• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menganalisis segmentasi pengunjung di Wana Wisata Curug

Cilember menggunakan metode CHAID. Sementara penelitian-penelitian sebelumnya tentang segmentasi pasar menggunakan alat analisis Cluster

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola Wana Wisata Curug

Cilember menentukan target pasar dan merancang strategi pemasaran berdasarkan

segmentasi pengunjung yang diperoleh dari hasil penelitian ini.

Metode CHAID (Chi-Square Automatic Interaction Detection) dapat menangani pengelompokan data berdasarkan karakteristik peubah penjelas,

interaksi peubah-peubah penjelas, atau peubah respon yang berskala ordinal atau

nominal yang tidak dapat dilakukan dengan metode analisis Cluster. Metode

CHAID merupakan salah satu alternatif metode eksploratif untuk melihat dan memilih faktor-faktor yang berpengaruh signifikan antara peubah respon dengan

peubah-peubah penjelas. Kelebihan lain metode ini adalah tampilan grafis berupa

penjelas sehingga mudah untuk diinterpretasikan. Riset-riset pemasaran sering

menggunakan metode ini untuk melakukan segmentasi pasar.

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

menggunakan metodeCHAID, penelitian yang dilakukan berbeda dari segi obyek, dimana obyek penelitian adalah pengunjung Wana Wisata Curug Cilember,

III KERANGKA PEMIKIRAN

3. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3. 1. 1 Perilaku Konsumen

Menurut (Engel et al, 1995) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang

dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Perilaku konsumen menurut Kotler (2002) merupakan cara individu, kelompok,

dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa,

gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan akan barang dan jasa.

Selanjutnya Umar (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen terbagi

menjadi perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak. Variabel-variabel

perilaku yang tampak antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena

siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Variabel

perilaku yang tidak tampak adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan

perasaan kepemilikan konsumen.

3. 1. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Kotler (2002) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen

dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor

budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Menurut (Engel

et al, 1995) Pengambilan keputusan oleh konsumen ditentukan oleh tiga determinan yaitu: (1) pengaruh lingkungan; (2) perbedaan individu; dan (3) proses

psikologis. Pengambilan keputusan oleh konsumen ini akan berdampak pada jenis

dan bentuk bauran pemasaran yang dipilih oleh pemasar. Hal ini diperlihatkan

Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen (Engel et al, 1995)

3. 1. 3 Perilaku Pascapembelian

Kotler (2002) menyatakan bahwa tugas pemasar tidak berhenti setelah

penjualan terjadi melainkan berlanjut pada tahap pemantauan perilaku konsumen

pascapembelian. Menurut Engel et al (1995) pembeli akan melakukan evaluasi alternatif seperti halnya sebelum pembelian. Keadaan setelah pembelian ini akan

menimbulkan dampak apakah pembeli bersangkutan puas atau tidak puas terhadap

transaksi yang telah dilakukan.

Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli

atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut.

Pelanggan akan merasa kecewa jika kinerja produk lebih rendah dari harapan,

pelanggan akan merasa puas jika kinerja produk sesuai harapan, bahkan jika

kinerja produk melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas.

menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain. Konsumen

membentuk harapan berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan

sumber-sumber informasi yang lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan

kosumen dengan kinerja suatu produk maka semakin besar pula ketidakpuasan

konsumen (Kotler, 2002).

Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara

ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan

upaya untuk menuntut ganti rugi. Ini berarti bahwa upaya mempertahankan

pelanggan menjadi bagian yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Pemasar

dapat melakukan beberapa taktik, seperti: menciptakan harapan yang realistis,

memastikan bahwa kualitas barang dan jasa memenuhi harapan, memberikan

garansi, dan menanggapi ketidakpuasan pelanggan secara langsung dengan

respons yang cepat dan tepat (Engelet al, 1995).

3. 1. 4 Loyalitas Konsumen

Pemasar berharap konsumen akan melakukan pembelian ulang jika merasa

puas terhadap suatu produk. Kepuasan terhadap suatu produk akan menuntun

konsumen ke arah loyalitas terhadap suatu produk atau merek. Pelanggan yang

loyal akan menguntungkan pemasar dalam berbagai aspek pemasaran.

