• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL BLACKBERRY DI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL BLACKBERRY DI KOTA SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL BLACKBERRY DI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

VITOALDY IQBAL PRAMANA 1012010080 / FEB / EM

PROGRAM STUDI MANAJ EMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi

Pr ogdi manajemen

Diajukan Oleh :

VITOALDY IQBAL PRAMANA 1012010080 / FEB / EM

PROGRAM STUDI MANAJ EMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

2014

(3)

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL BLACKBERRY

DI KOTA SURABAYA

Yang diajukan

VITOALDY IQBAL PRAMANA 1012010080 / FEB / EM

Disetujui untuk ujian skr ipsi :

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Nur Mahmudah, MS Tanggal : ………....

NIP. 195010121985032001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”

J awa Timur

(4)

Disusun Oleh :

VITOALDY IQBAL PRAMANA 1012010080 / FEB / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

pada tanggal : 23 Mei 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji : Ketua

Dra.Ec. Nur Mahmudah, MS Dra.Ec. Nur Mahmudah, MS NIP. 19501012 198503 2001

Sekretaris

Rizky Dermawan, SE, MM

Anggota

Dra.Ec.Mei Retno. A, Msi

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 19630924 198903 1001

(5)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ekonomi (SE) Progdi

manajemen Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang

berjudul “PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAN

PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL

BLACKBERRY DI KOTA SURABAYA”.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarta, Mp. selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. H. Dhani Ichsanudin N, MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Dr. Muhadjir Anwar, MM. selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dra. Ec. Mahmudah, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah

(6)

ii

mama dan papa tercinta atas segala doa, pengorbanan, finansial sehingga

penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan perguruan tinggi tanpa

kekurangan.

6. Teman-teman penghuni kost Gunung Anyar Wildan, Adi, Yudi, Zainudin

dan Mashaji terima kasih telah memberikan masukan kepada penulis dan

atas waktu yang kalian luangkan untuk menemani menyelesaikan skripsi

ini.

7. Terima kasih untuk Steffany atas segala semangat, waktu, serta nasehat

yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan

skripsi sampai selesai.

8. Sahabat seperjuangan Program Studi Manajemen Novi, Erina, Nita, Widi,

Shobri, dan Ayis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih

atas dukungan dan semangat kalian.

Penulis menyadari dan seteguh hati bahwa penyelesaian skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, wawasan,

dan pengalaman. Untuk itu penulis sangat mengharap kritik demi kesempurnaan

yang akan datang.

(7)

(8)

v

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

1). Dina Amri (2013). ... 9

2). Dinar Ika Pratiwi (2010) ... 9

3). Suci Widyawati (2013) ... 10

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1. Pemasaran ... 11

2.2.2 Perilaku Konsumen ... 13

2.2.3 Kualitas Produk……… ... 15

2.2.3.1 Indikator Kulitas Produk ... 16

2.2.4 Kepuasan Pelanggan ... 17

2.2.4.1 Indikator Kepuasan Pelanggan ... 20

(9)

2.2.5.1 Indikator Loyalitas Pelanggan ... 23

2.2.6 Pengaruh Kualitas Produk terhadap Loyalitas ... 23

2.2.7 Pengaruh Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas ... 24

2.2.8 Kerangka Konseptual ... 26

2.3 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

3.1.1 Definisi Operasional ... 27

3.1.1.1 Kualitas Produk (X1) ... 27

3.1.1.2 Kepuasan Pelanggan (X2)……….. 28

3.1.1.3 Loyalitas Pelanggan (Y)………. 28

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 29

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 29

3.2.1 Populasi ... 29

3.2.2 Sampel ... 29

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.3.1 Jenis Data... 30

3.3.2 Sumber Data ... 30

3.3.3 Pengumpulan Data……….. 31

3.4 Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis ... 31

3.4.1 Teknik Analisis Data ... 31

3.4.2 Model Indikator Refleksif dan Indikator Formatif ... 33

(10)

vii

3.4.5 Langkah-langkah PLS……… 39

3.4.6 Asumsi PLS………... 41

3.4.7 Ukuran Sampel……… .. 41

3.4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas………. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Blackberry ... 45

