• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta baik KAP kelas kecil, menengah, maupun big four. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi partner, manajer, supervisor, auditor senior, maupun auditor junior yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden, melalui e-mail, atau pos, serta secara tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah Jakarta dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 19 November 2010 hingga 20 Januari 2011.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 28 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 147 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 128 kuesioner atau 87,08%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 19 buah atau

69 memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 30 buah atau 20,41%. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Persentase

1. Jumlah kuesioner yang disebar 147 100%

2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 19 12,92% 3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 30 20,41% 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 98 66,67% Sumber: Data primer yang diolah

Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Kantor Akuntan Publik Kuesioner

dikirim

Kuesioner dikembalikan

1 Drs. Amir Hadyi 8 7

2 Arman Dhani & Rekan 10 10

3 Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (Pusat)

1 1

4 Drs. A. S. Akhmadwijaya 5 3

5 Drs. Basri Hardjosumarto, M.Si, Ak & Rekan (Cab)

5 5

6 Dedy Zeinirwan Santosa 5 5

7 Drs. Eddy Mulia Barus 1 1

8 Eddy Prakarsa Permana & Siddharta 10 10

9 Ekamasni, Bustaman & Rekan (Pusat) 10 10

10 Drs. F. X. Irwan Tanamas & Rekan 3 0

11 Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Pusat) 3 3

12 Drs. Hananta Budianto & Rekan (Pusat) 5 5

13 Hasnil, M. Yasin & Rekan (Pusat) 5 5

70 15 Jamaludin, Aria, Sukimto & Rekan

(Pusat)

5 5

16 Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan (Pusat)

5 5

17 Drs. Kartoyo & Rekan (Pusat) 1 1

18 Rama Wendra (Pusat) 5 4

19 Syarief Basir & Rekan 10 10

20 Tanudiredja, Wibisana & Rekan 2 2

21 Drs. Tasnim Ali Widjanarko & Rekan (Pusat)

5 5

22 Drs. Thalib Daeng Mattemmu 5 5

23 Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja (Pusat)

5 5

24 Tjiendradjaja & Handoko Tomo 10 0

25 Drs. Usman & Rekan (Pusat) 10 10

26 Purwantono, Sarwoko & Sandjaja (Pusat) 1 1

27 Weddie Andriyanto & Rekan (Pusat) 2 2

28 Drs. Wirawan & Rekan 5 3

Total 147 128

Sumber: Data Primer

2. Karakteristik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), baik yang mempunyai Nomor Register Ak maupun tidak, serta pernah melaksanakan pekerjaan di bidang auditing dan telah memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman kerja responden.

71 Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 52 orang atau 53,1% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 46 orang atau 46,9% responden berjenis kelamin perempuan, hal ini dikarena karakteristik profesi auditor yang memerlukan curahan waktu yang lebih banyak dalam pekerjaannya sehingga responden dalam penelitian ini mayoritas laki-laki.

b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir

Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 44 orang atau sebesar 44,9% menduduki posisi sebagai auditor junior. Responden yang menduduki jabatan sebagai auditor senior sebanyak 37 orang atau 37,8%, sedangkan sisanya yaitu supervisor, manajer, dan partner, masing-masing sebesar 9, 6, dan 2 orang atau sekitar 9,2%, 6,1%, dan 2,0%. Hal tersebut mungkin dikarenakan semakin tinggi jabatan auditor di

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 52 53.1 53.1 53.1 Perempuan 46 46.9 46.9 100.0 Total 98 100.0 100.0

72 Tabel 4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Partner 2 2.0 2.0 2.0 Manajer 6 6.1 6.1 8.2 Supervisor 9 9.2 9.2 17.3 Auditor Senior 37 37.8 37.8 55.1 Auditor Junior 44 44.9 44.9 100.0 Total 98 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 4.5 menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid D3 6 6.1 6.1 6.1 S1 82 83.7 83.7 89.8 S2 10 10.2 10.2 100.0 Total 98 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir Strata Satu (S1) dengan jumlah 82 responden atau 83,7%. Sisanya sebesar 10,2% atau sebanyak 10 orang

73 direkrut menjadi akuntan publik minimal Strata Satu (S1).

d. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja

Berikut ini adalah hasil uji responden berdasarkan pengalaman kerja Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 tahun 63 64.3 64.3 64.3