Menurut Griffin (1995) loyalitas konsumen merupakan komitmen yang

kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap

barang dan jasa yang disukai secara konsisten dalam jangka panjang serta tidak

terpengaruh oleh situasi dan pemasaran produk-produk lain yang berusaha

mengalihkan konsumen untuk membeli produk-produk lain tersebut. Sedang

keterkaitan pelanggan terhadap sebuah merek yang dapat memberikan gambaran

tentang tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek lain. Apabila

loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat maka pelanggan tersebut

akan melanjutkan pembelian merek yang bersangkutan.

3. 1. 5 Tingkatan Loyalitas Konsumen

Menutur Durianto et al (2003) loyalitas merek memiliki beberapa tingkatan, di mana pada masing-masing tingkatan menunjukkan tantangan yang

harus dihadapi pemasar sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.

1. Switcher (Pembeli yang berpindah-pindah)

Pelanggan pada tingkatan ini sangat mudah memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lain. Ciri utama pelanggan ini adalah mereka

melakukan pembelian karena harga murah.

2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli pada tingkatan ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

produk yang mereka konsumsi atau setidaknya pembeli tidak mengalami ketidakpuasan terhadap produk tersebut. Ciri konsumen pada tingkatan ini

adalah menbeli produk hanya berdasarkan kebiasan pembelian selama ini.

3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pelanggan pada tingkatan ini merasa puas dengan suatu produk tapi bisa saja

memindahkan pembeliannya pada produk lain dengan menanggung biaya

peralihan (switching cost). Pemindahan ini berkaitan dengan waktu, uang, atau risiko kinerja yang melekat dengan tindakan pelanggan beralih merek.

4. Likes the Brand (Pembeli yang menyukai merek)

Pembeli yang masuk pada tingkatan loyalitas ini benar-benar menyukai suatu

suka pembeli bisa didasari oleh rangkaian pengalaman dalam penggunaan

produk yang bersangkutan.

5. Commited Buyer (Pembeli yang komit)

Pelanggan pada tahap ini merupakan pelanggan setia yang memiliki

kebanggaan sebagai pengguna suatu merek. Merek tersebut bisa sangat

penting bagi pelanggan baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ungkapan

ekspresi diri. Salah satu ciri pelanggan pada tingkatan ini merekomendasikan

dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

3. 1. 6 Segmentasi Pasar

Kotler (2002) menyatakan bahwa segmen pasar terdiri dari kelompok

besar yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar dengan keinginan, daya beli,

lokasi geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembelian yang serupa.

Kasali (1998) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai proses

mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok konsumen

potensial yang memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau kesamaan karakter yang

memiliki respons yang sama dalam membelanjakan uang. Menurut Engel et al

(1995) segmentasi pasar merupakan prosedur di mana sebuah pasar dibagi

menjadi kelompok atau himpunan bagian bermakna yang pantas mendapatkan

pendekatan pemasaran yang terpisah.

Menurut Kotler (2002), perusahaan sekarang lebih banyak memanfaatkan

pemasaran sasaran yang mengharuskan pemasar melakukan tiga langkah utama:

1. Mengidentifikasi dan memilah kelompok pembeli ( segmentasi pasar)

2. Memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki (pembidikan pasar)

3. Membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan

Kasali (1998) menyebutkan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh

dengan melakukan segmentasi pasar adalah sebagai berikut:

1. Mendesain produk-produk yang lebih responsif terhadap perubahan pasar.

2. Menganalisis pasar.

3. Menentukan peluang.

4. Menguasai posisi yang superior dan kompetitif.

5. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien.

