• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BIOLOGI KELAS X DI KECAMATAN WONOSOBO YANG DIKEMBANGKAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BIOLOGI KELAS X DI KECAMATAN WONOSOBO YANG DIKEMBANGKAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BIOLOGI KELAS X DI KECAMATAN

WONOSOBO YANG DIKEMBANGKAN BERDASARKAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam keterampila n proses sains yang muncul dalam LKS Biologi kelas X yang dikembangka n berdasarkan Kurikulum 2013 beserta frekuensinya dan untuk mengetahui arah penerapan keterampilan proses sains yang terdapat dalam LKS Biologi kelas X termasuk dalam keterampilan proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis isi yang dilakukan dengan cara identifikasi. Teknik penelitian adalah teknik sampling dan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sasaran yang dituju yaitu keterampilan proses sains yang terdapat dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Biologi Kelas X yang digunakan oleh guru dan siswa di SMA wilayah Kecamatan Wonosobo. Data diperoleh dari justifikasi empat orang panelis. Instrumen digunakan untuk mengidentifikasi kemunculan keterampilan proses sains dalam LKS Biologi berupa lembar penilaian. Data dianalisis secara deskripstif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah penerapan keterampilan proses sains pada LKS Biologi Kelas X lebih cenderung kepada keterampilan proses sains dasar dibandingkan keterampilan proses sains terpadu yaitu keterampilan proses sains dasar sebanyak 52,65% dan keterampilan proses sains terpadu sebanyak 43,84%.Keterampilan proses sains yang memiliki frekuensi paling banyak dalam LKS Biologi kelas X yaitu keterampilan proses sains dasar mengamati dan mengklasifikasi sebanyak 86,67% dan 95,83% sedangkan untuk keterampila n proses sains terpadu yang paling banyak muncul yaitu menganalisis hasil penelit ia n sebanyak 76,67% dan 66,67%.

(2)
(3)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan, dan metode. Biologi sebagai proses sains diperoleh melalui kegiatan ilmiah yang disebut metode ilmiah (Depdiknas, 2003:23). Satu hal yang seharusnya disadari ketika seorang guru mengembangkan pembelajara n biologi adalah bahwa biologi lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam biologi juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata (Saptono, 2003 :11).

Siswa dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta dalam pembelajaran biologi, namun tidak mampu menggunakannya untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta yang sudah dihafa l tersebut. Sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena biologi (Saptono , 2003 :11). Jika biologi hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa yang mungkin memilik i pengetahuan awal tentang berbagai fenomena biologi tidak menggunaka n

(4)

2

Ada beberapa alasan yang mendasari perlu diterapkannya keterampila n proses sains dalam pembelajaran di sekolah menengah atas yaitu karena perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah cepat sehingga para guru tidak dapat mengejarkan semua fakta dan konsep selama proses pembelajaran tersebut. Alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar nyata; alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak atau benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif, yaitu suatu teori mungk in terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Alasan keempat, dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik (Semiawan, 1992: 47).

(5)

3

kegiatan belajar mengajar, terutama praktikum sehingga banyak jenis LKS yang diterbitkan oleh berbagai penerbit beredar di toko-toko buku maupun langsung ke sekolah-sekolah. LKS digunakan sebagai alat bantu siswa untuk belajar dan dibuat oleh guru untuk keberhasilan pembelajaran. Manfaat LKS adalah memudahka n siswa untuk belajar. LKS mengubah ketergantungan siswa kepada guru menjadi keaktifan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar misalnya dari perpustakaan, internet atau observasi langsung ke alam maupun lingkunga n sekitar. Menurut Piaget (1988: 166) taraf perkembangan operasi pemikiran formal mulai rata-rata pada umur sekitar 11 atau 12 tahun, dan dicirikan oleh operasi formal dan abstrak. Dalam lingkungan budaya yang maju, operasi-operasi itu membentuk suatu sistem struktur-struktur pemikiran sampai stabil pada usia 14

tahun ke atas.

(6)

4

kelas X lebih sederhana dibandingkan dengan proses sains yang diberikan pada

siswa kelas XI dan siswa kelas XII.

Terkait teori perkembangan mental Piaget tersebut, berarti siswa kelas X SMA telah mencapai tingkatan berpikir operasional formal. Tetapi, walaupun demikian pelaksanaan proses sains tidak diberikan secara langsung melainka n bertahap. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Cony Semiawan (1985: 34), bahwa keterampilan proses sains harus dikenalkan dan diberikan pada anak secara bertahap, mulai dari keterampilan yang dasar sampai keterampila n-keterampilan terpadu sehingga pada siswa kelas X, n-keterampilan proses sains yang dituntut lebih mudah dan tidak terlalu kompleks bila dibandingkan dengan siswa

kelas XI dan XII.

(7)

5

Buku LKS ada yang diterbitkan oleh penerbit umum ada pula yang disusun oleh tim guru mata pelajaran atau yang sering disebut MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Hal itu menyebabkan kegiatan-kegiatan dan diskusi yang diberikan oleh masing- masing penulis sangat bervariasi. Terkait dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013, maka guru juga harus menerapkan pembelajara n aktif yaitu student centre sesuai dengan kurikulum 2013, tidak dengan pembelajaran teacher centre atau pembelajaran pasif. Pembelajaran pasif adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam pembelajaran pasif guru memberitahu konsep atau cara menyelesaikan masalah pada siswa melalui penjelasan-penjelasan yang disampaikannya pada siswa, sehingga pembelajara n pasif tidak memenuhi tuntutan kurikulum 2013.

