• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEGMENTASI PASAR WANA WISATA CURUG CILEMBER, KABUPATEN BOGOR. Oleh: ZULFA HENDRI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SEGMENTASI PASAR WANA WISATA CURUG CILEMBER, KABUPATEN BOGOR. Oleh: ZULFA HENDRI A"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEGMENTASI PASAR WANA WISATA CURUG CILEMBER, KABUPATEN BOGOR

Oleh: ZULFA HENDRI

A 14104694

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

ZULFA HENDRI. Analisis Segmentasi Pasar Wana Wisata Curug Cilember, Kabupaten Bogor.Di bawah bimbinganNETTI TINAPRILLA.

Bentangan alam dan kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia menjadi modal dasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Upaya pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam hayati dan non hayati sebagai objek wisata merupakan langkah strategis dalam memberikan kontribusi yang besar untuk peningkatan perekonomian negara. Perhutani menyadari sepenuhnya potensi bisnis dari wisata alam dan membentuk suatu kawasan wisata yang disebut wana wisata. Salah satu wana wisata milik Perhutani adalah Wana Wisata Curug Cilember. Perubahan pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor kepada Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KBM WBU III), bertujuan untuk lebih mengoptimalkan pendapatan perhutani dari sektor jasa wisata alam. Diharapkan setelah pengeloaan Wana Wisata Curug Cilember ditangani oleh kesatuan bisnis khusus yang menangani pemasaran maka akan ada peningkatan pendapatan dari sektor wisata alam ini.

Pengunjung Wana Wisata Curug Cilember merupakan pasar yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang beraneka ragam (heterogen) sehingga sulit bagi pengelola Wana Wisata Curug Cilember untuk memahami kebutuhan dan keinginan seluruh pengunjung. Permasalahan keanekaragaman kebutuhan pengunjung salah satunya dapat diatasi dengan menemukan dan membatasi sasaran pada pengunjung potensial. Menemukan sasaran dapat dicapai dengan melakukan segmentasi pasar di mana pengelola akan dapat mengidentifikasi sebuah pasar dengan keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembelian yang serupa. Pemasaran sasaran membedakan segmen-segmen pasar utama, membidik satu atau dua segmen-segmen itu dan mengembangkan produk serta program pemasaran yang dirancang khusus bagi masing-masing segmen. Pada pemasaran sasaran, pengelola Wana Wisata Curug Cilember dapat memusatkan perhatian pada pengunjung yang paling mungkin dapat dipuaskan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis segmentasi pengunjung Wana Wisata Curug Cilember serta mengkaji segmen yang bisa dijadikan target pasar oleh pengelola Wana Wisata Curug Cilember. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor dengan metode convinience sampling dengan jumlah responden sebanyak 200 orang. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data yang terhimpun kemudian diolah secara manual untuk mempermudah penginputan data pada paket aplikasi komputer. Pengidentifikasian karakteristik responden Wana Wisata Curug Cilember dilakukan dengan analisis statistik deskriptif, sedangkan untuk menganalisis segmentasi pasar digunakan analisis

CHAID (Chi-squared Automatic Interaction Detector). CHAID membentuk segmentasi berdasarkan keterkaitan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan berdasarkan teori loyalitas, yaitu: Loyalitas Pengunjung ke Wana Wisata Curug Cilember. Variabel independen yang digunakan berdasarkan teori segmentasi Kotler (2002) dan Engel et al

(3)

perilaku. Proses pengolahan data menggunakan software statistik SPSS 13.0 for Windows.

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah pria (63,5 %), sedangkan responden wanita sebanyak 36,5 %. Usia responden 17-26 tahun (62,5 %) merupakan yang paling banyak berkunjung dan kebanyakan berasal dari luar Bogor (77,5 %). Berdasarkan tingkat pendidikan, pengunjung terbesar berpendidikan tingkat SMU (49 %). Berdasarkan pekerjaan, pengunjung yang paling banyak adalah karyawan swasta (55 %). Sedangkan dari segi penghasilan, pengunjung yang terbanyak berpenghasilan Rp.500.000 – Rp.1500.000 (53%).

Segmentasi Pengunjung Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) yang dihasilkan dengan variabel dependen Loyalitas Pengunjung ke Wana Wisata Curug Cilember terdiri dari lima segmen, yaitu::

Segmen pertama memiliki karakterisrik sebagai berikut: Pengunjung Wana Wisata Curug Cilember yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan berupa penjelajahan hutan sambil diterangkan fungsi-fungsi hutan oleh pengelola Wana Wisata Curug Cilember dan seminar di alam terbuka. Kemudian pengunjung pada segmen pertama ini berminat melakukan foto prapernikahan di Wana Wisata Curug Cilember dan berumur di bawah 34 tahun. Segmen kedua memiliki karekteristik pengunjung Wana Wisata Curug Cilember yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan berupa penjelajahan hutan sambil diterangkan fungsi-fungsi hutan oleh pengelola WWCC dan seminar di alam terbuka. Pengunjung pada segmen pertama ini juga berminat melakukan foto prapernikahan di WWCC dan berumur di atas 34 tahun.

Segmen ketiga memiliki karakteristik pengunjung Wana Wisata Curug Cilember yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan berupa penjelajahan hutan sambil diterangkan fungsi-fungsi hutan oleh pengelola WWCC dan seminar di alam terbuka. Pengunjung pada segmen ini tidak berminat melakukan foto prapernikahan di Wana Wisata Curug Cilember. Karakteristik segmen keempat adalah pengunjung Wana Wisata Curug Cilember yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan berupa seminar diruangan dan dalam mendapatkan bacaan pengunjung pada segmen ini meminjam atau berlangganan. Segmen kelima memiliki karakteristik pengunjung Wana Wisata Curug Cilember yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan berupa seminar diruangan dan dalam mendapatkan bacaan pengunjung pada segmen ini melakukan pembelian eceran.

Pemilihan target pasar untuk hasil Segmentasi Pengunjung Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) yang dihasilkan dengan variabel dependen Loyalitas Pengunjung ke Wana Wisata Curug Cilember adalah pada segmen pertama. Karakteristik pengunjung pada segmen ini memperlihatkan orang-orang yang menyukai tantangan dan hiburan di alam bebas, ini terlihat dari ciri pengunjung yang menginginkan bentuk pengenalan fungsi hutan oleh pengelola Wana Wisata Curug Cilember berupa penjelajahan di hutan dan seminar di alam terbuka. Kemudian pengunjung pada segmen ini menyukai tren yang sedang terjadi seperti melakukan foto prapernikahan, ini diperlihatkan oleh ciri pengunjung yang berminat untuk melakukan foto prapernikahan di Wana Wisata Curug Cilember. Karakteristik menyukai petualangan, kegiatan di alam bebas, dan cenderung

(4)

mengikuti tren yang sedang terjadi diperkuat lagi oleh ciri segmen pertama ini yang terdiri dari orang-orang muda yang berumur di bawah 34 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang direkomendasikan kepada pengelola Wana Wisata Curug Cilember adalah:

Pengelola Wana Wisata Curug Cilember harus mulai membuat perencanaan, apakah akan melayani seluruh pengunjung dengan hanya mendapatkan keuntungan dari penjualan tiket (pemasaran masal) atau memulai melakukan diversifikasi pelayanan kepada kelompok pengunjung yang berbeda sehingga ketika pelayanan yang diberikan berbeda maka harga yang harus dibayar pengunjung juga harus berbeda (pemasaran sasaran).

Pengelola Wana Wisata Curug Cilember bisa mengadakan acara yang dapat memperkenalkan fungsi-fungsi hutan kepada pengunjung, sebab dari hasil penelitian sebagian besar pengunjung berminat untuk mengikuti acara tersebut. Apalagi wisata alam juga berfungsi menambah ilmu pengetahuan, yaitu: mengenalkan fungsi-fungsi alam itu sendiri kepada pengunjung.

Pengelola Wana Wisata Curug Cilember diharapkan lebih memfokuskan kegiatan pemasaran kepada kelompok muda (di bawah 34 tahun) yang menyukai kegiatan alam bebas seperti hiking dan penjelajahan hutan, sebab pengunjung terbesar menurut hasil penelitian berumur 17-26 tahun dan yang kedua terbesar adalah usia 27-34 tahun. Pengelola Wana Wisata Curug Cilember bisa membentuk suatu tim yang secara profesional dan setiap saat bisa menjadi pemandu ketika ada pengunjung yang ingin berkunjung ke curug yang lebih tinggi seperti curug empat, tiga, dua, dan satu. Apabila Pengelola Wana Wisata Curug Cilember memiliki tim seperti ini diharapkan tidak ada lagi pengunjung yang naik ke curug yang lebih tinggi tanpa sepengetahuan pengelola. Selain itu, jika tim ini ada maka setiap pengunjung yang akan naik ke curug yang lebih tinggi dapat dikenai biaya tambahan.