3. 1. 6. 1 Tingkat Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan

pemasaran perusahaan. Titik awal dari pembahasan segmentasi adalah pemasaran

masal. Peningkatan jumlah media iklan dan saluran distribusi menyebabkan

kesulitan untuk mempraktekkan pemasaran masal sehingga menyebabkan

perusahaan beralih dari pemasaran masal ke pemasaran mikro pada satu dari

empat tingkat berikut ini (Kotler, 2002):

1. Pemasaran Segmen

Pemasaran segmen membuat perusahaan dapat menciptakan penawaran

produk atau jasa yang lebih selaras dan mengenakan harga yang pantas bagi

kelompok sasaran tertentu. Pemilihan saluran distribusi dan saluran komunikasi

menjadi jauh lebih mudah dan mungkin menghadapi pesaing yang lebih sedikit

dalam segmentasi tertentu.

2. Pemasaran Relung

Relung (niche) adalah kelompok yang didefinisikan secara lebih spesifik, khususnya pasar kecil yang kebutuhannya tidak dilayani dengan baik. Pemasar

sub-segmen atau dengan mendefinisikan sebuah kelompok yang mencari

gabungan manfaat khusus yang berbeda dengan yang dicari oleh kelompok lain.

Contohnya, segmen perokok berat mencakup mereka yang berusaha untuk

berhenti merokok dan mereka yang tidak peduli.

Relung yang menarik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pelanggan di

relung itu memiliki kumpulan kebutuhan yang benar-benar berbeda; mereka

bersedia membayar harga tambahan kepada perusahaan yang paling memuaskan

kebutuhan mereka; relung itu tidak mungkin menarik pesaing lain; perusahaan

pengisi relung mendapatkan penghematan tertentu melalui spesialisasi; dan relung

memiliki ukuran, laba, serta potensi pertumbuhan yang memadai.

3. Pemasaran Lokal

Pemasaran sasaran menghasilkan program pemasaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan keinginan kelompok pelanggan lokal (wilayah

perdagangan, lingkungan sekitar, bahkan toko individual).

4. Pemasaran Individual

Tingkat segmentasi tertinggi mengarah pada segmen tunggal, pemasaran

sesuai pesanan (customized marketing), atau pemasaran satu lawan satu. Selama berabad-abad konsumen dilayani sebagai individu. Tukang jahit membuat

pakaian, tukang sepatu merancang sepatu untuk perseorangan. Kebanyakan

pemasaran bisnis ke bisnis saat ini dibuat sesuai pesanan, di mana perusahaan

manufaktur akan menyesuaikan penawaran, logistik, dan persyaratan keuangan

bagi masing-masing pelanggan. Teknologi baru memungkinkan perusahaan

mempertimbangkan untuk kembali ke pemasaran sesuai pesanan, atau apa yang

3. 1. 6. 2 Prosedur Segmentasi Pasar

Tiga langkah untuk mengidentifikasi segmen pasar: survei, analisis, dan

pembentukan profil (Kotler, 2002)

1. Tahap Survei

Periset melakukan wawancara untuk mencari penjelasan dan membentuk

kelompok fokus agar didapatkan pemahaman atas motivasi, sikap dan perilaku

konsumen. Selanjutnya, periset menyiapkan kuesioner resmi untuk

mengumpulkan data mengenai atribut dan peringkat kepentingan atribut tersebut;

kesadaran merek dan peringkat merek; pola-pola pemakaian produk; sikap

terhadap kategori produk; kondisi demografis, geografis, psikografis, dan

mediagrafis responden.

2. Tahap Analisis

Periset menerapkan analisis faktor terhadap data tersebut untuk membuang

variabel-variabel yang berkorelasi tinggi, kemudian periset menerapkan analisis

kelompok untuk menghasilkan jumlah segmen yang berbeda scara maksimum.

3. Tahap Pembentukan

Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan sikap, perilaku,

demografis, psikografis, dan pola media.

3. 1. 6. 3 Dasar Segmentasi Pasar Konsumen

Dasar (basis) segmentasi pasar yang digunakan oleh para pemasar adalah

sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografis

rumah tangga. Perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau

sedikit wilayah geografis atau beroperasi dalam seluruh wilayah tetapi

memberikan perhatian pada variasi lokal (Kotler, 2002).

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis membagi pasar menjadi kelompok-kelompok

berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus

hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,

generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. Variabel-variabel demografis

merupakan dasar yang paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok

pelanggan. Satu alasan adalah bahwa keinginan, preferensi, dan tingkat

pemakaian konsumen sering sangat berhubungan dengan variabel-variabel

demografis. Alasan lain adalah bahwa variabel-variabel demografis lebih mudah

diukur dibandingkan sebagian besar variabel lain(Kotler, 2002).