(8)

6

meningkatkan kompetensi siswa secara dangkal, kurang mampu meningkatka n keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, disamping itu karena siswa harus dapat melaksanakan percobaan sendiri secara berkelompok, pada LKS tersebut dituliska n variabel yang harus diamati/diukur, cara melaksanakan percobaan, dan lain-la i n, sehingga kompetensi siswa dalam mengidentifikasi variabel, merencanaka n percobaan, dan lain-lain tidak ditingkatkan pada siswa.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan dapat dilaksanaka n dalam kegiatan klasikal dialog mendalam. Pada kegiatan ini, guru mengajuka n pertanyaan utama yang merupakan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tingkat tinggi. Setelah siswa menjawab pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan susulan yang mengejar jawaban siswa untuk membuat siswa berpikir dan memahami pengetahuan lebih dalam.

Kegiatan mengaktifkan siswa juga dapat dilaksanakan dengan cara siswa mempelajari sendiri informasi pengetahuan dari handout yang diberikan guru, buku, atau media yang lain. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan

individual. Kegiatan individual ini dapat diperkuat dengan dialog antara 2 siswa.

(9)

7

dan memenuhi pendekatan keterampilan proses sains baik keterampilan proses sains dasar maupun keterampilan proses sains terpadu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat diidentifika s i beberapa masalah sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains apa saja yang dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013?

2. Kualitas keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013 lebih mengarah kepada keterampila n proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu?

C. Pembatasan Masalah

(10)

8 D. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Macam-macam keterampilan proses sains apa saja yang muncul dalam LKS Biologi kelas X?

2. Berapa frekuensi kemunculan keterampilan proses sains muncul dalam LKS Biologi kelas X yang berdasarkan Kurikulum 2013?

3. Bagaimanakah arah penerapan keterampilan proses sains dalam LKS Biologi kelas X berdasarkan Kurikulum 2013?

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui macam-macam keterampilan proses sains yang muncul pada LKS Biologi kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013. 2. Untuk mengetahui frekuensi kemunculan keterampilan proses sains yang

muncul dalam LKS Biologi kelas X yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013.

(11)

9 F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

a. Dapat menentukan LKS yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

b. Dapat lebih memahami mengenai keterampilan proses sains serta penerapannya.

c. Dapat mengetahui keterampilan proses sains yang belum muncul pada suatu kegiatan sehingga guru dapat melengkapi keterampilan proses sains yang belum muncul.

2. Bagi Siswa

a. Memberikan gambaran mengenai keterampilan proses sains. b. Dapat lebih memahami keterampilan proses sains.

c. Dapat melakukan penerapan keterampilan proses sains dengan lebih baik.

3. Bagi Penerbit

a. Dapat menerbitkan buku kerja pelajaran Biologi SMA dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang memuat seluruh keterampilan proses sains. b. Dapat memberikan pertimbangan dalam pengembangan isi buku sehingga

(12)

10 4. Bagi Peneliti

a. Dapat menjadi bekal saat memasuki dunia pendidikan nanti.

b. Dapat menambah pengalaman dalam memilih media ajar terutama buku kerja yang berbentuk LKS.

c. Dapat menambah wawasan dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru yang siap memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran biologi di masa yang akan datang.

G. Definisi Operasional

1. Keterampilan Proses Sains (KPS)

(13)

11

menyusun hipotesis, menetapkan variabel operasional, menyusun percobaan, dan melakukan percobaan.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik, LKS biasanya berupa petunjuk, langkah

untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar

kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas ;

2004;18). Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi

tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan

dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Kurikulum 2013

(14)

12

(15)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik, LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk

menyelesaikan suatu tugas. Tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus

jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas; 2004;18). Trianto (2008

:148) mendefinisikan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah panduan siswa

yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru

kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah

panduan kegiatan siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, dalam kegiatan praktis LKS dapat berupa petunjuk praktikum,

Worksheet, Job Sheet, ataupun Instructional Sheet (Surachman, 1998: 46). Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) yang digunakan dalam pembelajaran memiliki banyak

manfaat, baik untuk guru maupun siswa. Slamet Suyanto, dkk (2011: 03),

(16)

14

1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja.

2. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu siswa menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang memungkinka n siswa mencatat data hasil pengukuran atau pengamatan.

3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.

4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresika n temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya. 5. Sebagai wahan untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar

mengajar.

6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhatian siswa.

Dalam hal ini terdapat tiga bentuk LKS, yaitu : 1. Tertutup ( Guided, Structured ).

Ciri utama :

(17)

15

konsep yang dikembangkan bersifat baku. Semua siswa yang mengikuti alur kerja LKS ini akan memperoleh hasil yang sama.

2. Semi Terbuka (Semi Guided, Semi Structured) Ciri utama :

Pada LKS beberapa bagiannya diserahkan pada siswa untuk di-kembangkannya. Sebagian yang lain telah disiapkan guru.

3. Terbuka (Unguided, Unstructured) Ciri Utama :

LKS ini sangat terbuka dan banyak memberi kesempatan seluas-luasnya

pada siswa untuk mengembangkan daya nalar/kreativitasnya.