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 46

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.3.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.3.2 Deskripsi Kualitas Produk (X1) ... 47

4.3.3 Deskripsi Kepuasan Pelanggan (X2) ... 50

4.3.4 Deskripsi Loyalitas Pelanggan (Y) ... 51

4.4 Analisis Data ... 53

4.4.1 Evaluasi Outlayer ... 53

4.4.2 Model PLS ... 55

4.4.3 Uji Validitas... 58

4.4.4 Reliability……… 59

4.4.5 Inner Model (Pengujian Model Struktural)……… . 60

4.4.6 R-Square………. . 60

4.4.7 Results For Inner Weights……….. . 61

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian………... 62

(11)

(Y)……… ……. 62

4.5.2 Pengaruh Kepuasan Pelanggan (X2) Terhadap Loyalitas

(Y)………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii

VITOALDY IQBAL PRAMANA 1012010080 / FEB / EM

ABSTRAKSI

Ponsel merupakan suatu alat komunikasi suara nirkabel (tanpa kabel) yang dapat dibawa kemana-mana dan sangat memudahkan manusia dalam bersosialisasi. Blackberry sebagai satu produsen ponsel terbesar di dunia telah menjadi sebuah trend

dalam penggunanya ponsel di Indonesia. Setiap perusahaan perlu membangun loyalitas termasuk perusahaan seperti RIM blackberry. Tanpa adanya loyalitas pelanggan, maka diyakini perusahaan tidak akan bertahan dalam persaingan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor Kualitas Produk dan Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan Pengguna Ponsel Blackberry di Surabaya. Responden ysng terlibat dalam penelitian ini sebanyak 110 responden, metode yang digunakan adalah non probability sampling. Pengumpulan data primer diperoleh dari penyebaran kuisioner dan data sekunder diperoleh dari perusahaan. analisis data yang digunakan yaitu PLS (Parsial Least Square).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama bahwa kualitas produk dan kepuasaan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pengguna ponsel Blackberry di Surabaya sedangkan secara parsial hanya kepuasaan pelanggan terhdap loyalitas pengguna ponsel Blackberry di Surabaya.

Kata kunci : Kualitas Produk, Kepuasaan Pelanggan dan Loyalitas.

(13)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi komunikasi dari tahun ke tahun sudah

menunjukan kemajuan yang sangat pesat, salah satunya kemajuan handphone atau

biasa kita sebut sebagai ponsel. Ponsel merupakan suatu alat komunikasi suara

nirkabel (tanpa kabel) yang dapat dibawa kemana-mana dan sangat memudahkan

manusia dalam bersosialisasi. Saat ini hampir setiap individu menggunakan

handphone/ ponsel dalam kehidupannya, penggunakan ponsel pun tidak lagi

sebatas karena kebutuhan akan komunikasi namun juga untk menunjang status

individu penggunanya di masyarakat.

Para produsen pun berlomba-lomba melakukan inovasi produk dengan

tipe, model dan teknologinya masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan

profesi, status, gaya hidup, dan hobi penggunannya. Salah satunya yaitu

Blackberry sebagai satu produsen ponsel terbesar di dunia telah menjadi sebuah

trend dalam penggunanya ponsel di Indonesia. Setiap perusahaan perlu membangun loyalitas termasuk perusahaan seperti RIM blackberry. Tanpa adanya

loyalitas pelanggan, maka diyakini perusahaan tidak akan bertahan dalam

persaingan.

Loyalitas merupakan suatu faktor penting bagi suatu perusahaan untuk

dapat terus bertahan dalam persaingan bisnis, loyalitas pelanggan tercermin dari

(14)

Menurut Kotler dan Keller (2009:138) “Loyalitas adalah komitmen yang

dipegang secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau

jasa yang disukai di masa depan meski ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran

berpotensi menyebabkan pelanggan beralih.”

Blackberry adalah perangkat genggam nirkabel yang memiliki layanan

push email, telepon seluler, sms, faximili, internet, penjelajah internet dan

berbagai kemampuan nirkabel lainnya. Blackberry begitu digandrungi karena

kelebihannya di tombol QWERTY dan fitur messanging yang mengakomodasi para remaja menyalurkan keranjingan mereka terhadap pesan instant pesan

pendek (SMS). Sementara, Apple dan iPhone menjadi perangkat yang unggul

dalam hal pengalaman berselancar web, dan fungsi multimedianya.

Ponsel Blackberry sudah memiliki pesaing dengan munculnya serbuan

ponsel iphone dan deretan ponsel Android dengan kualitas produk yang

menjanjikan membuat para pengguna Blackberry mungkin saja akan berpindah

tidak lagi menggunakan Blackberry di kemudian hari. Namun demikian,

Blackberry sebagai gadget yang identik dengan Blackberry Meseenger (BBM),

RIM Blackberry tetap harus mengembangkan perangkatnya bila ingin menguasai

pasar smartphone.

Berikut ini fenomena yang terjadi pada ponsel Blackberry :

Setelah dikabarkan salah satu fitur eksklusifnya yakni BlackBerry

Messanger akan dapat diakses di Android dan iOS, pertahanan BlackBerry terlihat

kian lama kian menurun. Selain disebabkan dari gencarnya perangkat berbasis

Android dan iOS, BlackBerry sendiri ternyata juga memiliki masalah di

(15)

dalamnya. Hal inilah yang menyebabkan penjualan BlackBerry yang semakin

menurun.

Seperti berita yang dilansir dari Bloomberg, bahwa Tifatul Sembiring

(Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia) menyatakan bahwa penjualan

BlackBerry benar-benar menurun tajam dengan persentase yang sangat

menyedihkan yaitu 70%. Menteri Komunikasi dan Informatika sendiri

menyatakan perasaan kecewa akan layanan BlackBerry yang kian lama kian

menurun dalam segi kualitas. Hal ini tentu membuat kekecewaan yang besar

karena menyebabkan anjloknya penjualan perangkat tersebut secara besar.

Menurut Tifatul, menurunnya penjualan BlackBerry disebabkan oleh karena

buruknya kualitas layanan BBM.

Berbagai hal menyebabkan penjualan BlackBerry kian menukik tajam.

Seperti baru-baru saja ada masalah besar yang terjadi pada layanan BBM di

negara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik yang membuat beberapa

negara seperti Indonesia, Hong Kong, Thailand, India dan lainnya mengalami

masalah pada fitur unggulan BlackBerry tersebut. Hal ini tentu merupakan sebuah

kerugian besar untuk BlackBerry, karena fitur unggulan yang dimiliki BlackBerry

adalah BBM. (Nariswari). http://www.tabloidpulsa.co.id/

Dari fenomena diatas dapat dilihat bahwa ponsel Blackberry sedang

mengalami penurunan. Terbukti bahwa ponsel Blackberry mengalami penurunan,

(16)

Tabel 1.1 Pangsa Pasar Ponsel Blackber r y Tahun 2013

Sumber : Gartner (August 2013)

Dari tabel 1.1 di atas Samsung masih menjadi penguasa untuk pengiriman

ponsel dan smartphone terbesar di dunia. Mereka menguasai pangsa pasar hingga

27% yang diperkirakan mencapai sekitar 114 juta unit. Samsung sendiri menjadi

penguasa ponsel dan smartphone selama enam kuartal berturut-turut

(17)

menyingkirkan Nokia yang kini berada di posisi kedua dengan pangsa pasar

sekitar 14.6% (sekitar 61 juta unit). Lalu, BlackBerry yang masih sangat besar

jumlah penggunanya di Indonesia hanya berada di urutan ke sebelas dengan

pangsa pasar 1.6% (sekitar 6.8 juta unit) disusul HTC, Xiaomi dan Motorola.

Setiap perusahaan perlu membangun loyalitas termasuk perusahaan seperti

RIM Blackberry. Tanpa adanya loyalitas pelanggan, maka diyakini perusahaan

tidak akan dapat bertahan dalam persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus

dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dengan memberikan kepuasan terhadap

kualitas produk (performance, feature, reliability, conformance to spesifikasi,

durability, serviceability, aeshtethic, and perceived quality) yang memuaskan bagi

pengguna Blackberry.

Persoalan kualitas produk menjadi salah satu faktor pertimbangan oleh

konsumen untuk memilih dan menggunakan produk. Produk- produk yang

berkualitas, teruji, dan bernilai tinggi memiliki nilai yang lebih dari sisi

konsumen. Jika kinerja berada bawah harapan, pelanggan tidak akan puas dan jika

kinerja memenuhi harapan, maka pelanggan akan puas. Saat ini semua produsen

meyakini pentingnya memenuhi kepuasan pelanggan pada segala aspek produk

(barang dan atau jasa) yang dijual ke pasar. Para petinggi/manajemen puncak

perusahaan juga umumya semakin menyadari dan mempercayai adanya hubungan

langsung antara customer satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap peningkatan

raihan pangsa pasar (market share). Kepuasan pelanggan sangat penting dan

(18)

Tuntutan konsumen agar BlackBerry bisa menambah kapasitas memori

internal yang lebih besar agar mesin Blackberry bisa bekerja keras menjalankan

begitu banyak aplikasi sehingga Blackberry tidak mudah hang dan kadan terasa

panas, begitu juga dengan spesifikasi kamera yang hanya beresolusi kecil

sehingga konsumen kurang merasa puas menggunakannya. spesifikasi serta

kapasitas memori yang terbatas Blackberry tidak berbanding dengan

kompetitornya android dan apple yang kaya dengan aplikasi. Bertambah

banyaknya jumlah pelanggan pengguna ponsel Blackberry yang complain untuk

servis di garansi resmi Blackberry. Begitu juga lamanya waktu yang dibutuhkan

untuk perbaikan ponsel Blackberry yang cukup lama. Hal tersebut membuat

pelanggan tidak merasa puas. Sumber : http://www.tabloidpulsa.co.id/

Menurut Kotler (1997:48) terdapat hubungan yang erat antara kualitas

produk dan pelayanan, kepuasaan pelanggan dan profitabilitas perusahaan.

semakin tinggi kualitas menyebabkan semakin tingginya kepuasaan pelanggan

menyebabkan harga yang lebih tinggi serta (sering kali) biaya yang lebih rendah.

Menurut Aini Enggar (2008) dalam penelitian Dinar Ika Pratiwi (2010:22)

menyatakan salah satu strategi yang efektif dalam mengatasi hal ini adalah

kualitas produk, kualitas memiliki daya tarik bagi konsumen dan sangat

mempengaruhi konsumen dalam memilih barang maupun jasa. Produk dikatakan

berkualitas jika sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sangat

penting pula mempertahankan kualitas, karena kualitas yang baik merupakan

salah satu kunci keberhasilan perusahaan untuk mempertahakan pelanggannya,

dimana produk yang baik akan menimbulkan keputusan membeli dan nantinya

(19)

berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan. Karena semakin tinggi kualitas

produk yang diterima pelanggan maka semakin tinggi tingkat loyalitas pelanggan

tersebut.

Menurut Jones dan Sasser (1994:745) dalam penelitian Trisno Musanto

(2004:128) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu variabel

endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehingga loyalitas

pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara kepuasan

dengan loyalitas pelanggan adalah positif, maka kepuasan yang tinggi akan

meningkatkan loyalitas pelanggan.

Berdasarkan data dan pernyataan yang telah di uraikan di atas maka

penelitian ini mengambil judul :

“PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KEPUASAAN PELANGGAN

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PONSEL BLACKBERRY DI

KOTA SURABAYA”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang akan

menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap loyalitas pengguna ponsel

Blackberry di kota Surabaya ?

1.2.2.Apakah kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas pengguna ponsel

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pengguna

ponsel Blackberry di kota Surabaya.

1.3.2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pengguna ponsel

Blackberry di kota Surabaya

1.4. Manfaat Penelitian

Dari Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

beberapa pihak, diantaranya adalah:.

1. Dengan adanya hasil dari penelitian ini akan memberi masukan untuk

perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

2. Dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat memberikan kesempatan

kepada penulis untuk membahas mengenai ilmu-ilmu yang diterima

selama masa perkuliahan ke dalam praktek lapangan.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain apabila akan mengadakan

penelitian lebih lanjut.

(21)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1). Dina Amri (2013):

Dina Amri (2013) telah melakukan penelitian mengenai “PENGARUH

KEPUASAN ATAS KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS

PENGGUNA BLACBERRY DI KOTA PADANG”. Populasi dalam

penelitian ini adalah pengguna Blackberry di kota Padang. Teknik Sampling

menggunakan metode cluster sampling dengan rumus Cochran, dengan

jumlah smapel sebanyak 100 orang pada tiga kecamatan di kota Padang.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial (uji-t) hanya

kepuasaan atas feature dn kepuasaan atas reability berpengaruh signifikan

terhadap loayalitas pengguna Blackberry di Kota Padang.

2). Dinar Ika Pratiwi (2010) :

Dinar Ika Pratiwi (2010) telah melakukan penelitian mengenai “ANALISIS

PENGARUH HARAPAN PELANGGAN, KUALITAS PRODUK,

KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN

INTERNET FLASH UNLIMITED DI SEMARANG”. Populasi pada

penelitian ini adalah pelanggan yang pernah berlangganan atau sedang

(22)

berlangganan selama enam bulan. Penentuan sampel dalam penelitian ini

bersifat tidak acak (non probability) dengan metode purposive sampling.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

berganda.

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial (uji-t) variabel yang

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan adalah variable kualitas produk,

diikuti oleh variable harapan pelanggan, dan yang paling kecil berpengaruh

terhadap loyalitas pelanggan adalah variabel kepuasan pelanggan. Secara

bersama-sama atau simultan (uji F) harapan pelanggan, kualitas produk dan

kepuasan konsumen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap loyalitas konsumen.

3). Suci Widyawati (2013)

Suci Widyawati telah melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH

KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN NILAI PELANGGAN TERHADAP

KEPUASAN PELANGGAN HANDPHONE BLACKBERRY” populasi

dalam penelitian ini adalah para pengguna handphone blackberry di FISIP

UNDIP Semarang. Sampel penelitian di ambil 100 responden dan teknik yang

digunakan teknik purposive sampling.yaitu accidental sampling.

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial (uji t) variabel kualitas produk,

harga, nilai pelanggan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan

secara bersama-sama (uji F) variabel kualitas produk, harga, dan nilai

(23)

pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pelanggan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemasaran

Pemasaran berasal dari kata pasar, secara tradisional pasar dapat kita

artikan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dalam melakukan

transaksi jual beli. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk

menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan produk barang dan jasa kepada

konsumen dari perusahaan, tetapi sesungguhnya orang-orang pemasaran

melakukan pemasaran dari sepuluh wujud yang berbeda: barang, jasa, pelayanan

pengalaman, peristiwa, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi, dan

gagasan.

Dari sejumlah definisi yang ditawarkan, kita akan membedakan antara

definisi sosial dan definisi manajerial. Definisi sosial menunjukan peran yang

dimainkan oleh pemasar dimasyarakat, seorang pemasar mengatakan bahwa peran

pemasaran adalah “menghasilkan standar hidup yang lebih tinggi”, berikut ini

definisi pemasaran sosial menurut Phillip Kotler (2000: 9), mengatakan bahwa:

Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and service of value with others.”

Artinya: Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

(24)

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran menurut Phillip Kotler ( 2000:57) merupakan suatu proses

sosial dan manajerial dimana individual dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukaran produk

yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang

ditunjukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan

mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada

pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut Peter Drucker yang dikutip oleh Phillip Kotler (2000: 9), “Dalam

melaksanakan kegiatan pemasaran perlu direncanakan atau merancang produk

yang tepat berdasarkan pekerjaan persipan-persiapan pemasaran yang cermat dan

proses tersebut dinamakan dengan istilah “Manajemen Pemasaran”.”

Menurut Phillip Kotler (2000:9), mengatakan bahwa: “Manajemen

Pemasaran adalah proses, perencanaan, dan pelaksanaan pemikiran, penetapan

harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan

pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.”

Jadi manajemen pemasaran merupakan proses penyelarasan

sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar, pemasaran juga memberikan

perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk barang dan

jasa-jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan konsumen dan kegiatan-kegiatan

para pesaing.

(25)

2.2.2. Perilaku Konsumen

Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai

perilaku konsumen. Engel, Blackwell dan Miniard (1994), menyatakan bahwa

perilaku konsumen adalah tingkat individu yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses

keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.

Loudon dan Bitta (1993), menyatakan bahwa perilaku konsumen meliputi

proses pengambilan keputusan dan kegiatan individu secara fisik pada saat

mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa.dari

pendapat tersebut diperoleh dua hal penting yaitu :

a) Sebagai proses pengambilan keputusan

b) Kegitan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang

dan jasa.

Perilaku konsumen disebutkan sebagai interaksi yang dinamis antara

kesadaran atau pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan dimana manusia

melakukan aspek dengan mana pertukaran tentang kehidupan mereka. Dari

definisi di atas terhadap tiga hal penting yaitu :

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan kesadaran

perilaku serta peristiwa lingkungan.

(26)

Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko

(1987:9) adalah kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses

pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.

Dari definisi tersebut dua elemen terpenting yaitu :

a) Proses pengambilan keputusan

b) Kegiatan fisik

Kedua elemen ini meibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan

menggunakan barang atau jasa ekonomi dari beberapa pengertian perilaku

konsumen tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen

merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau

organisasi yang erhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa dapat dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Dengan demikian kegiatan pembelian merupakan salah satu tahap dari proses

untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasaran memahami proses

pembelian sangat penting. Karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan

penyelesaian masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu produk dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

2.2.3. Pengertian Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai

(27)

pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang

ditawarkan tersebut meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi,tempat,

organisasi, dan ide (kotler,2000: 394).

2.2.3.2 Kualitas Produk

Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai komposisi

teknis dari suatu produk, Kotler (1997 :49) mutu adalah keseluruan ciri serta sifat

dari produk atau layanan yang bepengaruh pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Ada

hubungannya kuat antara mutu, layanan dengan kepuasan pelangan dan

profabilitas. Semakin tinggi tingkat mutu menyebabkan semakin tingginya

kepuasan pelanggan, mutu produk merupakan hal yang perlu mendapatkan

perhatian utama dari perusahaan atau produsen mengingat suatu produk berkaitan

erat dengan masalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan dari kegiatan

pemasaran yang dilakukan untuk mencapai posisi produk. Mutu menyatakan

tingkat kemampuan fungsinya yang diharapkan.

Menurut Cristopher H. Lovelock (2007), “Kualitas adalah suatu kondisi

dari sebuah barang berdasarkan pada penilaian atas kesesuaiannya dengan standar

ukur yang telah ditetapkan.” Dari pendapat ini diketahui bahwa kualitas barang

ditentukan oleh tolak ukur penilaian. Semakin sesuai dengan standar yang

ditetapkan dinilai semakin berkualitas.

Berdasarkan pengertian di atas, maka kualias produk tidak hanya

(28)

ditentukan oleh persepsi pelanggan. Jadi kualitas produk tidak hanya berdasaran

dari sudut pandang produsen saja, tetapi juga dari sudut pandang pelanggan sebab

suatu produk dikatakan berkualitas menurut konsumen apabila memenuhi dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan, seperti pengertian kualitas

produk menurut Keegan dan Moriaty Duncan (1993, p352) yaitu : “from producer’s perspective, the degree to which finished product meet specification, from customer’s perspective, the degree to which product match needs and wants including price”.

Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam

menentukan kualitas produk dan kepuasan pelangganya. Pada dasarnya ada

hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan.

2.2.3.3. Indikator Kualitas Produk

Kualitas produk adalah segala sesuatu yang dimiliki nilai di pasar sasaran

dimana kemampuannya memeberikan manfaat dan kepuasan dengan indikator

(Dina Amri,2013 ) :

1. Penampilan merupakan penampilan kepuasan dari produk yang membuat

konsumen tertarik.

2. Keistimewaan merupakan keunggalan dari suatu produk yang dapat

diandalkan.

3. Kepercayaan merupakan kepercayaan konsumen akan kualitas dari suatu

produk.

(29)

4. Kesesuaian merupakan suatu produk memiliki kesesuaian dengan apa

yang di promosikan.

5. Daya tahan merupakan suatu produk yang memiliki daya tahan yang kuat

dan awet untuk dikonsumsi.

6. Kemudahan merupakan mempunyai keunggulan kemudahan dalam

memperoleh produk tersebut.

7. Keindahan merupakan produk yang memiliki keindahan dalam desain

produknya.

2.2.4. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi

suatu pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Kepuasan pelangan

merupakan evaluasi alternative yang dipilih sekurang-kurangnya melampaui

harapan pelanggan. Seperti yang dikemukakan Cristopher H. Lovelock (2007)

bahwa kepuasan pelanggan adalah respon efektif terhadap pengalaman melakukan

konsumsi yang spesifik atau evaluasi kesesuaian atau ketidaksesuaian yang

dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk setelah

pemakaian. Kepuasan pelanggan dapat menjadi dasar menuju terwujudnya

konsumen yang loyal atau setia.

Philip Kotler (1997) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

(30)

Menurut Fandy Tjiptono (2001) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan

ialah merupakan respon konsumen terhadap ketidaksesuaian atau diskonfirmasi

yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja yang dirasakan

pemakainya. Jadi pada dasarnya kepuasan konsumen mencakup perbedaan

terhadap harapan terhadap hasil yang dirasakan oleh konsumen atau pelanggan.

Adapun mengenai kepuasan ini Cravens (1996) dalam Foedjiwati (2005)

lebih mengemukakan pemuasan pelanggan harus disertai dengan pemantauan

terhadap kebutuhan dan keinginan mereka. Kepuasan pelanggan akan dipengaruhi

oleh sistem pengiriman produk, performa produk atau jasa, citra

perusahaan/produk/merek, nilai harga yang dihubungkan dengan nilai yang

diterima pelanggan, prestasi karyawan, keunggulan dan kelemahan pesaing.

Menurut Fandy Tjiptono (2001) kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

pembeli dimana alternatif dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil yang sama

atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan pelanggan timbul

ketika hasil (outcome) yang tidak sesuai dengan harapan.

Secara konseptual kepuasaan dapat digambarkan sebagai berikut :

(31)

Gambar 2.2.4

Konsep Kepuasaan Pelanggan

Sumber : Fandy Tjiptono (2001)

Seorang konsumen mungkin mengalami berbagai tingkat kepuasan yaitu

bilamana kinerja produk tidak sesuai dengan harapannya setelah dikonsumsi maka

konsumen itu akan merasa tidak puas sehingga dari pembelajaran tersebut

konsumen akan kecewa. Namun bila terjadi sebaliknya yaitu kinerja produk

sesuai dengan persepsi konsumen maka konsumen akan merasa sangat puas

sehingga di waktu yang akan datang konsumen bergairah untuk mengkonsumsi

produk tersebut kembali.

