• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKUISISI DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

E. Ketentuan Mengenai Akuisisi Saham Dalam Hukum Persaingan Usaha

3. Mengukur Tingkat Persaingan dengan Metode Pengukuran

Pengukuran tingkat persaingan agar didapatkan struktur pasar yang jelas dapat diukur dari tingkat konsentrasi dan kecenderungan yang ditunjukkan menggunakan indikator nilai HHI dan CR4.Tingkat Konsentrasi dengan menggunakan Ratio (CR4)menunjukkan tingkat keketatan persaingan di pasar (utamanya pada pasar oligopoli) nilai keketatan konsentrasi persaingan yang terjadi pada pangsa pasar persaingan hypermarket dan supermarket dari beberapa pangsa pasar yang ada menunjukkan bahwa nilai konsentrasi rasio (CR4) sedangkan pengukuran dengan nilaitingkat Herfindhal Indeks (HI)menunjukkan bahwa persaingan terkonsentrasi sedang.Indeks Herfindhal dedefinisikan sebagai jumlah pangkat dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industry.Index (HI) antara 1001-2000, menunjukkan bahwa persaingan di pangsa pasar penjualan nasi goreng bersifat Monopolistik, artinya semakin tinggi Herfindhal Index nya maka semakin tinggi distribusi ukuran dari perusahaan.62

Secara sistematis HHI merupakan kuadrat dari andil/bagian (penguasaan pasar) dari 4 perusahaan terbesar yang dibobotkan dengan ISIC 2

62 https://mizaroh.wordpress.com/ekonomi-industri/mengukur-tingkat-consentrasi-ratio-cr4-menentukan-indeks-herfindhal-hi-dan-analisa-structure-s/ (diakses pada tanggal 2 Desember 2017)

digitnya.Selanjutnya untuk menguji apakah suatu merger atau akuisisi diperkenankan atau tidak, dipergunakan acuan sebagai berikut:63

63 Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm.88.

a. jika hasil suatu merger atau akuisisi menunjukkan HHI masih berada di bawah 1.000, maka merger ini tidak perlu ditolak karena tidak akan ada konsentrasi baru dalam pasar yang bersangkutan

b. jika setelah merger HHI berada pada 1.000 sampai dengan peningkatan HHI yang nilai kurang dari 100 poin, maka usulan atas merger masih dapat diterima dan dilakukan. Namun demikian jika terjadi penambahan HHI yang melebihi 100 poin, maka usulan merger ini perlu mendapatkan perhatian

c. jika setelah terjadinya merger HHI berada di atas 1.800 yaitu berada pada dasar dengan konsentrasi tinggi, dan merger ini meningkatkan HHI melebihi 50 poin, maka terhadap merger ini perlu diberikan perhatian. Selanjutnya jika setelah merger terjadi kenaikan HHI lebih dari 100 poin, maka merger ini dianggap berbahaya karena, akan mempertinggi kekuatan dalam pasar yang bersangkutan.

BAB III

AKUISISI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1999

A. Tinjauan tentang Pasar Bersangkutan (Relevant Market) 1. Pasar Berdasarkan Produk

Pasar Produk (Product Market) diartikan sebagai produk-produk pesaing dari produk tertentu ditambah dengan produk lain yang dapat menjadi subsitusi produk tertentu. Sebagaimana pasar bersangkutan berdasarkan produk ini adalah merujuk kepada objek yang akan dijual memiliki barang yang sama bahkan padaa bagian subsitusinya. Terdapatnya bentuk dan sifat barang yang merupakan satu bagian produk dari pasar yang bersangkutan dimana memiliki fungsi yang sama bagi konsumen. Salah satu unsur penting dalam menentukan apakah produk tersebut berada dalam pasar bersangkutan yang sama atau tidak adalah adanya sebuah harga antara produk yang berbeda tersebut tidak terlalu jauh maka barang tersebut dapat dikatakan bersubsitusi satu sama lain dan berada di pasar bersangkutan yang sama.64

Selain hal tersebut, fleksibilitas dari barang dalam pasar bersangkutan adalah berada dalam satu pasar bersangkutan apabila produk yang berbeda ini dapat saling menggantikan satu sama lain (interchangeable). Dalam hal ini aspek penilaian konsumen sangatlah penting karena konsumen membeli suatu produk untuk kebutuhannya. Proses pembuktian pasar bersangkutan yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan asumsi hypotetical monopolist test.