Berdasarkan standar kelayakan bahan ajar menurut BSNP (2006), kelayakan bahan ajar dibagi menjadi beberapa komponen antara lain kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan bahasa. Kriteria kelayakan dalam pengembangan LKS, yaitu :

1. Kelayakan isi, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Tema yang diambil sesuai dengan yang tertulis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,

(18)

16

f. LKS menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi,

g. Konsep berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

h. LKS menyediakan ruang yang cukup dalam member keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin

sampaikan,

i. Kegiatan dalam LKS memotivasi siswa untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerjasama dengan orang lain,

j. Gambar yang ada di LKS dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa, k. Pertanyaan yang ada memberikan petunjuk untuk menemukan konsep

secara mandiri.

2. Kelayakan penyajian, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Desain (konsistensi, format, dan daya tarik) LKS menarik, b. Kesesuaian penggunaan ilustrasi dengan materi pada LKS, c. Kejelasan tulisan dan gambar,

d. LKS menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi,

e. Penyajian konsep berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

f. LKS menyediakan ruang yang cukup untuk member keluasan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa ingin sampaikan,

(19)

17

h. Pertanyaan yang ada memberikan petunjuk untuk menemukan konsep secara mandiri.

3. Kelayakan bahasa, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku, b. Bahasa yang digunakan komunikatif dan interaktif,

c. LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa, d. LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas,

e. Konsistensi penggunaan istilah,

Carin dan Sund (1989: 120) menjelaskan bahwa umumnya LKS memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan, yaitu tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan siswa.

2. Alat dan bahan, merupakan daftar alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan.

3. Apersepsi, dapat berupa pernyataan-pernyataan motivasi atau berupa pertanyaan awal yang memancing minat siswa.

4. Langkah kerja/prosedur kerja, berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, bagian ini menjadi bagian terpenting dari LKS karena merupakan inti kegiatan.

5. Pertanyaan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.

(20)

18

7. Rangkuman materi dari konsep yang akan dicapai.

Menurut Endang Widjajanti (2008: 37), aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS yang baik yaitu:

1. Pendekatan penulisan adalah penekanan keterampilan proses, hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan dan kemampuan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.

2. Kebenaran konsep adalah menyangkut kesesuaian antara konsep yang dijabarkan dalam LKS dengan pendapat ahli dan kebenaran materi setiap materi pokok.

3. Kedalaman konsep terdiri dari muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta dan kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan kurikulum.

4. Keluasan konsep adalah kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam kurikulum, hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari.

5. Kejelasan kalimat adalah berhubungan dengan penggunaan kalimat yang tidak menimbulkan makna ganda serta mudah dipahami.

6. Kebahasaan adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan mampu mengajak siswa interaktif.

7. Evaluasi belajar yang disusun dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara mendalam.

(21)

19

tingkat kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pokok kurikulum.

9. Keterlaksanaan meliputi kesesuaian materi pokok dengan alokasi waktu di sekolah dan kegiatan siswa / percobaan dapat dilaksanakan.

10. Penampilan fisik yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik LKS baik, kejelasan tulisan dan gambar dan dapat mendorong minat baca siswa.

2. Kurikulum 2013

Permendikbud No. 69 tahun 2013 mengemukakan; Undang-Unda ng Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggar aa n kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

(22)

20

berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Permendiknas, 2012).

Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutk a n pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampila n secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.

Karakteristik Kurikulum 2013 menurut Permendikbud no.67 tahun 2013 dirancang sebagai berikut:

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampua n intelekt ua l dan psikomotorik;

2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalama n belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya

(23)

21

4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yang tercantum dalam Permendikbud No.69 Tahun 2013 sebagai berikut:

a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat- lingkunga n alam, sumber/ media lainnya);

(24)

22

d. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekat an sains);

e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimed ia; g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Kurikulum 2013 juga memiliki prinsip dalam pengembangannya. Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip oleh Mulyasa (2013: 81-82) yang dikutip dari Kemendikbud (2013) sebagai berikut:

a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standart nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

(25)

23

c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian kompetensi d. Standar kompetensi lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan

kebutuhan masyarakat, negara serta perkembangan global e. Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan f. Standar proses dijabarkan dari standar isi

g. Standar penilaian dijabarkan dari standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses

h. Standar kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam standar inti

i. Kompetensi inti dijabarkan kedalam kompetensi dasar yang dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran

j. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan satuan pendidikan

k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspirat if, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandir ia n sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

l. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk

m. Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)

(26)

24

sebagai penanggung jawab proses pembelajaran di kelas harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif untuk menyentuh ketiga ranah tersebut di dalam proses pembelajarannya.

3. Hakikat Sains

Sains atau ilmu pengetahuan alam merupakan suatu ilmu yang terus mengalami perkembangan. Pengertian atau istilah sains secara khusus sebagai ilmu pengetahuan alam sangat beragam. Carin & Sund (1989: 15) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Sains memiliki karakteristik yang khas, yaitu sains dapat diperoleh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membahas hakikat sains menurut Hardy dan Fleer (1996: 15-16) dalam buku Pendidikan Sains yang Humanistis (Rohadi, 2003:114-116), sehingga dapat memahami sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:

1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan (body of knowledge)

(27)

25

sampai penemuan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

2. Sains sebagai suatu proses penelusuran (investigation)

Sains sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nila i dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan kegiatannya.

3. Sains sebagai kumpulan nilai

Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk didalamnya nila i kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun.

4. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia

(28)

26 5. Sains sebagai institusi sosial

Ini berarti bahwa sains seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui sains mereka didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.

6. Sains sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa sains sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah sains merupakan konstruksi pemikira n manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara.

7. Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach).

(29)

27

cermat dan lengkap, pada waktu yang lalu, masa kini dan masa yang akan datag serta untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkunganya serta untuk mengubah sifat-sifat lingkungan agar ia dapat beradaptasi terhadap lingkungan tersebut sesuai dengan keinginannya”.

4. Hakikat Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran biologi di sekolah menenga h diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediaka n lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar Hamalik, 2010:36). Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu- ilm u yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajar i makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko, 2001:2).

(30)

28

alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasika n melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi. Proses pembelajara n biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.

Berdasarkan BSNP (2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangka n melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaika n masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masa lah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahama n dalam bidang lainnya. Mata pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

(31)

29

c. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolus i, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatika n karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada periode operasional formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini harus diperhatika n karena peserta didik mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu sama lain.

5. Keterampilan Proses Sains

Siswa aktif selama pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran sains, siswa selalu dituntut untuk berpikir agar mendapatkan ilmu pengetahuan alam atau sains. Cara berpikir siswa untuk mendapatkan sains inilah yang disebut dengan keterampilan proses. Sains atau ilmu pengetahuan alam memiliki cabang pembelajaran sains yang lebih menekankan pada proses. Definis i sains menurut Carin & Sund (1975: 2) mencakup tiga hal, yaitu:

(32)

30

b. Proses atau metode, berkaitan dengan jalan yang ditempuh untuk menyelid ik i suatu permasalahan, contohnya membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengevaluasi data, mengukur, dan lain-lain.

c. Produk, dapat berupa fakta, prinsip, hukum, teori, contohnya, logam memuai bila dipanaskan.

LKS adalah salah satu media pengajaran yang berorientasi kepada keterampilan proses sehingga diharapkan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal (Semiawan, 1992:12). Menurut Dahar (1985:11), Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

(33)

31

terkandung sikap ilmiah, seperti terbuka, jujur, tekun dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sains mengandung empat hal di atas, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Siswa dalam belajar sains seharusnya tidak hanya belajar produk saja, tetapi harus belajar aspek proses, sikap dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Selain itu, pembelajaran yang menekankan pada pengembanga n keterampilan proses berarti membimbing siswa untuk memiliki keterampila n memperoleh pengetahuan dan mengemukakan hasilnya (Rustaman, 2005:74).

(34)

32

keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.

Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses sains sebagai berikut:

1. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.

2. Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.

3. Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.

(35)

33

Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

No. Indikator Keterampilan Proses Sains

Sub Indikator Keterampilan Proses Sains

1. Mengamati (observasi) - Menggunakan sebanyak mungkin indera

- Mengumpulkan/

menggunakan fakta-fakta yang relevan

2. Mengelompokkan (klasifikasi) - Mencari perbedaan dan persamaan

- Mengontraskan ciri-ciri - Membandingkan - Mencari dasar

penggolongan 3. Menafsirkan (interpretasi) - Menghubungkan

hasil-hasil pengamatan - Mencatat setiap

pengamatan - Menyimpulkan

(36)
(37)

35

9. Menerapkan konsep - Menggunakan

konsep-konsep yang telah dipelajari dalam suatu situasi baru

- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10. Berkomunikasi - Menggunakan grafik,

tabel atau diagram - Menyusun dan

menyampaikan laporan secara sistematis Sumber : Rustaman (2005:78)

Berikut adalah deskripsi mengenai indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005:78):

1. Mengamati

(38)

36 2. Mengelompokkan/K lasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3. Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Pengamatan langsung lalu dicatat hasil setiap pengamatan secara terpisah, kemudian dihubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4. Meramalkan

(39)

37 5. Mengajukan pertanyaan

Kemampuan mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang meminta penjelasan tentang apa, mengapa dan bagaimana ataupun menanyaka n sesuatu hal yang berlatar belakang hipotesis. Keterampilan proses mengajukan pertanyaan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan maupun yang tidak secara langsung bersifat penyelidika n, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berpikir siswa dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat berpikir siswa.

6. Merumuskan hipotesis

Keterampilan proses menggunakan informasi dengan mengemukaka n dugaan atau generalisasi sementara yang dapat menjelaskan atau menghubungkan sifat-sifat benda peristiwa, berhipotesis melibatka n keterampilan menduga sesuatu, menguraikan sesuatu yang menunjukka n hubungan sebab akibat antara dua variabel pengetahuan yang telah dimilikinya.

7. Merencanakan percobaan

(40)

38

variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah- langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentuka n bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

8. Menggunakan alat/bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan konsep

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menemukan konsep tentang suatu peristiwa yang sedang terjadi. Keterampilan menerapkan konsep/prinsip menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembangkan konsep/prinsip yang telah dimiiki siswa, mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahua n Alam.

10. Berkomunikasi

(41)

39

penyajian ke bentuk penyajian yang lainnya atau menggunakan kriteria untuk menyajikan data ke bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan yang telah dikerjakan dengan sistematis dan jelas, selain itu diharapkan siswa mampu menjelaskan hasil kegiatan, mendiskusikan dan menggambarkan data yang diperoleh ke bentuk diagram, grafik atau tabel.

Sedangkan pross sains menurut Carin & Sund (1989: 10) meliputi: a. Mengobservasi

b. Mengklasifikasi

c. Melakukan pengukuran

d. Membuat hipotesis atau prediksi e. Menjelaskan

f. Menduga atau membuat kesimpulan dari data g. Aktif bertanya tentang alam

h. Merumuskan masalah

i. Merancang penelitian mencakup eksperimen j. Melakukan eksperimen

k. Menyusun data, prinsip, hukum, dan teori

(42)

40

penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Nuryani (2005: 78), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau intelektual, manual dan sosial. keterampilan intelektual dan kognitif terlibat karena dengan melibatkan keterampilan proses siswa menggunaka n pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusun atau prakitan alat, dengan adanya keterampilan proses dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Rezba (1999: 27), ada enam karakterteristik dasar keterampilan proses sains dasar, diantaranya:

a. Pengamatan (Observation)

(43)

41

(44)

42 b. Komunikasi (Communication)

Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikas i harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunaka n rujukan (referensi). Pada pengamatan dapat dikatakan bahwa langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskrip si kata-kata yang baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, akan terjadi kesalahpahaman. Jika hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunaka n ukuran sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.

c. Pengukuran (Measurement)

(45)

43

nama satuan untuk memberitahu berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar-menggambar. Metode lain untuk mengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.

d. Pengelompokan (Classification)

Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memila h objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.

(46)

44

dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akanmenjadi milik kelompok lain.

e. Kesimpulan (Inference)

Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kesimpulan mampu dibuat, menafsirka n dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar, maka sama dengan memilik i apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar. Para ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelid ika n (investigation). Siswa perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan atau kesimpulan.

(47)

45

menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirka n hasil pengamatan.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya praktikan lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Praktikan juga lebih percaya diri tentang kesimpula n saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam menga mb il kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpula n sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.

f. Ramalan (Prediction)

(48)

46

yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang diamati dan masa lalu kita sehingga mengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan atau hipotesis tentang peristiwa yang memberikan cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka dimiliki keyakinan lebih besar pada inferensi/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.

Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigation) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dansecara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif terhadap sains.

(49)

47

terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunaka n keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikas i, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampila n proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999:25). Keterampilan proses sains terpadu menurut Rezba (1999: 27) meliputi: a. Mengidentifikasi Variabel

Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran yang dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu misalnya volume diukur dalam liter dan suhu diukur dalam thermometer.

b. Interpretasi Data

(50)

48

mudah difahami misalnya bentuk tabel, grafik dengan angka-angka yang sudah dirata-ratakan. Data yang sudah dianalisis baru diiterpretasikan menjadi suatu kesimpulan atau dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan harus data yang membent uk pola atau beberapa kecenderungan.

c. Perumusan Hipotesis

Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelit ia n yang merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variabel respon. Hipotesis dirumuska n dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusa n secara induktif berdasarkan data pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah.

d. Pendefinisian Variabel secara Operasional

(51)

49 e. Merancang Eksperimen

Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudah tepat. Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian di uji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguj i hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep didalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran), kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu. Contohnya Kelompok

Ilmiah Remaja.

Keterampilan proses sains yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains versi Rezba yaitu:

1. Keterampilan proses sains dasar a. Mengamati

b. Mengkomunikasi c. Mengklasifikasi

(52)

50 e. Menyimpulkan

f. Memprediksi

2. Keterampilan proses sains terpadu a. Identifikasi variabel

b. Membuat tabel data

c. Membuat grafik atau diagram

d. Mendeskripsikan hubungan antar variable e. Mengumpulkan dan mengolah data f. Menganalisis hasil penelitian g. Menyusun hipotesis

h. Menetapkan variabel operasional i. Menyusun percobaan

(53)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi (analisis deskriptif kuantitat if) yang dilakukan dengan cara identifikasi. Analisis isi didefinisikan oleh Krippendorff (1991: 15) ialah suatu teknik penelitian untuk membuat inferens i-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatika n konteks. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji isi dan keadaan buku kerja LKS Biologi yang terkait dengan proses sains yang terkandung di dalamnya dan tuntuta n kurikulum yang baru yaitu Kurikulum 2013. Identifikasi keterampilan proses sains apa saja yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 dalam LKS Biologi SMA. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi bermacam-maca m keterampilan proses yang dikembangkan dan muncul dalam LKS. Hasil identifikas i juga digunakan untuk menghitung frekuensi dan kecenderungan keterampila n proses sains yang dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013 dalam LKS Biologi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(54)

52

mendapat berbagai macam sampel LKS Biologi yang berbeda pada tiap sekolah. Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Desember 2015.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 3 macam LKS Biologi yang digunakan di SMA wilayah Kecamatan Wonosobo.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dua macam LKS, dan merupakan LKS yang paling banyak digunakan oleh guru dan siswa di SMA Kecamatan Wonosobo. Ada dua macam LKS yang digunakan yaitu LKS A yang memilik i model pengembangan LKS deduktif (penjabaran konsep terlebih dahulu lalu penemuan fakta) dan LKS B yang memiliki model pengembangan LKS induktif (penemuan fakta terlebih dahulu baru kemudian penjabaran konsep). 3. Teknik Sampling

(55)

53

keterampilan proses sains dasar hingga menuju keterampilan proses sains yang lebih kompleks yaitu keterampilan proses sains terpadu.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk menghimpun data dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan lembar analisis keterampilan proses sains yang dikandung dalam Kompetensi Dasar serta dituntut dalam buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kelas X yang paing banyak digunakan dan ditulis berdasarkan Kurikulum 2013. Keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian ini adalah keterampilan proses sains menurut Rezba (1999). Semua instrumen divalidasi oleh ahli, yaitu Dosen Pembimbing (Expert Judgement).

