• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient terhadap kinerja auditor

Konflik peran adalah suatu konflik yang timbul dari mekanisasi pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan kemandirian professional. Kondisi tersebut biasanya terjadi karena adanya dua perintah yang berbeda yang diterima secara berbarengan dan pelaksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan terabainya perintah yang lain. Konflik peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku individu, seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi perpindahan, penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan (Zaenal Fanani et al.,

2007:7).

Penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007) mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik

43 yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2003, hasilnya menunjukkan bahwa struktur audit, konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rapina (2008) serta Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006), yaitu konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja.

Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis. Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak hanya ini saja, pandangan baru yang berkembang mengatakan bahwa ada kecerdasan lain di luar kecerdasan intelektual (IQ), seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dan lain-lain yang harus juga dikembangkan (Rissyo Melandy RM dan Nurna Aziza, 2006:5).

Reza Surya (2004:38-39) menguji pengaruh emotional quotient (EQ) terhadap kinerja auditor di kantor akuntan publik, hasil penelitiannya menunjukkan kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor, dimana variabel ketrampilan EQ tidak memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja, variabel kecakapan EQ memiliki pengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja, variabel nilai keyakinan EQ tidak memiliki pengaruh secara signifikan tetapi positif terhadap kinerja. Seluruh rangkaian proses analisis yang telah dilakukan

44 memberikan hasil bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al.

(2007), Reza Surya (2004), Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006), Rissyo Melandy dan Nurna Aziza (2006), serta Rapina (2008), maka hal ini diduga bahwa emotional quotient merupakan variabel moderating antara role conflict dan kinerja auditor. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H1: Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

2. Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient terhadap kinerja auditor

Dyah Sih Rahayu (2002) yang meneliti anteseden dan konsekuensi tekanan peran (role stress) pada auditor independen, hasilnya secara parsial menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan untuk berpindah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007) mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor dengan sampel yang diambil dari Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Timur sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan IAI pada tahun 2003, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Sih Rahayu

45 (2002) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kinerja.

Bashir dan Ramay (2010) melakukan penelitian hubungan antara job stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan mengurangi kinerja individual. Snarey dan Vaillant (1985) dalam Cartwright dan Pappas (2008:159) melaporkan hasil 40 tahun

longitudinal study dari 450 anak laki-laki, menunjukkan bahwa IQ hanya sedikit berhubungan dengan kinerja yang dicapai di tempat kerja saat dewasa. Sebaliknya, kinerja lebih erat dipengaruhi oleh kemampuan mereka untuk menangani frustrasi, kontrol emosi, dan bergaul dengan orang lain.

Jordan et al. (2002) dalam Cartwright dan Pappas juga menyelidiki hubungan antara Emotional Intelligence (EI) dan kinerja dari 44 tim kerja Australia selama sembilan minggu. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa pada minggu-minggu awal, tim yang meiliki EI yang tinggi lebih baik dibandingkan yang memiliki EI yang rendah. Namun, pada sembilan minggu terakhir, tingkat kinerja dari semua tim serupa. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu lebih cepat membentuk tim kerja yang kohesif dan efektif dibandingkan dengan seseorang yang memiliki EI yang rendah.

Di halaman jurnal yang sama (Cartwright dan Pappas, 2008:159), Slaski dan Cartwright (2003) juga menemukan korelasi positif namun tidak

46 signifikan antara EI skor dan pengukuran kinerja dalam kelompok manajerial di sektor ritel Inggris. Namun, pembatasan jangkauan juga dapat menjadi keterbatasan inheren dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Snarey dan Vaillant (1985), Dyah Sih Rahayu (2002), Jordan et al. (2002), Slaski dan Cartwright (2003), serta Bashir dan Ramay (2010), maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

3. Role conflict dan role ambiguity terhadap kinerja auditor

Rapina (2008) melakukan penelitian mengenai hubungan supervisi, tekanan peran (role stress) dengan kinerja dan keinginan berpindah pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta menunjukkan bahwa akuntan yang memiliki ketidakjelasan peran yang tinggi tidak memiliki kinerja yang rendah akan tetapi, akuntan yang mengalami konflik peran yang tinggi memiliki kinerja yang rendah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007) akan tetapi bertolak belakang dengan hasil penelitian Dyah Sih Rahayu (2002). Fogarty et al. (2000) menyatakan bahwa tekanan peran (konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran) memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja secara tidak langsung melalui burnout.

Bashir dan Ramay (2010) melakukan penelitian hubungan antara job stress dan job performance pada karyawan di sektor perbankan Pakistan,

47 hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara job stress dan job performance, yang mana menunjukkan bahwa job stress secara signifikan mengurangi kinerja individual. Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilboa, Shirom, Fried, Cooper (2008) menunjukkan hubungan yang kuat antara konflik peran (role conflict) dan kelebihan peran (role overload) dengan kinerja manajer dari pada

nonmanager serta terdapat korelasi negatif antara ketidakjelasan peran (role ambiguity) terhadap kinerja. Sejalan dengan Gilboa et al., Penelitian yang dilakukan oleh Heni Febriana dan Rossi Sanusi (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konflik peran dan ketidakjelasan peran dengan kinerja.

Role conflict dan role ambiguity mempunyai dampak negatif terhadap kinerja individu yang dikemukakan oleh Patelli (2007) dalam menguji tanggapan perilaku (behavioral responses) untuk rencana insentif individu yang mana diukur dengan banyak pengukuran kinerja. Amilin dan Rosita Dewi (2008) melakukan penelitian atas pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja akuntan publik dengan role stress sebagai variabel moderating. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa konflik peran dan ketidakjelasan peran bukanlah variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Hanya variabel komitmen organisasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al.

48 Rossi Sanusi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al. (2008), Rapina (2008), serta Bashir dan Ramay (2010), maka diduga bahwa role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Sehingga dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap kinerja auditor.

Dokumen terkait