• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan Abad 21

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan membahas mengenai keterampilan abad 21, keterampilan kolaborasi, materi bangun datar, model pembelajaran Numbered Head Together, media pembelajaran, hasil belajar, karateristik siswa, teori perkembangan kognitif, pembelajaran saintifik, penelitian relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Pustaka

1. Keterampilan abad 21

Dengan adanya perkembangan yang terus terjadi setiap saat, sebagai pendidik perlu untuk mengarahkan siswa menguasai berbagai keterampilan hidup yang nantinya dapat membantu siswa untuk survive dalam kehidupan terutama yang dibutuhkan pada 21st century skills. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pembelajaran abad 21, siswa perlu untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang dapat membantu mereka untuk survive dalam kehidupan diantaranya adalah keterampilan komunikasi, keterampilan kolaborasi, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berpikir kreatif. Empat keterampilan itulah yang sedang giat-giatnya ditanamkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga nantinya siswa diharapkan dapat menguasai empat keterampilan tersebut. Keempat keterampilan akan dijelaskan sebagai berikut.

Keterampilan yang pertama adalah keterampilan komunikasi/ communication. Keterampilan berkomunikasi sangat dibutuhkan dalam

kehidupan bermasyarakat karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu akan membutuhkan bantuan dari orang lain dan untuk meminta bantuan dari orang lain perlu adanya keterampilan berkomunikasi untuk menyampaikan maksud tertentu. Apabila seseorang tidak memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik maka memungkinkan maksud atau pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Hal tersebut dapat menyebabkan pesan yang dikirimkan oleh pembicara tidak dimengerti oleh pendengar. Selain itu juga, anak sekolah dasar perlu untuk dilatih berbahasa dalam proses pembelajaran sehingga nantinya siswa mampu menyampaikan gagasan/ ide/ pendapatnya dengan baik. Hal ini berhubungan dengan tahapan atau langkah-langkah yang ada pada pembelajaran saintifik. Komunikasi tidak hanya secara lisan saja melainkan secara tertulis juga dapat dikatakan berkomunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada penerima pesan (komunikan) sehingga tercapainya kesamaan pengertian atas pesan yang disampaikan (Kurniawan, 2014: 31). Berdasarkan pengertian dari komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua unsur yang perlu untuk dipenuhi dalam melakukan komunikasi, yaitu terdapat dua orang atau lebih yang ada dalam kegiatan komunikasi dan pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima

dan dimengerti oleh komunikan. Terdapat empat tahap kompetensi dalam berkomunikasi dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 2. 1 Tahapan Kompetensi dalam Komunikasi Menurut William Howel

William Howel (dalam Graffin,

2003: 425)

(a)

Unconscious incompetence, dimana seseorang yang

dikategorikan tidak dapat melakukan apa-apa, tidak paham, bahkan tidak sadar dalam berkomunikasi.

(b)

Conscious incompetence, dimana dalam berkomunikasi

dilakukan secara sadar atau disadari oleh komunikator dan komunikan namun pada jenis ini kegiatan berkomunikasinya tidak berlangsung secara efektif sehingga seseorang tidak melakukan apa-apa dan seringkali terjebak kesalahpahaman.

(c)

Conscious competence, kondisi dimana kemampuan

komunikasi dengan sadar dan mampu untuk melakukan sesuatu.

(d) Unconscious competence, tahap ini merupakan tahapan yang paling tinggi dalam komunikasi.

Pada tahap pertama yaitu unconscious incompetence. Jenis ini merupakan tingkatan yang paling rendah dalam berkomunikasi karena komunikator dan komunikan seringkali terlibat kesalahpahaman dalam menafsirkan pesan bahkan tidak memahami pesan yang disampaikan sehingga komunikan tidak melakukan apa-apa. Tahap ketiga yaitu conscious competence. Seseorang berada pada tahap ini memiliki

kemampuan untuk mengontrol perilaku komunikasinya secara sadar sehingga kegiatan berkomunikasi tersebut dapat berjalan lebih efektif. Hal

ini ditandai dengan adanya perilaku komunikasi yang sudah menjadi kebiasaan dan mampu untuk melakukan sesuatu. Tahap keempat yaitu unconscious competence. Pada tahap ini perilaku komunikasinya sudah

baik dan efektif sehingga tidak perlu untuk mengatur cara berkomunikasi karena sudah secara otomatis dirinya sudah menyesuaikan terhadap lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, keterampilan dalam berkomunikasi dapat dilakukan selama proses pembelajaran di kelas melalui hal-hal yang sederhana seperti presentasi, diskusi, mengajari siswa lain, dll. Another method to build authentic communication skills is through peer tutoring—in which students tutor their classmates or

younger students. Not only is teaching others a powerful way to enhance

communication skills, it provides the immediate feedback of whether the

tutored student really understood the material, and thus, whether the

communication was successful (Fadel, Bialik& Trilling, 2015: 77).