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Proses Sains

No. Keterampilan Proses

Sains

Bentuk Instrumen Keterangan

1. KPS Dasar

(56)

54 b. Mengkomunikasi a. Menggambar atau

membaca grafik

(57)

55

e. Menyimpulkan a. Menghubungkan hasil pemgamatan

f. Memprediksi a. Menggunakan pola hasil penelitian

(58)
(59)

57

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui analisis isi terhadap keterampilan proses sains yang dilakukan dengan cara identifikasi ini dilakukan oleh lima panelis yang masing- masing mempunya i kemampuan yang relevan. Kelima panelis diberi kode dengan panelis 1, panelis 2, panelis 3, panelis 4, dan panelis 5. Kriteria panelis dalam penelitian ini yaitu : 1) Mahasiswa Pendidikan Biologi

2) Mahasiswa merupakan kakak tingkat

3) Mahasiswa yang sudah atau sedang menempuh pendidikan S2

4) Diutamakan mahasiswa sedang mengajar di sekolah atau lembaga kependidikan lainnya

(60)

58

dalam penelitian ini dipilih menurut data yang ingin dilihat (purposive sampling), yaitu tentang keterampilan proses sains yang dikandung dalam Kompetensi Dasar dan dituntut dalam buku kerja yang berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Hasil analisis isi keterampilan proses sains terhadap Kompetensi Dasar dan LKS Biologi SMA kelas X diidentifikasi kemudian aspek kemuncula n keterampilan proses sains ditentukan dengan menghitung jumlah keterampila n proses sains yang teridentifikasi pada seluruh kompetensi dasar atau bab. Frekuensi keterampilan proses sains ditentukan dengan menghitung jumlah kemuncula n keterampilan proses sains dalam bab pada setiap LKS yang sesuai dengan tuntuta n Kurikulum 2013. Kecenderungan keterampilan proses sains ditentuka n menghitung jumlah persentase banyaknya keterampilan proses sains yang muncul termasuk dalam keterampilan proses sains dasar atau keterampilan proses sains terpadu.

Persentase kemunculan keterampilan proses sains yang teridentifikasi pada seluruh kompetensi dasar atau bab, frekuensi dan arah kecenderungan keterampila n proses sains dalam LKS berdasarkan tuntutan Kurikulum 2013 dianalisis oleh peneliti. Panelis dalam penelitian ini berperan dalam mengidentifikasi kemuncula n keterampilan proses sains pada Kompetensi Dasar dan LKS pada setiap bab. Bab dalam LKS yang tidak dianalisis yaitu pada ringkasan materi, soal ulangan harian, uji kompetensi, soal ulangan tengah semester dan soal ulangan semester.

(61)

59

1. Kemunculan Keterampilan Proses Sains dalam KD (Kompetensi Dasar) Langkah penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh kemuncula n keterampilan proses sains dalam LKS yaitu dengan mengidentifikas i keterampilan proses sains yang muncul dalam setiap Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan Kompetensi Dasar 4.10 menggunakan lembar instrume n. Analisis dilakukan dengan cara mengidentifikasi isi dari Kompetensi Dasar yang mengandung kriteria keterampilan proses sains. Apabila ditemukan satu kriteria keterampilan proses sains maka sudah dinyatakan bahwa Kompetensi Dasar tersebut mengandung keterampilan proses sains.

2. Kemunculan Keterampilan Proses Sains dalam LKS

Langkah penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh kemuncula n keterampilan proses sains dalam LKS dengan cara mengidentifikasi isi dari setiap bab pada LKS yang mengandung kriteria keterampilan proses sains. Apabila ditemukan satu kriteria keterampilan proses sains maka sudah dinyatakan bahwa bab pada LKS tersebut mengandung keterampilan proses sains.

a. Langkah penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh kemuncula n keterampilan proses sains dalam LKS yaitu:

1) Identifikasi keterampilan proses sains dalam tugas kelompok

(62)

60

4) Identifikasi keterampilan proses sains dalam tugas individu 5) Identifikasi keterampilan proses sains dalam proyek

6) Identifikasi keterampilan proses sains dalam lembar kegiatan siswa

3. Kecenderungan Keterampilan Proses Sains dalam LKS Langkah penghitungan kecenderungan:

1. Mencatat macam keterampilan proses sains yang muncul dalam LKS. 2. Menggolongkan keterampilan proses sains kedalam keterampilan proses

sains dasar dan terpadu.

