ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG
TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG
NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR
SITI DEVI FADILAH H44062274
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
SUMMARY
SITI DEVI FADILAH. Analisize Willingness to Pay (WTP) Visitors To Package-Tours in Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Bogor Regency.
Guidance SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA.
Tourism development will provide a positive impact on a country's economic development. Tourism can create and enhance employment opportunities, increase public revenues, as a multiplier effect that occurs as a result of tourist spending, increase tax revenues and local governments retribution, increasing the national income or Gross Domestic Product (GDP), encouraging investment from the industrial tourism sector and other economies sector, and strengthening balance of payments. Tourism activities have become an important part of basic human needs. Along with the development of technology and time, the industrial toursm sector growth in line with these changes socials, culturals, economics, technological and politicals (Weber, 2006).
Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) is one of five ecotourism in Bogor Regency wich managed by Perhutani stated-owened enterprises as a from a public enterprise management of forest resources. The prime attraction of these ecotoursm.have three waterfalls, such as Nangka waterfall, Daun waterfall, and Kawung waterfall. WWCN existance is quite near about ±15 KM from the heart of Bogor City make it easily accessible. In developing the management WWCN, Perhutani planned to create a package-tour, which could be chosen by the visitors. The planed tour packages that might be offered by WWCN the jogging track plus package and conservation package. The tour packages are expected to increase satisfaction for the visitors in a tour at WWCN. The tour package activity aimed to encourage the visitors to take an active role in enjoying the outdoors and participating activelly in conserving environmental.
The purpose of this research namely 1) estimated the value of WTP visitors to determine the potential maximum price that can still be paid by visitors to the tour packages offered. 2) analyzed the factors that influence the willingness of the visitors to pay and the value of WTP visitors.
This research was based on the field observation and interviewing to the visitors also the stakeholders. The sampling was conducted on randomly 80 visitors. Data processed base on the qualitative method of logically analayzing, CVM and multiple linear regression.
Variables thought to affect significantly the decision of respondents to be willing to pay a jogging track plus travel packages and conservation are the same in the variables age, duration of his education, income level, and travel expenses. While that does not affect real variables are the variables of sex, visiting duration, and frequency of visits.
conservation’s WTP average value is Rp 127,313.00 and the value’s of Rp 878,587,013.00 TWTP. The average value of WTP of respondents to both the package is smaller than the fare plan that will be enforced by the manager that is Rp 65,000 and Rp 170,000.
Factors thought to affect significantly the value of WTP of respondents for both the tour package is a variable length of his education and income levels. The travel variabel cost was only influence the conservation package for the package while jogging track plus. Variable number of visits, number of dependents and the frequency of visits did not significantly affect WTP values of respondents.
RINGKASAN
SITI DEVI FADILAH. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor.
Dibimbing oleh SUTARA HENDRAKUSUSMAATMAJA.
Pengembangan pariwisata akan memberikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Pariwisata dapat menciptakan dan meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan, meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retrbusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran. Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan - perubahan sosial. budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Weber, 2006).
Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaanya berada di bawah Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah memiliki tiga air terjun atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung. Keberadaan WWCN yang cukup dekat sekitar 15 KM dari jantung Kota Bogor menjadikan Wana Wisata ini mudah diakses. Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Adapun rencana paket-paket wisata andalan yang akan ditawarkan WWCN adalah paket jogging track plus dan paket konservasi. Adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di WWCN. Kegitaan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa dibayarkan pengunjung untuk paket wisata yang ditawarkan. 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung membayar serta besarnya nilai WTP pengunjung.
Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara terhadap pengunjung maupun pihak yang terkait. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 80 orang pengunjung yang dipilih secara acak. Data diolah secara kualitatif dengan menggunakan metode analaisis logit, CVM dan regresi linear berganda.
Nilai rataan WTP yang dihasilkan untuk paket jogging track plus adalah sebesar Rp 56.132,00 dengan nilai total WTP (TWTP) adalah Rp 387.366.932,00. Paket konservasi nilai rata-rata WTPnya adalah sebesar Rp 127.313,00 dan nilai TWTPnya sebesar Rp 878.587.013,00. Nilai rata-rata WTP responden terhadap kedua paket tersebut ternyata lebih kecil dari rencana tarif yang akan diberlakukan oleh pihak pengelola yakni Rp 65.000 dan Rp 170.000.
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG
TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG
NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR
SITI DEVI FADILAH H44062274
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wisata di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) Kabupaten Bogor Nama : Siti Devi Fadilah
NIM : H44062274
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MSc NIP. 19480601 197301 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) PENGUNJUNG TERHADAP PAKET WISATA DI WANA WISATA CURUG NANGKA (WWCN) KABUPATEN BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Willingness to Pay (WTP) Pengunjung Terhadap Paket Wsata Di Wana Wisata Curug Nangka
(WWCN) Kabupaten Bogor”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini menganalisis mengenai nilai willingness to pay atau kesediaan pengunjung dalam membayar paket wisata jogging track plus dan konservasi di Wana Wisata Curug Nangka, serta ingin mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Peribahasa mengatakan tak ada gading yang tidak retak. Atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, penulis memohon maaf. Saran dan keritik diharapkan dapat meningkatkan kualitas terhadap karya-karya selanjutnya.
Bogor, Juli 2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyususnan skripsi ini yaitu kepada:
1. Kedua orang tua, terutama kepada ibu tercinta (Neneng Salmiah), kakak (M. Syamtidar ) dan kedua adikku (Siti Afiqah dan M. Nabhan), enin tersayang, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat serta doa yang tak henti.
2. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Lina, Bapak Memed serta para staf Perum Perhutani yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi yang dikelola.
7. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Riska Novianti dan Fani Angela. Terima kasih atas dukungan yang telah diberikan.
