Siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran sains, siswa selalu dituntut untuk berpikir agar mendapatkan ilmu pengetahuan alam atau sains. Cara berpikir siswa untuk mendapatkan sains inilah yang disebut dengan keterampilan proses. Sains atau ilmu pengetahuan alam memiliki cabang pembelajaran sains yang lebih menekankan pada proses. Definis i sains menurut Carin & Sund (1975: 2) mencakup tiga hal, yaitu:
a. Sikap, berkaitan dengan sesuatu yang dipercaya, nilai, pendapat, contohnya menunda dalam mengambil keputusan hingga data yang diperlukan terkumpul sesuatu dengan masalah. Berusaha agar selalu objektif.
30
b. Proses atau metode, berkaitan dengan jalan yang ditempuh untuk menyelid ik i suatu permasalahan, contohnya membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengevaluasi data, mengukur, dan lain-lain.
c. Produk, dapat berupa fakta, prinsip, hukum, teori, contohnya, logam memuai bila dipanaskan.
LKS adalah salah satu media pengajaran yang berorientasi kepada keterampilan proses sehingga diharapkan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Semiawan, 1992:12). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses sains. Pendekatan ini diperlukan karena sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi juga terkandung hal lain. Carin dan Evans (Rustaman, 2005:74) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, prinsip-prinsip dan teori. Sains sebagai proses atau metode mengandung arti bahwa sains merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga sebagai sikap, artinya bahwa dalam sains
31
terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Siswa dalam belajar sains seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada pengembanga n keterampilan proses berarti membimbing siswa untuk memiliki keterampila n memperoleh pengetahuan dan mengemukakan hasilnya (Rustaman, 2005:74).
Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium biologi, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2005:75). Menurut Blosser (dalam Kamriantiramli, 2011), proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Sehingga
32
keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.
Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.
2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.
3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu dikembangkan, yaitu: 1) kemampuan menggunakan pikiran (keterampila n intelektual), 2) kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual dalam keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau informas i yang diterima otak. Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan (observasi), 2) mengelompokkan (klasifikas i), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan (prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi
33
Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains No. Indikator Keterampilan Proses
Sains
Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
1. Mengamati (observasi) - Menggunakan sebanyak mungkin indera
- Mengumpulkan/
menggunakan fakta-fakta yang relevan
2. Mengelompokkan (klasifikasi) - Mencari perbedaan dan persamaan
- Mengontraskan ciri-ciri - Membandingkan - Mencari dasar
penggolongan 3. Menafsirkan (interpretasi) - Menghubungkan hasil-
hasil pengamatan - Mencatat setiap
pengamatan - Menyimpulkan
4. Meramalkan (prediksi) - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
- Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
5. Sains mengajukan pertanyaan - Bertanya mengapa, apa, atau bagaimana
34
- Bertanya untuk meminta penjelasan
- Bertanya yang berlatar belakang hipotesis
6. Berhipotesis - Mengetahui bahwa ada
lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian - Menyadari bahwa suatu
penjelasan perlu diuji kebenarannya 7. Merencanakan
penelitian/percobaan
- Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai
- Menentukan
variabel/faktor penentu - Menentukan apa yang
diamati, diukur atau ditulis
- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah-langkah kerja
8. Menggunakan alat/bahan - Memakai alat dan bahan - Mengetahui bagaimana
menggunakan alat dan bahan
35
9. Menerapkan konsep - Menggunakan konsep-
konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru
- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi
10. Berkomunikasi - Menggunakan grafik,
tabel atau diagram - Menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis Sumber : Rustaman (2005:78)
Berikut adalah deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78):
1. Mengamati
Suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan jalan memperhatikan atau menyadari obyek/peristiwa, untuk hal ini siswa harus menggunakan semua alat inderanya seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Pengamatan dalam kegiatan ilmiah berarti menyelek s i fakta-fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati, dengan membandingkan hal-hal yang diamati siwa mengembangkan kemampuan mencari persamaan dan perbedaan suatu benda/peristiwa.
36 2. Mengelompokkan/K lasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.
3. Menafsirkan
Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Pengamatan langsung lalu dicatat hasil setiap pengamatan secara terpisah, kemudian dihubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.