Kelebihan Wana Wisata Curug Cilember dari segi fotografi prapernikahan adalah adanya pemandangan yang lengkap, di mana ada air terjun dan ada pemandangan pepohonan sehingga kalau digabung untuk latar foto prapernikahan akan terlihat lebih indah. Untuk itu, pengelola Wana Wisata Curug Cilember diharapkan mulai memikirkan suatu perencanaan untuk membuat studio foto lapang sendiri sehingga ketika ada pengunjung yang berminat untuk melakukan foto prapernikahan di Wana Wisata Curug Cilember, pengelola sudah siap untuk melayani kebutuhan pengunjung tersebut.

(5)

ANALISIS SEGMENTASI PASAR WANA WISATA CURUG CILEMBER, KABUPATEN BOGOR Oleh: ZULFA HENDRI A 14104694 SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

Judul : Analisis Segmentasi Pasar Wana Wisata Curug Cilember, Kabupaten Bogor

Nama : ZULFA HENDRI

NRP : A 14104694

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(7)

LEMBAR PERNYATAAN

SAYA YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI MENYATAKAN

BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS SEGMENTASI PASAR

WANA WISATA CURUG CILEMBER, KABUPATEN BOGOR ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG DIBUAT DENGAN

SEBENAR-BENARNYA DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Desember 2008

Zulfa Hendri A 14104694

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat pada tanggal

20 September 1982 sebagai putra bungsu dari empat bersaudara keluarga Bapak

Djasbinar Malin Marajo dan Ibu Anelda.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Jeruk Manis, Gaduik,

Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun 1987. Kemudian penulis melanjutkan ke

Sekolah Dasar Negeri 16 PSB, Gaduik, Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun

1988 dan menamatkan pada tahun 1994. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri I Bukittinggi dan

menamatkan pada tahun 1997. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di

Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bukittinggi pada tahun 2000.

Penulis diterima sebagai mahasiswa DIII Program Studi Perlindungan

Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000

dan menamatkan pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi di

Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhanku dan Tuhan

kamu sekalian. Shalawat selalu tertuju kepada Nabi akhir zaman Muhammad

SAW. Berkat rahmat Allah SWT skripsi ini dapat selesai dengan segala

kekurangannya. Skripsi dengan judul ”Analisis Segmentasi Pasar Wana Wisata

Curug Cilember, Kabupaten Bogor” ini merupakan syarat dalam meraih gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini memuat analisis CHAID yang memungkinkan diketahuinya segmentasi pasar yang terbentuk dan rancangan target pasar di Wana Wisata

Cutug Cilember, Kabupaten Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan,

terutama bagi pengelola Wana Wisata Curug Cilember sebagai referensi dalam

menentukan tindakan pemasaran yang akan diambil untuk meningkatkan

keuntungan perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai

rujukan serta informasi dalam melakukan studi lanjutan.

Bogor, Desember 2008

Zulfa Hendri A 14104694

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaah atas rahmat Allah SWT skripsi ini dapat penuliskan

selesaikan, shalawat selalu tercurah untuk Nabi Muhammad SAW. Penulis

menyadari bahwa karya kecil ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ama, Ayah, Nina, Da Katik, Dadang, Ni Yesi, Da Mul, Ita, Ante, Angah, Mak

Etek, Da Iman, dan seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas segala

doa, dukungan, dan harapan yang menjadikan penulis tetap tegar menghadapi

tantangan.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas

keramahan yang Ibu berikan selama membimbing penulis.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator kolokium dengan segala

kritik dan masukan yang berharga.

4. Dr. Ir. Ratna Winandi yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan

memberikan banyak masukan.

5. Ir. Harmini, MS selaku dosen penguji komisi akademik.

6. Dr. Muhamad Firdaus SP. M, Si dan Bapak Farid M. Afendi, SSi, MSi yang

telah memberikan masukan yang berharga.

7. Bapak Liyus selaku Manajer Distrik I KBM WBU III Jawa Barat dan Banten,

Pak Ade, Pak Yusuf dan semua pengelola Wana Wisata Curug Cilember.

8. Semua pemilik warung wisata di Wana Wisata Curug Cilember yang telah

(11)

9. Anita, Anggi yang telah membantu penulis menyiapkan kolokium. Kiki yang

sudah banyak membantu penulis dalam menyiapkan seminar dan sidang. Dewi

Sartika S. yang sudah menjadi rekan yang bersahabat selama bimbingan.

10. Abah Apip, Wahyu, Yusal, Gus Dori, Weli, Wachidzin, Inda, Tyas, Pak Guru

Aziz, Mas Priyo”Ihsan”, Yayan, dan semua teman-teman ekstensi MAB.

Terima kasih banyak untuk semua bantuan, masukan, dan perdebatan yang

membangun.

11. Mba Fitri, S. Hut, Jeumpa, Anjar, S. Hut, Ajenk, S. Hut, Erlinda, S. Hut,

Cudel, S. Hut, Adihom, S. Hut, dan semua anggota Rimpala (Rimbawan

Pecinta Alam, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor) yang telah

memberikan dukungan selama penulis melakukan penelitian.

Penulis mendoakan semoga segala bentuk bantuan yang telah disumbangkan

dalam penyusunan skripsi ini dibalas oleh Sang Maha Mengetahui Allah SWT

berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat.

Bogor, Desember 2008

Zulfa Hendri A 14104694

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Batasan Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa ... 8 2.1.1 Karakteristik Jasa... 8 2.1.2 Pemasaran Jasa ... 9 2.2 Pariwisata ... 11 2.3 Pariwisata Alam... 12

2.3.1 Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata Alam... 12

2.3.2 Model Pariwisata Alam... 13

2.4 Studi Terdahulu ... 14

2.4.1 Studi Terdahulu Tentang Curug Cilember ... 14

2.4.2 Studi Terdahulu Tentang Segmentasi Pasar ... 14

2.4.3 Studi Terdahulu Tentang Penggunaan MetodeCHAID... 15

2.5 Keterkaitan dengan Studi Terdahulu... 17

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 19

3.1.1 Perilaku Konsumen... 19

3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen... 19

3.1.3 Perilaku Pascapembelian... 20

3.1.4 Loyalitas Konsumen ... 21

3.1.5 Tingkatan Loyalitas Konsumen... 22

3.1.6 Segmentasi Pasar ... 23

3.1.6.1 Tingkat Segmentasi Pasar ... 24

3.1.6.2 Prosedur Segmentasi Pasar... 26

3.1.6.3 Dasar Segmentasi Pasar Konsumen... 26

3.1.6.4 Segmentasi yang Efektif ... 28

3.1.7 Penetapan Pasar Sasaran ... 28

(13)

3.1.8 Segmentasi Pasar dengan MetodeCHAID... 31

3.1.8.1 AnalisisCHAID... 32

3.1.8.2 Variabel-variabel dalam AnalisisCHAID... 34

3.1.8.3 Deskripsi Matematis AnalisisCHAID... 34

3.1.8.4 Bagian-bagian Utama dari AnalisiCHAID... 36

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Pengambilan Data... 44

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 44

4.3 Perancangan Sampel dan Pengumpulan Data ... 44

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 45

4.4.1 Data Penelitian ... 46

4.4.2 Variabel-variabel Penelitian ... 46

4.4.3 Langkah-langkah Analisis Data ... 49

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

5.1.1 Pengelolaan ... 51

5.1.2 Kondisi Geografis dan Iklim... 52

5.1.3 Daya Tarik dan Aksesibilitas ... 53

5.2 Karakteristik Responden ... 54

5.2.1 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin ... 54

5.2.2 Sebaran Responden Menurut Usia ... 55

5.2.3 Sebaran Responden Menurut Pendidikan... 56

5.2.4 Sebaran Responden Menurut Pekerjaan ... 57

5.2.5 Sebaran Responden Menurut Penghasilan per Bulan... 58

5.2.6 Sebaran Responden Menurut Tempat Tinggal ... 59

VI SEGMENTASI PASAR WANA WISATA CURUG CILEMBER 6.1 Hasil AnalisisCHAID... 60

6.2. Segmentasi Pasar yang Terbentuk ... 66

6.2.1 Segmen Pertama... 66

6.2.2 Segmen Kedua ... 67

6.2.3 Segmen Ketiga ... 69

6.2.4 Segmen Keempat... 70

6.2.5 Segmen Kelima ... 71

6.3 Kajian Target Pasar ... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 74

7.2 Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Kontingensi Pembentukan Variabel Dependen Loyalitas Pengunjung ke Wana Wisata Curug Cilember... 47 2 NilaiP-value dan Chi-square Variabel Independen dalam Diagram