8. Teman-teman penulis, Norma, Emil Niar, Dwi, Ekta, Ulhaq, Irvan, Zenal, Sari, Ario, Rifqa, Bryan dan mahasiswa ESL 43 lainnya. Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan selama masa perkuliahan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
DAFTAR ISI
Halaman
SUMMARY………. i
RINGKASAN……….. iii
LEMBAR PERNYATAAN……… v
LEMBAR PENGESAHAN………. vi
PERNYATAAN……….. vii
KATA PENGANTAR………. viii
UCAPAN TERIMAKASIH……… ix
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL………... xiv
DAFTAR GAMBAR………... xv
DAFTAR LAMPIRAN………... xvi
I. PENDAHULUAN……….. 1
1.1. Latar Belakang………. 1
1.2. Perumusan Masalah……….. 4
1.3. Tujuan Penelitian……….. 7
1.4. Manfaat Penelitian……… 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian……… 8
II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 9
2.1. Pariwisata……….. 9
2.2. Wisatawan………. 10
2.3. Wana Wisata………. 11
2.4. Continget Valuation Method (CVM)……… 12
2.5. Penelitian Terdahulu………. 12
III. KERANGKA PEMIKIRAN………... 15
3.1. Kerangka Teoritis………. 15
3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingnes To Pay…. 15 3.1.2. Konsep CVM………. 15
3.1.2.1. Keunggulan dan Kelemahan CVM.. 16
3.1.3. Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan………. 18
3.1.4. Dasar Pemilihan Variabel……….. 20
3.2. Kerangka Operasional………... 22
3.3. Hipotesis……….. 24
4.1. Tempat dan Waktu
Penelitian……….. 25
4.2. Jenis dan Sumber Data……….. 25
4.3. Metode Pengambilan Sampel………... 25
4.4. Pengumpulan Data……… 26
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data………. 27
4.5.1. Estimasi Nilai WTP Pengunjung………. 27
4.5.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata……… 30
4.6. Pengujian Parameter………. 32
V. GAMBARAN UMUM LOKASI……… 35
5.1. Keadaan Lokasi Penelitian……….. 35
5.2. Objek Wisata………. 36
5.3 Aksesbilitas………... 38
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN………... 39
6.1. Karakteristik Pengunjung………. 39
6.1.1. Umur Responden………. 39
6.1.2. Tingkat Pendidikan……….. 40
6.1.3. Pekerjaan Utama……….. 41
6.1.4. Tingkat Pendapatan………. 42
6.1.5. Daerah Asal………. 43
6.1.6. Jenis Kendaraan……….. 44
6.1.7. Frekuensi Kunjungan………... 45
6.1.8. Biaya Perjalanan……….. 46
6.2. Penilaian Responden Terhadap Kondisi WWCN………. 47
6.2.1. Keindahan Objek Wisata………. 47
6.2.2. Kemudahan Mencapai Lokasi………. 48
6.2.3. Kebersihan Lokasi………... 48
6.2.4. Fasilitas yang Menunjang……… 49
6.2.5. Keamanan Lokasi……… 50
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 51
7.1. Analisis Kesediaan Membayar Responden………... 51
7.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar Responden………. 56
7.2. Analisis Willingness To Pay (WTP) dengan Pendekatan Contingent Valuation Methode………. 60
7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP……… 64
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN………... 69
8.1. Kesimpulan……….. 69
DAFTAR PUSTAKA……….. 72 LAMPIRAN……… 74
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung
Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor 2005-2009……… 2
2. Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaannya Di Bawah Perum Perhutani (Orang)……… 4
3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka... 5
4. Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data……… 27
5. Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umum………… 40
6. Persentase jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir………. 41
7. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan…………... 42
8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan…. 43 9. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Daerah Asal…………. 44
10. Persentase Jumlah Responden Berdasarka Kendaraan yang Digunakan………... 45
11. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan……….... 46
12. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan……. 47
13. Persepsi Responden Terhadap Keindahan Lokasi………... 48
14. Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lokasi……….... 49
15. Persepsi Responden Terhadap Jumlah Fasilitas Penunjang……... 50
16. Persepsi Responden Terhadap Keamanan Lokasi………... 50
17. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Jogging Track Plus……... 53
18. Hasil Analisis Regresi Logit untuk Kesediaan Membayar Pengunjung Terhadap Paket Wisata Konservasi……... 55
19. Hasil Analisis Regresi Berganda Fungsi WTP Responden Terhadap Paket Wisata Jogging Track Plus ………... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional………... 23 2. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai
WTP Pada Paket Wisata Jogging Track Plus………... 62 3. Grafik Hubungan Tingkat Pendapatan dan Nilai
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap
Paket Wisata Jogging Track Plus………... 74 2. Distribusi Nilai WTP Responden Terhadap
Paket Wisata Jogging Track Plus………... 74 3. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata
Jogging Track Plus Awal……….. 75
4. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Jogging Track
Plus yang Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP…………... 75 5. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata
Konservasi Awal………... 76
6. Rincian Anggaran Biaya Paket Wisata Konservasi yang
Telah Disesuaikan dengan Nilai WTP……….. 76 7. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk
Paket Jogging Track Plus……….... 77 8. Hasil Output Regresi Logit dengan SPSS 16 untuk
Paket Konservasi………... 79 9. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab
14 For Windows untuk Paket Jogging Track Plus………. 83 10. Hasil Output Uji Heterokedastisitas Paket Wisata
Jogging Track Plus………... 85
11. Uji Normalitas Paket Wisata Jogging Track Plus………. 81 12. Hasil Output Regresi Berganda dengan Progam Minitab
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis
budaya, serta berbagai peninggalan sejarah. Semua hal tersebut menjadikan
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan sektor
pariwisata, khususnya wisata alam.
Yoeti (2008) menyebutkan bahwa dampak pengembangan pariwisata
dilihat dari kacamata ekonomi makro akan memberikan dampak positif. Sebagai
suatu industri, pariwisata dapat menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan
pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari
pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar, meningkatkan penerimaan pajak
pemerintah dan retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional atau Gross
Domestic Bruto (GDP), mendorong peningkatan investasi dari sektor industri
pariwisata dan sektor ekonomi lainya, serta memperkuat neraca pembayaran.
Kabupaten Bogor memiliki banyak daya tarik wisata alam yang beragam,
unik, dan tersebar di wilayahnya. Ada sekitar 46 objek wisata yang tersebar di
seluruh daerah di Kabupaten Bogor. Wiasatawan yang berkunjung ke objek wisata
yang ada di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik
jumlah wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara yang
berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung Ke Objek Wisata di Kabupaten Bogor 2005-2009
Tahun
Jumlah Wisatawan (Orang)
Wisatawan
Nusantara
Wisatawan
Mancangara
Jumlah
2005 1.886.441 14.540 1.900.981
2006 1.553.232 90.081 1.643.313
2007 2.009.371 24.055 2.033.426
2008 2.209.764 20.246 2.230.010
2009 2.526.084 22.463 2.548.547
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor (2010),
Aktivitas pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar
manusia. Seiring berjalannya waktu kegiatan pariwisata terus mengalami
perkembangan hal tersebut sejalan dengan terjadinya perubahan - perubahan
sosial, budaya, ekonomi, tekhnologi dan politik (Damanik, 2006). Peningkatan
kebutuhan akan pariwisata dapat mendorong peningkatan penawaran produk atau
objek wisata di suatu negara.
Salah satu sektor wisata alam yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah wisata alam hutan. Wisata alam hutan atau wana wisata
diartikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama
dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Atmajaya (2002) dalam
salah satu upaya untuk memanfaatkan fungsi hutan secara optimal, serba guna dan
lestari dengan tetap mempertahankan aspek konservasi, keserasian dan
keseimbangan lingkungan serta tidak merubah bentuk aslinya (Perum Perhutani,
KPH Bogor).
Perum Perhutani KPH Bogor disamping menjalankan misi pokoknya yaitu
melakukan usaha-usaha produktif dibidang penguasaan hutan meliputi :
penanaman, pemeliharaan, pungutan, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan, juga
turut aktif mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan fungsi hutan.