3. Segmentasi Psikografis

Menurut Kotler (2002) segmentasi psikografis membagi kelompok

pembeli menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau

kepribadian akan nilai. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini serta menggambarkan bagaimana

seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Orang-orang yang dalam kelompok

demografis yang sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda.

Sedangkan Engelet al (1995) menyatakan bahwa psikografi adalah teknik utama yang digunakan oeh peneliti konsumen sebagai ukuran operasional dari gaya

hidup dan sering disinonimkan sebagai pengukuranAIO (Activities atau Aktivitas,

4. Segmentasi Perilaku

Pembeli dalam segmentasi perilaku dikelompokkan berdasarkan

pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan terhadap suatu produk. Banyak

pemasar yakin bahwa variabel perilaku, seperti : kejadian, manfaat, status

pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli, dan sikap

merupakan titik awal terbaik dalam membentuk segmen pasar (Kotler, 2002).

3. 1. 6. 4 Segmentasi yang Efektif

Kotler (2002) menyatakan bahwa segmentasi yang berguna haruslah:

§ Dapat diukur: Daya beli dan profil segmen dapat diukur.

§ Besar: Suatu segmen harus merupakan kelompok homogen terbesar dalam artian besar pasarnya sehingga menjamin kontinuitas produksi sesuai harga

yang bersedia dibayar konsumen.

§ Dapat diakses: Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif baik secara fisik (distribusi) maupun nonfisik (komunikasi, promosi).

§ Dapat dibedakan: Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah-pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program

bauran pemasaran yang berbeda.

§ Dapat diambil tindakan: Sejauh mana program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.

3. 1. 7 Penetapan Pasar Sasaran

Identifikasi perusahaan terhadap peluang-peluang segmen pasar yang ada,

mengharuskan perusahaan tersebut mengevaluasi beragam segmen dan

3. 1. 7. 1 Mengevaluasi Segmen Pasar

Perusahaan harus memperhatikan dua faktor dalam mengevaluasi segmen

pasar yang berbeda. Pertama, karakteristik yang membuat suatu segmen potensial

terlihat menarik sehingga perlu dipertanyakan dalam hal ukuran, pertumbuhan,

profitabilitas, skala ekonomis, dan risiko yang rendah. Kedua, pertimbangan

investasi perusahaan di segmen tersebut harus diselaraskan dengan tujuan dan

sumber daya perusahaan sehingga hasilnya bisa menguntungkan (Kotler, 2002).

3. 1. 7. 2 Memilih Segmen Pasar

Kotler (2002) menyatakan ada lima pola pemilihan pasar sasaran yang

dapat dipertimbangkan perusahaan:

1. Konsentrasi Segmen Tunggal

Perusahaan bisa memilih sebuah segmen tunggal, kemudian berusaha

mendapatkan pengetahuan yang kuat tentang kebutuhan segmen dan meraih posisi

pasar yang kuat di segmen tersebut. Perusahaan menikmati operasi yang ekonomis

melalui spesialisasi produk, distribusi, dan promosi. Tingkat pengembalian

investasi yang tinggi juga dihasilkan perusahaan jika menjadi pemimpin pasar di

segmen tersebut.

2. Spesialisasi Selektif

Perusahaan memilih sejumlah segmen yang secara obyektif menarik dan

memadai. Segmen-segmen tersebut bisa saja sedikit atau tidak saling bersinergi

satu sama lain, namun masing-masing segmen berpotensi sebagai penghasil uang.

Strategi cakupan multi-segmen dapat diterapkan untuk menarik segmen-segmen

3. Spesialisasi Produk

Perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk tertentu yang

dijual ke beberapa segmen. Contoh, perusahaan manufaktur mikroskop menjual

mikroskop yang berbeda ke laboratorium universitas, laboratorium pemerintah,

dan laboratorium komersil, tapi tidak meproduksi produk lain yang berhubungan

dengan laboratorium. Melalui strategi spesialisai produk, perusahaan membangun

reputasi yang kuat di bidang produk tertentu. Risiko yang tidak menguntungkan

adalah produk yang dibuat perusahaan mungkin digantikan oleh teknologi yang

benar-benar baru.