Pengujian ini berusaha mengidentifikasi serangkaian kecil produk dan produsen

64 Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.62.

(pemilik produk yang sedang diinvestigasi), di mana hypotetical monopolist test, mengendalikan pasokan dari semua produk di dalam rangkaian tersebut yang dapat meningkatkan keuntungan dengan menaikkan harga diatas kompetitif.Pendekatan yang mendasari tes tersebut dapat diaplikasikan untuk mengidentifikasikan pasar produk dan juga pasar menurut geografis. Pendekatan ini menggunakan dasar pemikiran menaikkan harga di atas level kompetitif.

Besarnya kenaikan harga ditentukan sedemikian sehingga nilainya cukup kecil namun signifikan.65

Biaya serta transportasi juga termasuk dalam pasar yang bersangkutan, selain hal tersebut tarif dan peraturan yang membatasi lalu lintas perdagangan antar kota/wilayah suatu produk juga menyebabkan peningkatan harga produk sehingga menurunkan minat beli konsumen serta adanya peraturan yang 2. Pasar Berdasarkan Geografis

Pasar Geografis (relevant geographic market) adalah wilayah dimana suatu pelaku usaha dapat meningkatkan harganya tanpa menarik masuknya pelaku usaha baru atau tanpa kehilangan konsumen yang secara signifikan yang menjadi berpindah dari pelaku usaha lain diluar wilayah tersebut. Pembatasan pasar bersangkutan secara geografis ini bertujuan untuk menghitung pangsa pasar bersangkutan secara objektif disekitar wilayah barang tersebut dipasarkan.

Adanya kebijakan perusahan adalah salah satu faktor dalam menentukan luas dan cakupan wilayah suatu produk dikarenakan untuk penentuan secara logistik suatu produk terutama terkait dengan wilayah yang akan dijadikan target pemasaran.

65Ibid., hlm.63.

membatasi peredaran suatu produk di wilayah juga merupakan faktor untuk menentukan cakupan geografis suatu produk karena menghambat distribusi suatu produk di suatu wilayah.66Tipe bukti yang dapat digunakan untuk menentukan cakupan pasar geografis termasuk survei konsumen dan perilaku pesaing, estimasi elastisitas harga di berbagai tempat yang berbeda, dan analisa perubahan harga lintas wilayah yang berpengaruh. Bukti yang terakhir dapat memberikan pembuktian yang beralasan untuk menentukan bahwa dua wilayah merupakan suatu pasar yang sama jika harga dari suatu produk yang dipermasalahkan bergerak bersama di kedua wilayah tersebut dan pergerakannya tidak disebabkan oleh perubahan pada biaya produksi.67

3. Pasar Bersangkutan dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 3 Tahun 2009

Ketentuan mengenai pasar bersangkutan dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999 di dalam Pasal 1 angka 10 ketentuan umum menekankan pada konteks horizontal yang menjelaskan posisi pelaku usaha beserta pesaingnya.

Berdasarkan pasal tersebut, cakupan pengertian pasar bersangkutan dikategorikan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan produk dan berdasarkan geografis.68

66 Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm.87.

67 Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.64.

68Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.3 Tahun 2009 tentang Pedoman Penerapan Pasal 1 Angka 10 Tentang Pasar Bersangkutan Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Definisi pasar bersangkutan merupakan tahapan awal dari analisis persaingan usaha yang penerapannya dilakukan secara kasus per kasus. Proses

pembuktian dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang No.5 Tahun1999 pada umumnya diawali dengan penetapan definisi produk dan pasar bersangkutannya.69

