• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana telah dikemukakan pada Gambar 3, dalam penelitian ini terdapat tiga variabel antara yang diduga mempengaruhi efektivitas komunikasi Pengembangan Pariwisata di PB Betawi, yaitu Tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi (X12), Tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi (X13), dan Tingkat Penerimaan Isi Pesan PB Betawi (X14). Tabel 5 di bawah ini mengemukakan distribusi wisatawan menurut ketiga variabel tersebut.

Tabel 3 Persentase wisatawan PB Betawi berdasarkan tingkat keterdedahan informasi bulan Mei 2016

No Keterdedahan

Persentase (%)

Total (%) Rendah Sedang Tinggi

1 Tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi 50,0 12,5 37,5 100 2 Tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi 50,0 15,0 35,0 100

3 Tingkat Penerimaan Isi Pesan

35,0 25,0 40,0 100

Seperti terlihat pada Tabel 3, kecuali pada variabel “Tingkat Penerimaan Isi Pesan” dua variabel antara lainnya dominan tergolong kategori rendah (masing- masing 50%) , diikuti oleh mereka yang tergolong kategori tinggi ( diantara >35% sampai dengan <40%). Pada Tingkat Penerimaan Isi Pesan mayoritas wisatawan tergolong kategori tinggi (40%), diikuti oleh persentase sedang dan rendah, di mana mereka yang tergolong persentase kategori rendah sebesar 35% atau 10% lebih rendah dari mereka pada kategori sedang. Untuk lebih rincinya, penjelasan mengenai keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata dapat dilihat sebagai berikut:

Tingkat Keragaman Sumber Informasi PB Betawi

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi berada dalam kategori rendah, yaitu sebesar 50%. Hal ini disebabkan wisatawan masih kurang mengetahui ragam media komunikasi yang digunakan pengelola PB Betawi dalam menyampaikan informasi. Umumnya, wisatawan yang masuk kedalam kategori ini menggunakan atau mengakses informasi melalui kurang dari 7 jenis media. Wisatawan cenderung mendapatkan informasi bukan dari media komunikasi yang digunakan oleh pengelola melainkan melalui cerita dari orang lain baik dari pihak keluarga, rekan kerja, teman maupun tetangga. Ragam sumber informasi yang digunakan wisatawan PB Betawi terbagi kedalam 5

kategori, yaitu komunikasi interpersonal, media cetak, media hibrida, media luar ruang dan media elektronik.

Gambar 7 Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan sumber informasi bulan Mei 2016

Gambar 7 menunjukkan bahwa sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh wisatawan untuk mengetahui PB Betawi adalah media luar ruang. Media luar ruang merupakan media yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti di pinggir jalan, pusat keramaian dsb. Ketertarikan untuk berkunjung ke PB Betawi muncul karena intensitas wisatawan melihat media luar ruang PB Betawi cukup tinggi, seperti penuturan salah satu wisatawan yang dapat mewakili wisatawan lainnya:

“... Saya tau Setu Babakan dari papan penunjuk arah yang warna ijo di jalan.Awalnya sih biasa aja tapi gara-gara saya pulang pergi lewat jalan yang ada penunjuk arah ke Setu Babakan jadinya saya pengen tahu Setu Babakan tuh apaan ...”(AY,32 tahun)

Berikutnya, sebesar 29% wisatawan menggunakan informasi dari orang lain sebagai sumber informasi PB Betawi. Mayoritas wisatawan yang mendapat informasi dari orang lain biasanya mendapat informasi tentang PB Betawi pada kurun waktu yang sudah lama sehingga informasi yang didapat kurang update. Setelah mendapatkan informasi dari orang lain biasanya wisatawan mencari tahu lebih lanjut dengan cara mendatangi langsung kawasan PB Betawi. Cukup banyak wisatawan yang pada awalnya mendapat informasi dari orang lain namun setelah berkunjung wisatawan tersebutlah yang menyebarkan informasi kepada orang lain atau kerabat terdekatnya. Seperti pernyataan salah satu wisatawan berikut ini:

“... Saya udah lama banget dikasih tau temen soal Setu Babakan. Sekali dikasih tau saya langsung kesini. Habis itu malah saya yang cerita ke orang-orang lain tentang Setu

Komunikasi interpersonal 29% Media Cetak 4% Media Elektronik 24% Media Hibrida 12% Media Luar Ruang