>3 tahun 35 35.7 35.7 100.0

Total 98 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden (sebanyak 64,3%) atau sekitar 63 auditor memiliki pengalaman bekerja 1-3 tahun dan sisaya 35,7% atau sekitar 35 auditor memiliki pengalaman di atas 3 tahun.

e. Deskripsi responden berdasarkan usia

Tabel 4.7 menunjukkan responden yang bekerja pada kantor akuntan publik sebesar 1% diantaranya berusia 21, 28, 31, 32, 33, 35, 39, 45, 46, dan 60 tahun, sedangkan yang berusia 34, 37, 40, dan 43 tahun sebanyak 2%. responden yang berusia 22 dan 36 tahun sebanyak 3,1%, yang berusia 29 dan 30 tahun sebanyak 4,1%, yang berusia 27 tahun sebanyak 7,1%, berusia 23 tahun 10,2%. Mayoritas responden yang bekerja pada kantor akuntan publik berusia 24 tahun atau 15,3%,

74 mayoritas berusia relatif muda.

Tabel 4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Sumber: Data primer yang diolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 21 1 1.0 1.0 1.0 22 3 3.1 3.1 4.1 23 10 10.2 10.2 14.3 24 15 15.3 15.3 29.6 25 18 18.4 18.4 48.0 26 16 16.3 16.3 64.3 27 7 7.1 7.1 71.4 28 1 1.0 1.0 72.4 29 4 4.1 4.1 76.5 30 4 4.1 4.1 80.6 31 1 1.0 1.0 81.6 32 1 1.0 1.0 82.7 33 1 1.0 1.0 83.7 34 2 2.0 2.0 85.7 35 1 1.0 1.0 86.7 36 3 3.1 3.1 89.8 37 2 2.0 2.0 91.8 39 1 1.0 1.0 92.9 40 2 2.0 2.0 94.9 43 2 2.0 2.0 96.9 45 1 1.0 1.0 98.0 46 1 1.0 1.0 99.0 60 1 1.0 1.0 100.0 Total 98 100.0 100.0

75

conflict, role ambiguity, emotional quotient dan kinerja auditor akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.8

Tabel 4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TRC 98 9 27 15.66 3.343

TRA 98 6 21 12.57 2.893

TEQ 98 35 63 51.01 5.748

TK 98 14 32 24.54 3.395

Valid N (listwise) 98 Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel role conflict jawaban minimum responden sebesar 9 dan maksimum sebesar 27, dengan rata-rata total jawaban 15,66 dan standar deviasi sebesar 3,343. Variabel role ambiguity jawaban minimum responden sebesar 6 dan maksimum sebesar 21, dengan rata-rata total jawaban 12,57 dan standar deviasi sebesar 2,893. Pada emotional quotient minimum jawaban responden sebesar 35 dan maksimum sebesar 63, dengan rata-rata total jawaban 51,01 dan standar deviasi sebesar 5,748. Sedangkan, pada variabel kinerja auditor jawaban minimum responden sebesar 14 dan maksimum sebesar 32, dengan rata-rata total jawaban 24,54 dan standar deviasi sebesar 3,395. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel role conflict, role ambiguity, dan

76 a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

Pearson Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu role conflict

(RC), role ambiguity (RA), emotional quotient (EQ), dan kinerja auditor (K), dengan 98 sampel responden.

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Role Conflict Nomor Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan 1 (RC1) 0,495** 0,000 Valid 2 (RC2) 0,672** 0,000 Valid 3 (RC3) 0,689** 0,000 Valid 4 (RC4) 0,593** 0,000 Valid 5 (RC5) 0,574** 0,000 Valid 6 (RC6) 0,635** 0,000 Valid 7 (RC7) 0,717** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.9 menunjukkan variabel role conflict mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

77 8 (RA1) 0,678** 0,000 Valid 9 (RA2) 0,655** 0,000 Valid 10 (RA3) 0,728** 0,000 Valid 11 (RA4) 0,625** 0,000 Valid 12 (RA5) 0,761** 0,000 Valid 13 (RA6) 0,642** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.10 menunjukkan variabel role ambiguity mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.11

Hasil Uji Validitas Emotional Quotient Nomor Butir Pertanyaan Pearson Corelation Sig (2-Tailed) Keterangan 14 (EQ1) 0,552** 0,000 Valid 15 (EQ2) 0,728** 0,000 Valid 16 (EQ3) 0,525** 0,000 Valid 17 (EQ4) 0,627** 0,000 Valid 18 (EQ5) 0,551** 0,000 Valid 19 (EQ6) 0,584** 0,000 Valid 20 (EQ7) 0,475** 0,000 Valid 21 (EQ8) 0,582** 0,000 Valid 22 (EQ9) 0,528** 0,000 Valid 23 (EQ10) 0,682** 0,000 Valid 24 (EQ11) 0,407** 0,000 Valid 25 (EQ12) 0,597** 0,000 Valid 26 (EQ13) 0,656** 0,000 Valid 27 (EQ14) 0,686** 0,000 Valid

Tabel 4.11 menunjukkan variabel emotional quotient

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

78 29 (K2) 0,739** 0,000 Valid 30 (K3) 0,695** 0,000 Valid 31 (K4) 0,687** 0,000 Valid 32 (K5) 0,680** 0,000 Valid 33 (K6) 0,725** 0,000 Valid 34 (K7) 0,416** 0,000 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.12 menunjukkan variabel kinerja auditor mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,6. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk delapan variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.13 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan

Role Conflict 0,743 Reliabel

Role Ambiguity 0,771 Reliabel

Emotional Quotient 0,852 Reliabel

Kinerja Auditor 0,795 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel

role conflict sebesar 0,743, role ambiguity sebesar 0,771, emotional quotient sebesar 0,852, dan kinerja auditor sebesar 0,795. Dengan

79 akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Multikolonieritas

Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.

Tabel 4.14

Hasil Uji Multikolonieritas

Berdasarkan tabel 4.14 diatas terlihat bahwa nilai tolerance

mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance

untuk role conflict dan emotional quotient sebesar 0,783 serta VIF 1,277. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 32.343 1.687 19.172 .000

TRC -.272 .106 -.268 -2.570 .012 .783 1.277 TRA -.281 .123 -.240 -2.294 .024 .783 1.277 a. Dependent Variable: TK

80 Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Sumber: Data primer yang diolah Gambar 4.1

81 Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians

82 Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi kinerja auditor berdasarkan variabel yang mempengaruhinya, yaitu

83 Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (Imam Ghozali, 2009:200).

1) Interaksi Antara Role Conflict (X1) dengan Emotional Quotient (X3) Mempengaruhi Kinerja Auditor (Y)

a) Uji koefisien determinasi

Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi untuk variabel Y , X1, X3, dan.

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, dan X3

Sumber: Data Primer yang diolah

Tabel 4.15 menunjukkan variasi role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC dapat menjelaskan 76% variasi kinerja auditor. Sisanya 24% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .876a .768 .760 1.663

84 Tabel 4.16

Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, dan X3

Tabel di atas menunjukkan nilai F hitung sebesar 103,465 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Kinerja Auditor, atau dapat dikatakan bahwa variabel role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC secara secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja auditor.

c) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC secara individual berpengaruh terhadap variabel kinerja auditor. Variabel moderasi TRC yang merupakan interaksi antara role conflict dengan emotional quotient mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,027. Hal ini

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 858.384 3 286.128 103.465 .000a

Residual 259.953 94 2.765

Total 1118.337 97

a. Predictors: (Constant), moderasi_TRC, TEQ, TRC b. Dependent Variable: TK

85 Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X1, dan X3

Berdasarkan tabel 4.17 maka dapat diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = Role Conflict

X3 = Emotional Quotient

X1X3 = Variabel perkalian antara role conflict dengan emotional quotient yang menggambarkan pengaruh variabel moderating emotional quotient terhadap hubungan role conflict dengan kinerja auditor

Y = Kinerja Auditor Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.201 6.059 1.518 .132 TRC -.779 .378 -.767 -2.060 .042 TEQ .275 .118 .466 2.329 .022 moderasi_TRC .017 .008 .729 2.240 .027 a. Dependent Variable: TK

Sumber: Data primer yang diolah

86 Berikut ini disajikan hasil uji koefisien determinasi variabel Y, X2, dan X3.

Tabel 4.18

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X2, dan X3

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .872a .760 .753 1.689

a. Predictors: (Constant), moderasi_TRA, TEQ, TRA Sumber: Data primer yang diolah

Tabel 4.18 menunjukkan besarnya adjusted R2 sebesar 0,753, hal ini berarti 75,3% variasi kinerja auditor yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen role ambiguity, emotional quotient, dan moderasi TRA. Sedangkan sisanya 24,7% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

b) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.19 berikut ini menunjukkan hasil uji statistik F terhadap variabel Y, X2, dan X3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel role ambiguity, emotional quotient, dan moderasi TRA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Auditor.

87 Sumber: Data primer yang diolah

c) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Tabel 4.20 berikut ini disajikan hasil uji statistik t terhadap variabel Y, X2, dan X3.

Tabel 4.20

Hasil Uji Statistik t Variabel Y, X2, dan X3

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel moderasi role ambiguity (moderasi_TRA) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,354. Hal ini berarti menolak H2 sehingga dapat dikatakan emotional quotient tidak bisa menjadi variabel moderating antara role ambiguity dan kinerja auditor.

1 Regression 850.335 3 283.445 99.417 .000a

Residual 268.001 94 2.851

Total 1118.337 97

a. Predictors: (Constant), moderasi_TRA, TEQ, TRA b. Dependent Variable: TK Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .526 5.507 .095 .924 TRA -.277 .411 -.236 -.674 .502 TEQ .445 .105 .753 4.235 .000 moderasi_TRA .008 .008 .283 .931 .354 a. Dependent Variable: TK

88 Keterangan:

X2 = Role Ambiguity

X3 = Emotional Quotient

X2X3 = Variabel perkalian antara role ambiguity dengan

emotional quotient yang menggambarkan pengaruh variabel moderating emotional quotient terhadap hubungan role ambiguity dengan kinerja auditor

Y = Kinerja Auditor b. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda

3) Role Conflict (X1) dan Role Ambiguity (X2) Secara Simultan dan Signifikan Berpengaruh Terhadap Kinerja Auditor (Y)

a) Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.21 menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel Y, X1, dan X2.

Tabel 4.21

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Variabel Y, X1, X2

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .435a .189 .172 3.089

a. Predictors: (Constant), TRA, TRC Sumber: Data primer yang diolah

89

ambiguity hanya bisa menjelaskan 17,2% variasi variabel Kinerja Auditor. Sedangkan sisanya, yaitu 82,8% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

b) Hasil Uji Statistik F

Berikut ini disajikan hasil uji statistik F terhadap variabel Y, X1, dan X2.

Tabel 4.22

Hasil Uji Statistik F Variabel Y, X1, X2

Tabel 4.22 memperlihatkan nilai Sig hasil uji F sebesar 0,000, hal ini berarti menerima H3 sehingga dapat disimpulkan bahwa role conflict dan role ambiguity secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Auditor.

ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 211.564 2 105.782 11.082 .000a Residual 906.773 95 9.545 Total 1118.337 97

a. Predictors: (Constant), TRA, TRC b. Dependent Variable: TK

90 Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa variasi variabel role conflict,

emotional quotient, dan moderasi TRC mampu menjelaskan 76% variasi variabel kinerja auditor. Role conflict, emotional quotient, dan moderasi TRC secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara Individual ketiga variabel tersebut juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Variabel moderasi TRC menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,027<0,05, hal ini menandakan bahwa emotional quotient bisa menjadi variabel moderating antara role conflict dan kinerja auditor.

Emotional quotient dapat membantu auditor saat dihadapkan pada tekanan atau tuntutan yang diberikan oleh peran-peran yang dimiliki auditor tersebut dalam mencapai kinerjanya. Konflik peran yang merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh auditor yang timbul karena adanya dua rangkaian tuntutan yang bertentangan sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman dalam bekerja, secara potensial bisa menurunkan motivasi kerja sehingga bisa menurunkan kinerja secara keseluruhan, akan tetapi, melalui pengelolaan emosional yang baik, kinerja auditor akan tetap stabil dan tetap terjaga, sehingga auditor akan tetap tangguh, mampu bertahan dalam berbagai situasi konflik yang terjadi, dan memiliki hubungan antar pribadi dengan baik.

91 (2004) yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerjanya.

2. Pengaruh interaksi antara role ambiguity dengan emotional quotient

terhadap kinerja auditor.

Analisis uji interaksi role ambiguity, emotional quotient, dan moderasi TRA mampu menjelaskan 75,3% variasi variabel kinerja auditor. Penelitian ini menunjukkan bahwa emotional quotient bukanlah variabel moderating antara role ambiguity dengan kinerja auditor karena tingkat signifikansi moderasi TRA sebesar 0,354.

Ketidakjelasan peran cenderung dialami oleh akuntan senior yang telah sering melakukan audit, sehingga walaupun mereka mengalami Ketidakjelasan peran namun dapat mengatasinya dengan pengalaman dan kemampuan yang cukup, sehingga masih dapat mencapai kinerja yang tinggi (Viator, 2001 dalam Zaenal Fanani et al., 2007:13-14). Berdasarkan hasil temuan Viator (2001), sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini ditolaknya hipotesis diduga karena responden penelitian ini memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun, sehingga dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada, auditor yang mengalami role ambiguity masih dapat mencapai kinerja yang tinggi dengan menggunakan kecerdasan intelektual yang tinggi, seperti yang kita ketahui, kecerdasan manusia terbagi menjadi

92 peran, namun mereka dapat mengatasinya dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Reza Surya (2004) yang menyatakan bahwa emotional quotient berpengaruh terhadap kinerja auditor, dan penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2002) yang menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kepuasan kerja, kinerja, dan keinginan untuk berpindah serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Fogarty et al. (2000), Bashir dan Ramay (2010), Gilboa et al. (2008), Heni dan Rossi (2006), serta Patelli (2007). Akan tetapi, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zaenal Fanani et al. (2007) dan Rapina (2008) yang menyatakan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.

3. Pengaruh role conflict dan role ambiguity terhadap kinerja auditor.

Hasil uji hipotesis H3 menunjukkan bahwa role conflict dan role ambiguity secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan bahwa apabila konflik peran dan ketidakjelasan peran dihadapkan pada auditor, maka hal itu akan sangat mengancam kinerja auditor. Kinerja auditor akan menurun jika secara terus menerus auditor dihadapkan oleh konflik dan ketidakjelasan dalam menjalankan perannya.

93 oleh Dyah (2002) yang menunjukkan bahwa ketidakjelasan peran berhubungan dengan kinerja auditor, penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Fogarty et al. (2000), Heni dan Rossi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al. (2008), serta Bashir dan Ramay (2010).

94 A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh role stress terhadap kinerja auditor dengan emotional quotient sebagai variabel moderating. Responden penelitian ini berjumlah 98 auditor yang bekerja di 28 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta dan berdasarkan Directory

KAP yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tahun 2010. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi moderate uji interaksi dan regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Interaksi antara role conflict dengan emotional quotient berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Auditor. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi variabel moderating sebesar 0,027. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Fogarty et al. (2000), Heni dan Rossi (2006), Zaenal Fanani et al. (2007), Patelli (2007), Rapina (2008), Gilboa et al. (2008), serta Bashir dan Ramay (2010) yang menyatakan bahwa konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja, juga mendukung penelitian Reza Surya (2004) yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi seorang auditor berpengaruh terhadap kinerjanya. Akan tetapi bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2002).

95 konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zaenal Fanani (2007) dan Rapina (2008) tetapi tidak konsisten dengan penelitian Dyah (2002), Fogarty et al. (2000), Reza Surya (2004), Bashir dan Ramay (2010), Gilboa et al. (2008), Heni dan Rossi (2006), serta Patelli (2007). 3. Role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan

signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini mendukung hasil temuan yang dilakukan oleh Fogarty et al. (2000), Heni dan Rossi (2006), Patelli (2007), Gilboa et al. (2008), serta Bashir dan Ramay (2010).

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, menunjukkan bahwa variabel role conflict dan role ambiguity berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja auditor. Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor rentan menghadapi tekanan dalam menjalankan perannya, dimana efek potensial dari konflik peran dan ketidakjelasan peran sangatlah rawan, baik bagi individual maupun organisasi dalam pengertian emosional seperti tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan pekerjaan, kepuasan kerja, dan kinerja yang lebih rendah. Seorang auditor yang mengalami ketidakjelasan peran akan mengalami kecemasan, menjadi tidak puas, dan

96 bisa menurunkan motivasi kerja karena mempunyai dampak negatif terhadap perilaku individu, seperti timbulnya ketegangan kerja, banyaknya terjadi perpindahan, penurunan kepuasan kerja sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan akan tetapi, penurunan motivasi kerja yang mempunyai dampak negatif kepada individu sehingga dapat menurunkan kinerja auditor akan tidak terpengaruh jika auditor memiliki kemampuan untuk mengatur emosi (kecerdasan emosional) yang tinggi, sehingga auditor akan tetap tangguh, mampu bertahan dalam berbagai situasi, kreatif, dan memiliki hubungan antar pribadi dengan baik.

Kemampuan seorang auditor untuk mengatur emosinya merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama bagi auditor eksternal, bukan hanya kemampuan intelektualnya saja, karena orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, mampu membuat keputusan yang baik walaupun

Dokumen terkait