1. Ketentuan mengenai Akuisisi dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 Tahun 2009

Pasar bersangkutan adalah sebuah konsep yang dilakukan untuk mendefinisikan tentang ukuran pasar dari sebuah produk.Ukuran pasar ini menjadi penting, karena dapat mengidentifikasi seberapa besar penguasaan produk tertentu dalam pasar tersebut oleh suatu pelaku usaha.Dalam pasar bersangkutan yang cakupan terlalu sempit, maka sangat mungkin pelaku usaha yang menguasai produk tertentu dinilai menjadi pemegang posisi dominan.Sebaliknya apabila defenisi produk pasar tersebut cakupannya terlalu luas, maka bisa jadi pelaku usaha tersebut tidak dinilai sebagai pemegang posisi dominan.Penentuan definisi pasar bersangkutan menjadi penting mendasar dalam upaya pembuktian beberapa pelanggaran Undang-undang No. 5 Tahun 1999.

B. Bentuk Penguasaan Pasar Akibat dari Perusahaan yang Melakukan Akuisisi

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai otoritas persaingan di Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2009 yang mengatur mengenai pra-notifikasi kegiatan merger.Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Angka 6 Perkom No.1 Tahun 2009, pra-notifikasi merger bersifat sukarela.

Meskipun demikian, notifikasi merger dan akuisisi yang disampaikan oleh pelaku

69Ibid.

usaha kepada KPPU sebelum transaksi tersebut ditutup sangat berguna bagi pelaku usaha karena dengan notifikasi tersebut transaksinya tidak akan terkena ancaman pembatalan KPPU.70

Ketentuan dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang akuisisi saham Perusahan tersebut terlihat di dalam pasal 4 , bagaimana bentuk pranotifikasi dari akuisisi saham yang dapat dilakukan:71

a. pengambilalihan saham dengan hak suara sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima persen); atau

b. pengambilalihan saham dengan hak suara kurang dari 25% (dua puluh lima persen) namun menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; atau

c. pengambilalihan aset atau transaksi lainnya yang menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; dan

d. pengambilalihan mengakibatkan nilai aset atau nilai penjualan (omzet) atau pangsa pasar memenuhi batas sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

Dalam ketentuan Pasal ini dijelaskan bahwa akuisisi hanya dapat dilakukan apabila hak suara yang dimiliki adalah sekurang-kurangnya 25% untuk kemudian dapat dilakukan akuisisi saham.Pra notifikasi menurut Perkom No. 1 adalahpemberitahuan yang bersifat sukarela oleh pelaku usaha akan melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham untuk mendapatkan pendapat komisi mengenai dampak yang ditimbulkan dari rencana penggabungan atau peleburan badan usahaatau pengambilalihan. Mengacu pada definisi tersebut bahwa pra-notifikasi berbeda dengan kewajiban notifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No.5 Tahun 1999.Karena pra notifikasi bersifat sukarela dan berkaitan dengan dampak,

70 Syamsul Maarif, Merger Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: PT Penebar Swadaya,2010), hlm.33.

71 Pasal 4 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.1 Tahun 1999 Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan.

sedangkan kewajiban notifikasi bersifat wajib dan pelaksanaannya didasarkan threshold atas nilai asset dan atau nilai penjualan.Selain itu pra notifikasi yang merupakanpemberitahuan dilakukan sebelum melaksanakan kewajiban notifikasi yang diamanatkan oleh Pasal 29 ayat (2) UU Persaingan Usaha setelah P3 dilaksanakan oleh Pelaku Usaha.72Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 memberikan enam ilustrasi kegiatan merger yang seringkali dilakukan oleh pelaku usaha. Ilustrasi transaksi tersebut meliputi penggabungan, peleburan, akuisisi saham, akuisisi aset, take over, dan public takeover.73

Dari keenam bentuk merger tersebut, sebuah transaksi dianggap masuk dalam kegiatan merger apabila esensi dari merger telah terpenuhi. Esensi yang dimaksud dijelaskan Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 pada Bagian 2.4 tentang Apa itu Merger, yaitu:74

a. Terciptanya konsentrasi kendali dari beberapa pelaku usaha yang sebelumnya independen kepada satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha; atau

b. Beralihnya suatu kendali dari satu pelaku usaha kepada pelaku usaha lainnya yang sebelumnya masing-masing independen sehingga menciptakan konsentrasi pengendalian atau konsentrasi pasar.