Keterampilan abad 21 yang kedua adalah kolaborasi/ collaboration. Dalam STEM (Science, Technology, Engineering, Math)

kolaborasi adalah working with others and respectfully and effectively to create, use and share knowledge, solutions, and innovations. Siswa

bekerja sama dalam kelompok yang heterogen untuk mencapai tujuan bersama. Keterampilan kolaborasi tidak hanya bekerja sama di satu kelompok namun juga harus menciptakan kerja kelompok yang kohersif

di dalam kelas dengan memberikan masukan dan saling menghargai pendapat antar individu (Yuniar, dkk, 2017: 177). Siswa dikatakan dapat berkolaborasi apabila memenuhi dua hal dibawah ini.

Tabel 2. 2 Kriteria Kolaborasi Menurut Trilling&Fadel

Trilling&Fadel, 2009: 55

(a) Demonstrate ability to work effectively and respectfully with div ers teams

(b) Exercise flexibility and willingness to be helpful

in making necessary compromises to accomplish a common goal, (iii) Assume shared responsibility for collaborative work, and value the individual contributions made by each team member

Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa untuk mampu berkolaborasi, siswa harus dapat bekerja secara efektif, menunjukkan rasa menghormati satu sama lain, bersikap fleksibel, mampu berkompromi untuk membuat kesepakatan, bertanggung jawab, dan berkontribusi maupun menghargai kontribsi setiap individu.

Keterampilan abad 21 yang ketiga adalah berpikir kritis/critical thinking. Menurut Dewey (dalam Sunardi dkk, 2017: 199) menyatakan bahwa

berpikir kritis/critical thinking adalah proses berpikir yang teliti dan tidak terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan atau kesimpulan atau biasa disebut dengan berpikir aktif, jadi tidak hanya menerima begitu saja informasi

atau gagasan yang didapat dari orang lain. Dalam menerima informasi siswa perlu untuk melalui proses analisis dan evaluasi. Hal ini didukung oleh pendapat dari Fadel, dkk yang menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil dalam mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi informasi yang dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, pemikiran yang reflektif, pemberian alasan sebagai pedoman keyakinan dan bertindak (Fadel, Bialik, Triling, 2015: 75). Siswa dapat dikatakan berpikir kreatif dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 2. 3 Ciri-ciri Berpikir Kritis Menurut Trilling&Fadel

Triling&Fadel, 2009: 52.

(a) Use various types of reasoning (inductive, deductive) as appropriate to the situation

(b) Analyze how parts of a whole interact with each other to produce overall outcomes in complex systems

(c) Effectively analyze and evaluate evidence, arguments, claims, and beliefs

(d) Synthesize and make connections between information and arguments

(e) Interpret information and draw conclusions based on the best analysis

(f) Reflect critically on learning experiences and processes

(g) Solve different kinds of nonfamiliar problems in both conventional and innovative ways

various points of view and lead to better solutions

Keterampilan abad 21 yang keempat adalah keratif/creative. Menurut Pehkoen (dalam Sunardi, 2017: 200) berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Sedangkan dalam STEM, kreatif adalah cara seseorang dalam menggunakan pengetahuan dan pemahaman untuk menciptakan cara berpikit baru dalam rangka menemukan solusi untuk masalah baru dan untuk menciptakan produk dan layanan baru. Dari pernyataan dua sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa kreatif adalah cara seseorang untuk berpikir berbeda dalam menerapkan pengetahuan dan pemahamannya dengan tujuan untuk menemukan sebuah solusi terhadap suatu permasalahan. Menurut Fidel, Bialik,&Triling, creativity may well be the most important skill for student to learn for the

twenty-first century, as it is necessary for devising innovative solutions to the

many twenty-first century challenges we face (Fidel, Bialik,&Triling,

2015: 75). Menurut Trilling& Fadel, siswa dikatakan kreatif apabila sebagai berikut.

Tabel 2. 4 Ciri-ciri Kreatif Menurut Trilling&Fadel

Triling&Fadel, 2009: 59

(a) Use a wide range of idea creation techniques (such as brainstroming),

(b) Elaborate, refine, analyze, and evaluate their own ideas in order to improve and maximize creative efforts

(c) Develop, implement and communicate new ideas to others effectively

(d) Be open and responsive to new and diverse perspective; incorporate group input and feedback into the work

(e) Demonstrate originality and inventiveness in work and understand the real world limits to adopting new ideas

(f) View failure as an opportunity to learn; understand that creativity and innovation is a long-term, cyclical process of small successes and frequent mistakes

Keterampilan abad 21 memiliki empat keterampilan yang menjadi tuntutan untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran guna mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di abad 21 ini. Masing-masing keterampilan abad 21 memiliki ciri-ciri/kriteria penilaian tersendiri untuk dapat dikatakan menguasai keterampilan abad 21. Salah satu keterampilan abad 21 adalah keterampilan kolaborasi.

Dari keempat keterampilan yang sudah peneliti uraikan di atas, salah satu keterampilan abad 21 yang akan peneliti bahas adalah keterampilan kolaborasi. Alasannya karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV dan kegiatan observasi keterampilan siswa di kelas, peneliti memperoleh data bahwa siswa memiliki permasalahan pada keterampilan kolaborasi sehingga keterampilan kolaborasi tersebut perlu untuk dikembangkan.

Dokumen terkait