31%

Komunikasi interpersonal Media Cetak Media Elektronik

41

Babakan contohnya kaya danaunya sekarang udah diperluas terus ada gedung baru dan fasilitas baru yang lain...”(MS,38 tahun)

Komunikasi interpersonaldisukai karena informasi datang dari orang lain yang pernah merasakan dan juga pernah memiliki pengalaman berkunjung ke PB Betawi sehingga terdapat pesan-pesan yang tidak dapat disampaikan oleh media lain tetapi dapat disampaikan melalui komunikasi interpersonal yaitu pesan emosi seperti ekspresi bahagia ketika bercerita tentang pengalaman berkunjung ke PB Betawi.

Selanjutnya sumber informasi ketiga yang banyak digunakan untuk mencari sumber informasi mengenai PB Betawi adalah media elektronik. Sebanyak 24 persen wisatawan mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari media elektronik yaitu televisi dan radio. Umumnya wisatawan hanya menonton siaran televisi yang terdapat informasi, liputan atau promosi mengenai PB Betawi sebanyak satu sampai 2 kali seumur hidup. Menurut beberapa wisatawan, stasiun televisi yang pernah menyiarkan liputan mengenai PB Betawi adalah TVRI dan RCTI. Selanjutnya media selanjutnya adalah media hibrida sebanyak 12% dan media cetak sebanyak 4%. Dari kedua media tersebut wisatawan sangat jarang menemukan atau terdedah informasi mengenai kawasan wisata PB Betawi. Pada media hibrida, wisatawan mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari foto dan kata-kata yang diunggah oleh teman yang sedang berkunjung ke PB Betawi melalui social media seperti instagram dan path. Untuk media cetak, pengelola menggunakan media promosi berbentuk folder. Mayoritas wisatawan tidak mengetahui bahwa kawasa wisata PB Betawi memiliki folder sebagai media promosi karena folder hanya dibagikan kepada pengunjung yang berkunjung ke kantor UPK PBB.

Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi PB Betawi

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan sumber informasi pada wistawan Perkampungan Budaya Betawi berada dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan reponden jarang mengakses atau menerima informasi mengenai PB Betawi. Berikut adalah frekuensi penerimaan pesan dari berbagai sumber.

Tabel 4 Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan keterdedahan sumber informasi bulan Mei 2016

No Media Komunikasi Persentase (%) Rata – rata* Tidak Pernah Jarang Sering 1 Keluarga Inti 20,0 47,5 22,5 2,28 2 Keluarga Besar 35,0 42,5 22,5 1,98 3 Rekan Kerja 35,0 30,0 35,0 2,15 4 Teman 27,5 37,5 35,0 2,28 5 Leaflet 90,0 10,0 0 1,10 6 Majalah 95,0 2,5 2,5 1,08 7 Media Sosial 70,0 22,5 7,5 1,40 8 Internet 75,0 20,0 5,0 1,30 9 Spanduk 25,0 40,0 35,0 2,25 10 Papan Penunjuk Jalan 2,5 27,5 70,0 3,08 11 Radio 45,0 42,5 12,5 1,75 12 Televisi 30,0 50,0 20,0 1,98

*Rataan skor : 1= tidak pernah 2=jarang 3=sering

Tabel 4 menunjukkan frekuensi penerimaan pesan dari berbagai jenis media yang digunakan oleh wisatawan dalam menerima informasi mengenai PB Betawi. media yang mayoritas tidak pernah diakses oleh wisatawan adalah folder, majalah, media sosial, internet, dan radio. Lalu sumber informasi yang mayoritas jarang diakses oleh wisatawan untuk mencari informasi mengenai PB Betawi adalah keluarga inti, keluarga besar, teman, spanduk dan televisi. Media komunikasi yang sering memberikan wisatawan informasi mengenai PB Betawi adalah papan penunjuk arah yang terdapat di jalan sekitar Depok, Jagakarsa, Ciganjur dan Lenteng Agung. Alasan media komunikasi folder, majalah, media sosial, internet dan radio tidak pernah menjadi media pilihan untuk mendapatkan informasi mengenai PB Betawi adalah media-media tersebut kurang bisa memberikan gambaran mengenai kawasan PB Betawi. Adapun folder hanya bisa didapat dari kantor pengelola PB Betawi. Mayoritas wisatawan yang melakukan kunjungan jarang mengunjungi kantor pengelola untuk mencari informasi sehingga folder

jarang didapatkan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak wisatawan yang menggunakan media komunikasi interpersonal seperti keluarga inti, keluarga besar, dan teman karena media interpersonal dapat menggambarkan secara rinci informasi-informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi.

Walaupun media interpersonal dipercaya oleh wisatawan untuk memberikan informasi, tetapi wisatawan jarang menerima informasi dari media tersebut. Setelah mendapat informasi melalui media interpersonal,wisatawan juga cenderung merasa puas dan tidak lagi mencari-cari informasi melalui media lain. Umumnya wisatawan hanya diberi informasi melalui keluarga atau teman mengenai informasi PB Betawi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah itu wisatawan cenderung mencari informasi tentang PB Betawi dengan berkunjung

43

langsung ke lokasi wisata. Berikut adalah penuturan salah satu wisatawan yang dapat mewakili wisatawan lainnya:

“... Saya Cuma dapet info sekali dari temen, abis itu saya tau sendiri info-info dan perkembangan disini gara-gara saya suka kunjung kesini. Saya gapernah buka-buka atau nyari tentang Setu Babakan dari internet atau yang lain-lain ...”(NR,29)

Tabel 4 menunjukkan bahwa wisatawan seringkali mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari papan penunjuk arah. Papan penunjuk arah di jalan sangat strategis untuk dilihat wisatawan ketika sedang menaiki kendaraan di jalan. Hampir setiap hari wisatawan berangkat dan pulang kerja melewati jalan yang sama dengan ditempatkannya papan penunjuk arah menuju PB Betawi. Oleh karena itu wisatawan sering terdedah informasi mengenai PB Betawi dari papan penunjuk arah. Namun demikian, kekurangan papan penunjuk arah adalah informasi yang terdapat pada media tersebut hanya sebatas jarak dan lokasi untuk memandu wisatawan ke lokasi wisata Perkampungan Budaya Betawi.

Tingkat Penerimaan Isi Pesan

Jenis pesan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu pesan atraksi (attraction), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas penunjang (amenities). Pertama adalah attraction, merupakan pesan yang dibuat oleh pengelola sebagai pemikat minat khalayak. Pada umumnya pesan atraksi berisikan objek-objek wisata dan keunikan yang terdapat di dalam suatu kawasan wisata. Di PB Betawi pesan- pesan yang tergolong atraksi adalah informasi mengenai Setu Babakan, seni tari, festival budaya, wisata air, kuliner dan perkampungan Betawi. Kedua adalah aksesibilitas, merupakan pesn-pesan yang berisikan informasi mengenai cara mencapai atau berhubungan dengan kawasan wisata. Pesan aksesibilitas yang terdapat di PB Betawi dapat berupa lokasi kawasan PB Betawi, peta area wisata PB Betawi, akses menuju lokasi via kendaraan pribadi, akses via kendaraan umum, dan

contact person yang dapat dihubungi oleh khalayak untuk mencari informasi seputar PB Betawi. Ketiga adalah pesan mengenai fasilitas yang merupakan pesan berupa informasi mengenai kelengkapan dan fasilitas yang terdapat di kawasan wisata. Pesan mengenai fasilitas dalam komunikasi pengembangan pariwisata PB Betawi dapat berupa informasi fasilitas yang disediakan, kondisi fasilitas saat ini, dan harga penggunaan fasilitas.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas wisatawan sebanyak 40 % berada pada kategori tingkat penerimaan isi pesan yang tinggi. Wisatawan yang berada pada kategori tinggi bercirikan banyak mendapatkan informasi mengenai PB Betawi dari media yang digunakan untuk mencari atau mengakses informasi seputar PB Betawi baik itu pesan jenis atraksi, aksesibilitas, maupun fasilitas. Mereka yang termasuk kedalam kategori rendah umumnya baru sekali melakukan kunjungan atau mereka hanya tertarik mencari informasi yang menurut mereka penting untuk diketahui. Lalu wisatawan yang termasuk kedalam kategori ini biasanya hanya satu sampai dua kali mendapat informasi melalui orang lain dan selebihnya mereka mencari informasi sendiri mengenai PB Betawi dengan

berkunjung langsung. Seperti penuturan oleh perwakilan dari wisatawan berikut ini:

“... Saya jarang nanya-nanya ke orang mas apalagi kalo yang kaya perahu bebek gitu-gitu gara-gara saya gak pernah pengen jadi gatau sama sekali ...”(FA,23 tahun)

Secara keseluruhan, tingkat penerimaan pesan di Perkampungan Budaya Betawi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan jenis informasi bulan Mei 2016

No Jenis Informasi Persentase (%) Rata-rata Skor* Tidak Pernah Jarang Sering 1 Setu Babakan 22,5 42,5 35 2,28 2 Seni tari 25 42,5 32,5 2,18 3 Festival budaya 27,5 47,5 25 2,03 4 Wisata air 40 42,5 17,5 1,80 5 Kuliner 25 22,5 52,5 2,55 6 Perkampungan Betawi 35 30 35 2,20 7 Lokasi kawasan PB Betawi 17,5 30 52,5 2,60

8 Peta area wisata PB Betawi

45 27,5 27,5 1,98

9 Akses kendaraan pribadi

12,5 45 32,5 2,58

10 Akses kendaraan umum 42,5 40 17,5 1,83

11 Contact person 72,5 20 7,5 1,40

12 Media informasi publik 70 25 5 1,40

13 Fasilitas 37,5 45 17,5 1,88

14 Kondisi fasilitas 37,5 45 17,5 1,90

15 Harga 42,5 42,5 15 1,83

*Rataan skor : 1= tidak pernah 2=jarang 3=sering

Tabel 5 menunjukkan informasi mengenai PB Betawi yang seharusnya diketahui oleh wisatawan apabila terdedah informasi secara lengkap. Terdapat beberapa informasi mengenai PB Betawi yang frekuensinya berada pada kategori sering yaitu informasi mengenai kuliner, Perkampungan masyarakat Betawi, dan lokasi kawasan PB Betawi. Data tersebut menjelaskan bahwa ketika wisatawan mencari/mengakses informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi maka informasi yang sering diterima oleh wisatawan adalah informasi mengenai kuliner, perkampungan Betawi, dan lokasi kawan PB Betawi.

Mayoritas wisatawan tidak pernah terdedah informasi mengenai peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga. Data tersebut menjelaskan bahwa selama mencari/mengakses informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi, informasi mengenai peta area wisata, contact

45

person, media informasi publik dan harga penggunaan fasilitas seringkali tidak tersampaikan kepada wisatawan. Kurangnya informasi wisatawan mengenai informasi peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga penyewaan fasilitas PB Betawi dapat disebabkan oleh dua alasan. Alasan yang pertama adalah informasi yang dikomunikasikan oleh pengelola kepada wisatawan melalui akitivtas komunikasi pemasaran tidak menonjolkan informasi mengenai mengenai peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga penggunaan fasilitas. Alasan kedua adalah wisatawan sendiri merasa tidak perlu untuk mengetahui informasi tersebut sehingga mereka tidak pernah mencari atau mengakses lebih lanjut mengenai informasi mengenai peta area wisata, contact person, media informasi publik dan harga penggunaan fasilitas. Kurangnya keterdedahan mengenai beberapa informasi PB Betawi menimbulkan pengaruh pada keputusan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke PB Betawi. Sebagai contoh pada wisatawan yang tidak terdedah mengenai contact person pengelola PB Betawi memutuskan pergi ke kawasan PB Betawi untuk menanyakan informasi secara langsung kepada pengelola PB Betawi terkait penyewaan gambang kromong dan rumah adat untuk acara keluarga.

Hubungan Antara Karakteristik Wisatawan PB Betawi Dengan Keterdedahan Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Hubungan antara karakteristik wisatawan PB Betawi dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata dianalisis dengan koefisien kontingensi dan

Rank Spearman ditunjukkan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik wisatawan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata di Perkampungan Budaya Betawi

Karakteristik

wisatawan Koefisien

Keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

No Tingkat keragaman sumber informasi Tingkat keterdedahan sumber informasi Tingkat penerimaan isi pesan 1 Umur � -0,42 0,228 0,451** 2 Jenis pekerjaan � 0,716 0,843* 0,858 3 Tingkat pendidikan � 0,497** 0,308 0,177 4 Tingkat jangkauan geografis � 0,110 0,045 -0,129 5 Tingkat pendapatan � 0,178 0,165 0,256 6 Jenis etnis � 0,681 0,664 0,750 7 Jenis motivasi berkunjung � 0,750* 0,772 0,859* 8 Tingkat Hubungan nterpersonal � 0,084 0,165 -0,31 9 Tingkat akses media massa � 0,224 0,068 -0,082 10 Tingkat partisipasi sosial � 0,080 0,163 0,285