Lebih jauh Petunjuk Pelaksanaan Perkom No.1 Tahun 2009 pada bagian 3.5 mengatur akuisisi yang menyebabkan perpindahan kendali.Perlu kiranya dicatat bahwa menurut Petunjuk Perkom No.1, beralihnya kendali dapat terjadi selain melalui akuisisi saham atau akuisisi asset juga melalui akuisisi hak pengendalian/manajemen.Oleh karena itu, pelaku usaha harus mencermati apakah

72 Yakub Adi Krisanto, Pengesahan Pelaksanaan Penggabungan,Peleburan dan Pengambilalihan (P3) dan Kedudukan Konsultasi dalam Hukum Persaingan Usaha. Vol.3 No.1.Prioris 2012.66.

73 Syamsul Maarif, Op.Cit., hlm.35.

74Ibid.

dalam suatu transaksi telah terjadi konsentrasi kendali ataupun peralihan kendali sehingga dianggap telah memenuhi definisi merger sesuai dengan ketentuan Perkom No.1 Tahun 2009.Dalam hal definisi merger telah terpenuhi pelaku usaha dapat melakukan pra-notifikasi kepada KPPU dengan menyertakan perjanjian atau kesepakatan atau Nota Kesepahaman atau dokumentasi tertulis lainnya terkait dengan rencana untuk melakukan merger atau akuisisi.75

2. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Monopoli

Pengaturan mengenai monopoli dalam Pasal 17 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa “ Pelaku Usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat”.

Maka dari itu apabila suatu perusahaan yang melakukan Pengambilalihan atau akuisisi saham yang mengakibatkan terjadinya monopoli akan melanggar ketentuan pasal 17 Undang-Undang tersebut. Dalam menilai apakah dalam suatu merger telah terjadi praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, KPPU berpedoman pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat76

75Ibid, hlm.36.

76 PP No. 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atauPeleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan saham yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

menyatakan bahwa penilaian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai apakah suatu akuisisi mengakibatkan

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat dengan melakukan analisa sebagai berikut:77

Tindakan akuisisi (seperti juga dengan merger dan konsolidasi) sangat riskan terhadap terjadinya monopoli yang dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku. Karena itu, dimana- mana ilmu hukum monopoli sangat mengawasi terhadap terjadinya proses akuisisi. Dalam arti bahwa merger dan akuisisi perusahaan lajim saja dilakukan, tapi tidak sampai menimbulkan kegiatan monopoli.

1) Konsentrasi pasar artinya menilai apakah akuisisi dapat mengakibatkan terjadinya Praktek Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2) Hambatan masuk pasar artinya mengidentifikasi hambatan masuk pasar (entry barrier) dalam pasar yang bersangkutan. Apabila di pasar eksistensi entry barrier rendah maka akuisisi cenderung tidak menimbulkan dugaan praktek monopoli, namum dengan eksistensi hambatan masuk pasar yang tinggi berpotensi menimbulkan dugaan praktek monopoli

3) Potensi perilaku anti persaingan artinya penilaian jika akuisisi melahirkan satu pelaku usaha yang relatif dominan terhadap pelaku usaha lainnya di pasar, memudahkan pelaku usaha tersebut untuk menyalahgunakan posisi dominannya untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya bagi perusahaan dan mengakibatkan kerugian konsumen..

4) Efisiensi yaitu penilaian jika akuisisi dilakukan dengan alasan untuk efisiensi perusahaan. Dalam hal ini, perlu dilakukan perbandingan antara efisiensi yang dihasilkan dengan dampak anti-persaingan yang dicapai dalam merger tersebut.

Jika nilai dampak anti-persaingan melampaui nilai efisiensi yang dihasilkan akuisisi, maka persaingan yang sehat akan lebih diutamakan dibanding mendorong efisiensi bagi pelaku usaha.

5) Kepailitan artinya yaitu penilaian jika akuisisi dilakukan dengan alasan menghindari terhentinya badan usaha tersebut beroperasi di pasar. Apabila badan usaha tersebut keluar dari pasar dan menyebabkan kerugian konsumen lebih besar, maka akuisisi tersebut tidak berpotensi menimbulkan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

78

77

Efek negatif dari merger terhadap suatu persaingan pasar adalah dengan terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar yang dapat menyebabkan

http://www.jurnalasia.com/bisnis/kppu-akuisisi-agung-podomoro-tak-berpotensi-monopoli/ (Diakses 08 November 2017)

78 Munif Fuady, Op.Cit., hlm.143.

harga produk semakin tinggi serta kekuatan-kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang dapat mengancam pebisnis kecil.Keadaan tersebut dapat dilihat dari konsentrasi pasar yang dipengaruhi oleh berapa banyak pelaku pasar untuk pasar yang bersangkutan dan berapa besar pangsa pasar yang dikuasainya.Pengaturan dalam Undang-undang Antimnopoli merujuk kepada tindakan merger, konsolidasi dan akuisisi perusahaan apabila tindakan-tindakan tersebut dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan yang curang.Dengan semua bentuk merger, konsolidasi dan akuisisi dapat terkena larangan tersebut, baik yang vertikal, horizontal maupun konglomerat.79

3. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Penguasaan Pasar

Pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 melarang kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain. Pasal 1 angka 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 merumuskan pengertian pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat melakukan transaksi perdagangaan barang dan/atau jasa. Dalam pasal 19 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain termasuk untuk perusahaan yang melakukan akuisisi yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.80

79Ibid, hlm.149.

80 Rachmadi Usman,Op.Cit., hlm.74.

Akuisisi saham perusahaan yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat juga didasari dari

bentuk strategi penguasaan pasar yang dapat pula berwujud penjualan atau pemasokan barang dan/atau dengan cara “jual rugi” (predatory pricing) dengan maksud untuk mematikan pesaingnya.81 Tindakan akuisisi yang memliki strategi pemasaran yang luas untuk kemudian memperoleh income yang lebih besar dengan melakukan akusisi merupakan salah satu faktor yang penting ketika suatu perusahaan akan melakukan suatu akusisi (pengambilalihan). Pelaku usaha tersebut memiliki Market Power yang harus mejadi perhatian oleh pihak yang berwenang mengawasi pelaksaannya.82

4. Ketentuan Mengenai Akuisisi yang Mengakibatkan Terjadinya Posisi Dominan Posisi Dominan atau menjadi unggul di pasar bersangkutan adalah menjadi salah satu tujuan pelaku usaha.Oleh karena itu, setiap pelaku usaha berusaha menjadi yang lebih unggul (market leader) pada pasar yang bersangkutan. Penguasaan posisi dominan di dalam hukum persaingan usaha tidak dilarang, sepanjang pelaku usaha tersebut dalam mencapai posisi dominannya atau menjadi pelaku usaha yang lebih unggul (market leader) pada pasar yang bersangkutan atas kemampuannya sendiri dengan cara yang fair.83

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menyebutkan pelaku usaha merupakan “level playing field” dimana aturan yang sama dikenakan kepada semua pemain dalam hal ini pelaku usaha untuk berusaha, bersaing secara sehat serta mempermudah untuk masuk dalam pangsa pasar tertentu. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

81 Asril Sitompul,Op.Cit., hlm. 30.

82Ibid.

83Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.233.

Tidak Sehat dibentuk bertujuan untuk menjaga persaingan dan perilaku anti persaingan yaitu perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, dan posisi dominan. Penyalahgunaan Posisi Dominan adalah suatu keadaan dimana pelaku usaha memiliki posisi dominan dalam pangsa pasar bersangkutan dan dengan posisi dominan tersebut melakukan kegiatan yang merugikan pelaku usaha lain yang mengakibatkan sulitnya pelaku usaha melaksanakan kegiatannya dan mempersulit pelaku usaha baru masuk ke dalam pasar bersangkutan.84

Dalam perkembangannya keberadaan suatu perusahanuntuk mulai mendominasi yang lain, sehingga menimbulkan persaingan yang berat antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Dalam setiappersaingan sudah tentu ada pihak yang kalah dan menang, dimana faktor yangmenyebabkan suatu perusahaan mengalami penurunan daya saing adalahkurangnya eksistensi dan kualitas dari barang atau jasa yang diperdagangkan oleh perusahaan tersebut.