Pohon... 65 3 Tabulasi Jumlah Pengunjung setiap Segmen yang Dikategorikan

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa ... 11

2 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen... 20

3 Diagram Pohon dalam AnalisisCHAID... 39

4 Kerangka Pemikiran Operasional ... 43

5 Struktur Organisasi Pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember ... 52

6 Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin ... 55

7 Persentase Responden Menurut Usia ... 56

8 Persentase Responden Menurut Pendidikan ... 57

9 Persentase Responden Menurut Pekerjaan ... 58

10 Persentase Responden Menurut Penghasilan per Bulan... 58

11 Persentase Responden Menurut Tempat Tinggal... 59

12 Dendogram Hasil Analisis CHAID dengan Loyalitas Pengunjung ke Wana Wisata Curug Cilember sebagai Variabel Dependen ... 61

13 Segmen Pertama... 67

14 Segmen Kedua ... 68

15 Segmen Ketiga ... 69

16 Segmen Keempat ... 70

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya ... 81 2 Kusioner Penelitian ... 82 3 Output AnalisisCHAID... 85

(17)

I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik ekosistem

yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Secara biogeografik

Indonesia memiliki karakteristik Asia di sebelah barat (Sumatera, Kalimantan,

Jawa, dan Bali) dan karakteristik Australia pada kepulauan Maluku dan Irian.

Sementara Sulawesi dan sebagian Nusa Tenggara memiliki karakteristik daerah

peralihan. Kenekaragaman jenis flora dan fauna serta ekosistem menjadikan

Indonesia sebagai salah satu megabiodiversity country. Misalnya, 10 % kekayaan flora dunia berada di Indonesia, selain itu Indonesia memiliki 1600 jenis burung

dan 500 mamalia yang melebihi jumlah yang ada di Afrika. Terhampar di hutan

hujan tropis di Sumatera dan Kalimantan, hutan mangrove di Irian, hutan sagu di

Maluku hingga pegunungan es Jaya Wijaya1 .

Bentangan alam dan kekayaan hayati yang luar biasa ini menjadi modal

dasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Upaya pemanfaatan dan

pendayagunaan sumberdaya alam hayati dan non hayati sebagai objek wisata

merupakan langkah strategis dalam memberikan kontribusi yang besar unntuk

peningkatan perekonomian negara. Berdasarkan data Kementerian Budaya dan

Pariwisata Republik Indonesia tahun 2008 (Lampiran 1) menunjukkan bahwa

sektor pariwisata Indonesia dari tahun 2004 sampai 2007 menempati peringkat

enam besar sebagai penyumbang devisa negara.

1

Gatot Sudarto.1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Jakarta. Hal. 21

(18)

World Tourism Organization (WTO) juga melaporkan bahwa saat ini

terdapat kecenderungan semakin besarnya minat dan preferensi masyarakat baik

global, regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa

yang bersifat alami2. Fenomena ini berkembang sejalan dengan terus

meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap alam dan

lingkungan sebagai unsur penyangga kehidupan. Kecenderungan tersebut

sekaligus memberikan indikasi bahwa pengembangan obyek-obyek wisata

sekarang ini harus lebih menekankan pada pemanfaatan dan pendayagunaan

potensi sumber daya alam hayati dan non hayati.

Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan dan memberikan peluang

besar untuk penambahan devisa negara. World Tourism Organization (WTO)

memperkirakan jumlah wisatawan internasional 1,046 milyar orang (tahun 2010)

dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan

438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Perkiraan WTO

menyebutkan jumlah ini akan menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Berdasarkan angka perkiraan tersebut maka, para pelaku

pariwisata Indonesia seyogyanya melakukan perencanaan yang matang dan

terarah untuk menjawab tantangan sekaligus menangkap peluang pertumbuhan

jumlah wisatawan mancanegara ini. Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui

pembenahan kembali keberadaan masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari

sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata, penyiapan jaringan

pemasaran internasional, dan penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas3.

2

(19)

Pariwisata merupakan bagian dari kegiatan ekonomi, sedangkan ilmu

ekonomi menekankan setiap kegiatan harus dapat dikuantitatifkan sehingga

digunakan alat-alat statistik untuk dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya

dari pencapaian suatu kegiatan yang direncanakan. Hasil kuantifikasi secara

statistik ini dapat dimengerti secara universal oleh masyarakat yang tidak

langsung bergerak di kegiatan pariwisata. WTO pada tahun 1991 dalam

International Conference on Travel and Tourism Statistics di Ottawa, merekomendasikan diterapkannya ukuran baru tentang sumbangan pariwisata

terhadap perekonomian yang dikenal denganTourism Satellite Account (TSA) atau NESPARNAS (Neraca Satelit Pariwisata Nasional). Standar statistik ini

sesungguhnya mengacu kepadaUnited Nation System of National Accounts yang menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan untuk: survai sesuai

standar internasional, sumbangan terhadap perekonomian dan keterkaitannya

dengan berbagai sektor ekonomi lainnya, dan konsumsi yang dilakukan oleh

wisatawan baik untuk sektor pariwisata maupun sektor lainnya4.

Perhutani sebagai pengelola utama kawasan hutan di pulau Jawa

menyadari potensi bisnis dari wisata alam ini dan membentuk suatu kawasan

wisata yang disebut wana wisata. Wana wisata merupakan suatu kawasan hutan

yang karena keindahan ataupun keunikan alam dapat dijadikan tempat untuk

kegiatan wisata. Wana wisata sendiri merupakan salah satu sumber pendapatan

Perhutani dari sektor non kayu. Direktur Pemasaran Perhutani menjelaskan bahwa

hasil hutan non kayu tersebut memiliki posisi strategis yang patut untuk

dikembangkan sehingga diversifikasi pemanfaatan sumberdaya hutan non kayu

4 Loc. cit

(20)

penting dilakukan. Perum Perhutani sebagai BUMN telah melakukan berbagai

terobosan dalam memanfaatkan sumberdaya hutan non kayu, di antaranya

membentuk Kesatuan Bisnis Mandiri khusus menangani wisata, penjualan bibit,

dan usaha-usaha lain. Harapan Perum Perhutani dengan berbagai terobosan yang

dilakukan adalah peningkatan berkesinambungan peran hasil hutan non kayu.

Program restrukturisasi organisasi perusahaan yang dilakukan oleh Direksi

Perum Perhutani, memberikan ruang dan peluang bagi pengembangan usaha di

bidang pariwisata. Berdasarkan ketetapan Direksi No. 554/Kpts/Dir/2005 bulan

Nop 2005 pengelolaan wisata Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

terhitung mulai 2 Januari 2006 dilaksanakan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri

Wisata, Benih, dan Usaha Lain5. Saat ini terdapat 70 obyek wisata yang dikelola

Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Wisata, Benih dan Usaha Lain (WBU) Perum

Perhutani Unit III (III). Objek-objek wisata tersebut, perlu dikelola secara

profesional dengan sentuhan investasi yang memadai agar bisa menciptakan iklim

usaha yang menguntungkan, terjaganya kelestarian sumberdaya hutan, dan

meningkatnya kesejahteraan masyarakat6.

1. 2 Perumusan Masalah

Salah satu wana wisata yang dikelola KBM WBU III adalah Wana Wisata

Curug Cilember yang terletak di Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua.

Wana Wisata Curug Cilember pada awalnya dikelola oleh Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat berdasarkan surat

Kepala Perum Perhutani Unit III Jawa Barat No. 287/043.7/Prod/III tanggal 8 Juli

5

(21)

1997. Kemudian berdasarkan Ketetapan Direksi No. 554/Kpts/Dir/2005 bulan

Nopember 2005 pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember dilakukan oleh

Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih, dan Usaha lain Perum Perhutani Unit III

Jawa Barat dan Banten (KBM WBU III). Perubahan pengelola Wana Wisata

Curug Cilember kepada KBM WBU III ini bertujuan mengoptimalkan kegiatan

pemasaran di bidang jasa wisata alam. Diharapkan setelah pengeloaan Wana

Wisata Curug Cilember ditangani oleh kesatuan bisnis khusus yang menangani

pemasaran maka akan ada peningkatan pendapatan dari sektor wisata alam ini.

