• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan antara pembagian dan profesionalisme kerja dalam struktur organisas

Di dalam suatu organisasi yang disebut mapan terdapat berbagai tingakatan yang cocok untuk penganalisisan. Kita mulai dari pembagian kerja dengan menganologikan aspek makro dan mikro. Contohnya pada suatu kelurahan bisa mencakup kedua aspek tersebut. Ia disebut makro dalam hubungannya dengan unit – unit di bawahnya (kepala lingkungan). Ia disebut mikro dari keseluruhan Kecamatan, Kabupaten / Kota, Provinsi hingga Pemerintah Pusat.

Ada sebuah model yang bisa dijadikan acuan dalam keterkaitan antara pembagian dan profesionalisme kerja dalam struktur organisasi yang disebut The Seven Ss Model. Kali ini penulis mengambil hasil pengembangan dari perusahaan McKinsey & Company yang membuka sebuah program pelatihan kepemimpinan muda di Jakarta yang pernah penulis ikuti kurun waktu 2009 – 2010. Penulis menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pemaparan model yang dimaksud yang diperoleh dari sebuah situs internet.

Model 7Ss adalah kerangka kerja untuk menganalisis organisasi dan kefektivannya. Terdapat tujuh elemen kunci yang membuat organisasi sukses atau tidak yakni : strategi, struktur, sistem, gaya, keterampilan, staf, dan nilai – nilai bersama. Model 7Ss adalah alat bagi tindakan dan analisis managerial yang menyediakan struktur yang dengan mempertimbangkan perusahaan sebagai suatu keseluruhan sehingga masalah organisasi dapat didiagnosa dan solusi bisa dikembangkan dan diimplementasikan.

Gambar 1.3 The Seven Ss Model Sumber : Mckinsey

1. Shared Values (nilai – nilai bersama), biasanya berupa kepercayaan, pola pikir dan

asumsi yang membentuk bagaimana suatu organisasi berperilaku – budaya korporasi. Nilai – nilai bersama adalah apa yang menimbulkan kepercayaan. Mereka adalah pusat interkoneksi dari model 7Ss. Nilai adalah identitas dimana suatu organisasi dapat dikenal banyak orang. Nilai – nilai harus secara eksplisit dinyatakan baik sebagai tujuan perusahaan dan nilai – nilai individu.

2. Structure (struktur) adalah bagan organisasi dan informasi terkait yang menunjukkan

siapa melapor kepada siapa dan bagaimana tugas-tugas keduanya dibagi dan terpadu. Dengan kata lain, struktur menggambarkan hierarki otoritas dan akuntabilitas dalam sebuah organisasi, cara unit organisasi berhubungan satu sama lain: terpusat, divisi fungsional (top-down), desentralisasi (kecenderungan dalam organisasi yang lebih besar), matriks, jaringan, memegang , dan lainnya. Hubungan ini sering digambarkan di bagan organisasi. Kebanyakan organisasi menggunakan beberapa campuran struktur yang piramida, matriks atau jaringan untuk mencapai tujuan mereka.

3. Strategy (strategi) adalah perencanaan organisasi yang diformulasikan untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan dan seperangkat keputusan dan aksi yang bertujuan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan melalui kompetisi.

4. System (sistem) mendefinisikan aliran kegiatan yang melibatkan operasi harian usaha,

termasuk proses inti dan sistem pendukung. Mereka mengacu pada prosedur, proses, dan rutinitas yang digunakan untuk mengelola organisasi dan mencirikan betapa pentingnya pekerjaan dilakukan.

5. Style (gaya) mengacu pada gaya budaya organisasi, bagaimana manajer kunci

berperilaku untuk mencapai tujuan organisasi dan bagaimana mereka menggunakan perilaku simbolik. Bagaimana mangemen bertindak lebih penting daripada apa yang dikatakan managemen.

6. Staff (staf) mengacu pada jumlah dan tipe personil di bawah organisasi dan

bagaimana perusahaan mengembangkan pegawai dan membentuk nilai dasar.

7. Skill (keterampilan) mengacu pada kemampuan dan kompetensi khas yang dominan

dari personil atau organisasi secara keseluruhan. net/methods75.html. Diakses pada 13 Februari 2011, 23.59 WIB )

Memang model 7Ss banyak digunakan oleh organisasi swasta yang profit oriented sementara kelurahan merupakan contoh organisasi publik yang tidak berorientasi pada hasil tetapi tanpa harus mempermasalahkan apakah organisasi swasta atau organisasi publik yang lebih cocok menggunakan model ini kita bisa melihat bahwa 7 kunci elemen yang dipaparkan memang sudah mewakili semua aspek yang diperlukan organisasi untuk berhasil. Selanjutnya akan dibahas pada analisis data.

Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan bahwa organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi

yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu

pada 2 Desember 2010, 12.18 WIB).

Dari pengertian di atas penulis kembali pada pendapat awal penulis dimana struktur organisasi yang jelas dengan pemahaman yang baik dari setiap pegawai yang ada di dalamnya akan mampu mendorong terciptanya profesionalisme kerja pada organisasi yang menjadi salah satu unsur dalam aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa struktur suatu organisasi menspesifikasi aktivitas-aktivitas kerja. Ditunjukkan pula olehnya bagaimana berbagai fungsi atau aktivitas- aktivitas yang berbeda berkaitan satu sama lain. Hingga tingkat tertentu, ia juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas-aktivitas pekerjaan. Juga ditunjukkan olehnya, hierarki organisasi yang bersangkutan, struktur otoritas, dan hubungan-hubungan atasan- bawahan.

Pembagian kerja dibuat agar gerak roda dari sebuah organisasi berjalan sebagaimana mestinya dan tidak tumpang tindih. Artinya tidak ada suatu bagian yang melaksanakan lebih dari satu tugas bagian yang sebenarnya bukan menjadi tugas bagiannya dan tidak ada pula bagian yang tidak melakukan tugas bagiannya alias datang bekerja sebagai formalitas menandatangani absensi kehadiran kerja. Kemudian seiring telah dipahaminya dan diberlakukannya pembagian kerja tadi terhadap para pegawai maka akan membawa efek yang menuntut agar mereka bisa mahir, terampil, berpengalaman, adaptif, dan kompeten untuk melaksanakan apa yang menjadi deskripsi kerjanya (jobdesc).

Dalam perkembangannya perlu diingat, bahwa profesionalisme mengandung dua unsur, yaitu unsur keahlian dan unsur panggilan, unsur kecakapan teknik dan kematangan etik, unsur akal dan unsur moral. Dan kedua - duanya itulah yang merupakan kebulatan unsur kepemimpinan. Dengan demikian, jika berbicara tentang profesionalisme tidak dapat kita

lepaskan dari masalah kepemimpinan dalam arti yang luas. Sehingga pada akhirnya terdapat pengaruh (influence) pembagian kerja dalam struktur organisasi terhadap profesionalisme kerja. Dari sini maka bisa dilihat konsep organisasi yang menerapkan the right man on the right place doing the right job (orang yang tepat pada posisi yang tepat melakukan pekerjaan

yang tepat pula). Dengan begitu kita bisa melihat bahwa struktur organisasi mempunyai peran dalam mengarahkan pembagian kerja dalam rangka menumbuhkembangkan profesionalisme kerja.