Sehingga pihak perusahaan tersebut harus melakukan perombakan atau restrukturisasisalah satunya dengan caraakuisisi atau pengambilalihan terhadap saham perusahaannya,guna mempertahankan eksistensi dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan dilakukannya pengambialihan perusahaan atau akuisisi, tentunya akan menimbulkan akibat hukum tertentu terhadap pihak perusahaan yang mengambilalih maupun yang diambilalih.85

84 Muhammad Rizki Alfarizi, Penyalahgunaan Posisi Dominan dalam Perspektif Kejahatan Kooporasi Berdasarkan Undan-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Fakultas Hukum Brawijaya.

85 I Wayan Sudiarta, Akibat Hukum Pengambilalihan Perusahaan atau Akuisisi Terhadap Status Perusahaan Maupun Status Pekerja pada PT, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penentuan posisi dominan

yagdilakukan adalah bentuk penilaian akibat diadakannya akuisisi atau pengambilalihan suatu perushaan maka penilaian tersebut harus dilihat dari:86

Pelaku usaha mempunyai posisi dominan tidak dilarang oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1999, apabila pencapaian posisi dominan tersebut dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat atau fair.Namun yang dilarang oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1999 apabila pelaku usaha tersebut menyalahgunakan posisi dominannya.Ketentuan Pasal 25 ayat (1) mengenai hambatan yanh dilakukan oleh pelaku usaha yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. Sehingga dari ketentuan Pasal 25 ayat (1) pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan dapat menyalahgunakan posisi dominannya baik secara langsung maupun tidak langsung untuk :

a. ada tidaknya eliminasi dalam persaingan secara langsung;

b. kemungkinan terjadinya praktek persaingan tidak sehat oleh perusahaan hasil dari pengambilalihan;

c. potensi masuknya kompetitor baru dalam pasar bersangkutan;

d. tendensi atau potensi untuk terulangnya proses pengambilalihan oleh pelaku-pelaku usaha lainnya;

e. tren pasar bersangkutan.

87

Elemen- elemen dalam Pasal 25 Undang-undang No.5 Tahun 1999 termuat dalam beberapa Unsur yang mempengaruhi pelaku usaha yang melakukan a. mencegah dan atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing baik dari segi harga maupun kualitas dengan menetapkan syarat-syarat perdagangan;

b. membatasi pasar dan pengembangan teknologi;

c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.

86 Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm.87

87Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., hlm.246-247.

posisi dominan dan pelaku usaha yang melakukan pengambilalihan akan memenuhi beberapa unsur dalam pasal tersebut yaitu:88

Pengertian syarat-syarat perdagangan pada intinya adalah peristiwa atau butir perjanjian yang oleh para pihak terkait dijadikan sebagai ukuran bahwa perjanjian perjanjian dimaksud dapat dilaksanakan, atau tidak terpenuhinya peristiwa atau terpenuhinya peristiwa atau butir tersebut ditetapkan sebagai pembatalan perjanjian.Sebagaimana bahwa apabila adanya perjanjian yang a. Unsur Posisi Dominan

Sesuai dengan Pasal 1 angka (4) dalam ketentuan Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Dalam hal ini perusahaan yang melakukan akuisisi apabila posisi pelaku usaha tersebut berada lebih tinggi diantara para pesaing yang lain maka pelaku usaha yang melakukan akuisisi tersebut melakukan posisi dominan.

b. Unsur Secara Langsung Maupun Tidak Langsung

Pengertian “secara langsung” adalah pelaku usaha dominan melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan, sementara pengertian “tidak langsung”

Pengertian “secara langsung” adalah pelaku usaha dominan melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan, sementara pengertian “tidak langsung”

Dokumen terkait