Pengelola Wana Wisata Curug Cilember adalah penyedia jasa di bidang

wisata sehingga harus bisa mengidentifikasi siapa saja pelanggan potensial

sehingga bisa membuat jasa wisata yang ditawarkan dapat memuaskan pelanggan.

Menurut Engel, dkk (1994) mengadaptasi motivasi dan perilaku konsumen

bukanlah pilihan, keduanya adalah kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup

kompetitif. Menurut Arif (2007) pelenggan juga berperan sebagai penilai kualitas

jasa sehingga pelanggan akan memberikan penilaian tersendiri mengenai

pelayanan yang mereka terima.

Pengunjung Wana Wisata Curug Cilember merupakan pasar yang

memiliki keinginan dan kebutuhan yang beraneka ragam (heterogen) sehingga

sulit bagi pengelola Wana Wisata Curug Cilember untuk memahami kebutuhan

dan keinginan seluruh pengunjung. Untuk itu, pengelola Wana Wisata Curug

Cilember harus berusaha menemukan dan membatasi sasaran pada pengunjung

dapat dilayani secara paling efektif dan menguntungkan. Menemukan sasaran

dapat dicapai dengan melakukan segmentasi pengunjung Wana Wisata Curug

(22)

Segmentasi pengunjung Wana Wisata Curug Cilember dapat membantu

pengelola mengidentifikasi sebuah pasar dengan keinginan, daya beli, lokasi

geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembelian yang serupa. Pemasaran

sasaran membedakan segmen-segmen pasar utama, membidik satu atau dua

segmen itu dan mengembangkan produk serta program pemasaran yang dirancang

khusus bagi masing-masing segmen. Pada pemasaran sasaran, pengelola Wana

Wisata Curug Cilember dapat memusatkan perhatian pada pengunjung yang

paling mungkin dapat dipuaskan. Permasalahan-permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil pengunjung Wana Wisata Curug Cilember?

2. Bagaimana segmentasi dan target pasar Wana Wisata Curug Cilember?

1. 3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi profil pengunjung Wana Wisata Curug Cilember.

2. Menganalisis segmentasi dan target pasar Wana Wisata Curug Cilember

1. 4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang

berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak pengelola Wana Wisata

Curug Cilember bisa menjadikan penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam

memahami pengunjung dan merencanakan strategi pemasaran untuk mencapai

kepuasan pengunjung yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan, informasi, serta

(23)

1. 5 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya menganalisis pembentukan segmentasi berdasarkan

loyalitas pengunjung dengan melihat kesediaan pengunjung untuk datang ke

Wana Wisata Curug Cilember jika ada promosi gratis serta kesediaan

merekomendasikan Wana Wisata Curug Cilember kepada orang lain. Pemilihan

variabel-variabel segmentasi yang dianggap mempengaruhi loyalitas dilakukan

(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Jasa

Kotler (2002) menyatakan bahwa jasa adalah setiap kegiatan atau tindakan

yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak

berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat

dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Menurut Arif (2007),

jasa merupakan aktifitas ekonomi yang tidak menghasilkan produk dalam bentuk

fisik atau konstruksi, jasa dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang

dihasilkan dan memberikan nilai tambah, seperti: kenyamanan, hiburan,

kesenangan, kesehatan, atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen.

Sementara itu, perusahaan yang memberikan operasi jasa adalah mereka yang

memberikan konsumen produk jasa baik berwujud maupun tidak berwujud,

seperti: transportasi, hiburan, restoran, dan pendidikan. Jadi, tampak bahwa

didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa,

meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari.

2. 1. 1 Karakteristik Jasa

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi

pemasarannya (Kotler, 2002):

1. Tidak berwujud (intangibility)

Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan produk fisik jasa tidak bisa

dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Pembeli

(25)

Oleh karena itu, pemasar jasa ditantang untuk menempatkan bukti fisik dan

gambaran pada tawaran abstrak mereka. Pemasar jasa juga harus mampu

mentransformasi jasa tak berwujud menjadi manfaat yang konkrit.

2. Tidak terpisahkan (inseparability)

Jasa dihasilkan dan dikonsumsi dalam waktu bersamaan, tidak seperti barang

fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melewati

berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi. Penyedia sekaligus memberikan

pelayanan karena klien juga hadir pada saat jasa itu dilakukan, interaksi

penyedia-klien merupakan ciri khusus pemasaran jasa. Penyedia dan penyedia-klien sama-sama

mempengaruhi hasil jasa.

3. Bervariasi (variability)

Jasa sangat bervariasi karena tergantung kepada siapa yang menyediakan dan

di mana jasa itu diberikan. Pembeli jasa biasanya mencari informasi dari orang

lain sebelum memilih penyedia jasa. Perusahaan jasa dapat melakukan tiga

langkah dalam pengendalian mutu. Pertama adalah melakukan investasi untuk

menciptakan prosedur perekrutan dan pelatihan yang baik. Langkah kedua adalah

menstandarisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi. Langkah ketiga

adalah memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei

pelanggan, dan melakukan belanja perbandingan.

4. Mudah lenyap (perishability)

Jasa tidak bisa disimpan dan ada hanya pada saat itu, contoh jasa dokter.

2. 1. 2 Pemasaran Jasa

Pemasaran jasa memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan

(26)

pemasaran jasa sehingga produksi dan konsumsi terjadi pada saat bersamaaan.

Menurut Booms dan Bitner dalam Kotler (2002) pendekatan pemasaran 4p

(product, price, place, promotion) sering berhasil untuk barang, tetapi berbagai elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa, yaitu 3p: orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process). Sebagian besar jasa diberikan oleh orang, sehinggga seleksi, pelatihan, dan motivasi pegawai dapat

memberikan perbedaan yang besar dalam kepuasan pelanggan. Idealnya, penyedia

jasa harus memperlihatkan kompetensi, sikap memperhatikan, responsif, inisiatif,

kemampuan memecahkan masalah, dan niat baik.

Gronroos dalam Kotler (2002) menyatakan bahwa pemasaran jasa tidak

hanya membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan

interaktif/ informasi dua arah. Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan

normal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyiapkan, memberi harga,

mendistribusikan, dan mempromosikan jasa itu kepada konsumen. Pemasaran

internal menjelaskan pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan

memotivasi pegawai agar melayani pelanggan dengan baik. Terakhir, pemasaran

interaktif menggambarkan keahlian pegawai dalam melayani klien.

Aspek pemasaran jasa ini diringkas oleh Arif (2007) dalam tiga poin:

1. Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan

2. Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji

tersebut

3. Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan

(27)

Gambar 1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa (Philip Kotler, 2002)

2. 2 Pariwisata

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek

dan daya tarik wisata. Menurut Suyitno (2001), karakteristik yang membedakan

perjalanan wisata dengan perjalanan pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Bersifat sementara, dimana dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan

kembali ke tempat asal.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya: sarana transportasi,

akomodasi, restoran, obyek wisata, toko cindera mataa, dan lain-lain.

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan dan atraksi wisata,

daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan..

4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.

5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaan pelaku

wisata dapat memberikan kontribusi pendapatn bagi masyarakat atau daerah

yang dikunjungi. Perusahaan Pegawai Pelanggan Pemasaran Internal Pemasaran Eksternal Pemasaran Interaktif

(28)

2. 3 Pariwisata Alam

Jasa wisata alam merupakan bagian komoditi non migas yang sejak Pelita

VI menjadi andalan pemerintah dalam menghasilkan devisa. Sektor kehutanan

selain sebagai sumber devisa negara melalui produksi kayu dan hasil hutan

lainnya, juga dapat memberikan devisa melalui pengembangan pariwisata alam di

kawasan hutan non produksi atau kawasan konservasi, baik di kawasan suaka

alam, kawasan pelestarian alam, taman buru, dan hutan lindung (Direktorat Bina

Kawasan Alam., 1998).

Peluang untuk menempatkan kepariwisataan sebagai sektor pembangunan

andalan terbuka seluas-luasnya. Tapi, hal ini tergantung kepada kemampuan para

pelaku bisnis pariwisata dalam mengembangkan obyek-obyek wisata yang sesuai

dengan tuntutan pasar.