4. Spesialisasi Pasar

Perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu

kelompok pelanggan tertentu. Contoh, perusahaan yang menjual

bermacam-macam produk ke laboratorium universitas yang terdiri dari mikroskop, pembakar

bunsen, labu kimia, dan lain-lain. Perusahaan mendapatkan reputasi yang kuat

dengan mengkhususkan diri dalam melayani kelompok pelanggan tertentu dan

menjadi saluran pemasaran bagi semua produk baru yang mungkin digunakan

oleh kelompok pelanggan tersebut. Risiko yang tidak menguntungkan adalah

mungkin kelompok pelanggan tersebut harus memotong anggaran mereka.

5. Cakupan Seluruh Pasar

Perusahaan yang memilih cakupan seluruh pasar akan berusaha melayani

berbagai kebutuhan dari semua kelompok pelanggan. Pemenuhan kebutuhan

semua segmen di suatu pasar akan membutuhkan sumber daya yang sangat besar

3. 1. 7. 3 Strategi Pemasaran pada Pasar Sasaran

Pemasar dapat melakukan tiga pemasaran setelah segmentasi pasar

dilakukan (Kotler, 2002):

1. Pemasaran Terkonsentrasi

Fokus utama dalam pemasaran terkonsentrasi adalah melayani satu

segmen. Tapi, risiko yang dihadapi di pemasaran terkonsentrasi juga tinggi, bisa

saja kebutuhan segmen tiba-tiba berubah atau ada pesaing yang ikut berkompetisi

dalam melayani segmen tersebut. Dengan alasan itu, banyak perusahaan

beroperasi di lebih dari satu segmen.

2. Pemasaran Terdiferensiasi

Pemasaran yang terdiferensiasi beroperasi di beberapa segmen pasar dan

merancang program yang berbeda bagi masing-masing segmen.

3. Pemasaran yang Tidak Terdiferensiasi

Pemasaran yang tidak terdiferensiasi mengabaikan perbedaan segmen

pasar dan meraih seluruh pasar dengan satu tawaran pasar.

3. 1. 8 Segmentasi Pasar dengan MetodeCHAID

Kasali (1998) menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua metode yang

lazim dipakai dalam riset-riset segmentasi, yaitu metode interdependensi dan

metode dependensi. Dalam metode interdependensi, segmentasi dibentuk oleh

variabel-variabel bebas yang tidak dikaitkan dengan variabel terikat yang harus

dijelaskan atau diprediksikan. Tujuan metode ini adalah menemukan

kelompok-kelompok konsumen (segmen-segmen) yang memiliki kesamaan respons terhadap

variabel-variabel bebas tertentu. Metode kedua adalah metode dependensi. Pada

(dependent variable) dengan sejumlah variabel bebas (independent variable). Teknik yang dibutuhkan pada metode dependensi adalah sebuah pendekatan yang

dapat menunjukkan variabel-variabel bebas yang memiliki pengaruh kuat

terhadap variabel terikat, kemudin mengidentifikasi segmen-segmen yang paling

berbeda menurut variabel-variabel tersebut.

Salah satu metode dependensi yang dapat digunakan adalah analisis

CHAID (Chi-squared Automatic Interaction Detector). Dalam analisis CHAID, klasifikasi dilakukan berdasarkan pada hubungan yang ada antara variabel terikat

(dependen) dan variabel bebas (independen), oleh karena itu CHAID termasuk dalam metode dependensi dalam menentukan segmentasi.

CHAID digunakan untuk membentuk segmentasi yang membagi sebuah sampel menjadi dua atau lebih kelompok yang berbeda berdasarkan sebuah

kriteria tertentu. Hal ini kemudian diteruskan dengan membagi

kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan

variabel-variabel independen yang lain. Proses berlanjut sampai tidak ditemukan lagi

variabel independen–variabel independen yang signifikan secara statistik.

Segmen-segmen yang dihasilkan akan bersifat saling lepas yang secara statistik

akan memenuhi kriteria pokok segmentasi dasar (Bagozzi, 1994 dalam Kunto

dan Hasana, 2006).

3. 1. 8. 1 AnalisisCHAID

CHAID adalah singkatan dari Chi-squared Automatic Interaction Detector. CHAID pertama kali diperkenalkan dalam sebuah artikel berjudul

menduga sebuah variabel tunggal, disebut sebagai variabel dependen, yang

didasarkan pada sejumlah variabel yang lain, disebut sebagai

variabel-variabel independen. CHAID merupakan suatu teknik iteratif yang menguji satu-persatu variabel independen yang digunakan dalam klasifikasi, kemudian

menyusun variabel independen tersebut berdasarkan pada tingkat signifikansi

statistikchi-square terhadap variabel dependen (Gallagher, 2000).

CHAID memilih variabel-variabel independen atas dasar uji chi-square

antara kategori variabel-variabel yang tersedia dengan kategori-kategori variabel

dependen. Uji chi-square sendiri merupakan uji non parametrik yang sesuai untuk menguji hubungan antar variabel yang berbentuk kategori (Myers, 1996

dalam Kunto dan Hasana, 2006).

Menurut Lehmann dan Eherler (2001) dapat disimpulkan bahwaCHAID

adalah sebuah metode untuk mengklasifikasikan data kategori yang bertujuan

untuk membagi rangkaian data menjadi subgrup-subgrup berdasarkan pada

variabel dependen. Hasil analisis CHAID juga akan memberikan peringkat pada variabel yang merupakan variabel independen paling signifikan sampai yang

tidak signifikan.

Menurut Baron dan Phillips (Sharp et al., 1998), analisis CHAID dapat diringkas menjadi 3 elemen kunci, yaitu:

1. Uji signifikan chi-square, uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi variabel independen yang paling signifikan dalam data.

2. Koreksi Bonferroni.

3. Sebuah algoritma yang digunakan untuk menggabungkan kategori-kategori

3. 1. 8. 2 Variabel-Variabel dalam AnalisisCHAID

Menurut Gallagher (2000), CHAID akan membedakan variabel-variabel independen menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Monotonik: kategori-kategori pada variabel ini dapat dikombinasikan atau

digabungkan olehCHAID hanya jika keduanya berdekatan satu sama lain, yaitu variabel-variabel yang kategorinya mengikuti urutan aslinya (data

ordinal), contohnya: usia atau pendapatan.

2. Bebas: kategori-kategori pada variabel ini dapat dikombinasikan atau

digabungkan walaupun keduanya berdekatan atau tidak satu sama lain

(data nominal), contohnya: pekerjaan, kelompok etnik, dan area geografis.

3. Mengambang (floating): kategori-kategori pada variabel ini akan diperlakukan

seperti monotonik kecuali untuk kategori yang terakhir (yaitu missing value), yang dapat berkombinasi dengan kategori manapun.

3. 1. 8. 3 Deskripsi Matematis AnalisisCHAID

Menurut Gallagher (2000), CHAID pada dasarnya merupakan sebuah proses 4 langkah yang iteratif:

1. Pemeriksaan tiap variabel independen menggunakan uji chi-square untuk menentukan kategori mana yang signifikan untuk menunjukkan perbedaan

dalam variabel dependen dan mengumpulkan pula semua kategori yang

tidak signifikan

2. Penentuan variabel independen paling signifikan yang terbaik untuk

digunakan dalam membedakan variabel dependen berdasarkan nilai

3. Pembagian data menggunakan kategori variabel independen tersebut

dengan peringkat yang paling signifikan.

4. Untuk setiap tingkatan selanjutnya:

– Pemeriksaan kategori variabel-variabel independen yang tersisa untuk

menentukan peringkat yang paling signifikan dalam penentuan perbedaan

variabel dependen selanjutnya, dan memisahkannya dengan yang tidak

signifikan.

– Penentuan variabel independen yang paling signifikan, dan kemudian

diteruskan lagi dengan pembagian data menggunakan variabel ini.

Dokumen terkait