• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi Di Jagakarsa, Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi Di Jagakarsa, Jakarta Selatan"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN

PARIWISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI

JAGAKARSA, JAKARTA SELATAN

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Ridho Pangestu Adhitio Risali

(4)
(5)

ABSTRAK

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI. Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.

Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) merupakan salah satu kawasan wisata alam dan budaya di Jakarta yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan masyarakat Betawi. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung, pengelola PB Betawi melakukan aktivitas komunikasi pemasaran kepada calon wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektivitas komunikasi yang telah dilakukan pengelola PB Betawi kepada khalayaknya, yaitu wisatawan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai dan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi yang efektif untuk menyampaikan informasi pariwisata PB Betawi adalah saluran interpersonal (keluarga, kerabat, teman, rekan kerja, dan tetangga). Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari mulai tahapan perhatian, ketertarikan, minat, dan tindakan, aktivitas komunikasi pemasaran hanya efektif pada tingkat tindakan.

Kata kunci: Efektivitas, Pariwisata, Perkampungan Budaya Betawi ABSTRACT

RIDHO PANGESTU ADHITIO RISALI. The Effectiveness of Tourism Development Communication Betawi Cultural Village in Jagakarsa, South Jakarta. Supervised by SUTISNA RIYANTO.

Betawi Cultural Village (PB Betawi) is one of natural and cultural attractions in Jakarta that aims to preserve the culture of Betawi community . To increase the number of tourists, manager of PB Betawi perform marketing communication activities to prospective tourists. The purpose of this research was to analyze the effectiveness of communication that have been made by manager of PB Betawi to its audiences, which is tourist. This research uses a quantitative approach through survey method and qualitative approach through in-depth interviews. The results showed that the effective sources to deliver PB Betawi tourism information is interpersonal channels (family, relatives, friends, coworkers, and neighbors). Moreover, the results also showed that start from stages of attention, interest, interest, and action, marketing communication activities only effective on the level of action.

(6)
(7)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI DI JAGAKARSA, JAKARTA

SELATAN

Ridho Pangestu Adhitio Risali I34120136

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu WaTa’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul “Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan” ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Sutisana Riyanto, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Ir Siti Sugiah Mugniesyah, MS dan Bapak Martua Sihaloho SP, MS selaku dosen penguji dan dosen perwakilan departemen yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan skripsi. Lalu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak PB Betawi dan responden yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena telah membantu dan bekerjasama dengan baik selama proses pembuatan skripsi dari mulai penyusunan proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian.

Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tersayang Bapak Sutiyono dan Ibu Salimah, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa bagi kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Falah, Kevin, Fevi, Zahra, Faris, Syifa dan teman-teman SKPM 49, Kabinet HIMASIERA yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang bersedia menjadi teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2016

Ridho Pangestu Adhitio Risali

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 3

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Pariwisata 5

Komunikasi Pengembangan Pariwisata 7

Khalayak Komunikasi Pengembangan Pariwisata 8

Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata 8

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis 12

PENDEKATAN LAPANG 13

Metode Penelitian 13

Lokasi dan Waktu 13

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 13

Teknik Pengumpulan Data 14

Validitas dan Reliabilitas Instrumen 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15

Definisi Operasional 16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Letak dan Geografis 19

Sejarah Perkampungan Budaya Betawi 19

Pengorganisasian Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi 20 Fasilitas dan Sarana Penunjang Perkampungan Budaya Betawi 22

Objek Wisata di Kawasan PB Betawi 23

Saluran Komunikasi Promosi PB Betawi 25

PROFIL KARAKTERISTIK WISATAWAN PB BETAWI 29

(14)

Umur 30

Pekerjaan 30

Pendidikan 31

Jangkauan Geografis 32

Pendapatan 32

Etnis 33

Motivasi berkunjung 34

Tingkat Hubungan Interpersonal 35

Tingkat Akses terhadap Media Massa 35

Tingkat Partisipasi Sosial 36

KETERDEDAHAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA 39 Tingkat Keragaman Sumber Informasi PB Betawi 39 Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi PB Betawi 41

Tingkat Penerimaan Isi Pesan 43

Hubungan Antara Karakteristik Wisatawan PB Betawi Dengan

Keterdedahan Komunikasi Pengembangan Pariwisata 45 Hubungan umur dengan tingkat penerimaan isi pesan 46 Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan sumber informasi

PB Betawi 47

Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keragaman sumber informasi

PB Betawi 47

Hubungan jenis motivasi berkunjung dengan keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata 48

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PENGEMBANGAN PARIWISATA 53

Indikator Efektivitas 53

Tingkat Perhatian 54

Tingkat Ketertarikan 55

Tingkat Minat 57

Tingkat Tindakan 58

Hubungan Antara Keterdedahan dengan Efektivitas Komunikasi 59 Hubungan tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi dengan tingkat

tindakan 60

Hubungan tingkat keterdedahan informasi PB Betawi dengan tingkat minat 62 Hubungan tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi dengan

tingkat tindakan 62

(15)

Hubungan Antara Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi 64 Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat minat 65 Hubungan saluran interpersonal dengan tingkat tindakan 65 Hubungan Antara Pesan Komunikasi Pariwisata Dengan Efektivitas

Komunikasi 66

Hubungan pesan atraksi dengan tingkat tindakan 67

SIMPULAN DAN SARAN 69

Simpulan 69

Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 71

DAFTAR TABEL

1. Hasil uji reliabilitas kuesioner Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

15

2. Jumlah dan persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan karakteristik wisatawan bulan Mei 2016

29 3. Persentase wisatawan PB Betawi berdasarkan tingkat keterdedahan

informasi bulan Mei 2016

39 4. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan keterdedahan sumber informasi bulan Mei 2016

42 5. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan jenis informasi bulan Mei 2016

44 6. Nilai koefisien korelasi antara karakteristik wisatawan dengan

keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata di Perkampungan Budaya Betawi

45

7. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan umur dan tingkat penerimaan isi pesan

46 8. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat pendidikan

dan tingkat keragaman sumber informasi

48 9. Persentase dan rataan skor wisatawan Perkampungan Budaya Betawi

berdasarkan efektivitas komunikasi

53 10. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan komunikasi

pengembangan pariwisata dengan efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

60

11. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keragaman sumber informasi dan tingkat tindakan

61 12. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat minat

62 13. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat keterdedahan

sumber informasi dan tingkat tindakan

63 14. Jumlah dan persentase wisatawan berdasarkan tingkat penerimaan isi

pesan dan tingkat tindakan

(16)

15. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan saluran komunikasi dengan efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

65 16. Nilai koefisien korelasi antara keterdedahan pesan pariwisata dengan

efektivitas komunikasi di Perkampungan Budaya Betawi

66

DAFTAR GAMBAR

1. Model Komunikasi SMCRE Rogers dan Shoemaker (1971) 7

2. Model Hierarkhi Tanggapan Mackay (2005) 9

3. Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Studi Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

11

4. Struktur kepengurusan Forum Pengkajian Pembangunan PB Betawi 2014

21 5. Rata-rata frekuensi keterdedahan media massa wisatawan PB Betawi

bulan Mei 2016

35 6. Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

kegiatan sosial bulan Mei 2016

37 7. Persentase wisatawan Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan

sumber informasi bulan Mei 2016

40 8. Rataan skor tingkat perhatian produk wisata PB Betawi 54 9. Rataan skor tingkat ketertarikan produk wisata PB Betawi 56 10. Rataan skor tingkat minat produk wisata PB Betawi 57 11. Rataan skor tingkat tindakan produk wisata PB Betawi 58

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal kegiatan penelitian 74

2. Peta lokasi penelitian 75

3. Daftar nama responden 76

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Berbagai fasilitas tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam dan kekayaan budaya Indonesia yang berlimpah. Berdasarkan laporan Bappenas 2016, Indonesia memiliki kekayaan flora sekitar 109 ribu jenis tumbuhan dan kekayaan fauna sekitar 22 ribu jenis hewan. Selain itu, BPS (2015) melaporkan bahwa etnik atau suku bangsa yang berada di Indonesia jumlahnya adalah 1330 kategori etnik/suku bangsa.Tujuan pengembangan pariwisata di berbagai daerah di Indonesia secara umum sangat menguntungkan, antara lain untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat.