2. 3. 1 Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata Alam

Pengembangan pariwisata alam mempunyai maksud dan tujuan

(Direktorat Bina Kawasan Alam, 1998):

1. Konservasi: artinya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan

ekositemnya, serta nilai kekhasan dan keasliannya.

2. Rekreasi: dalam hal ini adalah penyediaan jasa wisata alam melalui

pemanfaatan/ pendayagunaan potensi kawasan baik yang berupa alam hayati

maupun non hayati.

3. Sosial ekonomi: dengan pengertian pemanfaatan sumber daya alam dilakukan

secara optimal sehingga memberikan manfaat bagi peningkatan penerimaan

(29)

2. 3. 2 Model Pariwisata Alam

Berikut ini adalah beberapa model-model pariwisata alam di Indonesia.

1. Ekowisata.

Ekowisata merupakan perjalanan wisata yang dilakukan secara bertanggung

jawab di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan

kaidah alam. Tujuan ekowisata adalah menikmati keindahan dan peningkatan

pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata. Kegiatan

ekowisata melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap

usaha-usaha konservasi alam (Sudarto, 1999).

2. Wana Wisata

Berdasarkan Surat Direksi Perhutani No. 034.7/Dir tanggal 15 Nopember

1980 wana wisata didefinisikan sebagai obyek-obtek wisata alam yang dibangun

dan dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan hutan produksi dan

lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokok. Wana wisata

merupakan suatu kawasan hutan yang karena keindahannya ataupun keunikan

alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan tanpa mengurangi fungsi kawasan hutan tersebut

3. Taman Wisata Alam

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian

alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Pasal 31

menyebutkan bahwa dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan

(30)

2. 4 Studi Terdahulu

2. 4. 1 Studi Terdahulu Tentang Curug Cilember

Gunarya (2004) melakukan penelitian berjudul Manajemen Pengunjung Di

Wana Wisata Curug Cilember, KPH Bogor. Penelitian ini bertujuan menyusun

suatu perencanaan manajemen pengunjung di Wana Wisata Curug Cilember

menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan tabulasi hasil kuisioner,

grafik dan matrik hasil. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kegiatan

perencanaan dan pengembangan manajemen pengunjung Wana Wisata Curug

Cilember meliputi beberapa aspek, yaitu: penyebaran pengunjung, pelayanan

informasi, pelayanan interpretasi, dan keselamatan pengunjung.

2. 4. 2 Studi Terdahulu Tentang Segmentasi Pasar

Kurnia (2005) melakukan analisis segmentasi Rumah Sakit Karya Bhakti

(RSKB) Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

cluster, analisis deskriptif dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen RSKB berasal dari Kecamatan Bogor Barat dan

Kabupaten Bogor dengan berbagai macam usia, jenis kelamin, dan status

perkawinan. Konsumen terbanyak bekerja di perusahaan swasta dengan tingkat

pendidikan yang cukup tinggi (SLTA sampai S1). RSKB pada saat ini melayani

konsumen dari berbagai tingkat pendapatan (<500.000 sampai >4000.000).

Konsumen RSKB terbagi dalam tiga kelompok gaya hidup berdasarkan gaya

kepedulian kesehatan. Pertama, kelompok sangat peduli kesehatan berjumlah

50%. Kedua, kelompok kurang peduli kesehatan berjumlah 32%. Ketiga,

(31)

pembentukan cluster, sedangkan variabel status pernikahan dan jenis pekerjaan memiliki hubungan terhadap pembentukancluster.

Alatas (2005) dalam penelitiannya mengidentifikasi gaya keputusan

pembelian Tas Tajur, menganalisis segmentasi konsumen berdasarkan gaya

keputusan pembelian, dan menganalisis profil segmen konsumen Tas Tajur.

Penelitian ini menggunakan analisis faktor dan analisis gerombol. Hasil yang

didapat dari penelitian ini adalah cakupan konsumen Tas Tajur berasal dari

beragam daerah, mayoritas berdomisili di Jakarta (50,9%) dan Bogor (21,8%).

Mayoritas konsumen adalah pegawai swasta (44,5%) dan ibu rumah tangga

(22,7%) dengan level pendapatan per bulan sebanyak 750 ribu sampai 4 juta.

Konsumen adalah orang-orang yang memiliki kebiasaan membaca majalah mode

(60%), mengikuti perkembangan mode (70%), dan menyesuaikan tas dengan

busana yang dikenakan (82,7%). Sebagian besar pengunjung menyatakan pernah

membeli tas impor (70,9%) dan ada 56,4% konsumen lebih menyukai tas impor,

sementara 32,1% konsumen lebih menyukai tas lokal. Segmentasi yang dilakukan

berdasarkan gaya keputusan pembelian menghasilkan tiga segmen konsumen,

yaitu : konsumen loyal (31%), konsumen trendi dan memperhatikan mutu (47%),

dan konsumenperfectionist yang peka terhadap harga (22%).

2. 4. 3 Studi Terdahulu Tentang Penggunaan MetodeCHAID

Prianto (2004) melakukan penelitian berjudul Segmentasi Pembaca Koran

Tempo Menggunakan Metode CHAID. Penelitian ini menunjukkan berdasarkan intensitas pembelian, pembaca koran Tempo dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar yaitu konsumen yang berlangganan dan konsumen yang membeli secara

(32)

adalah perlakuan responden terhadap koran Tempo. Responden yang menjadikan

Tempo sebagai koran utama cenderung membeli secara berlangganan. Responden

yang menjadikan Tempo bukan sebagai koran utama cenderung membeli secara

eceran. Peubah-peubah lain yang perlu diperhatikan dan berpengaruh dalam

membedakan intensitas pembelian adalah: pengeluaran per bulan, penggunaan

jasa asuransi, kepemilikan kendaraan, kepemiliikanhand phone, dan pendidikan. Asosiasi antar peubah terjadi antara peubah pengeluaran per bulan dengan peubah

penggunaan jasa asuransi, pendidikan, kepemilikan kendaraan, dan kepemilikan

hand phone. Interaksi antar peubah terjadi antara peubah status perlakuan terhadap koran Tempo dengan peubah pengeluaran per bulan. Segmen dengan

karakteristik memiliki pengeluaran antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 5.000.000

per bulan dan tidak menggunakan jasa asuransi merupaka segmen yang cukup

potensial untuk dijadikan konsumen yang berlangganan.

Mulyani (2004) melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui

karakteristik cepat lambatnya inisiasi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui

berdasarkan kelompok faktor-faktor yang berhubungan dengan inisiasi ASI.

Penelitian ini menunjukkan usia ayah merupakan peubah pertama yang nyata

dalam mengelompokkan karakteristik cepat lambatnya inisiasi ASI di

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Kontribusi terbesar dalam memberikan

gambaran umum karakteristik ini dijelaskan oleh kelompok usia ayah

yang tergolong produktif. Usia ibu, jenis kelamin bayi, dan keikutsertaan ibu

dalam program Keluarga Berencana (KB) merupakan hal lain yang perlu

(33)

usia ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun pada kelompok usia ayah 20-35 tahun

dengan jenis kelamin bayi. Usia ayah lebih dari 35 tahun dengan jenis kelamin

bayi serta bayi laki-laki pada kelompok usia ayah lebih dari 35 tahun dengan

keikutsertaan ibu terhadap program KB. Keterlambatan inisiasi ASI lebih banyak

digambarkan oleh kelompok usia ayah lebih dari 35 tahun yang memiliki bayi

perempuan dan kelompok usia ibu kurang dari 20 tahun dan memiliki bayi

laki-laki pada kelompok usia ayah 20-35 tahun. Ketidakikutsertaan ibu terhadap

program KB merupakan peubah terakhir yang menggambarkan lambatnya

pemberian ASI.

2. 5 Keterkaitan dengan Studi Terdahulu

Penelitian ini menganalisis segmentasi pengunjung di Wana Wisata Curug

Cilember menggunakan metode CHAID. Sementara penelitian-penelitian sebelumnya tentang segmentasi pasar menggunakan alat analisis Cluster

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola Wana Wisata Curug

Cilember menentukan target pasar dan merancang strategi pemasaran berdasarkan

segmentasi pengunjung yang diperoleh dari hasil penelitian ini.