Beberapa lokasi objek wisata hutan tersebut telah dikebangkan menjadi objek
wisata hutan dengan tidak meninggalkan asas perlindungan dan kelestarian alam,
yang biasa disebut wana wisata. (Perum Perhutani, KPH Bogor).
Kabupaten Bogor memiliki lima lokasi wana wisata (WW) andalan yang
pengelolaannya berada di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Wana wisata tersebut yaitu Wana Wiasta Curug Cilember, Wana Wisata Curug
Nangka (WWCN), Wana Wisata Bumi Perkemahan Sukamantri, Wana Wisata
Bumi Perkemahan Gunung Bunder, dan Wana Wisata Penangkaran Rusa. (Perum
Perhutani, KPH Bogor). Kelima wana tersebut memiliki daya tarik
masing-masing dan banyak diminati oleh pengunjung, baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Jumlah pengunjung yang datang ke lima wana wisata dalam kurun
Tabel 2. Perkembangan Pengunjung Objek Wisata yang Pengelolaanya di bawah Perum Perhutani (Orang)
Objek Wisata
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
Wana Wisata Curug
Cilember 121.816 128.477 111.985 128.412 191.503
Wana Wisata Curug
Nangka 87.717 96.503 97.852 67.495 64.514
Wana Wisata Buper
Gunung Bunder 46.298 49.652 58.947 69.437 77.282
Buper Sukamantri 6.674 4.000 4.220 1.956 2.075
Penangkaran Rusa/WW
Giri Jaya - - 8.875 11.603 11.951
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor 2010
1.2. Perumusan Masalah
Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu dari lima
wana wisata yang ada di Kabupaten Bogor yang pengelolaannya berada di bawah
Perum Perhutani. Daya tarik dari objek wisata ini adalah adanya tiga air terjun
atau curug yang terdiri dari Curug Nangka, Curug Daun, dan Curug Kawung
dengan masing-masing ketinggian antara 10-20 meter dan memiliki keunikan
tersendiri. Selain dapat menikmati keindahan curug yang ada di WWCN kegiatan
lain yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan WWCN, antara lain menyusuri
sungai, berenang di sungai, bermain flaying fox, serta berkemah atau camping.
menjadikan wana wisata ini mudah diakses. Jumlah pengunjung yang datang ke
WWCN dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ke Wana Wisata Curug Nangka 2005-2009
Tahun
Wisatawan
Jumlah (orang) Domestik
(Orang) Asing (Orang)
2005 87.660 57 87.717
2006 96.438 70 96.508
2007 97.797 55 97.852
2008 67.480 15 67.495
2009 64.489 25 64.514
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor 2010
Jumlah pengunjung yang berkunjung ke WWCN dari tahun 2008 hingga
2009 mengalami penurunan, untuk itu pihak pengelola yakni Perum Perhutani
berencana melakukan pengembangan pengelolaan. Marpaung (2002) menyatakan
bahwa dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata bagi taman atau daerah
konservasi memiliki konsep yang dianggap penting yaitu adanya tujuan
pendidikan bagi pengunjung tentang apa yang mereka lihat, khususnya penekanan
terhadap masalah ekologi dan konservasi. Pendekatan ini sangat sesuai
kecenderungan keinginan dan kebutuahan pengunjung akan informasi yang
memadai tentang lingkungan yang mereka kunjungi.
Dalam pengembangan pengelolaan WWCN, Perum Perhutani berencana
akan membuat suatu paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung.
paket jogging track plus dan paket konservasi. Paket-paket tersebut memiliki
manfaat, tujuan, kegiatan, serta fasilitas yang berbeda. Adaya paket-paket wisata
ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi pengunjung dalam berwisata di
WWCN. Kegitan dalam paket wisata tersebut bertujuan untuk mengajak
pengunjung berperan aktif dalam menikmati alam serta ikut berperan dalam
menjaga kelestarian lingkungannya.
Wana wisata alam merupakan tempat rekreasi yang dapat dikatagorikan
sebagai barang publik (public goods). Fauzi (2006) menyatakan barang publik
memiliki dua sifat yang dominan yaitu non-rivalry dan non-excludability. Sifat
non-rivalery yaitu setiap pengunjung objek wisata (konsumen) dapat memperoleh
kepuasan rekreasi tanpa mengurangi kepuasan konsumen lain. Sifat
non-excludability berarti bahwa setiap orang dapat menikmati wisata alam tanpa
dibatasi, oleh karena itu barang publik tidak memiliki data pasar, sehingga sulit
untuk menentukan harganya. Ketiadaan pasar pada barang publik dapat diatasi
dengan membuat kurva permintaan pada kesediaan membayar (Willingness to
pay) atau metode biaya perjalanan (travael cost method).
Dari uraian di atas maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Berapa nilai Willingness to pay (WTP) pengunjung untuk menentukan
potensi harga maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket
wisata yang akan ditawarkan di WWCN?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengestimasi nilai WTP pengunjung untuk menentukan potensi harga
maksimum yang masih bersedia dibayarkan untuk paket wisata yang
ditawarkan di WWCN.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung
membayar paket wisata di WWCN serta besarnya nilai WTP yang
dibayarkan pengunjung.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pemerintah Kabupaten Bogor umumnya Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Bogor khususnya dalam menentukan kebijakan
pengelolaan sektor pariwisata.
2. Perum Perhutani sebagai pengelola WWCN, penelitian ini diharapkan
bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tarif paket wisata
yang ditawarkan WWCN.
3. Para akedemisi dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diadakan di wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor.
Ruang lingkup penelitian untuk memperjelas dan mempersempit, maka dalam
penilitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Pokok bahasan penelitian ini adalah studi mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar tiket paket
wisata serta nilai kesedian membayar harga tiket maksimum pengunjung
Wana Wisata Curug Nangka berdasarkan analisis kesediaan membayar
(WTP).
2. Kesediaan membayar adalah jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh
seseorang guna memperoleh manfaat dari suatu peningkatan kondisi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Wahab (1992), menyatakan pariwisata adalah salah satu industri baru yang
mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan
kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di
dalam negara penerima wisatawan. Wahab (1992) juga menyatakan
kepariwisataan menggambarkan beberapa bentuk perjalanan dan penginapan
sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan
perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam
keinginan.
Pariwisata terkait dengan kegiatan wisata yang meliputi perjalanan ke
tempat tujuan atau komunitas yang terkenal dalam periode jangka waktu yang
singkat, dalam rangka untuk mewujudkan kepuasan kebutuhan konsumen untuk
satu atau kombinasi kegiatan, Gilbert (1990) dalam Vanhove (2005). Pendit
(2006) membagi bentuk- bentuk pariwisata berdasarkan katagori :
a. Menurut asal wisatawan
Pariwisata terdiri dari wisatawan domestik yakni wiasatawan yang berasal
dari dalam negeri. Wisatawan internasional yakni wisatawan yang datang
b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
Terdiri dari pariwisata aktif dan pasif. Disebut pariwisata aktif karena
adanya pemasukan valuta asing yang berdampak positif terhadap neraca
pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya. Pariwisata pasif
terjadi karena adanya kepergian seorang warga negara ke luar negeri
memberikan dampak negative terhadap neraca pembayaran luar negerinya.
c. Menurut jangka waktu
Terdiri dari pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang
dimana kedatangan seorang wisatawan diperhitungkan menurut lamanya ia
tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan.
d. Menurut jumlah wisatawan
Terdiri dari pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan tergantung atas
jumlah wisatawan yang datang.
e. Menurut alat angkut yang diperhitungkan.