Upaya Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan pariwisata telah mengalami kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Kemajuan tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2015), pada periode 2010- 2014 jumlah wisatawan asing mengalami peningkatan yang awalnya sekitar 7 juta wisatawan menjadi sekitar 9,5 juta wisatawan, atau dalam kurun waktu 4 tahun terdapat peningkatan sebanyak 22,3 persen. Kondisi tersebut diikuti oleh meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap devisa negara. Data Kemenparekraf Indonesia menunjukkan bahwa sektor pariwisata Indonesia pada periode 2011- 2013 mengalami peningkatan yang awalnya sebanyak 8,5 juta dolar AS menjadi 10 juta Dolar AS. Dalam kurun waktu 4 tahun, sektor ini telah menyumbang lebih dari 27 juta Dolar AS terhadap devisa negara. Hal tersebut menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor yang menempati urutan keempat setelah sektor minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit dalam kontribusi terhadap devisa negara.

(18)

itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jakarta membuat sebuah kawasan di mana terkonsentrasi masyarakat Betawi di wilayah Setu Babakan yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan masyarakat Betawi sekaligus memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat etnik lainnya di Indonesia ataupun wisatawan asing, yang dikenal sebagai Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi). Dengan demikian, Setu Babakan bukan hanya berfungsi sebagai daerah resapan air, melainkan juga menjadi salah satu kawasan PB Betawi sehingga fungsinya bertambah sebagai destinasi wisata alam dan budaya betawi.

Pengelola PB Betawi dalam mengembangkan kawasan wisatanya selalu memberikan inovasi-inovasi baik dalam bentuk infrastruktur, atraksi wisata, maupun pelayanan. Selain itu, agar dikenal oleh wisatawan domestik maupun asing, pengelola PB Betawi tersebut berupaya melakukan promosi melalui beragam media untuk memberi informasi dan memersuasi calon wisatawan untuk berkunjung ke PB Betawi. Proses promosi sebenarnya adalah penyampaian pesan yang merupakan bagian dari proses komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2006) bahwa promosi merupakan proses komunikasi suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang, dan yang akan datang serta masyarakat. Dewasa ini terdapat sejumlah penelitian berkenaan proses komunikasi, khususnya promosi dalam pengembangan pariwisata, diantaranya dilakukan oleh Sangkaeng et al. (2015) dan Oktavian (2013). Hasil penelitian Sangkaeng et al. yang berjudul “Pengaruh Citra, Promosi dan Kualitas Pelayanan Objek Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di Objek Wisata Taman Laut Bunaken Sulawesi Utara” menemukan fakta bahwa promosi atau komunikasi pemasaran berpengaruh positif terhadap kepuasan wisatawan. Di dalam penelitiannya Sangkaeng et al. menggunakan pendekatan promosi dan kepuasan wisatawan yang berfokus kepada kepuasan penerima pesan terhadap aktivitas promosi yang diterimal. Namun demikian, Sangkaeng et al. mengabaikan faktor-faktor kharakteristik wisatawan yang mempengaruhi kepuasan wisatawan ketika berkunjung. Selain itu, penelitian Sangkaeng et al. tidak memandang kepuasan wisatawan terhadap aktivitas promosi sebagai sebuah proses dari mulai penerimaan pesan sampai dengan responden melakukan kunjungan ke Taman Laut Bunaken. Adapun hasil penelitian Oktavian (2013) yang berjudul “Strategi Komunikasi Dinas Kebudayaan Pariwisata Dalam Upaya Pengembangan Objek Wisata Rumah Benteng Melapi I di Desa Melapi Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu” memperlihatkan bahwa pemilihan media komunikasi yang tepat dapat memperbesar kemungkinan pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak, sehingga mereka tertarik untuk berkunjung ke lokasi wisata. Namun demikian, penelitian Oktavian hanya menggunakan analisis deskriptif sehingga tidak melihat hubungan antar variabel antara strategi komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan khalayak penerima pesan.

(19)

3

Rumusan Masalah

Merujuk pada teori komunikasi pemasaran dari Mackay yang dikutip oleh Kallrson (2007), komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui empat komponen tahapan penerimaan konsumen yang dikenal sebagai Teori AIDA. Menurut teori tersebut, attention adalah upaya pembuat pesan untuk menarik perhatian khalayak.

Interest adalah upaya untuk menarik perhatian khalayak. Desire adalah upaya untuk menarik minat khalayak untuk berkunjung dan Action upaya untuk mengarahkan khalayak untuk mengambil tindakan membeli atau berkunjung ke kawasan wisata. Sehubungan dengan itu bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengelola PB Betawi dalam mempromosikan pesan?

Setiap tahunnya, PB Betawi selalu mengalami kenaikan jumlah pengunjung. Pada periode 2010-2013 jumlah pengunjung PBB mengalami kenaikan sebesar 58% yang terdiri dari wisatawan lokal maupun mancanegara. Selanjutnya, Wrights (1985) mengemukakan bahwa khalayak itu heterogen. Unsur khalayak dalam penelitian ini adalah wisatawan. Merujuk Rogers dan Shoemaker (1971), bagaimanakah karakteristik wisatawan meliputi karakteristik sosial ekonomi, kepribadian dan perilaku komunikasi yang berkunjung ke PB Betawi?

Klapper (1960) memaparkan bahwa efek dari media massa tidak secara langsung mempengaruhi individu. Individu memiliki kecenderungan selektif terhadap pesan media massa yang diterimanya. Faktor-faktor tersebut adalah

selective exposure, selective attention, selective perception dan selective retention. Oleh karena itu bagaimana keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata pengunjung PB Betawi?

Merujuk teori komunikasi pada umumnya, efektivitas komunikasi oleh Pengelola PB Betawi adalah komponen efek pada proses komunikasi, yang berupa perubahan perilaku pada penerima pesan, dalam penelitian ini wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi. Sehubungan dengan itu, Mackay (2005) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi pada khalayak juga dapat diukur berdasarkan komponen AIDA. Oleh karena itu bagaimanakah efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata pada pengunjung PB Betawi?

Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa. Adapun tujuan khusus penelitian ini meliputi:

1. Mengidentifikasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola Perkampungan Budaya Betawi

2. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi meliputi karakteristik sosial ekonomi, kepribadian dan perilaku komunikasi mereka.

3. Menganalisis ketededahan komunikasi pengembangan pariwisata di Perkampungan Budaya Betawi

(20)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pengalaman dalam menerapkan

sejumlah konsep dan teori dalam konteks komunikasi pemasaran di PB Betawi. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi materi awal untuk memperluas dan memperkaya literatur penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya dalam komunikasi pariwisata.

3. Bagi pengelola kawasan wisata, penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi pengelola untuk mengembangan sistem maupun strategi komunikasi pengembangan pariwisata yang efektiv sehingga informasi mengenai kawasan wisata dapat tersebar luas dan jumlah pengunjung dapat mengalami kenaikan yang signifikan.

(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Pariwisata

Menurut Yoeti (1995) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. UU nomor 10 tahun 2009 menyebutkan Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerinta daerah.

Saat ini negara-negara dengan potensi wisata yang beranekaragam sedang berlomba-lomba untuk menarik perhatian turis lokal maupun turis mancanegara agar mengunjungi objek wisata yang terdapat di negara mereka. Kompetisi tersebut disebabkan banyaknya manfaat yang bisa didapat dari pariwisata oleh suatu negara. Menurut Wahab (1992) yang dikutip oleh Manurung (2011), manfaat pariwisata bagi suatu negara, yaitu:

1. Pariwisata bagi suatu negara merupakan salah satu faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa dan rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat, dan cita rasa yang beraneka ragam.

2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional. 3. Pariwisata internasional sangat berguna sebagai sarana untuk meningkatkan

saling pengertian internasional dan sebagai alat penenang dalam ketegangan politik karena apabila orang-orang dari berbagai warga bertemu dan saling memperhatikan pola kehidupan rumah tangga, maka tentunya mereka akan saling berpengertian lebih baik.

4. Pariwisata juga berperan meningkatkan kesehatan serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari-hari, semua ini akan menambah daya tahan dan sangat menurunkan ketegangan saraf.

UU nomor 9 tahun 1990 pasal 1 mengenai pariwisata mendefinisikan objek wisata sebagai suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai daya tarik, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora, dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen, candi, tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya.

Menurut Adisasmita (2010), pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang dilakukan bermacam-macam, misalnya pariwista pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan, pariwisata sosisal dan pariwisata alternatif.

1. Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Pariwisata pantai adalah kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lain, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.

(22)

Pariwisata etnik adalah perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang diangap menarik (exotic)

3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Pariwisata budaya adalah perjalanan untuk meresapi (dan terkadang untuk ikut mengalami) suatu gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

4. Pariwisata Alam (Ecotourism)

Pariwisata alam adalah perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih asli (belum tercemar), dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan alam, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada (pernah ada) di tempat tersebut.

5. Pariwisata Agro (Agro tourism)

Pariwisata agro merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan kelesatariannya, Wisatawan ikut tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya.

6. Pariwisata Perkotaan (Urban Tourism)

Pariwisata perkotaan adalah bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

7. Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

Pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk pariwisata ini sengaja diciptakan sebagai tandingan terhadap bentuk pariwisata yang umumnya berskala besar. Dalam pariwisata alternatif ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan dan fasilitas pariwisata.

8. Pariwisata Religi

Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan religi atau keagamaan yang dianut oleh manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau setus-setus kuno yang memiliki kelebihan. Kelebihan itu misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya.

Yoeti (1997) menyebutkan adanya tiga aspek penting atau yang dikenal dengan 3A dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola dalam bidang kepariwisataan, yaitu: attraction, accessibility dan

(23)

7

dasar dalam perancangan pesan komunikasi pariwisata untuk menarik perhatian calon wisatawan agar terdedah informasi mengenai keadaan lokasi wisata.

Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator atau pengirim pesan kepada penerima pesan melalui suatu media dengan tujuan agar penerima memiliki makna yang sama atas informasi yang disampaikan oleh pengirimnya. Terdapat sejumlah ahli yang mengemukakan model komunikasi.

Lasswell (1948), mengemukakan suatu model komunikasi verbal yang berupa pertanyaan “who says what to whom in which channel with what effect?

(Lubis et al. 2003). Maksud dari penjelasan Lasswell komunikasi adalah hubungan antara pengirim dan penerima pesan dimana penyampaian pesannya dilakukan melalui suatu media yang pada akhirnya menimbulkan sebuah efek atau perubahan.

Rogers dan Shoemakers (1971) yang dikutip oleh Mugniesyah (2013) mengemukakan model komunikasi satu tahap yaitu sebuah proses komunikasi yang dikenal dengan model SMCRE. Model tersebut merupakan adaptasi dari model komunikasi Berlo yaitu, SMCR. SMCRE merupakan sebuah singkatan dari proses komunikasi yang berawal dari source atau sumber yang merupakan pembuat pesan. Lalu Message merupakan isi pesan yang ingin disampaikan oleh sumber. Selanjutnya Channel atau saluran, yaitu melalui perantara apa pesan akan disampaikan. Receiver atau penerima yang menjadi objek penerima pesan. Pada akhirnya pesan yang diterima oleh individu menimbulkan sebuah effect atau efek terhadap dirinya.

Sumber: Mugniesyah (2013)

Studi mengenai efektivitas komunikasi melihat efek yang ditimbulkan oleh media kepada penerima pesan. Rogers dan Shoemaker mengemukakan bahwa efek

Source Message Channel Receiver Effect

Ilmuwan

(24)

dari komunikasi yang ditimbulkan dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Di sisi lain Klapper (1960) dikutip oleh Kristianingrum (2013) menjelaskan bahwa media massa tidak secara langsung memberikan efek kepada audiens namun juga melalui selektivitas oleh khalayak,yaitu selective exposure,

selective attention,selective perception, dan selective retention terlebih dahulu.

Selective exposure merupakan sifat individu yang cenderung menerima pesan media massa yang sesuai dengan minat dan pendapatnya. Selective attention adalah kecenderungan individu untuk memperhatikan pesan yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya. Selective perception merupakan keadaan dimana individu mencari media yang sesuai dengan keyakinannya. Selective retention

merupakan kecenderungan individu untuk mengingat pesan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Khalayak Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Di dalam kegiatan komunikasi pengembangan pariwisata, khalayak yang menerima pesan-pesan komunikasi adalah calon wisatawan. UU nomor 10 tahun 2009 pasal 1 menyebutkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Setiap wisatawan berhak memperoleh informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata, pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar, perlindungan hukum dan agama, pelayanan kesehatan, perlindungan hak pribadi, serta perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang memiliki resiko tinggi. Menurut Yoeti (2001a) wisatawan adalah wisatawan sementara yang minimal tinggal selama 24 jam di tempat yang dikunjungi dengan tujuan mengisi waktu luang termasuk keperluan keluarga, bisnis, dan konferensi.

Rogers dan Shoemakers (1971) yang dikutip oleh Mugniesyah (2006) menyatakan adanya tiga kategori yang dapat membedakan karakteristik suatu unit pengambil keputusan inovasi. Kategori pertama adalah status sosial ekonomi yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, tingkat literasi, status sosial, pemilikan lahan, dan tingkat mobilitas. Kategori kedua adalah karakteristik kepribadian yang dapat dilihat diantaranya berdasarkan kemampuan empati, intelegensia, rasionalitas, sikap keterbukaan, dan motivasi. Adapun kategori ketiga yaitu perilaku komunikasi atara lain meliputi: partisipasi sosial, kosmopolit, keterpaparan (keterdedahan) terhadap media massa, keterpaparan (keterdedahan) terhadap saluran komunikasi interpersonal, upaya dalam mencari informasi dan jumlah informasi yang dimiliki. Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata

Menurut Mackay (2005) yang dikutip oleh Karlsson (2007) terdapat respon-respon yang ditunjukkan oleh penerima pesan ketika menerima pesan periklanan . Respon-respon tersebut berupa sejumlah tahapan yang harus dilewati oleh responden apabila sebuah pesan persuasif ingin dikatakan efektif. Teori ini oleh Mackay disebut sebagai “hierarchy of effects” karena efektivitas pesan diukur

(25)

9

Sumber : Karlsson (2007)

AIDA merupakan sebuah model yang diciptakan oleh Strong pada 1925. Model ini merupakan sebuah model perilaku yang bertujuan untuk memastikan bahwa sebuah periklanan dapat membangkitkan perhatian, menstimulasi ketertarikan, mengarahkan keinginan konsumen dan membuat konsumen melakukan sebuah tindakan. Selanjutnya Mackay menjelaskan bahwa di dalam model tanggapan AIDA,sebuah pesan dikatakan efektif apabila:

1. Mengarahkan perhatian konsumen

2. Mengarahkan konsumen agar tertarik pada produk

3. Menimbulkan rasa ingin memiliki atau menggunakan produk 4. Pada akhirnya mengarahkan pada tindakan/ aksi konsumen

Lalu Kotler dan Keller (2006) juga memaparkan bahwa AIDA dapat dijelaskan dalam empat tahap berikut:

Model AIDA

Perhatian

Ketertarikan

Minat

Model DAGMAR

Perhatian

Pemahaman

Keyakinan

Model Lavidge dan Stainers

Perhatian

Pengetahuan

Menyukai

Memilih

Keyakinan Tindakan Tindakan

Membeli

(26)

1. Tahap menaruh perhatian (Attention), yaitu tahap dimana terdapat perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu produk (barang atau jasa)

2. Tahap ketertarikan (Interest), yaitu adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik pada konsumen

3. Tahap berhasrat/berniat (Desire), yaitu perasaan yang timbul dari konsumen berupa keinginan untuk emmiliki suatu produk tersebut

4. Tahap memutuskan untuk beli (Action), merupakan proses akhir dimana akhirnya konsumen memutuskan untuk melakukan tindakan yang disebut membeli.

Kerangka Pemikiran

Penelitian yang berjudul Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan ini merujuk pada sejumlah konsep dan teori berkenaan model difusi inovasi dari Rogers dan Shoemaker (1971), dan model komunikasi pemasaran dari Mackay (2005).

Merujuk pada Model Difusi Inovasi (Rogers dan Shoemaker) dalam penelitian ini diasumsikan berlangsung suatu proses komunikasi yang melibatkan Pengelola PB Betawi sebagai sumber inovasi ( Objek Wisata PB Betawi) yang mengirim pesan/informasi berupa “beragam atraksi dan objek wisata di PB Betawi” terhadap penerimanya yakni warga masyarakat (calon wisatawan), dengan harapan mampu mempengaruhi aspek-aspek pengetahuan, sikap atau persuasi, dan aksi/tindakan untuk mengunjungi PB Betawi. Sehubungan dengan itu, efektivitas komunikasi pengembangan PB Betawi tercermin pada komponen “efek” berupa respon perubahan perilaku di kalangan masyarakat (calon wisatawan/wisatawan). Sehubungan dengan itu, dan dengan merujuk pada teori AIDA pada komponen respon/tanggapan penerima (wisatawan) terdapat sejumlah variabel terpengaruh untuk mengukur efektivitas komunikasi dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat Perhatian terhadap PB Betawi (Y1), Tingkat Ketertarikan terhadap PB Betawi (Y2), Tingkat Minat terhadap PB Betawi (Y3), Tingkat Aksi Berkunjung ke PB Betawi (Y4).

Sejumlah variabel pada efektivitas komunikasi pengembangan PB Betawi tersebut diduga dipengaruhi oleh sejumlah variabel independen baik pada komponen sumber maupun penerima (wisatawan). Oleh karena itu, pada penelitian ini komponen sumber menunjuk pada kemampuan yang ada pada pengelola PB Betawi untuk mempengaruhi calon wisatawan. Merujuk pada teori model komunikasi pemasaran AIDA, pengelola PB Betawi sebagai penanggung-jawab objek wisata PB Betawi melakukan promosi melalui tahapan AIDA untuk promosi pemasaran , yang dalam hal ini diukur melalui variabel jenis ragam saluran promosi yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi tentang PB Betawi. Oleh karena penelitian ini hanya berfokus pada satu objek wisata, variabel tersebut dikemukakan secara deskriptif.

(27)

11

(1971), heterogenitas khalayak itu dapat diidentifikasi melalui tiga faktor, yakni karakteristik sosial ekonomi, kepribadian dan perilaku berkomunikasi mereka. Sehubungan dengan itu variabel-variabel independen pada karakteristik sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi adalah: Umur (X1), Tingkat Pendidikan (X2), Jenis Pekerjaan (X3), Jangkauan Geografis (X4), Tingkat Pendapatan (X5), dan Jenis Etnis (X6). Pada faktor kepribadian terdapat satu variabel independen, yakni jenis Motivasi Berkunjung ke PB Betawi (X7). Pada faktor perilaku komunikasi, diduga terdapat tiga variabel pengaruh yang memepengaruhi efektivitas komunikasi pengembangan PB Betawi, yaitu: Tingkat Hubungan Interpersonal (X8), Tingkat Akses Terhadap Media Massa (X9), dan Tingkat Partisipasi Sosial (X10).

Merujuk pada teori Efek Terbatas Klapper (1960) yang dikutip oleh kristianingrum (2013) menyatakan bahwa pengaruh komunikasi massa tidak bersifat langsung, tetapi melalui perilaku selektif khalayak terhadap media, maka diduga efektivitas pengembangan PB Betawi juga dipengaruhi oleh variabel antara, berupa perilaku keterdedahan selektif pada khalayak, yang dalam penelitian ini diukur melalui variabel-variabel antara yang meliputi: Tingkat Keragaman Sumber Informasi (X11), Tingkat Keterdedahan Sumber Informasi (X12), dan Tingkat Penerimaan Isi Pesan PB Betawi (X13).

Berdasar kerangka pemikiran di atas, hubungan antar sejumlah variabel independen, antara dan dependen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan :

(28)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka analisis diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara sepuluh variabel independen pada karakteristik wisatawan (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat jangkauan geografis, tingkat pendapatan, jenis etnis, jenis motivasi, tingkat hubungan interpersonal, tingkat akses media massa, tingkat partisipasi sosial ) dengan tiga variabel antara keterdedahan komunikasi pengembangan pariwisata (tingkat kergaman sumber informasi PB Betawi, tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi ,tingkat penerimaan isi pesan).

(29)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat pengumpul data primer. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam.

Lokasi dan Waktu

Penelitian berlokasi di Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pemilihan Lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan (1) PB Betawi merupakan kawasan wisata yang memiliki objek wisata alam berupa Setu Babakan dan wisata kebudayaan masyarakat asli Jakarta yaitu kebudayaan Betawi. (2) Wisatawan lokal maupun asing yang mengunjungi kawasan wisata PB Betawi terus meningkat setiap tahunnya. (3) Pengelola kawasan wisata saat ini sedang mengembangkan PB Betawi dari segi infrastruktur, fasilitas dan komunikasi pengembangan pariwisata agar jumlah wisatawan yang berkunjung ke PB Betawi mengalami peningkatan.

Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan Januari 2016 sampai bulan Juli 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, revisi proposal pengambilan data lapang berupa data kuantitatif dan kualitatif, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi (Lampiran 1). Penggalian data di lapang dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan April 2016.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi pada waktu pengambilan data di lapangan. Responden penelitian adalah wisatawan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu berumur diatas 17 tahun yang sedang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi. Pengunjung yang telah berusia 17 tahun dianggap sudah cukup usia karena memiliki Kartu Tanda Kependudukan kewarganegaraan Indonesia dan juga diasumsikan bisa menjawab pertanyaan kuesioner dengan logis. Jika wisatawan berkunjung bersama keluarga atau dalam rombongan maka responden yang dipilih adalah kepala keluarga atau ketua rombongan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

(30)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang berasal dari 20 wisatawan pada waktu hari kerja dan 20 wisatawan pada waktu akhir pekan.

Pemilihan informan dilakukan secara purposive (sengaja), terdiri dari kepala UPK PB Betawi , karyawan humas Unit Pengelola Kawasan (UPK) PB Betawi dan tokoh masyarakat sekitar kawasan PB Betawi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari hasil observasi, survei, dan wawancara mendalam kepada informan. Data observasi meliputi gambaran umum lokasi penelitian, dan dokumentasi lapang.Survei dilakukan untuk mengumpulkan data yang meliputi semua informasi berkenaan semua variabel independen, antara , dan dependen sebagaimana tercantum pada Gambar 3 . Adapun wawancara mendalam untuk memperoleh data atau informasi tentang kebijakan pengelola PB Betawi dalam meningkatkan pembangunan pariwisata PB Betawi, strategi komunikasi pengembangan pariwisata yang digunakan oleh pengelola PB Betawi dan tanggapan masyarakat terhadap pembangunan PB Betawi.

Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari dokumen perusahaan, seperti struktur organisasi, peta lokasi, profil dan jumlah wisatawan PB Betawi. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari hasil studi pustaka yang relevan dengan penelitian ini yaitu buku, artikel penelitian, skripsi , thesis dan artikel cetak maupun yang terdapat di internet. Data-data yang didapatkan dari sumber tersebut berupa analisis perkembangan PB Betawi sebagai kawasan wisata juga hasil analisis efektivitas strategi komunikasi yang terdapat di kawasan wisata lain sebagai data pendukung hasil penelitian.

Untuk data kuantitatif, instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang akan ditanyakan kepada responden. Adapun, data kualitatif didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan. .Wawancara mendalam kepada pihak pengelola PB Betawi dimaksudkan untuk mengkaji tentang bentuk komunikasi pengembangan pariwisata, seperti strategi dan media apa yang digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam panduan pertanyaan. Selain itu wawancara mendalam juga akan dilakukan kepada tokoh masyarakat setempat yang mengetahui perkembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi semenjak ditetapkan sebagai kawasan wisata.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 menggunakan uji koefisien product moment Pearson. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau nilai r.

Uji reliabilitas dilakukan dengan uji koefisian Alpha Cronbach. Reliabilitas

(31)

15

analysis dengan software SPSS. Nilai koefisien Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item didapat dengan rumus berikut

� = (� − 1)� �2 − ∑��2 2

Keterangan:

α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah item pertayaan yang diuji ∑Si2 = Jumlah varian skor item

S2 � = Varian skor test

Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk pertanyaan yang bentuknya perseptual. Pertanyaan dalam kuesiner dikatakan reliabel apabila memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > 0.6. Berikut adalah hasil uji reliabilitas pada kuesioner penelitian ini.

Tabel 1 Hasil uji reliabilitas kuesioner Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan

No Peubah Cronbach’s Alpha Keterangan

1 Tingkat Hubungan Interpersonal

0.628 Reliabel

2 Tingkat Penerimaan Isi Pesan 0.710 Reliabel

3 Tingkat Perhatian 0.719 Reliabel

4 Tingkat Ketertarikan 0.745 Reliabel

5 Tingkat Minat 0.749 Reliabel

6 Tingkat Aksi/ Tindakan 0.735 Reliabel

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(32)

0,00 - 0,20 = Hampir tidak ada korelasi 0,20 - 0,40 = Korelasi rendah

0,41 - 0,60 = Korelasi sedang 0,61 - 0,80 = Korelaso tinggi 0,81 - 1 = Korelasi sempurna

Data-data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara menjadi informasi tambahan untuk mendukung dan memperkuat data-data kuantitatif yang telah diperoleh.

Definisi Operasional

Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik Wisatawan

Karakteristik wisatawan adalah keadaan spesifik wisatawan yang berkaitan langsung dengan dirinya, dapat diukur dengan:

a. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun ketika penelitian ini dilaksanakan yang dihitung dari bulan Maret 2015 dengan satuan tahun. Variabel diukur dengan ukuran ordinal. Usia dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu 17-30 tahun , 31 – 39 tahun, dan 40- 54 tahun berdasarkan data di lapang.

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden, yang dibedakan ke dalam tingkatan SD, SMP/Sederajat, SMA, Diploma, dan Sarjana selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah (skor 1), sedang (skor 2), dan tinggi (skor 3). Variabel ini diukur dengan ukuran ordinal.

c. Jangkauan geografis merupakan jarak antara tempat tinggal wisatawan dengan kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi. Jangkauan geografis diukur menggunakan ukuran ordinal dengan cara memberikan pilihan kepada responden tentang tempat tinggal wisatawan yaitu di Jakarta-Depok (skor 3), Botabek skor (2), dan luar Jabodetabek (skor 1) .

d. Jenis motivasi berkunjung adalah alasan wisatawan untuk mengunjungi PB Betawi, yang meliputi: mengisi waktu luang, mengajak keluarga berkunjung, memenuhi permintaan/ajakan untuk berkunjung, urusan kantor/sekolah, dan alasan lainnya. Jenis motivasi diukur menggunakan ukuran nominal.

e. Jenis pekerjaan adalah mata pencarian utama responden saat penelitian dilaksanakan meliputi: karyawan swasta, PNS, wirausaha, dan pelajar. Variabel ini diukur dengan ukuran nominal.

f. Jenis etnis adalah garis keturunan nenek moyang yang diturunkan dari orang tua kepada anak meliputi: etnis Betawi, Jawa, Sunda dan Batak. Variabel ini diukur dengan ukuran nominal.

g. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima responden dalam satu bulan sebagai hasil dari bekerja dengan satuan rupiah;selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah (0-2 juta rupiah), sedang (2 juta – 4 juta rupiah) dan tinggi (>4 juta rupiah). Tingkat pendapatan diukur menggunakan ukuran ordinal.

(33)

17

rekan kerja dan tetangga; selanjutnya dibedakan ke dalam THI rendah, sedang dan tinggi berturut turut dengan skor 6-21, 22-24, dan 25-30. Variabel ini diukur dengan skala interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

i. Tingkat akses terhadap media massa merupakan akumulasi frekuensi penggunaan media massa untuk mencari informasi dalam kehidupan sehari-hari dengan satuan kali per minggu ketika penelitian dilaksanakan meliputi: koran, majalah, website,media sosial, radio, televisi, dan lainnya; selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah (frekuensi 0-80), sedang (frekuensi 81-152), tinggi (frekuensi 153-245). Variabel ini diukur dengan ukuran interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

j. Tingkat partisipasi sosial adalah banyaknya keikutsertaan wisatawan dalam kegiatan sosial dan pertemuan-pertemuan lokal yang meliputi kegiatan pengajian, arisan dan kerja bakti dalam satu minggu terakhir ketika penelitian dilaksanakan; selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori: rendah (frekuensi 0-1), sedang (frekuensi = 2), tinggi (frekuensi 3-7).Variabel ini diukur dengan ukuran interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

2) Keterdedahan akan komunikasi pengembangan pariwisata merupakan seberapa jauh invidu mengetahui informasi akan kawasan wisata melalui strategi komunikasi pengembangan pariwisata yang telah dilakukan oleh pengelola. Keterdedahan akan komunikasi pengembangan pariwisata terbagi menjadi tiga yaitu tingkat ragam media komunikasi, tingkat penerimaan pesan via media dan tingkat penerimaan isi pesan komunikasi.

a. Tingkat keragaman sumber informasi PB Betawi merupakan banyaknya sumber informasi yang digunakan oleh wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi; selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (jumlah media 1-6), sedang (jumlah media =7), tinggi (jumlah media 8-11)).Variabel ini diukur dengan ukuran interval. Data digolongkan berdasarkan hasil yang didapat di lapang.

b. Tingkat keterdedahan sumber informasi PB Betawi merupakan akumulasi frekuensi wisatawan dalam menerima pesan PB Betawi melalui media komunikasi dalam satu bulan terakhir yang dibedakan kedalam: sering (skor 4), cukup sering (skor 3), jarang (skor 2), tidak pernah (skor 1); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 12-21), sedang (skor 22-23), tinggi (skor 24-48). Variabel ini diukur dengan ukuran ordinal*.

(34)

3) Efektivitas komunikasi pengembangan pariwisata merupakan ukuran keberhasilan komunikasi yang dilakukan pengelola sehingga dapat mengubah perilaku wisatawan berdasarkan unsur AIDA.

a. Tingkat perhatian (Attention) merupakan respon wisatawan setelah menerima pesan tentang PB Betawi berupa perhatian yang dibedakan ke dalam: sangat penting (skor 4), penting (skor 3), kurang penting (skor 2), tidak penting (skor 1); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 8-24), sedang (skor= 25), tinggi (skor 26-32) Tingkat perhatian diukur dengan ukuran ordinal*.

b.Tingkat ketertarikan (Interest)merupakan respon wisatawan setelah menerima pesan tentang PB Betawi berupa rasa ketertarikan untuk mengunjungi PB Betawi yang dibedakan ke dalam: sangat tertarik (skor 4), tertarik skor 3), kurang tertarik (2), dan tidak tertarik (skor 1); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 8-22), sedang (skor 23-25), tinggi (skor 26-32). Tingkat ketertarikan diukur dengan ukuran ordinal*.

c.Tingkat minat (Desire) merupakan respon wisatawan setelah menerima pesan tentang PB Betawi berupa rasa ingin menyaksikan produk wisata di PB Betawi yang dibedakan kedalam: sangat ingin menyaksikan (skor 4), ingin menyaksikan (skor 3), kurang ingin menyaksikan (skor 2), tidak ingin menyaksikan (skor 1) ); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 8-23), sedang (skor 24), tinggi (skor 25-32).Tingkatminatdiukur dengan ukuran ordinal*. d. Tingkat Tindakan (Action) merupakan respon wisatawan setelah menerima

pesan tentang PB Betawi berupa menikmati produk wisata dan perasaan puas terhadap produk wisata); selanjutnya dibedakan ke dalam tiga kategori berdasarkan hasil yang didapat di lapang: rendah (skor 16-41), sedang (skor 42-46), tinggi (skor 47-64). Tingkat tindakan diukur dengan ukuran ordinal*.

(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Geografis

Perkampungan Budaya Betawi secara administratif terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan milik Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota (Pemda DKI) Jakarta dan kawasan milik pribadi. Lahan milik pribadi umumnya digunakan sebagai pemukiman, selain itu ada pula yang dipergunakan sebagai fasilitas publik, dan halaman kantor. Kawasan PB Betawi memiliki luas ± 289 ha dan luas Setu Babakan sekitar 27 ha. Secara geografis Perkampungan Budaya Betawi terletak pada106°49’50”BT dan 6°20’23”LS. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Jagakarsa, Kelurahan Srengseng Sawah. Sebelah utara kawasan PB Betawi berbatasan dengan Jalan Moch. Kahfi II sampai Jalan Desa Putra, sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Tanah Merah sampai Jalan Srengseng Sawah, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mochamad Kahfi II dan sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Desa Putra sampai Jalan Mangga Bolong Timur. Peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kondisi topografi di kawasan Setu Babakan tergolong ke dalam topografi dengan kategori sedikit bergelombang dan agak rata. Kemiringan lereng mencapai 8-15% dan berada pada ketinggian 25 m dpl. Suhu rata-rata di kawasan PB Betawi sekitar 29˚C, sedangkan kelembapan udaranya rata-rata sekitar 79%. Tingginya nilai kelembapan ini menujukkan bahwa kawasan PB Betawi cenderung menjadi kawasan yang lembab (BMKG Pondok Betung 2011)

Aksesibilitas ke lokasi dapat dicapai dari dua jalan utama. Pertama, melalui Pasar Minggu menuju ke arah Selatan masuk ke Jalan Raya Lenteng Agung, Jalan Moch Kahfi II dan Jalan Srengseng Sawah hingga sampai di Gerbang Bang Pitung. Dari terminal Pasar Minggu, wisatawan dapat menggunakan kopaja no. 616 jurusan Blok M- Cimpedak dan langsung turun di depan pintu gerbang Bang Pitung. Akses yang kedua melalui arah depok dan sampai di gerbang bang pitung selatan. Wisatawan yang berangkat dari terminal Depok dapat menaiki angkutan umum no 128. Lokasi PB Betawi ini juga bisa dijangkau wisatawan melalui transportasi kereta api, karena lokasi wisata ini terletak ± 5 km dari stasiun kereta api Lenteng Agung. Setelah turun di stasiun kereta api Lenteng Agung, wsiatawan dapat menaiki kopaja no. 616 dan turun di depan pintu gerbang Bang Pitung.

Sejarah Perkampungan Budaya Betawi

Perkampungan Budaya Betawi (PB Betawi) merupakan pusat dari segala kegiatan pelestarian tradisi masyarakat Betawi. Kawasan ini lebih dikenal dengan Setu Babakan daripada nama PB BetawiPB Betawinya itu sendiri. Setu Babakan sendiri sebenarnya hanya adalah salah satu objek wisata yang terdapat di PB Betawi, namun karena Setu Babakan merupakan objek wisata yang paling dikenal oleh pengunjungwisatawan, maka PB Betawi seringkali diidentikan dengan Setu Babakan. PB Betawi secara resmi ditetapkan oleh Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 2005 sebagai Perkampungan Budaya Betawi yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

(36)

(Bamus Betawi). Untuk itu dan dengan tidak melampaui tugas dan kewenangan Pemda DKI Jakarta, pada tahun 1998, Bamus Betawi mengajukan proposal tentang “Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi” dengan alternatif lokasi Setu Babakan Srengseng Sawah di, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pada tanggal 13 September 1997 diselenggarakan Festival Setu Babakan oleh Dinas Pariwisata Jakarta Selatan yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Acara tersebut memperlihatkan dengan jelas aktivitas masyarakat dengan kekentalan budayanya mulai dari pakaian, hasil produksi rumah, produksi buah-buahan spesifik lokal dan lainnya. Bersamaan dengan ituini pula Bamus Betawi menyerahkan objek wisata tersebut kepada masyarakat dengan cara membentuk dalam satu organisasi yang dinamakan Satuan Gerakan Sosial Perkampungan Budaya Betawi (Satgas PB Betawi) yang bertugas untuk menjaga dan memantau embrio Perkampungan Budaya Betawi. Pada tahun 2000, Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berdasarkan SK tersebut kemudian akhirnya mulailah dibangun embrio PB Betawi pada (sekitar akhir bulan Oktober 2000), yaitu diantaranya dengan membangun pintu gerbang, wisma Betawi, rumah adat, dan panggung teater terbuka. Selanjutnya, pada Tanggal 20 Januari 2001 kawasan ini diresmikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi.

Pada tanggal 10 Maret 2005 ditetapkan Perda No. 3 Tahun 2005 tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dengan dasar itu pula maka organisasi Bamus Betawi serta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta mendukung segera dibentuknya Lembaga Pengelola PB Betawi yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Gubernur No. 129 Tahun 2007 tentang Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pada tahun 2009 Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta digabung dengan Dinas Pariwisata menjadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Oleh karena itu dewasa ini Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi dikoordinasikan langsung dibawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. (Dokumen Pengelola PB Betawi, 2016)

(37)

21

pengawasan aktivitas wisata di Setu Babakan seperti Satuan Pengamanan (SATPAM), petugas kebersihan dan staf administrasi.

Pergub No. 92 Tahun 2000 juga menyantumkan bahwa pengawasan penataan lingkungan Perkampungan Budaya Betawi dilaksanakan dengan memperhatikan saran atau usulan dari masyarakat Betawi sekitar kawasan PB Betawi. Atas dasar peraturan gubernur tersebut terbentuklah sebuah forum swadaya masyarakat yang tugasnya mengkaji serta memberikan saran bagi UPK serta Pemda DKI dalam mengambil keputusanberkenaan upaya pengembangan kawasan PB Betawi. Forum tersebut saat ini dikenal sebagai Forum Pengkajian Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi (FPP PB Betawi). Forum ini diketuai oleh Abdul Syukur yang ditunjuk melalui Pergub No. 1419 Tahun 2004. Di bawah ini adalah struktur kepengurusan forum pengkajian tersebut.

Sumber: Dokumen Pengelola PB Betawi (2016)

Gambar 4 Struktur kepengurusan Forum Pengkajian Pembangunan PB Betawi 2014

Forum pengkajian Pembangunan PB Betawi terdiri dari 13 anggota pengurus, dari 13 orang yang duduk dalam struktur organisasi kepengurusan FPP PB Betawi, hanya terdapat 2 orang perempuan atau sekitar 15% dari total pengurus. Semua pengurus tersebut dipilih karena mereka berstatus sebagai pemuka masyarakat Betawi di sekitar kawasan sehingga mereka dipandang penting, khususnya untuk menarik partisipasi masyarakat Betawi dalam memelihara PB Betawi.

Pihak UPK dan FPP PB Betawi selalu melakukan koordinasi dalam upaya pembangunan kawasan yang menjadi tupoksi mereka. Proses koordinasi awalnya dimulai oleh pihak UPK yang memiliki program untuk pembangunan kawasan. Program tersebut sebelum diajukan kepada Pemda DKI Jakarta dikonsultasikan terlebih dahulu dengan FPP PB Betawi . Selanjutnya, hasil diskusi dari FPP PB Betawi tersebut disampaikan kepada pihak UPK, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pengajuan proposal program kepada Pemda DKI Jakarta karena status forum pengkajian adalah representasi dari masyarakat Betawi di sekitar kawasan Betawi. Apabila hasil kajian dari forum menyimpulkan bahwa program yang akan diajukan oleh UPK akan berdampak positif bagi masyarakat Betawi, maka program tersebut dapat langsung diajukan kepada Pemda DKI. Sebaliknya, jika dinilai usulan program dipandang tidak membawa perubahan positif atau berdampak negatif bagi pembangunan kawasan PB Betawi dan masyarakat di sekitar kawasan maka pihak UPK harus merubah desain program yang akan diajukan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(38)

Fasilitas dan Sarana Penunjang Perkampungan Budaya Betawi

Dalam menunjang fungsi PB Betawi, pengelola memandang pentingnya pengembangan fasilitas dan sarana pariwisata dengan sejumlah objek, atraksi wisata dan sarana penunjang lainnya yang mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Adapun Fasilitas dan sarana penunjang lainnya yang terdapat di objek wisata PB Betawi saat ini adalah meliputi: pintu gerbang yang menarik, panggung seni, kantor embrio, galeri, masjid, toilet, dan kantor UPK PB Betawi sebagai berikut :

Pintu Gerbang

Pada awalnya, pengelola memiliki rencana untuk membuat 4 pintu gerbang khas Betawi. Pintu gerbang ini merupukan simbol bahwa masyarakat sudah berada di dalam are PB Betawi.Namun demikian, saat penelitian ini dilaksanakan baru terdapat satu pintu gerbang yang dinamakan Pintu Gerbang Pitung Satu. Pintu gerbang ini dibuat dengan gaya arsitektur khas Betawi. Letak dari Gerbang Bang Pitung Satu berada di Jalan Setu Babakan RT 09 RW 08. Gerbang ini merupakan akses utama menuju kawasan wisata PB BetawiPB Betawi. Pintu Gerbang ini dilengkapi dengan fasilitas berupa ruang jaga keamanan, listrik, meja, dan kursi. Panggung Seni

Panggung seni ini merupakan tempat pementasan berbagai tarian dan seni musik khas Betawi. Panggung dilengkapi dengan 2 buah Gudang/ ruang properti 2, buah, ruang rias dua buah, dan toilet dua ruang. PUmumnya panggung umumnya digunakan pada hari-hari weekends -pada hari Sabtu dan Minggu - sebagai tempat pementasan tari dan musih khas Betawi. Sementaralain itu pada hari-hari weekday, panggung juga digunakan sebagai tempat pelatihan sanggar tari Betawi. Pelataran panggung biasanya juga digunakan sebagai tempat latihan bela diri Betawi di sore hari .

Kantor Embrio

Kantor embrio merupakan tempat bagi Forum Pengkajian Pembangunan PB BetawiPB Betawi melakukan aktivitas. Dinamakan embrio karena dahulu merupakan satu-satunya kantor yang terdapat di PB BetawiPB Betawi dan menjadi saksi cikal bakal berdirinya PB BetawiPB Betawi. Bangunan ini dilengkapi dengan empat buah kamar kecil, satu buah ruang rapat, satu serambi, dan dua buah ruang kantor.

Galeri

Gedung Galeri dibangun di atas lahan dengan luas ± 165 meter2 . Gedung galeri persegi ini digunakan sebagai tempat unutuk pameran, pertemuan, dan acara-acara resmi lainnya. Selain itu galeri juga dapat disewakan untuk acara-acara-acara-acara seperti arisan keluarga.

Masjid

(39)

23

arsitektur khas Betawi. Masjid At Taubah berada di RW 08, sedangkan Masjid Baitul Makmur berada di kawasan RW 07. Masjid At Taubah dibangun di atas tanah seluas 300 meter persegi, sementara dan Masjid Baitul Makmur dibangun di atas tanah seluas 1900 meter persegi . Kedua masjid tersebut merupakan masjid yang diperuntukan bagi wisatawan dan sekaligus masjid tempat masyarakat Betawi sekitar PB Betawi beribadah.

Toilet

Toilet di PB Betawi masih tergolong sedikit dan sulit untuk ditemukan karena tidak adanya papan penunjuk arah menuju toilet. Karena sedikitnya ketersediaan toilet yang bersih dan layak maka setiap kali PB Betawi mengadakan event besar maka pihak pengelola bekerjasama dengan institusi lain untuk penyediaan toilet umum tambahan berupa mobil toilet. Contoh event yang memerlukan tambahan toilet adalah pada pembukaan HUT Jakarta ke-489.

Kantor UPK PB Betawi

Kantor UPK PB Betawi berjarak ± 300 meter dari Gerbang Bang Pitung Satu. Kantor pengelola PB Betawi ini merupakan pusat aktivitas pengelolaan dan pengawasan kegiatan wisata PB Betawi berlangsung. Kantor pengelola PB BetawiPB Betawi yang ditempati saat ini pada awalnya diperuntukan untuk museum. Namun karena belum selesainya pembangunan kantor UPK PB Betawi, maka untuk sementara museum Betawi akan dijadikan sebagai Kantor pengelola UPK. Segala jenis perizinan, pusat informasi mengenai PB Betawi bisa didapatkan di kantor UPK PB Betawi. Di dalam kawasan kantor UPK PB Betawi terdapat gedung serbaguna dan juga plaza yang saat ini masih dalam proses pembangunan. Plasa dan gedung serbaguna diperuntukkan bagi kegiatan kesenian Betawi. Selain itu juga terdapat rumah adat Betawi yang diperunttukkan bagi penggantian kostum dan rias para penari dan aktor theater .

Objek Wisata di Kawasan PB Betawi

(40)

sehingga dapat memberikan bantuan pada pengembangan wisata kawasan PB Betawi.

PB Betawi memiliki beberapa produk wisata yang ditawarkan oleh Pengelola kepada wisatawan. Produk wisata ini yang menjadi alasan bagi para wisatawan merasa tertarik dan nyaman untuk berkunjung ke PB Betawi. Secara umum produk wisata yang ditawarkan dibagi menjadi tiga jenis yaitu, wisata air, wisata budaya dan wisata agro.

Wisata Air

Setu Babakan merupakan danau yang luas yang terdapat di dalam kawasan PB Betawi. Danau ini merupakan objek wisata yang paling dikenal oleh wisatawan PB Betawi. Bagi wisatawan PB Betawi, berkunjung ke PB Betawi sama artinya dengan berkunjung ke Setu Babakan. Pengelola PB Betawi saat ini telah mengembangkan berbagai wahana di Setu Babakan agar wisatawan tidak hanya bisa menikmati danau tersebut dengan hanya melihatnya saja, melainkan juga bermain di danau tersebut, diantaranya dengan menyediakan wahana wisata air berupa sepeda air atau dikenal dengan perahu bebek. Wisatawan diharuskan membayar untuk menaiki perahu bebek. Wisatawan hanya perlu membayar tiket untuk remaja- dewasa sebesar Rp 7.500 per orang dan untuk anak kecil sebesar Rp 5.000 rupiah per orang. Lalu wisatawan juga bisa melakukan kegiatan pemancingan di Danau Setu Babakan. Pemda DKI pernah melepas sebanyak 20 ribu ikan jenis mujair dan nila. Setiap hari dapat dilihat datang berbagai wisatawan yang melakukan kegiatan memancing dengan harapan mendapatkan ikan yang banyak. Memancing ikan di Danau Setu Babakan hanya diperbolehkan jika memakai peralatan pancing biasa, wisatawan tidak diperkenankan untuk memancing menggunakan jala maupun jaring karena dapat menganggu kehidupan ekosistem Setu Babakan. Untuk kegiatan memancing, wisatawan tidak dikenakan biaya sepeserpun oleh pengelola dengan syarat memancing sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengelola. Ketentuan yang paling utama dalam kegiatan memancing di Setu Babakan adalah para pemancing dilarang menggunakan jala atau jaring untuk menangkap ikan agar ikan tidak cepat habis.

Selain itu terdapat juga Setu Manggabolong yang berada di Jalan Langgar di sebelah Setu Babakan. Namun akibat perawatan dan operasionalisasinya yang tidak kontinyu menyebabkan danau ini terbengkalai. Di sepanjang sisi danau terjadi pendangkalan yang kemudian dijadikan pemukiman warga. Di bagian tengah danau yang dangkal juga sudah ditanami pohon pisang dan sebagainya oleh warga sekitar, sehingga tidak ada wisatawan yang tertarik mengunjunginya.

Wisata Budaya

Wisata budaya yang disajikan di PB Betawi adalah pagelaran musik, tari, dan teater tradisional Betawi yang diselenggarakan di arena teater terbuka. Kegiatan tersebut biasa diselenggarakan pada hari Minggu tergantung jadwal yang ditetapkan oleh pengelola. Selain itu PB Betawi juga mengelar berbagai prosesi budaya Betawi seperti upacara pernikahan, sunatan, khatam Qur’an, aqiqah, “nujuh” bulanan, dan injak tanah. Pengelola juga seringkali menampilkan pencak silat Betawi di untuk menarik perhatian wisatawan yang sedang menikmati wisata.

(41)

25

mendemonstrasikan rangkaian acara pemetikan buah alpukat Cipedak, lalu diikuti oleh berbagai perlombaan dan ditutup oleh acara puncak. Festival Cipedak merupakan festival yang diadakan tanpa bantuan dari pengelola melainkan oleh swadaya masyarakat. Sebenarnya dalam rencana pengembangan PB Betawi pihak UPK merencanakan event besar yaitu festival Ramadhan dan festival Idul Fitri. Namun kedua events tersebut sampai penelitian dilakukan belum terealisir, yang menyebabkan pihak pengelola mengalokasikan dana yang ada bagi pertunjukan Pentas Seni Betawi pada setiap akhir pekan.

Di PB Betawi juga disediakan berbagai macam makanan khas Betawi seperti kerak telor, toge goreng, gado-gado, soto, ikan pecak, geplak, dodol, wajik, rengginang, tape uli, dan onde-onde. Selain itu terdapat minuman khas Betawi yang dapat dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan PB Betawi yaitu bir pletok. Kuliner serta souvenir khas Betawi yang disediakan memiliki harga yang terjangkau sehingga banyak digemari oleh wisatawan. Saat ini kepala UPK PB Betawi memiliki rencana untuk memindahkan para pedagang yang berjualan di bantaran Setu Babakan ke dalam satu zona. Selain itu seleksi terhadap jenis dan citarasa makanan yang dijual akan dilakukan agar kuliner di PB Betawi merupakan representasi dari kuliner asli betawi yang murah dan juga memiliki citarasa yang baik.

Wisata Agro

Daya tarik dan keunikan wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi adalah lokasi pertanian yang berada di pekarangan rumah penduduk Perkampungan Budaya Betawi. Konsep dari wisata agro ini adalah tuan rumah akan memberikan buah-buahan pada wisatawan yang tertarik untuk singgah di rumah-rumah penduduk sebagai tanda hormat walaupun pada pelaksanaannya masih banyak penduduk sekitar PB Betawi yang lebih memilih untuk menjual buah-buahan tersebut di sekitar Setu Babakan.

Saluran Komunikasi Promosi PB Betawi

Pengelola PB Betawi memiliki bagian khusus untuk menangani strategi dan permasalahan pada bidang komunikasi pemasaran wisata. Bagian tersebut merupakan satuan pelaksana pelayanan dan informasi. Salah satu tugas dari satuan pelaksana pelayanan dan informasi adalah menyebarkan informasi mengenai PB Betawi kepada khalayak melalui strategi-strategi yang dirasa mampu membuat khalayak terdedah akan informasi wisata PB Betawi. Strategi tersebut dirancang agar pesan yang dibuat bukan hanya membuat khalayak mengetahui keberadaan PB Betawi di jakarta, melainkan juga untuk mempersuasi khalayak agar memutuskan untuk berkunjung ke PB Betawi.

Dalam menyebarkan informasi wisata, pengelola memiliki strategi pemilihan media komunikasi yang cocok dengan kebutuhan khalayak mendapatkan informasi. Media komunikasi yang digunakan oleh pengelola PB Betawi dalam menyebarkan informasi adalah sebagai berikut:

1. Media Cetak

Gambar

Gambar 1 Model Komunikasi SMCRE Rogers dan Shoemaker (1971)
Gambar 2 Model Hierarkhi Tanggapan Mackay (2005)
Gambar 3 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Studi Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan
Tabel 1   Hasil uji reliabilitas kuesioner Efektivitas Komunikasi Pengembangan Pariwisata   Perkampungan Budaya Betawi di Jagakarsa, Jakarta Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika

Faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar dengan mengenal dan memahami bahwa individu adalah unik dengan gaya belajar yang berbeda satu dengan

Cara ini membolehkan halaman-halaman yang berbeda diakses dari halaman yang sedang aktif, dan jika didisain dengan baik, user akan merasa lebih mudah

Pada perancangan data warehouse ini, digunakan tipe SCD 1 untuk atribut yang tidak mempengaruhi pada hasil perhitungan dan tipe 3 untuk attribut yang memperngaruhi

dibungkus dalam kemasan yang mewah namun harganya cukup terjangkau, sehingga penulis ingin mengetahui bahwa apakah label halal, harga dan celebrity endorser juga menjadi

Oleh karena itu tambahan pengembalian hutang gabah berupa sedekah minimal 5 Kg yang berlipat ketika debitur tidak bisa mengembalikan pada saat jatuh tempo adalah transaksi

Mengaplikasikan metode pencatatan dan penilaian persediaan bahan baku pada CV Pitulas Semarang dengan standar akuntansi keuangan- entitas tanpa akuntabilitas publik

[r]