaha dominan melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan, sementara pengertian “tidak langsung”

adalah pelaku usaha yang memanfaatkan pelaku usaha lain untuk melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan. Dalam hal ini pelaku usaha yang melakukan akuisisi akan melakukan tindakan secara langsung atau tidak langsung yang melibatkan pihak lain untuk ikut serta dalam melakukan kegiatan yang mengakibatkan adanya posisi dominan dari pelaku usaha tersebut.

c. Unsur syarat-syarat perdagangan

88 Ningrum Natasya Sirait dkk, Ikhtisar Ketentuan Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta:

NLRP,2010), hlm.136.

dilakukan pelaku usaha yang melakukan akuisisi dapat dilaksanakan dengan maksud dan tujuan untuk memperluas ekspansi pemasaran dari pelaku usaha tersebut. Ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh pelaku usaha tersebut yang kemudian dijadikan syarat-syarat perdagangan terhadap pesaing atau pihak yang ingin bekerja sama dengan pelaku usaha tersebut, perjanjian ini dapat berupa sistem pembayaran, sistem penjualan dan harga.

d. Unsur Konsumen

Sesuai dengan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dijelaskan pengertian konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang/atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. Maka dari itu usaha dari target pelaku usaha yang melakukan akuisisi dapat dilihat dari target utama kegiatan tersebut yaitu menguasi konsumen agar memilih produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut. Unsur ini merupakan salah satu hal yang penting dalam melakukan pengambilalihan suatu perusahaan yaitu melihat target dalam hal ini konsumen yang akan eningkatakan nilai pendapatan dari perusahaan tersebut.

e. Unsur Membatasi Pasar dan Pengembangan teknologi

Sesuai dengan Pasal 1 angka 9 adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa.Membatasi pasar dan pengembangan teknologi berarti suatu bentuk perilaku yang menghambat transaksi perdagangan, inovasi serta pengembangan barang dan/atau jasa. Unsur ini dilakukan agar pesaing atau pihak lain tidak dapat masuk dan menguasai pasar

sehingga pelaku usaha yang melakukan pengambilalihan dapat menghimpun pasar untuk kemudian dengan cara menghambat pelaku usaha lain untuk masuk.

f. Unsur Pelaku Usaha Iain

Mengacu pada penjelasan pasal 17 ayat 2 poin b, pelaku usaha lain adalah pelaku usaha yang mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar bersangkutan. Dalam hal ini pelaku usaha yang melakukan akuisisi akan melihat sejauh mana pesaingnya dalam dunia usaha yang sama sebagai pelaku usaha lain yang mempunyai kemampuan untuk bersaing di pasar bersangkutan.

g. Unsur Pasar Bersangkutan

Sesuai dengan Pasal 1 angka 10, Pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau subsitusi dari barang dan/atau jasa tersebut. Dalam hal ini pelaku usaha yang melakukan akuisisi akan melihat kondisi pasar yang bersangkutan untuk kemudian melakukan ekspansi pasar yang lebih luas.

h. Unsur Pangsa Pasar

Sesuai dengan Pasal 1 angka 13, pangsa pasar adalah persentase nilai jual atau beli barang atau jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan dalam tahun kalender tertentu.Pelaku usaha yang melakukan akuisisi akan melihat pangsa paar yang bagaimana yang akan dituju untuk memperluas cakupan dari usahanya.

5. Ketentuan Mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan dalam Undang-undang No.5 Tahun 1999

Ketentuan Pasal 28 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengenai Penggabungan (Merger), Peleburan( Konsolidasi) dan Pengambilalihan (Akuisisi) dijelaskan dalam ayat (1) dan (2) yaitu:89

Dari ketentuan Pasal 28 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa merger, konsolidasi, dan akuisisi yang dilarang adalah apabila kegiatan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi pasar secara substansial serta hilangnya pesaing potensial, dengan cara menghambat atau menyulitkan para pelaku pasar pendatang baru.

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(2) Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

90

89 Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

90 Abdul Rokhim, Larangan Merger dalam Undang-Undang Antimonopoli, Vol.VII, No.13.Dinamika Hukum 2001, hlm.7.

Kegiatan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dapat dilakukan namun sebatas Undang-Undang yaang mengaturnya apabila terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang ini maka proses penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dapat dibatalkan atau dapat dihentikan maka fungsi dari Undang-Undang adalah untuk memantau setiap kegiatan pelaku usaha yang hendak melakukan penggabungan, peleburan dan

pengambilalihan tersebut.91 Dalam menjalankan perusahaan, pelaku usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum, yang menjalankan perusahaan bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan mencari laba, secara tegas dilarang melakukan tindakan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan perusahaan yang menagkibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.92

91Ibid.

92Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha, ( Malang: Setara Press,2013), hlm.25.

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR : 09/KPPU-L/2009 TENTANG AKUISISI SAHAM PT. ALFA RETAILINDO YANG DILAKUKAN OLEH

PT. CARREFOUR INDONESIA YANG MENIMBULKAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT A. Pembahasan Putusan KPPU Nomor:09/KPPU-L/2009

1. Kasus Posisi dalam Putusan KPPU Nomor :09/KPPU-L/2009

Pada 21 Januari 2008, dilakukan pembuatan Nota Kesepahaman (MoU) antara PT. Carrefour Indonesia (Carrefour), PT. Sigmantara Alfindo Prime Horizon Pte.Ltd untuk membeli sebesar 75% saham PT. Alfa Retailindo yang ditandatangani di Jakarta. Nota kesepahaman itu kemudian ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian jual beli saham antara Carrefour dan Alfa pada 21 Januari 2008. Setelah Carrefour melakukan akuisisi terhadap 30 gerai ex-Alfa serta 14 geraiberganti nama menjadi Carrefour Express, dan 16 gerai menjadi Carrefour. Dengan demikian, pasca mengakuisisi Alfa, Carrefour beroperasi di dua format yaitu sebagai sebuah hypermarket dan supermarket.Dilihat dari jumlah kepemilikan gerai, maka Carrefour menjadi pelaku usaha Hypermarket yang mempunyai gerai tertinggi setelah mengakuisisi Alfa, dan Carrefour menjadi perusahaan yang dominan menguasai pangsa pasar lebih dari 50%.

Carrefour dan ritel modern lainnya yang menjalankan kegiatan bisnisnya yaitu dengan memasok barang dari pemasok dan menjualnya kepada konsumen.

Keberadaan format ritel modern menawarkan produk yang murah dan memberi kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Namun fitur layanan pro konsumen

dan harga murah dilakukan dengan mengeksploitasi rabat yang dimintakan

dan harga murah dilakukan dengan mengeksploitasi rabat yang dimintakan

Dokumen terkait