• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Ketepatan struktur kalimat

A. Pada siklus 1 siswa yang bernama abu bakar pada waktu membaca cerpen mencapai nilai 13% dan letak kesalahan pada saat membaca cerpen, kurang menaggapi cara membaca cerpen sehingga tidak fokus.

Pada siklus 2 Abu bakar mengalami perkembangan yang awalnya mendapatkan nilai 13% menjadi 15%

B. Pada siklus 1 siswa yang bernama dimas pada saat membacakan cerpen mencapai nilai 11% dan terdaat kesalahan saat mengungkapkan lafal terdapat kesalahan kepungucapan .

Pada siklus 2 dimas mengalami peningkatan dari nilai 11%

menjadi 14%.

C. Pada siklus 1 siswa yang bernama isra mendapatkan nilai 15% dan terdapat kesalahan saat membacakan cerpen pada intonasinya kurang.

Pada siklus dua isra mengalami perkembangan dari nilai 15% kini menjadi 17%

D. Pada siklus satu siswa bernama nabila mendapatkan nilai 15%

dan terdapat kesalahan pengucapan saat membacakan cerpen.

Pada siklus 2 nabila mengalami perkembangan dari nilai 15%

menjadi 17%.

E. Pada siklus 1 siswa bernama pajri edi mendapatkan nilai 16% dan terdapat kesalahana pada saat membaca cerpen

Pada siklus 2 pajri edi terdapat peningkatan nilai dari 16%

menjadi 18%.

F. Pada siklus 1 siswa bernama putri mendapatkan nilai 16% namun terdapat kesalahan saat membacakan cerpen diatas.

Pada siklus 2 putri. Mengalami peningkatan nilai dari 16%

menjadi 17%

G. Pada siklus 1 siswa bernama tri mendapatkan nilai 16% namun terdapat kesalahan non verba.

Pada siklus 2 tri mengalami peningkatan dari nilai 16% menjadi 18%.

H. Pada siklus 1 siswa bernama ridul mendapatkan nilai 15%

kesalahan yang dilakukan pada saat membacakan cerpen kurang menguasai isi cerpen.

Pada siklus 2 ridul mengalami peningkatan dari nilai 15%

menjadi 18%.

I. Pada siklus 1 siswa yang bernama rendi mendapatkan nilai 18%

dan terdapat kesalahan kosakata.

Pada siklus 2 rendi mengalami peningkatan dari niali 18% menjadi 19%.

J. Pada siklus 1 siswa bernama resti mendapatkan nilai 13% dan terdapat kesalahan ketepatan saat membaca kurang.

Pada siklus 2 mengalami peningkatan dari nilai 13% menjadi 15%.

K. Pada siklus 1 siswa bernama siti nadia assahra mendapatkan nilai 13% dan terdapat kesalahan.

Pada siklus 2 siti nadia assahra mengalami peningktan dari nilai 13% menjadi 17%.

L. Pada siklus satu siswa bernama sulkipli mendapatkan nilai 12%

dan terdapat kesalahan kelancara membaca.

Pada siklus dua mengalami peningktan dari nilai 12% menjadi 14%.

M. Pada siklus satu siswa bernama inna mendaparkan nilai 15% dan terdapat kesalahan intonasi kurang jelas.

Pada siklus dua inna mengalami peningkata dari nilai 15% menjadi 18%

Dari siklus satu nilai rata-rata siswa 71% yang artinya belum memenuhi standar KKN mata pelajaran bahasa indonesia sedangkan di siklus ke dua nilai rata-rata siswa 80% yang artinya lebih meningkat dari pada msiklus satu dan sudah memenuhi standar KKN.

Berdasarkan atas hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada aktivitas belajar siswa tiap siklus meningkat. Peningkatan pada siklus satu sampai dengan siklus dua sebesar 8,39% merupakan hasil yang cukup menggembirakan. Rata-rata respon yang diberikan siswa dalam latihan membaca menunjukkan respons yang positif. Namun, dari pengamatan guru pada siklus satu ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran (20%). Hal ini karena pengelolaan sirkulasi dan pencatatan waktu baca belum berjalan dengan baik karena aktivitas ini merupakan hal yang baru bagi siswa. Sedangkan pada siklus dua kegiatan yang relevan sehingga kegiatan pembelajaran mengalami kenaikan menjadi (20%).

Siswa dapat mengurangi kebiasaan buruk, seperti menggerakkan kepala dan menunjuk dengan jari/benda lain. Hal ini dapat dihilangkan dengan banyak latihan.

membaca cerpen siswa tersebut perlu didukung oleh tingkat kelancaran membaca siswa. proses pembelajaran, siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatian untuk cepat menguasai ide pokoknya, sehingga tingkat pemahaman pada siklus satu baru mencapai 65% (kurang). Pada siklus dua mengalami peningkatan yang menggembirakan pada tingkat pemahannya, yaitu 72% (sedang).

Hasil belajar siswa tiap siklus pun meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang diperoleh siswa. Pada siklus satu, nilai tes masih berkisar antara 6,3 s.d. 6,6. Siklus dua berkisar antara 7 s.d. 7,5 . Pelaksanaan pembelajaran dari siklus satu sampai dengan siklus dua dapat diamati muncul proses lain yaitu siswa dapat mencoba-coba sendiri memilah bagian teks yang di-perlukan dan melompati bagian teks yang kurang penting. Latihan ini selalu dicobakan siswa masing-masing dengan cara bergantian.