3. Menghitung jumlah macam keterampilan proses sains yang muncul dalam LKS.

4. Arah Penerapan Keterampilan Proses Sains dalam LKS

Langkah yang dilakukan untuk menentukan arah penerapan keterampilan proses sains yaitu dengan menghitung persentase menggunaka n rumus sebagai berikut:

% =

(63)

61 Keterangan :

n : jumlah keterampilan proses sains yang muncul pada LKS N : jumlah seluruh nilai (jumlah keseluruhan Bab dalam LKS)

F. Teknik Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi sehingga data yang dimunculkan dan dianalisis merupakan data hasil observasi dari objek penelitia n, yaitu proses sains yang terdapat dalam LKS Biologi kelas X. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Kemunculan keterampilan proses sains dalam Kompetensi Dasar yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum 2013

a. Mengidentifikasi keterampilan proses sains yang ditemukan di tiap Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Kurikulum 2013

b. Memberi skor 1 untuk isi Kompetensi Dasar yang dapat memenuhi kriteria yang tercantum dalam lembar observasi dan skor 0 untuk isi Kompetensi Dasar yang tidak dapat memenuhi kriteria yang tercantum dalam lembar observasi.

(64)

62

d. Menjumlahkan seluruh keterampilan proses sains yang ditemukan di setiap Kompetensi Dasar yang terdapat dalam Kurikulum 2013.

2. Kemunculan keterampilan proses sains dalam LKS Biologi SMA kelas X a. Mengidentifikasi keterampilan proses sains yang ditemukan di tiap bab

yang terdapat dalam LKS

b. Memberi skor 1 untuk isi LKS yang dapat memenuhi kriteria yang tercantum dalam lembar observasi dan skor 0 untuk isi LKS yang tidak dapat memenuhi kriteria yang tercantum dalam lembar observasi.

c. Melakukan kategorisasi keterampilan proses sains menurut Rezba terhadap keterampilan proses sains yang dituntut pada LKS Biologi SMA kelas X. d. Menjumlahkan seluruh keterampilan proses sains yang ditemukan di setiap

bab yang terdapat dalam LKS.

3. Arah penerapan keterampilan proses sains

a. Arah penerapan keterampilan proses sains dalam Kompetensi Dasar 1) Menghitung persentase (%) dengan menggunakan rumus:

Penjelasan rumus diatas yaitu n adalah jumlah keseluruha n keterampilan proses sains yang muncul dalam Kompetensi Dasar dan N

% =

(65)

63

adalah jumlah seluruh nilai (jumlah keseluruhan Keterampilan Proses Sains Dasar yang berjumlah 6 dan Keterampilan Proses Sains Terpadu berjumlah 10)

2) Menghitung rata-rata dengan cara menjumlahkan seluruh keterampila n proses sains pada tiap Kompetensi Dasar dibagi dengan jumlah Kompetensi Dasar (KD 1.1 – 4.10; berjumlah 25)

b. Arah penerapan keterampilan proses sains dalam LKS

1) Menghitung persentase (%) dengan menggunakan rumus:

Penjelasan rumus diatas yaitu n adalah jumlah keseluruha n keterampilan proses sains yang muncul dalam tiap bab dan N adalah jumlah seluruh nilai (jumlah keseluruhan Keterampilan Proses Sains Dasar yang berjumlah 6 dan Keterampilan Proses Sains Terpadu berjumlah 10).

2) Menghitung rata-rata dengan cara menjumlahkan seluruh keterampila n keterampilam proses sains pada tiap bab dibagi dengan jumlah bab pada masing- masing LKS.

% =

(66)

64 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Macam-macam Keterampilan Proses Sains yang Muncul dalam Kompetensi Dasar Kurikulum 2013

(67)

65

penelitian untuk mengetahui keterampilan proses sains yang muncul di dalam Kurikulum 2013. Panelis menetapkan daftar keterampilan proses sains yang muncul di dalam Kurikulum 2013. Panelis menetapkan daftar keterampilan proses sains yang terkandung di dalam KD 1.1 hingga KD 4.10 pada Tabel 16.

Keterampilan proses sains yang paling sering muncul dalam Kompetensi Dasar yaitu keterampilan proses sains dasar mengkomunikasi. Sedangkan keterampilan proses sains dasar yang paling sedikit muncul yaitu melakuka n pengukuran. Keterampilan proses sains terpadu yang paling sering muncul dalam Kompetensi Dasar yaitu mengumpulkan dan mengolah data. Keterampilan proses sains yang paling sedikit muncul dalam Kompetensi Dasar yaitu keterampila n proses sains terpadu identifikasi variabel.

2. Macam-macam Keterampilan Proses Sains yang Muncul dalam LKS Biologi Kelas X

Tabel 2. Keberadaan LKS Kelas X Semester 1 di SMA Kecamatan Wonosobo

No. SMA Jenis LKS

1. SMAN 1 Wonosobo A

2. SMAN 1 Kertek B

3. SMAN 1 Mojotengah B

(68)

66

Berdasarkan hasil observasi peneliti seperti pada hasil tabel di atas, maka diambil sampel LKS yang paling banyak dipakai di seluruh SMA di Kecamatan Wonosobo dan didapat hasil bahwa LKS A dan B merupakan LKS yang paling banyak dipakai di Kecamatan Wonosobo.

a. Macam Keterampilan Proses Sains yang Muncul dalam LKS A

(69)
(70)

68

dengan frekuensi keterampilan proses sains dasar yang dari yang paling sering muncul yaitu pengamatan, komunikasi, mengklasifikasi, menyimpulkan, memprediksi dan yang paling sedikit yaitu melakukan pengukuran. Pada keterampilan proses sains terpadu, ada beberapa keterampilan proses sains yang tidak muncul yaitu identifikas i variabel dan membuat grafik atau diagram, sedangkan yang paling sering muncul yaitu menganalisis hasil penelitian, selanjutnya membuat tabel data, mendeskripsika n hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menetapkan variabel operasional, dan keterampilan proses sains yang memiliki frekuensi sedikit atau jarang muncul yaitu menyusun hipotesis, menyusun percobaan, dan melakukan percobaan.

Bab 2 memuat semua keterampilan proses sains dasar dengan frekuensi yang paling sering muncul yaitu mengklasifikasi, selanjutnya pengamatan, komunikas i, memprediksi, lalu menyimpulkan, dan yang paling sedikit muncul yaitu melakuka n pengukuran. Pada Bab 2 ada beberapa keterampilan proses sains yang tidak muncul yaitu identifikasi variabel, membuat grafik atau diagram dan menyusun hipotesis. Keterampilan proses sains terpadu yang sering muncul yaitu mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis hasil penelitian, dan menetapkan variabel operasional, sedangkan keterampilan proses sains terpadu lain yang muncul yaitu membuat tabel data, mendeskripsikan hubungan antar variabel, melakukan percobaan, dan menyus un percobaan.

(71)

69

proses sains dasar mengkomunikasi, memprediksi, lalu yang paling jarang muncul yaitu melakukan pengukuran. Ada beberapa keterampilan proses sains terpadu yang tidak muncul pada Bab 3 yaitu identifikasi variabel, membuat grafik atau diagram, mendeskripsikan hubungan antar variabel dan menyusun hipotesis. Keterampila n proses sains terpadu yang paling sering muncul pada Bab 3 yaitu menganalisis hasil penelitian, selanjutnya ada mengumpulkan dan mengolah data, melakukan percobaan, menetapkan variabel operasional, membuat tabel data, dan yang paling sedikit yaitu menyusun hipotesis.

Bab 4 memuat seluruh keterampilan proses sains dasar, yang paling sering muncul yaitu pengamatan, selanjutnya ada komunikasi, mengklasifikas i, menyimpulkan, memprediksi, dan yang paling sedikit yaitu melakukan pengukura n. Keterampilan proses sains terpadu yang tidak muncul pada Bab 4 yaitu membuat grafik atau diagram, sedangkan keterampilan proses sains terpadu yang sering muncul yaitu identifikasi variabel, mendeskripsikan hubungan antar variabel, menganalisis ha sil penelitian, mengumpulkan dan mengolah data, lalu menetapkan variabel operasional, membuat tabel data, dan melakukan percobaan. Keterampilan proses sains terpadu yang paling sedikit muncul yaitu menyusun hipotesis dan menyusun percobaan.

(72)

70

proses sains terpadu dengan frekuensi paling tinggi yaitu mendeskripsikan hubunga n antar variabel dan menganalisis hasil penelitian. Setelah itu terdapat menetapkan variabel operasional, identifikasi variabel, mengump ulkan dan mengolah data, melakukan percobaan, membuat tabel data, membuat grafik atau diagram, menyus un hipotesis dan menyusun percobaan.

Tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dasar dan keterampila n proses sains terpadu paling banyak terdapat pada Bab 5 dengan masing- mas i ng jumlahnya 31,25% dan 38,5% sedangkan keterampilan proses sains dasar paling sedikit terdapat pada Bab 2 dan 4 dengan persentase 22,91% dan keterampilan proses sains terpadu paling sedikit terdapat pada Bab 1 dengan persentase 15,6%.

Keterampilan proses sains dasar yang memiliki persentase paling banyak dalam LKS A yaitu pengamatan dan mengklasifikasi dengan jumlah persentase sebanyak 27,08% sedangkan yang paling sedikit yaitu melakukan pengukuran dengan persentase 6,25%. Keterampilan proses sains terpadu yang paling sering muncul dalam LKS A yaitu menganalisis hasil penelitian dengan persentase 23,95% sedangkan yang paling sedikit atau jarang muncul yaitu membuat grafik atau diagram dengan jumla h persentase 2,08%.

Gambar

Tabel 1. Indikator dan Sub Indikator Keterampilan Proses Sains
tabel atau diagram
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Proses Sains
c.tabel   Membuat Grafik a. Menentukan label pada
+6

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang memepengaruhi hasil penilaian tersebut dikarenakan dodol mix terdiri dari dua jenis dodol, yaitu dodol asam jawa dan dodol original maka penggunaan gula merah pada produk

Bentuk patahan pada ketebalan inti ( core ) 10 mm setelah uji bending didapat hasil bahwa bahan cenderung getas dan keras karena pada bagian inti ( core ) sehingga

Soekarno - Tambolaka, kami yang bertandatangan di bawah ini Pokja Pengadaan Bahan/Bahan Bibit Tanamman Pembuatan Reboisasi Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

Peta,025 memperlihatkan penggunaan dan penyebaran kata rebuan yang berarti ribuan'. Kata ribmn diucapkan oleh masyarakat penutur bahasa dengan variasi kata yang berbeda, yaim

Jusup (2008;275) menyatakan bahwa persediaan barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran,

Mereka pun memberikan bintang 5 agar driver tetap giat, salah satu narasumber perusahaan GO-JEK itu sendiri marketing promosi mengatakan keuntungan dengan adanya

Dan oleh sebab itu kegiatan ekstrakurikuler ini sangat lah diharapkan kerjasama antar orang tua setiap siswa, guru, masyarakat dan juga pemerintah, agar kegiatan ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai karakter yang dapat ditingkatkan melalui kegiatan ekstrakurikuler PAI dilakukan melalui (a) memberikan