Metode CHAID (Chi-Square Automatic Interaction Detection) dapat menangani pengelompokan data berdasarkan karakteristik peubah penjelas,

interaksi peubah-peubah penjelas, atau peubah respon yang berskala ordinal atau

nominal yang tidak dapat dilakukan dengan metode analisis Cluster. Metode

CHAID merupakan salah satu alternatif metode eksploratif untuk melihat dan memilih faktor-faktor yang berpengaruh signifikan antara peubah respon dengan

peubah-peubah penjelas. Kelebihan lain metode ini adalah tampilan grafis berupa

(34)

penjelas sehingga mudah untuk diinterpretasikan. Riset-riset pemasaran sering

menggunakan metode ini untuk melakukan segmentasi pasar.

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

menggunakan metodeCHAID, penelitian yang dilakukan berbeda dari segi obyek, dimana obyek penelitian adalah pengunjung Wana Wisata Curug Cilember,

(35)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3. 1. 1 Perilaku Konsumen

Menurut (Engel et al, 1995) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang

dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Perilaku konsumen menurut Kotler (2002) merupakan cara individu, kelompok,

dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa,

gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan akan barang dan jasa.

Selanjutnya Umar (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen terbagi

menjadi perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak. Variabel-variabel

perilaku yang tampak antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena

siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Variabel

perilaku yang tidak tampak adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan

perasaan kepemilikan konsumen.

3. 1. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Kotler (2002) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen

dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor

budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam. Menurut (Engel

et al, 1995) Pengambilan keputusan oleh konsumen ditentukan oleh tiga determinan yaitu: (1) pengaruh lingkungan; (2) perbedaan individu; dan (3) proses

psikologis. Pengambilan keputusan oleh konsumen ini akan berdampak pada jenis

dan bentuk bauran pemasaran yang dipilih oleh pemasar. Hal ini diperlihatkan

(36)

Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen (Engel et al, 1995)

3. 1. 3 Perilaku Pascapembelian

Kotler (2002) menyatakan bahwa tugas pemasar tidak berhenti setelah

penjualan terjadi melainkan berlanjut pada tahap pemantauan perilaku konsumen

pascapembelian. Menurut Engel et al (1995) pembeli akan melakukan evaluasi alternatif seperti halnya sebelum pembelian. Keadaan setelah pembelian ini akan

menimbulkan dampak apakah pembeli bersangkutan puas atau tidak puas terhadap

transaksi yang telah dilakukan.

Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan pembeli

atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan pembeli atas produk tersebut.

Pelanggan akan merasa kecewa jika kinerja produk lebih rendah dari harapan,

pelanggan akan merasa puas jika kinerja produk sesuai harapan, bahkan jika

kinerja produk melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat puas.

(37)

menguntungkan tentang produk tersebut kepada orang lain. Konsumen

membentuk harapan berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan

sumber-sumber informasi yang lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan

kosumen dengan kinerja suatu produk maka semakin besar pula ketidakpuasan

konsumen (Kotler, 2002).

Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara

ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan

upaya untuk menuntut ganti rugi. Ini berarti bahwa upaya mempertahankan

pelanggan menjadi bagian yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Pemasar

dapat melakukan beberapa taktik, seperti: menciptakan harapan yang realistis,

memastikan bahwa kualitas barang dan jasa memenuhi harapan, memberikan

garansi, dan menanggapi ketidakpuasan pelanggan secara langsung dengan

respons yang cepat dan tepat (Engelet al, 1995).

3. 1. 4 Loyalitas Konsumen

Pemasar berharap konsumen akan melakukan pembelian ulang jika merasa

puas terhadap suatu produk. Kepuasan terhadap suatu produk akan menuntun

konsumen ke arah loyalitas terhadap suatu produk atau merek. Pelanggan yang

loyal akan menguntungkan pemasar dalam berbagai aspek pemasaran.

Menurut Griffin (1995) loyalitas konsumen merupakan komitmen yang

kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap

barang dan jasa yang disukai secara konsisten dalam jangka panjang serta tidak

terpengaruh oleh situasi dan pemasaran produk-produk lain yang berusaha

mengalihkan konsumen untuk membeli produk-produk lain tersebut. Sedang

(38)

keterkaitan pelanggan terhadap sebuah merek yang dapat memberikan gambaran

tentang tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek lain. Apabila

loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat maka pelanggan tersebut

akan melanjutkan pembelian merek yang bersangkutan.

3. 1. 5 Tingkatan Loyalitas Konsumen

Menutur Durianto et al (2003) loyalitas merek memiliki beberapa tingkatan, di mana pada masing-masing tingkatan menunjukkan tantangan yang

harus dihadapi pemasar sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan.

1. Switcher (Pembeli yang berpindah-pindah)

Pelanggan pada tingkatan ini sangat mudah memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lain. Ciri utama pelanggan ini adalah mereka

melakukan pembelian karena harga murah.

2. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli pada tingkatan ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan

produk yang mereka konsumsi atau setidaknya pembeli tidak mengalami ketidakpuasan terhadap produk tersebut. Ciri konsumen pada tingkatan ini

adalah menbeli produk hanya berdasarkan kebiasan pembelian selama ini.

3. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pelanggan pada tingkatan ini merasa puas dengan suatu produk tapi bisa saja

memindahkan pembeliannya pada produk lain dengan menanggung biaya

peralihan (switching cost). Pemindahan ini berkaitan dengan waktu, uang, atau risiko kinerja yang melekat dengan tindakan pelanggan beralih merek.

4. Likes the Brand (Pembeli yang menyukai merek)

Pembeli yang masuk pada tingkatan loyalitas ini benar-benar menyukai suatu

(39)

suka pembeli bisa didasari oleh rangkaian pengalaman dalam penggunaan

produk yang bersangkutan.

5. Commited Buyer (Pembeli yang komit)

Pelanggan pada tahap ini merupakan pelanggan setia yang memiliki

kebanggaan sebagai pengguna suatu merek. Merek tersebut bisa sangat

penting bagi pelanggan baik dari segi fungsi maupun sebagai suatu ungkapan

ekspresi diri. Salah satu ciri pelanggan pada tingkatan ini merekomendasikan

dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.

3. 1. 6 Segmentasi Pasar

Kotler (2002) menyatakan bahwa segmen pasar terdiri dari kelompok

besar yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar dengan keinginan, daya beli,

lokasi geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembelian yang serupa.

Kasali (1998) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai proses

mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok konsumen

potensial yang memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau kesamaan karakter yang

memiliki respons yang sama dalam membelanjakan uang. Menurut Engel et al

(1995) segmentasi pasar merupakan prosedur di mana sebuah pasar dibagi

menjadi kelompok atau himpunan bagian bermakna yang pantas mendapatkan

pendekatan pemasaran yang terpisah.

Menurut Kotler (2002), perusahaan sekarang lebih banyak memanfaatkan

pemasaran sasaran yang mengharuskan pemasar melakukan tiga langkah utama:

1. Mengidentifikasi dan memilah kelompok pembeli ( segmentasi pasar)

2. Memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki (pembidikan pasar)

3. Membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan

(40)

Kasali (1998) menyebutkan bahwa keuntungan yang dapat diperoleh

dengan melakukan segmentasi pasar adalah sebagai berikut:

1. Mendesain produk-produk yang lebih responsif terhadap perubahan pasar.

2. Menganalisis pasar.

3. Menentukan peluang.

4. Menguasai posisi yang superior dan kompetitif.

5. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien.

3. 1. 6. 1 Tingkat Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan

pemasaran perusahaan. Titik awal dari pembahasan segmentasi adalah pemasaran

masal. Peningkatan jumlah media iklan dan saluran distribusi menyebabkan

kesulitan untuk mempraktekkan pemasaran masal sehingga menyebabkan

perusahaan beralih dari pemasaran masal ke pemasaran mikro pada satu dari

empat tingkat berikut ini (Kotler, 2002):

1. Pemasaran Segmen

Pemasaran segmen membuat perusahaan dapat menciptakan penawaran

produk atau jasa yang lebih selaras dan mengenakan harga yang pantas bagi

kelompok sasaran tertentu. Pemilihan saluran distribusi dan saluran komunikasi

menjadi jauh lebih mudah dan mungkin menghadapi pesaing yang lebih sedikit

dalam segmentasi tertentu.

2. Pemasaran Relung

Relung (niche) adalah kelompok yang didefinisikan secara lebih spesifik, khususnya pasar kecil yang kebutuhannya tidak dilayani dengan baik. Pemasar

(41)

sub-segmen atau dengan mendefinisikan sebuah kelompok yang mencari

gabungan manfaat khusus yang berbeda dengan yang dicari oleh kelompok lain.

Contohnya, segmen perokok berat mencakup mereka yang berusaha untuk

berhenti merokok dan mereka yang tidak peduli.

Relung yang menarik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pelanggan di

relung itu memiliki kumpulan kebutuhan yang benar-benar berbeda; mereka

bersedia membayar harga tambahan kepada perusahaan yang paling memuaskan

kebutuhan mereka; relung itu tidak mungkin menarik pesaing lain; perusahaan

pengisi relung mendapatkan penghematan tertentu melalui spesialisasi; dan relung

memiliki ukuran, laba, serta potensi pertumbuhan yang memadai.

3. Pemasaran Lokal

Pemasaran sasaran menghasilkan program pemasaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan keinginan kelompok pelanggan lokal (wilayah

perdagangan, lingkungan sekitar, bahkan toko individual).

4. Pemasaran Individual

Tingkat segmentasi tertinggi mengarah pada segmen tunggal, pemasaran

sesuai pesanan (customized marketing), atau pemasaran satu lawan satu. Selama berabad-abad konsumen dilayani sebagai individu. Tukang jahit membuat

pakaian, tukang sepatu merancang sepatu untuk perseorangan. Kebanyakan

pemasaran bisnis ke bisnis saat ini dibuat sesuai pesanan, di mana perusahaan

manufaktur akan menyesuaikan penawaran, logistik, dan persyaratan keuangan

bagi masing-masing pelanggan. Teknologi baru memungkinkan perusahaan

mempertimbangkan untuk kembali ke pemasaran sesuai pesanan, atau apa yang

(42)

3. 1. 6. 2 Prosedur Segmentasi Pasar

Tiga langkah untuk mengidentifikasi segmen pasar: survei, analisis, dan

pembentukan profil (Kotler, 2002)

1. Tahap Survei

Periset melakukan wawancara untuk mencari penjelasan dan membentuk

kelompok fokus agar didapatkan pemahaman atas motivasi, sikap dan perilaku

konsumen. Selanjutnya, periset menyiapkan kuesioner resmi untuk

mengumpulkan data mengenai atribut dan peringkat kepentingan atribut tersebut;

kesadaran merek dan peringkat merek; pola-pola pemakaian produk; sikap

terhadap kategori produk; kondisi demografis, geografis, psikografis, dan

mediagrafis responden.

2. Tahap Analisis

Periset menerapkan analisis faktor terhadap data tersebut untuk membuang

variabel-variabel yang berkorelasi tinggi, kemudian periset menerapkan analisis

kelompok untuk menghasilkan jumlah segmen yang berbeda scara maksimum.

3. Tahap Pembentukan

Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan sikap, perilaku,

demografis, psikografis, dan pola media.

3. 1. 6. 3 Dasar Segmentasi Pasar Konsumen

Dasar (basis) segmentasi pasar yang digunakan oleh para pemasar adalah

sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografis

(43)

rumah tangga. Perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi dalam satu atau

sedikit wilayah geografis atau beroperasi dalam seluruh wilayah tetapi

memberikan perhatian pada variasi lokal (Kotler, 2002).

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis membagi pasar menjadi kelompok-kelompok

berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, siklus

hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,

generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. Variabel-variabel demografis

merupakan dasar yang paling populer untuk membedakan kelompok-kelompok

pelanggan. Satu alasan adalah bahwa keinginan, preferensi, dan tingkat

pemakaian konsumen sering sangat berhubungan dengan variabel-variabel

demografis. Alasan lain adalah bahwa variabel-variabel demografis lebih mudah

diukur dibandingkan sebagian besar variabel lain(Kotler, 2002).

3. Segmentasi Psikografis

Menurut Kotler (2002) segmentasi psikografis membagi kelompok

pembeli menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau

kepribadian akan nilai. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini serta menggambarkan bagaimana

seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Orang-orang yang dalam kelompok

demografis yang sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda.

Sedangkan Engelet al (1995) menyatakan bahwa psikografi adalah teknik utama yang digunakan oeh peneliti konsumen sebagai ukuran operasional dari gaya

hidup dan sering disinonimkan sebagai pengukuranAIO (Activities atau Aktivitas,

(44)

4. Segmentasi Perilaku

Pembeli dalam segmentasi perilaku dikelompokkan berdasarkan

pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan terhadap suatu produk. Banyak

pemasar yakin bahwa variabel perilaku, seperti : kejadian, manfaat, status

pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli, dan sikap

merupakan titik awal terbaik dalam membentuk segmen pasar (Kotler, 2002).

3. 1. 6. 4 Segmentasi yang Efektif

Kotler (2002) menyatakan bahwa segmentasi yang berguna haruslah:

§ Dapat diukur: Daya beli dan profil segmen dapat diukur.

§ Besar: Suatu segmen harus merupakan kelompok homogen terbesar dalam artian besar pasarnya sehingga menjamin kontinuitas produksi sesuai harga

yang bersedia dibayar konsumen.

§ Dapat diakses: Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif baik secara fisik (distribusi) maupun nonfisik (komunikasi, promosi).

§ Dapat dibedakan: Segmen-segmen secara konseptual dapat dipisah-pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program

bauran pemasaran yang berbeda.

§ Dapat diambil tindakan: Sejauh mana program-program yang efektif dapat dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen tersebut.

3. 1. 7 Penetapan Pasar Sasaran

Identifikasi perusahaan terhadap peluang-peluang segmen pasar yang ada,

mengharuskan perusahaan tersebut mengevaluasi beragam segmen dan

(45)

3. 1. 7. 1 Mengevaluasi Segmen Pasar

Perusahaan harus memperhatikan dua faktor dalam mengevaluasi segmen

pasar yang berbeda. Pertama, karakteristik yang membuat suatu segmen potensial

terlihat menarik sehingga perlu dipertanyakan dalam hal ukuran, pertumbuhan,

profitabilitas, skala ekonomis, dan risiko yang rendah. Kedua, pertimbangan

investasi perusahaan di segmen tersebut harus diselaraskan dengan tujuan dan

sumber daya perusahaan sehingga hasilnya bisa menguntungkan (Kotler, 2002).

3. 1. 7. 2 Memilih Segmen Pasar

Kotler (2002) menyatakan ada lima pola pemilihan pasar sasaran yang

dapat dipertimbangkan perusahaan:

1. Konsentrasi Segmen Tunggal

Perusahaan bisa memilih sebuah segmen tunggal, kemudian berusaha

mendapatkan pengetahuan yang kuat tentang kebutuhan segmen dan meraih posisi

pasar yang kuat di segmen tersebut. Perusahaan menikmati operasi yang ekonomis

melalui spesialisasi produk, distribusi, dan promosi. Tingkat pengembalian

investasi yang tinggi juga dihasilkan perusahaan jika menjadi pemimpin pasar di

segmen tersebut.

2. Spesialisasi Selektif

Perusahaan memilih sejumlah segmen yang secara obyektif menarik dan

memadai. Segmen-segmen tersebut bisa saja sedikit atau tidak saling bersinergi

satu sama lain, namun masing-masing segmen berpotensi sebagai penghasil uang.

Strategi cakupan multi-segmen dapat diterapkan untuk menarik segmen-segmen

(46)

3. Spesialisasi Produk

Perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk tertentu yang

dijual ke beberapa segmen. Contoh, perusahaan manufaktur mikroskop menjual

mikroskop yang berbeda ke laboratorium universitas, laboratorium pemerintah,

dan laboratorium komersil, tapi tidak meproduksi produk lain yang berhubungan

dengan laboratorium. Melalui strategi spesialisai produk, perusahaan membangun

reputasi yang kuat di bidang produk tertentu. Risiko yang tidak menguntungkan

adalah produk yang dibuat perusahaan mungkin digantikan oleh teknologi yang

benar-benar baru.

4. Spesialisasi Pasar

Perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu

kelompok pelanggan tertentu. Contoh, perusahaan yang menjual

bermacam-macam produk ke laboratorium universitas yang terdiri dari mikroskop, pembakar

bunsen, labu kimia, dan lain-lain. Perusahaan mendapatkan reputasi yang kuat

dengan mengkhususkan diri dalam melayani kelompok pelanggan tertentu dan

menjadi saluran pemasaran bagi semua produk baru yang mungkin digunakan

oleh kelompok pelanggan tersebut. Risiko yang tidak menguntungkan adalah

mungkin kelompok pelanggan tersebut harus memotong anggaran mereka.

5. Cakupan Seluruh Pasar

Perusahaan yang memilih cakupan seluruh pasar akan berusaha melayani

berbagai kebutuhan dari semua kelompok pelanggan. Pemenuhan kebutuhan

semua segmen di suatu pasar akan membutuhkan sumber daya yang sangat besar

(47)

3. 1. 7. 3 Strategi Pemasaran pada Pasar Sasaran

Pemasar dapat melakukan tiga pemasaran setelah segmentasi pasar

dilakukan (Kotler, 2002):

1. Pemasaran Terkonsentrasi

Fokus utama dalam pemasaran terkonsentrasi adalah melayani satu

segmen. Tapi, risiko yang dihadapi di pemasaran terkonsentrasi juga tinggi, bisa

saja kebutuhan segmen tiba-tiba berubah atau ada pesaing yang ikut berkompetisi

dalam melayani segmen tersebut. Dengan alasan itu, banyak perusahaan

beroperasi di lebih dari satu segmen.

2. Pemasaran Terdiferensiasi

Pemasaran yang terdiferensiasi beroperasi di beberapa segmen pasar dan

merancang program yang berbeda bagi masing-masing segmen.

3. Pemasaran yang Tidak Terdiferensiasi

Pemasaran yang tidak terdiferensiasi mengabaikan perbedaan segmen

pasar dan meraih seluruh pasar dengan satu tawaran pasar.

3. 1. 8 Segmentasi Pasar dengan MetodeCHAID

Kasali (1998) menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua metode yang

lazim dipakai dalam riset-riset segmentasi, yaitu metode interdependensi dan

metode dependensi. Dalam metode interdependensi, segmentasi dibentuk oleh

variabel-variabel bebas yang tidak dikaitkan dengan variabel terikat yang harus

dijelaskan atau diprediksikan. Tujuan metode ini adalah menemukan

kelompok-kelompok konsumen (segmen-segmen) yang memiliki kesamaan respons terhadap

variabel-variabel bebas tertentu. Metode kedua adalah metode dependensi. Pada

(48)

(dependent variable) dengan sejumlah variabel bebas (independent variable). Teknik yang dibutuhkan pada metode dependensi adalah sebuah pendekatan yang

dapat menunjukkan variabel-variabel bebas yang memiliki pengaruh kuat

terhadap variabel terikat, kemudin mengidentifikasi segmen-segmen yang paling

berbeda menurut variabel-variabel tersebut.

Salah satu metode dependensi yang dapat digunakan adalah analisis

CHAID (Chi-squared Automatic Interaction Detector). Dalam analisis CHAID, klasifikasi dilakukan berdasarkan pada hubungan yang ada antara variabel terikat

(dependen) dan variabel bebas (independen), oleh karena itu CHAID termasuk dalam metode dependensi dalam menentukan segmentasi.

CHAID digunakan untuk membentuk segmentasi yang membagi sebuah sampel menjadi dua atau lebih kelompok yang berbeda berdasarkan sebuah

kriteria tertentu. Hal ini kemudian diteruskan dengan membagi

kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan

variabel-variabel independen yang lain. Proses berlanjut sampai tidak ditemukan lagi

variabel independen–variabel independen yang signifikan secara statistik.

Segmen-segmen yang dihasilkan akan bersifat saling lepas yang secara statistik

akan memenuhi kriteria pokok segmentasi dasar (Bagozzi, 1994 dalam Kunto

dan Hasana, 2006).

3. 1. 8. 1 AnalisisCHAID

CHAID adalah singkatan dari Chi-squared Automatic Interaction Detector. CHAID pertama kali diperkenalkan dalam sebuah artikel berjudul

(49)

menduga sebuah variabel tunggal, disebut sebagai variabel dependen, yang

didasarkan pada sejumlah variabel yang lain, disebut sebagai

variabel-variabel independen. CHAID merupakan suatu teknik iteratif yang menguji satu-persatu variabel independen yang digunakan dalam klasifikasi, kemudian

menyusun variabel independen tersebut berdasarkan pada tingkat signifikansi

statistikchi-square terhadap variabel dependen (Gallagher, 2000).

CHAID memilih variabel-variabel independen atas dasar uji chi-square

antara kategori variabel-variabel yang tersedia dengan kategori-kategori variabel

dependen. Uji chi-square sendiri merupakan uji non parametrik yang sesuai untuk menguji hubungan antar variabel yang berbentuk kategori (Myers, 1996

dalam Kunto dan Hasana, 2006).

Menurut Lehmann dan Eherler (2001) dapat disimpulkan bahwaCHAID

adalah sebuah metode untuk mengklasifikasikan data kategori yang bertujuan

untuk membagi rangkaian data menjadi subgrup-subgrup berdasarkan pada

variabel dependen. Hasil analisis CHAID juga akan memberikan peringkat pada variabel yang merupakan variabel independen paling signifikan sampai yang

tidak signifikan.

Menurut Baron dan Phillips (Sharp et al., 1998), analisis CHAID dapat diringkas menjadi 3 elemen kunci, yaitu:

1. Uji signifikan chi-square, uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi variabel independen yang paling signifikan dalam data.

2. Koreksi Bonferroni.

3. Sebuah algoritma yang digunakan untuk menggabungkan kategori-kategori

(50)

3. 1. 8. 2 Variabel-Variabel dalam AnalisisCHAID

Menurut Gallagher (2000), CHAID akan membedakan variabel-variabel independen menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Monotonik: kategori-kategori pada variabel ini dapat dikombinasikan atau

digabungkan olehCHAID hanya jika keduanya berdekatan satu sama lain, yaitu variabel-variabel yang kategorinya mengikuti urutan aslinya (data

ordinal), contohnya: usia atau pendapatan.

2. Bebas: kategori-kategori pada variabel ini dapat dikombinasikan atau

digabungkan walaupun keduanya berdekatan atau tidak satu sama lain

(data nominal), contohnya: pekerjaan, kelompok etnik, dan area geografis.

3. Mengambang (floating): kategori-kategori pada variabel ini akan diperlakukan

seperti monotonik kecuali untuk kategori yang terakhir (yaitu missing value), yang dapat berkombinasi dengan kategori manapun.

3. 1. 8. 3 Deskripsi Matematis AnalisisCHAID

Menurut Gallagher (2000), CHAID pada dasarnya merupakan sebuah proses 4 langkah yang iteratif:

1. Pemeriksaan tiap variabel independen menggunakan uji chi-square untuk menentukan kategori mana yang signifikan untuk menunjukkan perbedaan

dalam variabel dependen dan mengumpulkan pula semua kategori yang

tidak signifikan

2. Penentuan variabel independen paling signifikan yang terbaik untuk

digunakan dalam membedakan variabel dependen berdasarkan nilai

Gambar

Gambar 1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa (Philip Kotler, 2002)
Gambar 2. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen (Engel et al, 1995)
Gambar 3. Diagram Pohon dalam Analisis CHAID
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat lokal diberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirasi/saran maupun kritik terhadap kegiatan tersebut sehingga pelaksanaan pengembangan Wana Wisata Curug Kembar Batu

kisaran pmim alami.. Pengembangan kegiatm wisata Curug - N dap! menprnaogi timbulnya pasepsi negaifteddq kaaasm wisata Clrmg Ngumpet ini.. Adanya paistiwa tmetat

Sehingga secara keseluruhan dari 3 variabel dalam persepsi pengunjung terhadap produk souvenir yang tersedia di Pasar Wisata Pasar Bawah Pekanbaru sudah dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga konflik yang telah terjadi dalam pengembangan wisata desa Curug Cikuluwung yakni; pertama konflik antara Pemerintahan Desa

menghasilkan informasi yang spesifik dan akurat guna dijadikan patokan dalam mengambil keputusan maupun penentuan target dan segmentasi pasar, hal tersebut diharapkan agar produk

Contohnya word of mouth (komunikasi lisan), yang dilakukan oleh orang-orang yang memang pernah berkunjung atau juga orang-orang yang pernah mengakses website

Hal ini menjelaskan bahwa konsumen (yaitu pengunjung Curug Sewu) memilih untuk lebih banyak melakukan kunjungan wisata pada biaya perjalanan yang lebih rendah sebagaimana

Perancangan Zonasi Wilayah Kawasan Wana Wisata Curug Sawer didasari dari peta dasar kawasan hutan yang dimiliki pihak pengelola yang selanjutnya penulis