Katagori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut,
pariwisata kereta api, dan pariwisata mobil. Tergantung apakah wisatawan
tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.
2.2. Wisatawan
Wisatawan merupakan unsur utama dalam pariwisata. Wisata merupakan
suatu pengalaman yang sangat manusiawi, dapat dinikmati, dapat diantisipasi dan
merupakan saat yang penting dalam hidup mereka, (Cooper et al. 1998). Pelaku
perjalanan akan disebut wisatawan ketika mereka melakukan kegiatan wisata atau
kegiatan yang bersifat rekreatif untuk menikmati suatu obyek wisata (Wardiyanta,
wisatawan yang menetap sekurang-kurangnya 24 jam di suatu negara dan maksud
kedatangan mereka didasarkan atas : (1) waktu luang (berekreasi, cuti, untuk
kesehatan, studi agama, dan olah raga). (2) bisnis, keluarga, misi, rapat dinas.
Plog (1972) mengelompokkan tipologi wisatawan sebagai berikut1:
1. Allocentris, yaitu wisatawan hanya ingin mengunjungi tempat-tempat yang
belum diketahui, bersifat petualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas
yang disediakan oleh masyarakat local.
2. Psycocentris, yaitu wisatawan yang hanya ingin mengunjungi daerah
tujuan wisata sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama
dengan di negaranya.
3. Mid-Centris, yaitu terletak diantara tipologi Allocentris dan Psycocentris
2.3. Wana Wista
Wana wisata adalah obyek-obyek wisata alam yang dibangun dan
dikembangkan oleh perum perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan
lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Menurut
Atmajaya (2002) dalam Rahayu (2006), hutan wisata alam didefinisikan sebagai
hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama yang dapat
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (out-bond), dengan kriteria
sebagai berikut :
1. memiliki keadaan alam yang menarik adan indah
2. memenuhi kebutuhan untuk rekreasi.
1
http//pengertian-pariwisata file:///F:/PARIWISAT KAJIAN SOSIOLOG DAN EKONOMI Bahan Kuliah dan Judul
Penelitian.htm.diakses tanggal 9 Juni 2010.
3. Berdekatan dengan zona pemukiman.
4. Memiliki jenis-jenis satwa baru.
5. Cukup luas dan keadaan lapangan tidak membahayakan.
2.4. Contingent Valuation Method (CVM)
Fauzi, 2006 menyatakan Pendekatan CVM sering digunakan untuk
mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering juga
dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk
mengetahui: pertama, keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari
masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara dsb) dan
kedua, keinginan menerima (Willingness To Accep atau WTA). Tekhnik CVM
didasarkan pada asumsi mendasar mengenai hak kepemilikan (Garrod dan Willis,
1999), karena itu jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas barang dan
jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah
keinginan membayar yang maksimum (Maximum Willingness To Pay) untuk
memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang ditanya memiliki hak
atas sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan menerima
(Willingness To Accept) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau
rusaknya sumber daya alam yang dia miliki
2.5. Penelitian Terdahulu
Aprilian (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan wisata dan surplus konsumen di Taman Wisata Alam Situ Gunung,
kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah biaya
perjalanan, waktu tempuh, dan daya tarik wisata. Nilai surplus konsumen total
kunjungan per individu yang diperoleh adalah sebesar Rp 277.477,00 sedangkan
nilai surplus konsumen per kunjungan per individu adalah sebesar Rp 46.847,00.
Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung
adalah sebesar Rp 1.340.709.910,00
Fitriani (2008) meneliti faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengunjung
Agrowisata Taman Wisata Mekarsari (TWM) dengan menggunakan metode
kontingensi. Faktor-faktor sosial ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan ke lokasi Agrowisata TWM adalah jumlah tanggungan
keluarga, hari kunjungan, waktu yang dihabiskan di lokasi, kesediaan membayar,
dan waktu tempuh. Jumlah kesediaan membayar dari seluruh pengunjung pada
tahun 2006 adalah sebesar Rp. 8.681.092.500 sedangkan jumlah kesediaan
membayar tahunan dari setiap pengunjung TWM sebesar Rp 23.000. Surplus
konsumen yang didapat sebesar Rp 4.906.702.500, dengan rata-rata surplus
konsumen sebesar Rp 13.000 untuk setiap orangnya.
Amanda (2009) melakukan penelitian mengenai nilai WTP pengunjung
objek wisata Danau Situgede dalam upaya pelestarian lingkungan Danau
Situdege. Dari hasil penelitiannya didapat sebanyak 81 persen responden (34
orang) menyatakan kesediaan untuk membayar dalam upaya pelestarian
lingkungan Danau Situgede. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
responden untuk membayar adalah faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan
danau. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3.588,24
sedangkan nilai total WTP pengunjing Danau Situgede sebesar Rp 2.342.000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung adalah faktor
tingkat pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden mengenai manfaat
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay
Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk
mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi
yang mendasari semua teknik adalah kesediaan membayar dari individu untuk
jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya (Munasinghe, 1993 dalam Djijono, 2002).
Teknik penilaian manfaat, didasarkan pada kesediaan konsumen membayar
perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran
kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar
(Hufschmidt et al., 1987). Kesediaan membayar atau kesediaan menerima
merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan menerima
adalah ‘bahan mentah’ dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran, 1994 dalam
Djijono, 2002 ).
3.1.2. Konsep Contingen Valuation Method
Garrod and Kennet (1999) menyatakan Contingent Valuation Method
(CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung
jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai
guna. Dalam menilai dan mengukur barang dan jasa lingkungan terdapat dua
pendekatan yaitu revealed preference approach dan stated preference approach.
Metode valuasi kontingensi (CVM) termasuk pendekatan stated preference
individu/masyarakat sejauh mana masyarakat mau membayar untuk perubahan
kualitas lingkungan. CVM adalah metode tekhnik survey untuk menayakan
penduduk tentang nilai atau harga yang mereka belikan terhadap komoditi yang
tidak memiliki pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia
atau jika ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak yang diterapkan. Tujuan
CVM yaitu untuk menghitung nilai (harga) atau penawaran yang mendekati
keadaan yang sebenarnya jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada.
