• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

2. Keterampilan Membaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.24 Sedangkan menurut Dendy Sugono, dkk menyebutkan terampil adalah mampu dan cekatan contohnya adalah seseorang terampil dalam mengerjakan tugas sehari-hari.25 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat.

Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.26

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan anak dalam melakuakn aktivitas dengan mengembangkan keterampilan fisik dan motorik. Keterampilan itu harus dilakukan setiap saat, agar menjadi pembiasaan, sehingga berkembanglah kebiasaan-kebiasaan baik.

24

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180

25

Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394

26

Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal, 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf)

19

b. Pengertian Membaca

Membaca menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.27

Membaca menurut Tarigan dalam Resmini, dkk adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf). Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.28

Klein, dkk dalam Rahim yang dikutip oleh Resmini, dkk mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.29

Dalam buku H.G. Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat di ketahui. Sedangkan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan

27

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02

28

Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 74

20

berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.30

Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengenalan kata-kata dalam bentuk cetak atau huruf-huruf, yang mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi serta memperoleh pesan yang ingin disampaikan melalui media kata-kata. Membaca juga dapat melatih kemampuan berbicara dan kemampuan mengenal kata perkata dalam suatu kalimat.

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang di pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.31

Dari pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka membaca dapat dikatakan juga sebagai metode yang digunakan untuk berkomunikasi menyampaikan pesan yang tersurat dan tersirat agar mudah dipahami dengan baik. Menurut Farida Rahim membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.32

c. Tujuan Membaca

Sarkiyah dalam Supryadi mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan

30

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 07

31

Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm hlm. 99

32

21

membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.33

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, Karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan. Tujuan membaca menurut Farida Rahim mencakup:

1) Menyempurnakan membaca nyaring. 2) Menggunakan strategi tertentu.

3) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.

4) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. 5) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.

6) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.34

Sejalan dengan Farida Rahim dan Novi Resmini, dkk, Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Berikut tujuan membaca, yakni:

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh

33

Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139

22

untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga/ seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for organization).

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate). 7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). 35

Jadi, dari teori di atas dapat disimpulkan membaca memiliki tujuan-tujuan penting seperti, membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk mengetahui urutan atau

35

23

susunan, organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, dan membaca untuk mengklasifikasikan.

d.Jenis-Jenis Membaca

Telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:

1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klausa, kalimat dan lain-lain, pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau makna, evakuasi atau penialaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.36

Novi Resimi, dkk menuliskan dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, bahwa terdapat jenis-jenis membaca, yakni:

1) Membaca pemahaman, adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat, atau lambatnya bacaan.

2) Membaca memindai, merupakan kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya.

3) Membaca layap, atau membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.

4) Membaca intensif, adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak

24

mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi dari bacaan.

5) Membaca nyaring, merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dna menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika temannya membaca akan tahu kesalahannya.

6) Membaca dalam hati, merupakan jenis kegiatan membaca yang berbeda dengan membaca nyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan dalam mendalami materi yang terdapat dalam bacaan. Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa utnuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa.37

e. Pengertian Keterampilan Membaca

Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Sebagai unsur keterampilan berbahasa, membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut. Menurut Budinuryanta, dkk dalam bukunya Pengajaran Keterampilan Berbahasa tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap social budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan diaggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu

37

25

kebudayaan atau masyarakat. Ini didasakan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat bahasa.38

Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan kebudayaan membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata baca yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan suau kebutuhan yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum seseorang istirahat setelah lelah menjalankan tanggung jawab dan kewajiban berkaitan dengan fungsional sosial.39

Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Pada dasarnya keterampilan membaca memiliki tujuan yang sama dengan tujuan keterampilan berbahasa, yakni penalaran, instrumental, integratif, dan kebudayaan. Keterampilan membaca juga mempengaruhi kebiasaan dan kebuadayaan membaca.

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.40

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:

1) Pengalaman terhadap aksara serta tanda-tanda baca.

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari siswa ke siswa dengan makna.41

38

Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, hlm. 112

39

Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm. 77

40

Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 245

41

26

Selanjutnya, menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa dalam membantu serta membimbing para peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, adalah:

1) Guru dapat membantu peserta didik dalam memperkaya kosa kata mereka. 2) Guru dapat membantu peserta didik untuk memahami makna

struktur-struktur kata dan kalimat.

3) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para peserta didik dengan metode-metode membaca.42

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang penting, karena dapat dipergunakan oleh pembaca untuk menerima pesan. Suatu proses yang menuntut agar pembaca atau peserta didik memperkaya kosa kata agar dapat memahami, mengembangkan, serta meningkatkan kecepatan membacanya.

f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar

Salah satu hal yang menjadi tugas guru, khususnya guru SD adalah mengajari anak membaca. Hal ini penting karena melalui membaca anak akan dapat menambah pengetahuan mereka dengan lebih mudah. Dengan kata lain, membaca merupakan salah satu kunci bagi anak untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kegiatan dalam membaca masih lebih ditekankan pada pengenalan dan pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan kalimat dalam bentuk sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih bermakna jika dapat membangkitkan makna seperti dalam pembicaraan lisan. Kemudian secara berangsur-angsur siswa mulai membaca pemahaman.43

Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda, misalnya siswa kelas rendah (siswa kelas I) dengan siswa kelas tinggi (siswa kelas IV), tingkat perkembangan kognitifnya tidak sama. Dengan demikian, bahan ajar atau bacaan yang dibacapun tidak sama, sehingga harus disesuaikan dengan tingkat

42Ibid., hlm. 16 43

27

perkembangan kognitif yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara optimal. Dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV dapat dilihat pada tabel berikut:44

Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Aspek Keterampilan Membaca Kelas IV

Aspek Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca I Memahami teks agak

panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi 3.1Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas. 3.2Melakukan sesuatu

berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. 3.3Menemukan makna dan

informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai. II Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca

pantun

7.1Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif.

7.2Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 7.3Membaca pantun anak

secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat

Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV salah satunya adalah pelaksanaan membaca nyaring yang dilakukan dengan vokalisasi. Kegiatan teknis membaca nyaring di samping berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai berikut.

1) Lafal bahasa Indonesia dengan tepat. 2) Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat. 3) Penggunaan tanda-tanda baca.

4) Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide.

28

5) Menggerakan mata dan memelihara kontak mata. 6) Kelancaran dan berekspresi dalam membaca.45

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan membaca nyaring siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang tepat, dan lafal yang tepat. Selain itu, membaca teknis membaca nyaring dilakukan dengan suara keras.

Dokumen terkait