4. Meramalkan
Keterampilan meramalkan atau mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada, menggunaka n pola-pola atau hubungan informasi/ukuran/hasil observasi dan mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderunga n. Apabila siswa dapat mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta yang menunjukkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada.
37 5. Mengajukan pertanyaan
Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyaka n sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidika n, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.
6. Merumuskan hipotesis
Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukaka n dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatka n keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukka n hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya.
7. Merencanakan percobaan
Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentuka n variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan
38
variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah- langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentuka n bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.
8. Menggunakan alat/bahan
Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.
9. Menerapkan konsep
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan konsep tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahua n Alam.
10. Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi mengandung arti mencatat hasil pengamatan yang relevan dengan penyelidikan, mentransfer suatu bentuk
39
penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.
Sedangkan pross sains menurut Carin & Sund (1989: 10) meliputi: a. Mengobservasi
b. Mengklasifikasi
c. Melakukan pengukuran
d. Membuat hipotesis atau prediksi e. Menjelaskan
f. Menduga atau membuat kesimpulan dari data g. Aktif bertanya tentang alam
h. Merumuskan masalah
i. Merancang penelitian mencakup eksperimen j. Melakukan eksperimen
k. Menyusun data, prinsip, hukum, dan teori
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
40
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Nuryani (2005: 78), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau intelektual, manual dan sosial. keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan melibatkan keterampilan proses siswa menggunaka n pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusun atau prakitan alat, dengan adanya keterampilan proses dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Menurut Rezba (1999: 27), ada enam karakterteristik dasar keterampilan proses sains dasar, diantaranya:
a. Pengamatan (Observation)
Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Pengamatan benda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera yang berarti mempelajari tentang dunia di sekitar. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikas i, mengukur, menyimpulkan, dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indera, yang biasanya menghasilkan penamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau).
41
Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitas adalah pengamata n kuantitatif (misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitat if memberikan informasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera saja. Tidak mengherankan, jika siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang baik. Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera atau dengan instrumen, guru dapat membimbing siswa agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Guru dapat melakukan dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong siswa untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Guru dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang digunakan.
42 b. Komunikasi (Communication)
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikas i harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunaka n rujukan (referensi). Pada pengamatan dapat dikatakan bahwa langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskrip si kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, akan terjadi kesalahpahaman. Jika hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunaka n ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.
c. Pengukuran (Measurement)
Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamati dan berkomunikasi. Ketika dilakukan pengukuran pada beberapa benda, benda tersebut dapat dibandingkan untuk didefinis ika n dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan
43
nama satuan untuk memberitahu berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar-menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.
d. Pengelompokan (Classification)
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memila h objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.
Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikas i. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikas i biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikas ika n menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang punggung danhewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga
44
dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akanmenjadi milik kelompok lain.
e. Kesimpulan (Inference)
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kesimpulan mampu dibuat, menafsirka n dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar, maka sama dengan memilik i apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelid ika n (investigation). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.
Siswa dapat dibantu membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu mendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka, guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya, yaitu
45
menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirka n hasil pengamatan.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya praktikan lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Praktikan juga lebih percaya diri tentang kesimpula n saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam menga mb il kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpula n sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.
f. Ramalan (Prediction)
Membuat ramalan atau prediksi adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan untuk berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian
46
yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang diamati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan atau hipotesis tentang peristiwa yang memberikan cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka dimiliki keyakinan lebih besar pada inferensi/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.
Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigation) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dansecara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif terhadap sains.
Menurut Rezba (1999 :20), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika
47
terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunaka n keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikas i, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampila n proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999:25). Keterampilan proses sains terpadu menurut Rezba (1999: 27) meliputi: a. Mengidentifikasi Variabel
Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur dalam thermometer.
b. Interpretasi Data
Keterampilan interpretasi data biasanya diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data. Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang
48
mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membent uk pola atau beberapa kecenderungan.
c. Perumusan Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelit ia n yang merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuska n dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusa n secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.
d. Pendefinisian Variabel secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen.
49 e. Merancang Eksperimen
Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi- kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk