• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan antara Pembagian dan Profesionalisme Kerja dalam Struktur Organisas

BAB V ANALISIS DATA

8. Kemudahan akses

1.5. Keterkaitan antara Pembagian dan Profesionalisme Kerja dalam Struktur Organisas

Untuk menganalisis sampai sejauh mana struktur organisasi berperan dalam pembagian kerja dalam rangka menumbuhkembangkan prfesionalisme kerja maka penulis berangkat dari model The Seven Ss Model hasil pengembangan McKinsey & Company.

1. Shared Values (nilai – nilai bersama). Berkaitan dengan identitas. Kelurahan

Sitirejo I mengidentitaskan mereka adalah organisasi pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

2. Structure (struktur). Struktur organisasi di Kelurahan Sitirejo I sangat sederhana

dan jauh dari parkinsonisasi. Strukturnya menganut sistem sedikit anggota kaya kerja. Namun keadaan itu tidak bisa lagi dipertahankan seterusnya karena penduduk yang semakin bertambah seharusnya juga harus diseimbangkan oleh aparatur yang akan melayani mereka. Model struktur sederhana seperti ini memang memiliki beberapa keuntungan seperti hemat dalam biaya, pengawasan dan koordinasi lebih mudah, pembagian kerja lebih jelas dan terarah. Kelemahannya sendiri model seperti ini bisa kewalahan bilamana banyak jumlah tugas yang harus diselesaikan karena terbatasnya pesonel dan rentang kendali yang lebih lebar.

3. Strategy (strategi). Kelurahan Sitirejo I tentu saja ingin memberikan pelayanan

publik yang prima agar tetap mendapat kredibilitas yang baik dari para warga tempat naungan kerjanya.

4. System (sistem). Seluruh tugas dan fungsi kerja aparatur telah diatur dalam tugas

pokok dan fungsi melalui Peraturan Walikota Medan Nomor 57 Tahun 2010. Jadi tidak ada lagi ketidaktahuan dalam melaksanakan tugas.

5. Style (gaya). Di sini peran Kepala Kelurahan Sitirejo I sangat mengambil andil besar terutama dalam menciptakan budaya organisasi dan memotivasi pegawainya. Kepala kelurahan juga harus menjadi panutan dan contoh para pegawainya, dari cerita salah satu pegawai bahwa Kepala Kelurahan Sitirejo I saat ini ingin menciptakan suasana kekeluargaan namun tetap professional dalam bekerja. Beliau tidak segan – segan membantu salah satu pegawainya dalam membayar cicilan kredit motor pegawai tersebut dengan tujuan agar pegawai tersebut tetap fokus dalam bekerja melayani masyarakat.

6. Staff (pegawai). Dari segi antara jumlah masyarakat yang dilayani dengan

aparaturnya jelaslah bahwa sebenarnya kelurahan Sitirejo I kekurangan personel. Bila hal ini terus berlarut – larut akan membawa dampak buruk tersendiri bagi kelurahan itu sendiri mengingat kebanyakan aparatur kelurahan tidak lagi berusia muda dan ada yang tengah mendekati masa pensiun.

7. Skill (keterampilan). Untuk keterampilan dalam tata keadministrasian

kependudukan dan keadministrasian umum lainnya para aparatur Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota memiliki tingkat pengalaman kerja rata – rata di atas 10 tahun. Ini berarti seluruh aparatur telah terbiasa menghadapi pekerjaan rutinnya dimana para pegawai lama bertahan di kelurahan tersebut dan belum ditemukannya (sepengetahuan penulis) pergerakan warga secara masiv yang menuntut kejelasan pelayanan dari kelurahan. Kalau untuk kritik dan saran adalah hal yang wajar dalam hal perbaikan mutu kedepannya.

Kesimpulan yang bisa diambil dari The Seven Ss Model, hanya unsur staff (pegawai) dalam segi jumlah personel yang harus diperhatikan untuk ditambah. Kemudian struktur organisasi yang digunakan Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota termasuk dalam kategori sederhana agar tingkat koordinasi dan

pengawasan lebih mudah dan utamanya agar perincian dan fungsi tugas lebih terarah yang mana diisi pula oleh pegawai – pegawai yang memiliki pengalaman kerja cukup lama di bidangnya sehingga mampu mencerminkan kesan profesional dalam bekerja karena pegawai tidak bertanya – tanya lagi atau tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

BAB VI PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan selama ini serta memberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian ini.

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Struktur organisasi adalah suatu kerangka antar hubungan satuan – satuan pada organisasi yang di dalamnya memuat kedudukan, tugas dan wewenang, garis koordinasi, tingkatan hierarki dalam satu kesatuan yang solid.

Dari definisi yang dikemukakan di atas, ada beberapa hal yang tercakup dalam struktur organisasi, yaitu :

• Pembagian kerja

• Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

• Departementalisasi

• Rentang kendali

• Koordinasi

2. Pembagian kerja adalah rincian serta pengelompokkan aktivitas – aktivitas, tugas – tugas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu atau seorang pejabat tertentu, yang mana dengan sangat jelas terperinci dan terbagankan dalam struktur organisasi yang ada.

3. Profesionalisme adalah suatu bentuk kecakapan dan keandalan (performansi) aparatur dalam menjalankan pekerjan sesuai bidang tugas masing-masing secara responsif dan

bertanggungjawab (akuntabel) dengan tingkat loyalitas yang tinggi sehingga dapat terlaksana dengan mutu baik, cermat dan tepat sesuai tingkat kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya.

4. Struktur organisasi yang digunakan Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota termasuk dalam kategori sederhana agar tingkat koordinasi, rentang kendali dan pengawasan lebih mudah dan utamanya agar perincian dan fungsi tugas lebih terarah yang mana diisi pula oleh pegawai – pegawai yang memiliki pengalaman kerja cukup lama di bidangnya sehingga mampu mencerminkan kesan profesional dalam bekerja karena pegawai tidak bertanya – tanya lagi atau tidak tahu apa yang harus dikerjakan. 5. Kendala – kendala yang tengah dihadapi Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota

adalah keterbatasan personel dimana sumberdaya daya manusia aparatur kelurahan sudah tidak lagi pada usia muda dan fasilitas operasional kerja yang perlu dibenahi. 6. Bahwa ada hal lain yang menjadi titik perhatian masalah dalam pembagian dan

profesionalisme kerja pada struktur organisasi. Tidak hanya perincian tugas yang jelas yang dibarengi oleh pegawai yang handal, tetapi fasilitas operasional kerja juga harus mendukung beserta jumlah sumber daya manusia yang layak antara yang melayani dan yang dilayani. Sebaik apapun pembagian kerja dan sehandal apapun pegawai yang dimiliki bila jumlahnya tiak seimbang dengan pihak yang dilayani dan tidak pula didukung oleh fasilitas operasional kerja yang memadai hal itu akan menjadi formalitas belaka.

7. Apa yang menyebabkan aparatur Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota tetap bertahan dengan formasi saat ini namun tetap berusaha memberikan pelayanan yang baik adalah selain mereka tidak bisa berbuat banyak karena ketentuan dipegang oleh Pemerintah Kota Medan, mereka sudah sangat mencintai pekerjaan mereka, dimana

yang menurut perkiraan saya ditambah dengan motivasi yang berasal dari biaya pengurusan oleh warga sehingga aparatur seolah berlomba untuk mendapatkannya.

6.2. Saran

Saran yang bisa penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Pihak internal (aparatur kelurahan) yakni :

• Kelurahan harus segera memberikan keadaan sebenarnya kepada Pemerintah Kota Medan mengenai kebutuhan akan penambahan personel dan pembenahan fasilitas operasional kerja dan meminta percepatan untuk merealisasikannya, bila perlu diadakan jajak pendapat kepada masyarakat sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pelayanan

• Karena banyaknya tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan tidak berarti membuat hasil pekerjaan tersebut jadi asal jadi untuk mengejar target penyelesaian kerja namun tetap harus mengutamakan kualitas hasil produk layanan.

• Ada beberapa tugas penting kelurahan yang tertinggal seperti gotong royong berkala, siskamling dan kegiatan kolektif masyarakat lainnya. Memang ini menjadi tanggung jawab kepala lingkungan tapi aparatur kelurahan juga pun punya andil di dalamnya. Lagi – lagi kembali pada permasalahan kekurangan personel

• Jangan pernah mematok tarif atau biaya pelayanan, karena tingkat ekonomi masyarakat berbeda – beda kalau pun dipatokkan tarif maka masyarakat miskin harus bebas dari tarif tersebut.

2. Pihak eksternal (masyarakat)

• Ikut mengawasi kinerja kelurahan sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pelayanan yang diberikan kelurahan

• Memberikan saran dan kritik yang membangun

• Menjadi warga yang aktif dan berinisiatif, artinya membantu program kelurahan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh aparatur kelurahan sendiri seperti gotong royong dan siskamling misalnya

• Warga juga tidak selamanya harus menuntut namun bisa juga memberikan sikap – sikap yang bisa menjalin kedekatan seperti mengantarkan makanan bila saat jam makan siang atau lainnya.

DAFTAR PUSTAKA