Pengamatan dilakukan mulai dari partisipasi setiap siswa dalam pembelajaran sampai dengan hasil pengumpulan pekerjaan hasil pengamatan. Peneliti dapat mengetahui kemajuan belajar siswa dalam proses pembelajaran dan tugas yang diselesaikan siswa. Melalui proses pembelajaran, dapat diketahui respons yang ditunjuk-kan pada saat latihan. Secara umum, siswa sudah menunjukkan respons yang positif

dalam pembelajaran meskipun masih ada satu atau dua siswa yang belum dapat bekerja sama dengan serius dalam menyelesaikan tugasnya.

Melihat respon yang ditunjukkan oleh siswa pada saat pembelajaran dan didukung dari hasil latihan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa memberikan respon yang baik pada pembelajaran membaca pada tiap siklus. Siswa sibuk melihat adanya peningkatan membaca mereka secara individu maupun kelompok. Mereka membandingkan membaca mereka dari siklus satu sampai siklus dua.

Meskipun dalam praktiknya sudah baik, tetapi masih terdapat siswa yang belum dapat mengefektifkan waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dengan rekannya yang lebih mengetahui (7,71%), namun demikian hal ini tidak perlu gusar karena dapat diatasi sendiri oleh siswa dan mereka pun telah memahami teknik membaca cepat yang baik.

Berdasarkan atas hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan teknik Warming up for Reading (WFR) ternyata menunjukkan peningkatan pada aktivitas belajar siswa, kemampuan membaca khususnya cerpen, tingkat pemahaman, maupun hasil belajar siswa.

55 BAB V PENUTUP A. Simpulan

Aktivitas belajar membaca cerpen siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran meningkat, yaitu pada siklus satu memperoleh nilai rata-rata (mean) 71,76, sedangkan pada siklus dua memperoleh nilai rata-rata (mean) 80. Aktivitas siswa yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran tiap siklus juga menurun, seperti penghambat kecepatan membaca.

Ketepatan membaca siswa pada siklus satu baru mencapai tingkat pemahamannya dengan kategori kurang (65%). Sedangkan Ketepatan membaca siswa pada siklus dua sudah cukup meningkat dengan tingkat pemahamannya sudah dalam kategori di atas standar minum yaitu 80%.

B. Saran

Teknik membaca Warming up for Reading dapat dijadikan alternatif untuk mengefektifkan pembelajaran membaca siswa khusunya dalam pembacaan cerpen karena teknik ini dapat membantu guru menciptakan aktivitas belajar yang menyenangkan, meningkatkan kecepatan membaca, meningkatkan tingkat pemahaman bacaan, dan meningkatkan hasil belajar membaca siswa.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariesty, Fujiastuti. 2016. Instrumen Penilaian Membaca Cerita Pendek yang Terintegrasi Kearifan Lokal. STKIP Persada Khatulistiwa.

Aisah, Siti. 2011. Skripsi. Meningkatkan Kemampuan Membaca Materi Cerpen Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Nguter Sukoharjo. Yogyakarta:

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Burns, R. B. 2005. Konsep Membaca. Jakarta: Arcan.

Farida, Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Fida, Nihaya Nurul. 2010. Skripsi. Peningkatan Keterampilan Membaca Materi Cerpen melalui Teknik Warming Up For Reading (WFR) pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Bandung. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harjasudjana, DKK. 1996. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Iriansani. 2014. Skripsi. Penggunaan Teknik Warming Up for Reading (WFR) dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Purbalinnga. (Online). http://jagad.id. Diakses Tanggal 14 Februai 2020.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online).

http//.kbbi.kemen-dik bud.go.id/entri/menulis). Diakses tanggal 04 Januari 2020.

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Nurgiyantoro, Burhan. 2004. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE.

Parerra, Jos Daniel. 1996. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Grasindo.

Rahardi, R Kunjana. 2005. Pragmatik:Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Rahim, Faridda. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Sinar Grafika

Russefendi. 1994. Dasar-dasar Penelitian dalam Bidang Nonsastra lainnya.

Semarang: IKIP Semarang PRESS.

Sandjaja, soejanto. 2005. Pengaruh keterlibatan orang tua terhadap minat membaca anak ditinjau dari pendekatan stress lingkungan. Diakses dari Jurnal Pendidikan UPI (pada 1 September 2020).

Sisprinanti, Nina. 2013. Thesis. Keefektifan Teknik Warming Up For Reading (WFR) dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bobotsari Purbalingga. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudjana, Nana DKK. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Soedarso. 2010. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tegal. Jurnal (Online), (http://elib.unikom.ac.id). Diakses tanggal 30 Desember 2019.

Zuchdi, Darmiyati. 2008. Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca. UNYPRES.

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

2. Mampu mengungkapkan lafal, intonasi, mimik dan ekspresi pembaca cerpen.

3. Mampu menanggapi cara pembacaan cerpen.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik mampu menangkap unsur-unsur intrinsik cerpen serta isi dan suasana cerpen yang didengarkan.

2. Peserta didik mampu mengungkapkan lafal, intonasi, mimik dan ekspresi pembaca cerpen.

3. Peserta didik mampu menanggapi cara pembacaan cerpen.

E. Materi Pembelajaran

Dokumen terkait