Asumsi yang digunakan dalam CVM yaitu individu yang terlibat dalam
menilai lingkunganya memahami benar tentang kondisi lingkunganya, dapat
memahami dan menentukan pilihan yang ada dengan tepat. Jawaban yang
diberikan individu haruslah benar-benar apa yang akan dilakukannya seandainya
kondisi lingkungan yang diharapkan benar-benar terjadi.
3.1.2.1. Keunggulan dan Kelemahan CVM
Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM yaitu :
1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan
lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang
terukur secara nyata dipasar saja.
2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang
penting, yaitu sering kali menjadi hanya satu-satunya tekhnik untuk
mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan berbagai konteks kebijakan
lingkungan.
lingkungan di sekitar masyarakat.
4. Dibandingkan dengan tekhnik penilaian yang lain, CVM memiliki
kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Seseorang yang
menggunakan CVM mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan
barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung.
5. Kapasitas CVM dapat menduga ''nilai non pengguna'' (Non use value).
6. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non
pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan
wawancara, sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna
dan pengguna secara terpisah.
Menurut Hanley dan Spash (1993), keterbatasan utama dari penggunaan
CVM adalah timbulnya bias, yang terjadi jika dalam penggunaan CVM timbul
nilai WTP/WTA yang lebih tinggi atau nilai WTP/WTA yang lebih rendah dari
nilai sebenarnya. Bias tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Bias strategi (strategic bias), yaitu bias yang terjadi karena barang
lingkungan memiliki sifat ''non-excludabillity'' dalam pemanfaatanya,
sehingga akan mendorong terciptanya respoden yang bertindak sebagai
''free rider'' dan tidak jujur dalam memberikan informasi.
2. Bias Rancangan (design bias), yaitu mencakup cara informasi disajikan,
instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe
3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwan responden (mental
account bias), yang terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan
seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan,
kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk barang lingkungan tertentu
dalam periode waktu tertentu.
4. Kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error), terjadi jika fakta
yang ditanyakan kepada responden dalam pasar hipotesis membuat
tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti
sehingga nilai WTP yang dihasilakan menjadi berbeda dengan nilai
sesungguhnya.
2.1.3. Skenario dan Rencana Paket Wisata yang Ditawarkan
Pihak Pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum
Perhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan pengelolaan
wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata andalan yang dapat dinikmati
oleh pengunjung WWCN. Paket wisata tersebut diantaranya paket jogging track
plus dan paket konservasi.
1. Paket Jogging track plus
Kegiatan dalam paket jogging track plus dilakukan selama satu hari. Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan suasana rekreasi baru, tidak hanya itu
pengunjung juga akan mendapatkan pengetahuan tentang keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa dalam kawasan hutan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam
paket wisata ini adalah tracking menyusuri hutan sejauh dua kilometer, selama
penjelasan mengenai flora dan fauna yang ada di hutan. Kegiatan diakhiri dengan
bermain atau mandi di air terjun. Manfaat dari paket wisata ini adalah selain kita
dapat menikmati pemandangan hutan, kegiatan menyusuri hutan ini sangat
menyehatkan karena kita dapat menghirup udara segar dan berolah raga serta
dapat mengenal tentang fungsi dan manfaat sumber daya hutan untuk menuju
ramah lingkungan. Fasilitas yang diperoleh dari paket wisata ini adalah tiket
masuk kawasan, snack, makan siang, medis dan pemandu.
2. Paket Konservasi
Kegiatan dalam paket ini dilakukan selama dua hari satu malam. Tujuan dari
kegiatan paket ini adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas, mempunyai rasa kepedulian untuk membangun kelestarian alam.
Kegiatan yang dilakukan dalam paket ini adalah berkemah, api unggun,
penyampaian materi, hiking, dan menanam pohon. Adapun manfaat dari kegiatan
ini adalah pengunjung dapat menganal fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati
dan ekosistem hutan. Fasilitas yang dapat diperoleh dari peket ini adalah tiket
masuk kawasan, tenda, makan empat kali, api unggun, bibit, lahan tanam, lampu
penerangan, dan pemandu.
Adanya paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
pengunjung WWCN. Dari skenario di atas maka pertanyaan yang dapat diajukan
3.1.4. Dasar Pemilihan Variabel
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebersediaan
membayar serta besarnya nilai WTP terhadap paket wisata di WWCN diduga
dipengaruhi oleh variabel-variebel sebagai berikut :
1. Tingkat Pendapatan
Variabel tingkat pendapatan dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi
analisis terkait dengan teori kebutuhan hidup manusia yang diungkapkan oleh
Abraham Maslow. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat
kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok
(sandang pangan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi.
Variabel tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi secara positif terhadap
kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung.
2. Biaya perjalanan
Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya keseluruhan yang
dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali kegiatan rekreasi. Biaya
perjalanan mencakup biaya sejak awal berangkat ke tempat wisata hingga kembali
ke tempat semula. Biaya perjalanan diduga akan mempengaruhi secara negatif
terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP pengunjung, semakin besar biaya Apakah Sauadara berminat terhadap paket-paket wisata yang ditawarkan?
Bersediakah Saudara membayar sejumlah uang tertentu untuk paket wisata
tersebut? Berapa nilai harga tiket maksimum yang masih dapat Saudara
perjalanan maka nilai WTP yang diberikan akan semakin kecil, karena
pengunjung akan merasa menambah terbebani dengan adanya tarif yang besar.
3. Usia
Menurut Wahab (1992), umur dapat membuat individu melakukan aktivitas
rekreasi yang berbeda. Kebutuhan dan kegemaran rekreasi berbeda pada tingkatan
usia. Individu dengan usia lebih muda atau remaja cenderung akan melakukan
rekreasi yang lebih kepada olah raga. Anak-anak atau yang berusia dini cenderung
lebih menyukai rekreasi permainan dan menuntut ilmu.
4. Lamanya pendidikan yang di tempuh
Tingkat pendidikan menunjukan lamanya pendidikan formal yang pernah
ditempuh seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka,
pemikiran wawasan serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir
lebih cepat. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi penilaian orang
tersebut terhadap masalah ekologi dan konservasi. Tingkat pendidikan diduga
akan mempengaruhi secara positif terhadap kesediaan membayar dan nilai WTP
pengunjung.
5. Waktu yang dihabiskan di lokasi
Berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas yang lengkap yang disediakan
oleh pengelola wisata akan membuat para pengujung merasa nyaman dan betah
berlama-lama dilokasi tersebut, sehingga dapat mempengaruhi persepsi terhadap
tempat wisata tersebut. Waktu yang dihabiskan dilokasi akan mempengaruhi
tersebut berada dilokasi maka nilai WTP yang diberikan semakin besar.
6. Jumlah Tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga akan berkaitan dengan banyaknya pengeluaran
yang akan dikeluarkan oleh keluarga tersebut. Semakin banyak jumlah keluarga
maka semakin meningkat pengeluaran keluarga tersebut. Jumlah tanggungan
keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar dan nilai
WTP.
2.1.2. Kerangka Operasional
Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu tempat
wisata di Kabupaten Bogor yang banyak diminati oleh pengunjung yang berasal
dari Bogor maupun luar Bogor. Keindahan alam serta terdapatnya tiga curug yang
indah menjadikan daya tarik WWCN untuk dijadikan alternatif tempat berwisata.
Keberadaan tempat wisata tentu memiliki nilai manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dapat dirasakan oleh pengunjung maupun pihak
pengelola wisata.
Jumlah pengunjung yang datang ke WWCN mengalami penurunan, untuk
itu Perum Perhutani selaku pengelola berencana untuk mengembangkan
pengelolaan wisata agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya yang ada
semaksimal mungkin. Rencana Perum Perhutani dalam pengembangan
pengelolaan WWCN yaitu dengan membuat paket-paket wisata. Dimana dengan
adanya paket-paket wisata ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
pengunjung serta meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke WWCN.
pengunjung dalam menentukan potensi harga maksimum yang masih bisa
dibayarkan oleh pengunjung terhadap paket wisata yang ditawarkan. Menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung serta
[image:40.595.106.494.203.749.2]besarnya nilai WTP pengunjung. Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar1.
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Operasional.
Wana Wisata
Rencana pengelolaan pengembangan WWCN dengan
membuat paket-paket wisata
Regresi Logit dan Linear Berganda
CVM
Alokasi Sumberdaya Optimal dalam Rangka meningkatkan Jumlah
Pengungjung
Estimasi Willingness to pay
(WTP) pengunjung untuk paket Wisata yang ditawarkan.
Penurunan jumlah pengunjung
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP pengunjung
Paket Jogging Track Plus Paket
3.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Nilai WTP pengunjung lebih besar dari nilai tarif yang akan ditetapkan
oleh pihak pengelola yakni Perum Perhutani.
2. Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata diduga
dipengaruhi secara positif oleh variabel usia, jenis kelamin, lamanya
pendidikan yang di tempuh, tingkat pendapatan, dan waktu yang
dihabiskan di lokasi. Variabel biaya perjalanan dan frekuensi kunjungan
akan berpengaruh negatif terhadap kesediaan membayar pengunjung.
3. Besarnya nilai WTP pengunjung diduga dipengaruhi positif oleh variabel
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, waktu yang dihabiskan di lokasi
dan frekuensi kunjungan. Variabel biaya perjalanan dan jumlah
IV. METODELOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten
Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana
Wisata Curug Nangka sebagai tempat penelitian didasari karena wisata ini
merupakan salah satu wana wisata yang sering dikunjungi di Kabupaten Bogor.
Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2010.
4.2 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner dengan pengunjung Wana Wisata Curug Nangka sebagai
responden. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari beberapa dinas
terkait instasi terkait di daerah penelitian yang meliputi dokumen atau arsip dan
laporan dari pemerintah daerah, penelitian-penelitian terdahulu, dan lain
sebagainya yang dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai.
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka.
Sampel yang diambil sebanyak 80 responden. Penetapan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel
mendekati sebaran normal. Teknik pengambilan sampelnya dilakukan secara
convenience sampling atau accidential sampling yaitu pengambilan berdasarkan
spontanitas. Dalam hal ini siapa saja orang yang ditemui, maka orang terebut
dijadikan sampel (responden) dengan persyaratan resonden berusia diatas 15
tahun.
4.4. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan
dengan menggunakan berbagai pendekatan sebagai berikut:
a. Observasi langsung ke lapangan (direct observation), dimaksudkan untuk
mengetahui dan melihat secara langsung kondisi biofisik objek penelitian,
seperti karakteristik pengunjung.
b. Wawancara (interview), dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif. Data dan informasi dikumpulkan untuk mengetahui aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan pengunjung .
c. Wawancara mendalam (in-depth interview), dilakukan untuk mengetahui
aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dengan mewawancarai informan
kunci yang memiliki pengetahuan lebih terhadap Wana Wisata Curug Nangka
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analilsis data dilakukan secara manual dan
menggunakan komputer dengan menggunakan progam Microsoft Office Excel,
Minitab for Windows Release 14.2. dan progam SPSS 15.0 for windows. Tabel 4
akan menguraikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis
data yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian.
Tabel 4. Matriks Keterkaitan Tujuan, sumber Data dan Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Jenis Data Metode
Analisis Data
1. Mengestimasi nilai WTP pengunjung terhadap harga paket wisata yang ditawarkan Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner
Data primer berupa besarnya nilai yang bersedia pengunjung bayarkan
CVM
2. Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan
membayar dan nilai WTP pengunjung Pengunjung dengan wawancara menggunakan kuesioner
Data primer terdiri dari variabel jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, waktu yang di habiskan lokasi, jumlah tanggungan, dan frekuensi kunjungan. Analisis Logit dan regresi linear berganda.
4.5.1. Estimasi Nilai WTP Pengunjung
Nilai WTP pengunjung untuk menjaga keindahan alam dan kelestarian
lingkungan Wana Wisata Curug Nangka dapat diketahui dengan menggunakan
penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan atau proses. Tahapan
tersebut dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1. Membuat Hipotesis Pasar
Skenario yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pihak pengelola Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yakni Perum
Perrhutani KPH Bogor berencana akan melakukan pengembangan
pengelolaan wisata yaitu dengan membuat paket-paket wisata yang dapat
dipilih oleh pengunjung WWCN. Paket tersebut diantaranya paket jogging
track plus dan paket konservasi. Adanya paket wisata ini diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan pengunjung WWCN. Apakah Saudara
bersedia membayar paket wisata tersebut? Berapakah nilai harga tiket
maksimum yang masih dapat dibayarkan untuk paket wisata tersebut?.
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)
Nilai tawaran yang digunakan untuk menentukan nilai WTP adalah
permainan lelang (Bidding Game) dimana responden diberi pertanyaan
secara berulang-ulang tentang keinginan membayar sejumlah tertentu
sampai mendapatkan nilai maksimum yang ingin dibayarkan.
3. Menghitung Rataan WTP
Dugaan rataan WTP dihitung dengan menggunakan rumus
EWTP = ∑ TP.
N
Dimana :
EWTP = Dugaan rata-rata WTP (Rp)
WTPXi = Nilai WTP tiap responden (Rp)
N = Jumlah responden (Orang)
4. Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve)
Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan dengaa persamaan sebagai
berikut:
WTP = ( PNDK, PNDTN, BP, JT, LK, FK )
Dimana :
WTP = Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)
PNDKN = Lamanya menempuh pendidikan (Tahun)
PNDTN = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan)
BYPJ = Biaya perjalanan (Rp)
JT = Jumlah tanggungan (Orang)
LK = Lamanya di Lokasi (Jam)
FK = Frekuensi Kunjungan (Kali)
5. Mengagregatkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran
dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Maka nilai total WTP
didapat dengan menggunakan rumus :
Dimana :
TWTP = Total WTP (Rp) EWTPi = Rataan WTP (Rp) N i = Populasi (Orang)
4.5.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar
dan Besarnya Nilai WTP Pengunjung Terhadap Paket Wisata.
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung terhadap paket wisata di
WWCN dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi logit.
Variabel-variabel yang mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung adalah jenis
kelamin, lamanya menempuh pendidikan, tingkat pendapatan, usia, biaya
perjalanan, dan waktu yang dihabiskan dilokasi dan frekuensi kunjungan.
Bentuk model logit yang akan digunakan adalah :
Li = β0 +β 1USAI+β 2JKI+ β 3PNDKNI + β4PNDTNI -β 5BPI + β
6LKI -β7FKI
Dimana :
Li = Kesediaan pengunjung membayar terhadap paket wisata (bernilai
1 jika besedia dan ber nilai 0 jika tidak bersedia)
β 0 = Konstanta
β 0.. β6 = Koefisien regresi
USA = Usia (Tahun)
JK = Jenis kelamin(bernilai 1 jika laki-laki, bernilai 0 jika perempuan) PNDKN = Lamanya pendidikan yang di tempuh (Tahun)
PNDTN = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan)
BP = Biaya perjalanan ( Rp )
LK = Waktu yang dihabiskan di Lokasi (Jam)
Model logit diturunkan berdasarkan funsi peluang logistic kumulatif yang
dispesifikan sebagai berikut (Juanda, 2009) :
Pi = F (Z i) = F ( α + βXi) = =
…… (1)
Dimana:
Pi = Peluang individu untuk mengambil keputusan
α = Intersep
β = Koefisien Regresi Xi = Variabel Bebas
Untuk melihat model pada persamaan (1) dapat diestimasi hal yang pertama
dilakukan dalah mengalikan kedua sisi persamaan dengan untuk
mendapatkan,
(1 + e-Zi)Pi = 1 =>
= - 1 =
=
Dengan ln di kedua sisi,
Zi
=
ln ln=
Zi = α + βXiAnalisis faktor-faktor yang mempegaruhi besarnya nilai WTP pengunjung
dapat dilkukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Dimana
fungsi persamaanya sebgai berikut :
Y = β0+β1PNDKNI + β2PNDTNI-β3BPI -β4JTI+β5FK5+β6LK6
Dimana :
Y = Nilai WTP yang ingin dibayarkan (Rp)
β 0.. β5 = Koefisien Regresi
PNDKN = Lamanya menempuh Pendidikan (Tahun) PNDTN = Tingkat pendapatan (Rp/Bulan)
BP = Biaya Perjalanan ( RP )
JT = Jumlah tanggungan (Orang)
FK = Frekuensi Kunjungan (Kali)
LK = Lamanaya di Lokasi (jam)
4.6. Pengujian Parameter
Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan secara statistik.
Uji yang dilakukan adalah :
1. Uji Likelihood Ratio
Uji likelihood ratio adalah uji secara keseluruhan model logit dimana rasio
fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan modelR
(Ho benar) (Juanda, 2009). Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho: β1 = β2 = ...= βn
H1 : minimal ada βj ≠ 0, untuk j = 1,2,...n
Statistik uji-G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan
derajat bebas.
G = -2 ln [
] =
2 ln []
≈
X2 (k-1)= 2[ln(likelihood_modelUR ) – ln(likelihood_modelR )]
Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis Ho ditolak jika: statistik G > X2
2. Uji kendalan
Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-
Square ( R2 ) dari OLS ( Ordinary Laest Square ) WTP.
3. Uji Statistik F
Uji F merupakan uji model secara keseluruhan. Tahapan uji statistik-F dalam
ANOVA adalah sebagai berikut (Juanda, 2009)
Hipotesis statistik:
H0: σR2 = σe2 (atau σR2≤σe2) atau (β2 = β3 = 0)
H1: σR2 > σe2 (atau σR2 / σe2 > 1) atau (β2atau β3≠0)
Stataistik uji yang digunakan adalah Fhit = KTR/KTS ~ F(dbr,dbe), secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
F(K-1, N-1) =
dbr = banyaknya peubah X = (k-1)
dbe = n-k
Kriteria keputusan dalam uji-F adalah
Jika Fhit > Fα(dbr,dbe) maka terima H1
4. Uji Terhadap Kolinearitas Ganda ( Multicolinearity )
Salah satu asumsi dasar dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada
hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika
hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut
berkolinearitas ganda sempurana (perfect Multicolinearity) (Juanda,2009).
Masalah Multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer,
dimana apabila nilai VIF ( Varian Inflation Factor ) < 10 maka tidak ada
masalah Multicolinearity .
5. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode dari model regresi linear adalah homoskedastitas
yaitu sisaan ( ε ) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama maka
terjadi heteroskedastisitas. Adanya Heteroskedastisitas dapat dideteksi
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Lokasi Penelitian
Wana Wisata curug Nangka (WWCN) keberadaannya termasuk di dalam
Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (THNGS) namun
pengelolaanya masih di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
WWCN secara administratif terletak di desa Sukajadi Kecamatan Tamansari
Kabupaten Bogor, Jawa barat. Kawasan WWCN merupakan kawasan
wisata/rekreasi alam dengan batas-batas disebelah utara dan timur berbatasan
dengan Desa Sukajadi, sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunung Malang,
dan sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak. Secara umum topografi
WWCN berbentuk lembah, dengan bentukan lahan yang bervariasi dan memiliki
jenis tanah latosol coklat. Kawasan WWCN berada pada ketinggian 750 meter di
atas permukaan laut (Mdpl). Tepatnya berada diantara 5055’-6051’LS dan 1060
25’ – 1070 19’ BT dengan luas total kawasan ± 27.5 hektar, sedangkan luas
kawasan yang telah di kelola seluas 5 hektar.
Vegetasi yang mendominasi kawasan Wana Wisata Curug Nangka
(WWCN) adalah pinus (Pinus merkusii), adapun jenis vegetasi alam lainya yang
berada di WWCN antara lain rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima
noronhae), ramogiling (Schefflera actinophylla), seuhang (Pygum latifolium), ipis
kulit (Kibessia azzorea), paku tiang (Cyathea arborea), dan pasang (Quercus sp).
Jenis satwa yang cukup banyak ditemui di kawasa WWCN ini adalah monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis). Jenis fauna lain yang dapat dijumpai di kawasan
ular tanah (Agkis trodon rodusthoma), burung kutilang (Pynonoctus aurigaster),
dan burung pipit (Lonchura Leucogastroides).
5.2. Objek Wisata
Daya tarik objek wisata alam yang ada di kawasan WWCN yaitu adanya
beberapa air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Air terjun yang mempunyai
ketinggian 17 meter dan berada di tempat yang rendah, yaitu curug Nangka. Tidak
banyak pengunjung yang mendatangi lokasi ini, hal ini dikarenakan lokasi curug
ini cukup sulit untuk dilewati sebab luasannya sempit dan dikelilingi oleh tebing
yang cukup tinggi. Pengunjung untuk mencapai lokasi ini harus melewati sungai
yang berbentuk terowongan dan harus berbasah-basah di sungai karena tidak
terdapat daratan pada lokasi ini. Sungai yang mengalir dari air terjun merupakan
daya tarik tersendiri karena mempunyai air yang jernih serta bentuk alirannya
yang berundak yang menyerupai air terjun kecil.
Air terjun terbesar dan yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung
adalah Curug Kawung yang mempunyai ketinggian 20 meter. Curug Kawung
yang terletak beberapa ratus meter dari Curug Nangka ini, berada di tempat yang
lebih tinggi untuk mencapainya biasanya pengunjung melewati jalur setapak di
sebelah kiri sungai. Pada lokasi ini air terjun yang jatuh membentuk kolam alami
yang tidak terlalu dalam sehingga banyak pengunjung yang melaukan aktivitas
mandi atau bermain air. Area di Curug Kawung ini cukup luas, sehingga para
pengunjung dapat leluasa dalam menikmati pemandangan air terjun. Banyaknya
batu-batu besar dijadikan sebagai tempat bersantai atau tempat duduk bagi
Selain kedua air terjun tersebut, juga terdapat Curug Daun. Curug Daun
merupakan aliran sungai yang berupa undakan-undakan sehingga terlihat seperti
air terjun kecil. Aliran air sungai ini membentuk kolam-kolam air,sehingga
banyak pengunjung yang berenang atau sekedar bermain air di kawasan ini.
Beberapa kolam yang ada di Curug Daun ini memiliki kedalaman yang cukup
dalam, sehingga ada penduduk setempat yang menyewakan ban untuk berenang.
Area ini cukup banyak didatangi oleh pengunjung karena untuk menuju Curug
Kawung pengunjung pasti akan melewati Curug Daun. Curug Daun ini banyak
dijadikan tempat istirahat sementara bagi pengunjung yang akan menuju Curug
Kawung.
Selain air terjun dan sungai, dikawasan wisata ini juga terdapat hamparan
rumput yang relatif datar seluas satu hektar yang dijadikan sebagai area
perkemahan (camping ground) dan area piknik yang terbagi menjadi lima blok.
Pengelola kawasan WWCN juga menyediakan arena permainan flying fox bagi
pengunjung. Pengunjung yang ingin bermain flying fox dikenakan biaya lagi
sebesar Rp 20.000 bagi dewasa dan Rp 15.000 bagi anak-anak untuk sekali
meluncur.
Dalam menunjang kegiatan aktivitas berwisata pengunjung, pihak
pengelola telah menyediakan beberapa fasilitas penunjang, walaupun secara
jumlah dan kualitas belum memadai. Beberapa fasilitas yang dapat digunakan
oleh pengunjung antara lain kamar mandi umum, musholla, pusat informasi, areal
parkir, shelter serta warung-warung yang menjual berbagai macam makanan dan
2000 per orang dan area parkir pengunjung dikenakan biaya Rp. 2000 per
kendaraan.
5.3. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju lokasi wisata ini relatif cukup mudah.
Pengunjung untuk mencapai lokasi ini dapat menggunakan berbagai jenis
kendaraan pribadi maupun umum. Perjalanan menuju lokasi ini berjarak 17
kilometer dari kota Bogor, dan dapat ditempuh selama ± satu jam dengan
kendaraan bermotor. Jenis jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan
kawasan WWCN terbagi menjadi dua, yaitu jalan kabupaten/kotamadya
sepanjang 16 kilometer dan jalan desa sepanjang dua kilometer. kondisi kedua
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN
6.1. Karakteristik Pengunjung
Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni
pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka
(WWCN). Jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yang
dijadikan sebagai responden adalah sebanyak 80 orang, terdiri dari 47 orang
responden pria (58,75 %) dan 33 orang responden perempuan (42,25%).
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dapat dilihat dari segi usia, tingkat
pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
daerah asal, jenis kendaraan yang digunakan, frekuensi kunjungan, jumlah
rombongan, dan biaya perjalanan.
6.1.1. Umur Responden
Umur responden dalam penelitian ini dibatasi, dimana pengunjung yang
dijadikan responden adalah berusia minimal 15 tahun. Hal ini dikarenakan pada
batas usia tersebut, mereka dianggap telah mampu untuk menentukan
pengambilan keputusan dalam memilih tempat berwisata. Pengunjung WWCN
memiliki keragaman usia mengingat WWCN merupakan suatu tempat wisata
alam yang menawarkan keindahan alam dan kesejukan udaranya. Tidak adanya
batasan umur bagi pengunjung menjadikan WWCN ini dapat dikunjungi oleh
pengunjung berusia berapa pun.
Jumlah responden yang paling banyak melakukan kunjungan wisata yaitu
termasuk usia remaja dan pemuda sehingga kebanyakan sebagian responden
belum berkeluarga, dan kebanyakan dari mereka datang bersama pacar maupun
teman untuk bermain dan bersenang-senang.
Jumlah responden berdasarkan kelompok usia pengunjung lainnya yang
berkunjung ke WWCN yaitu kelompok usia 25-34 tahun sebanyak 17 orang
(21,25%). Kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 13 orang (16,25%), dan
kelompok usia 45-54 tahun sebanyak empat orang (5%). Adapaun sebaran
kelompok usia dengan jumlah responden dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Sebaran Kelompok Usia Responden Berdasarkan Umur
Kelopok Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
15 - 24 46 57,50
25 - 34 17 21,25
35 - 44 13 16,25
45 – 44 4 5,00
Sumber : Hasil Survey, diolah tahun 2010
6.1.2. Tingkat Pendidikan
Pengunjung yang datang ke WWCN memiliki keragaman latar belakang
tingkat pendidikan akhir, dari mulai lulusan Sekolah dasar (SD) hingga lulusan
Pasca sarjana (S2). Sebagian besar jumlah responden yang berkunjung ke WWCN
memiliki latar belakang pendidikan terakhirnya adalah tingkat Sekolah Menengah
Atas atau Kejuruan (SMA/SMK). Jumlah responden yang tingkat pendidikan
akhirnya SMA/SMK adalah sebanyak 44 orang (55%). Responden yang tingkat
pendidikan akhiryanya hanya Sekolah Dasar (SD) sebanyak delapan orang (10%).
Lima belas orang (18,75%) tingkat pendidikan akhirnya adalah SMP. Dua belas
responden yang tingkat pendidikan akhirnya S2. Adapun persentase banyaknya
jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan akhirnya dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir
Tingkat Pendidikan Akhir Jumlah Responden
(Orang) Persentase (%)
SD 8 10,00
SMP 15 18,75
SMA 44 55,00
S1 12 15,00
S2 1 1,25
Sumber : Hasil survey ,diolah tahun 2010
6.1.3. Pekerjaan Utama
Responden yang berkunjung ke WWCN sebagian besar telah bekerja.
Kebanyakan pek