Keterangan:

* = Hubungan nyata pada selang kepercayaan 95% **= Hubungan sangat nyata pada selang kepercayaan 99%

Pada Tabel 6 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa faktor karakteristik yang memiliki hubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata adalah umur dengan tingkat penerimaan isi pesan, jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan sumber infromasi, jenis motivasi dengan tingkat tingkat keragaman sumber informasi, dan motivasi dengan tingkat penerimaan isi pesan. Variabel tersebut dikatakan berhubungan karena memiliki nilai p < 0,05. Hubungan karakteristik wisatawan dengan komunikasi pengembangan pariwisata menunjukkan nilai koefisien korelasi yang berada pada tingkat keeratan sedang (� =0,41 – 0,60), kuat (� =0,61 – 0,80), dan sempurna (� =0,81 – 1). Hubungan yang terbukti signifikan berdasarkan Tabel 8 secara rinci dijelaskan sebagai berikut: Hubungan umur dengan tingkat penerimaan isi pesan

Hasil analisis Rank Spearman pada Tabel 6 menunjukkan bahwa umur berhubungan nyata dengan tingkat penerimaan isi pesan dengan arah positif sebesar 0,451. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur wisatawan maka tingkat penerimaan isi pesan mengenai PB Betawi yang diterima akan semakin tinggi. Hasil tersebut juga didukung oleh analisis tabulasi silang antara umur dengan tingkat penerimaan isi pesan berikut ini.

Tabel 7 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan umur dan tingkat penerimaan isi pesan

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase wisatawan paling besar berada pada kategori umur 40 – 54 dengan tingkat penerimaan isi pesan kategori tinggi, yakni 64,7%. Selain itu persentase yang tinggi juga ditunjukkan pada wisatawan berumur 17-30 tahun dengan tingkat penerimaan isi pesan kategori rendah, yaitu 53,8%. Persentase tersebut menjelaskan bahwa semakin tua umur wisatawan maka tingkat penerimaan pesan PB Betawi juga semakin tinggi, dan semakin muda umur wisatawan maka tingkat penerimaan pesan semakin rendah. Mayoritas dari wisatawan yang berumur tua telah mengetahui perkembangan PB Betawi dari

Umur

Tingkat Penerimaan Isi Pesan

Total

Rendah Sedang Tinggi

N % n % n % n %

40 - 54 tahun 2 11,8 4 23,5 11 64,7 17 100

31 – 39 tahun 5 50 3 30 2 20 10 100

17 - 30 tahun 7 53,8 3 23,1 3 23,1 13 100

47

sebelum ditetapkan menjadi kawasan wisata hingga menjadi kawasan wisata seperti sekarang ini. Wisatawan berumur lebih tua memiliki tingkat penerimaan isi pesan mengenai PB Betawi yang tinggi karena informasi dari mulut ke mulut lebih banyak diterima dibandingkan dengan wisatawan yang lebih muda seperti yang dikatakan oleh wisatawan berikut:

“... Saya dari kecil sering main disini dek diajak sama orang tua, dari masih rawa sampe sekarang udah bagus begini saya tau banget. Saudara saya juga banyak yang kerja disini jadi banyak yang cerita juga kesaya ...”(MH,50 tahun)

Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi

Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan hanya memiliki hubungan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi. Hasil uji Chi-Square menghasilkan nilai p sebesar 0,036 dan hasil uji koefisien kontingensi sebesar 0,843 yang artinya adalah pekerjaan masing-masing wisatawan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap frekuensi penerimaan informasi dari berbagai sumber dengan tingkat hubungan yang sempurna. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan dan jam kerja yang dimiliki wisatawan berbeda-beda sehingga frekuensi penggunaan gadget pun berbeda satu sama lain. Wisatawan yang bekerja sebagai front liner di suatu perusahaan seperti satpam atau driver memiliki waktu untuk menggunakan gadget lebih kecil dibandingkan dengan yang bekerja di bagian administrasi. Wisatawan yang bekerja di bagian administrasi memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi dengan orang lain karena jam kerja yang tetap berada antara jam 08.00 – 16.00, sedangkan karyawan yang bekerja dibagian front liner menggunakan sistem shift

yang telah ditetapkan oleh manajemen kantor sehingga jam kerja bisa dimulai pagi hari sampai sore hari atau pada malam hari sampai dengan pagi hari.

Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan tingkat keragaman sumber informasi. Nilai koefisien korelasi Rank Spearman menunjukkan hubungan positif dengan tingkat keeratan 0,491. Artinya adalah semakin tinggi jenjang pendidikan maka ragam jenis media yang dapat digunakan oleh wisatawan semakin banyak. Hasil analisis korelasi tersebut didukung oleh analisis tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi dibawah ini.

Tabel 8 Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat keragaman sumber informasi

Tingkat Pendidikan

Tingkat Keragaman Sumber Informasi

Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n % Tinggi 3 21,4 1 7,2 10 71,4 14 100 Sedang 15 62,5 4 16,7 5 20,8 24 100 Rendah 2 100 0 0 0 0 2 100 Total 20 50 5 12,5 15 32,5 40 100

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase paling besar ditunjukkan oleh wisatawan yang tingkat pendidikannya berada pada kategori rendah dengan tingkat keragaman sumber informasi yang rendah, yakni sebesar 100%. Selain itu persentase yang besar juga ditunjukkan oleh wisatawan yang berada pada tingkat pendidikan kategori tinggi dengan tingkat keragaman sumber informasi yang tinggi sebesar 71,4%. Data tersebut mejelaskan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah tingkat keragaman sumber informasi dan juga sekaligus menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi tingkat keragaman sumber informasi.

Saat ini dengan teknologi modern seperti smartphone yang praktis, masyarakat Indonesia dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat. Namun kebutuhan untuk menggunakan informasi yang cepat dan mudah lebih dibutuhkan bagi wisatawan yang berpendidikan tinggi sehingga ragam media yang digunakan semakin banyak. Selain itu, diperlukan pengetahuan untuk mengoperasikan teknologi-teknologi modern yang berberbahasa Inggris. Hal ini menyebabkan bagi yang berpindidikan lebih rendah kurang paham untuk menggunakan teknologi modern saat ini dan masih cenderung menggunakan teknologi lama seperti handhone analog atau mengandalkan saluran komunikasi interpersonal.

Hubungan jenis motivasi berkunjung dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata

Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi berkunjung wisatawan memiliki hubungan dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata yaitu pada tingkat keragaman sumber informasi dan tingkat penerimaan isi pesan . Hasil uji

Chi square pada motivasi berkunjung dengan tingkat keragaman sumber informasi menghasilkan nilai p sebesar 0,047 dan hasil uji koefisien kontingensi menghasilkan nilai sebesar 0,750 . Lalu hasil uji Chi square pada motivasi berkunjung dengan tingkat penerimaan isi pesan menghasilkan nilai p sebesar sebesar 0,009 dan hasil uji koefisien kontingensi menghasilkan nilai sebesar 0,859. Hal ini dilatarbelakangi oleh wisatawan yang memiliki alasan mengajak keluarga untuk liburan cenderung memiliki informasi lebih banyak mengenai PB Betawi

49

sebelum melakukan kunjungan. Informasi tersebut dicari oleh wisatawan dari berbagai media hingga wisatawan merasa puas akan informasi yang telah didapat. Hal tersebut dilakukan agar wisatawan mendapat banyak informasi sebelum mengajak keluarga untuk liburan sehingga anggota keluarga merasa tertarik untuk memenuhi ajakan dari wisatawan.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jangkauan geografis, pendapatan dan juga etnis tidak memiliki hubungan nyata dengan keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata. Mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan yang berasal Jakarta dan Depok, tetapi data dilapang membuktikan bahwa tidak adanya perbedaan antara wisatawan yang bertempat tinggal dekat, sedang maupun jauh dari PB Betawi dengan keterdedahan wisatawan akan informasi pariwisata di PB Betawi. Hal tersebut disebabkan wisatawan banyak menerima informasi melalui media interpersonal yang saat ini dapat dengan mudah dilakukan melalui telepon genggam dan internet. Dengan adanya teknologi komunikasi tersebut, wisatawan tetap dapat berhubungan dengan kerabat tanpa dipengaruhi oleh jarak. Pendapatan juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keterdedahan pengembangan pariwisata. Baik wisatawan yang termasuk

Dokumen terkait