Perusahaan sudah selayaknya memberikan tingkat kepuasan yang tinggi

terhadap para konsumennya, sebab konsumen yang mendapatkan kepuasan yang

cukup hanya akan bertahan sementara waktu dan dapat mudah beralih pada

perusahaan/produk sejenis yang lain yang memberikan penawaran yang lebih

baik. Pelanggan yang memberikan tingkat kepuasan yang tinggi akan memiliki Tujuan Perusahaan

Produk

Nilai Produk Bagi Konsumen

Kebutuhan dan Keinginan Konsumen

Tingkat Kepuasaan

(32)

ikatan pada merek produk, bukan hanya preferensi rasional dan akhirnya semua

ini akan membangun loyalitas pelanggan. Pelanggan yang tidak mendapat

kepuasan akan kabur bahkan tidak akan pernah kembali. Pelanggan memilih

berganti produk atau merek karena hal-hal seperti: tidak puas dengan produk yang

tersedia, munculnya produk lain yang lebih baik, pengaruh teman atau kerabat,

pelanggan yang ingin benar-benar berpindah merek, ketidakpuasan dengan

perilaku pemilik, manajer atau perilaku karyawan perusahaan.

Menurut Mowen (1994), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis untuk

menciptakan pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat

memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara perusahaan dan

pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelan

ulang, terciptanya loyalitas pelanggan terhadap suatu produk tertentu dan

membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi

perusahaan.

2.2.4.1. Indikator Kepuasaan Pelanggan

Pada penelitian ini ditentukan empat indikator dari variabel Kepuasan

pelanggan menurut Mowen (1994) dalam penelitian Dinar Ika Pratiwi (2010),

yaitu :

1. Tidak ada keluhan atau keluhan yang teratasi.

2. Perasaan puas pelanggan pada keseluruhan produk

3. Kesesuaian dengan expectasi / harapan pelanggan.

4. Harapan pelanggan yang terlampaui.

(33)

2.2.5. Loyalitas Pelanggan

Kotler (2000) mengatakan :”the long term sucses of the particular brand is not bassed on the number of customer who purchase it only once, but on the number become repeat purchase”. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia memebeli tapi berapa

sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekomendasikan orang

lain untuk membeli.

Oliver (1996 :392) menyatakan loyalitas pelanggan adalah komitmen

pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk atau jasa secara konsisten dimasa yang akan

datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai

potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Anderson, Fornell and Lehman

(1994) mengatakan semakin loyal pelanggan, semakin lama mereka akan terus

membeli dari supplier yang sama.

Menurut Anderson dan Miltal (2000) juga mengutip dari Srinifasan dan

Ratchford (1991) bahwa ketika membeli ulang, pelanggan yang merasa puas

menjadi kurang termotivasi untuk melakukan pencarian dan hanya

memperhatikan sedikit kumpulan merek saja dari pada pelanggan yang merasa

tidak puas. Mereka juga menambahkan bahwa pelanggan yang merasa senang

tidak mau mempertimbangkan merek lain sama sekali. Pelanggan memandang

perusahaan atau badan usaha tersebut dapat memenuhi kepuasan dan harapan dari

(34)

Pelanggan adalah orang yang biasa membeli pada suatu badan usaha

secara tetap. Kebiasaan ini dibangun melalui pembelian dan interaksi pada tiap

frkuensi kesempatan selama suatu periode waktu tertentu. Tanpa adanya jalanan

hubungan yang kuat dan pembelian secara berulang-ulang, orang tersebut tidak

bisa dikatakan pelanggan, tetapi hanya merupakan seorang pembeli.

Kesetian adalah kesedian dari pelanggan untuk melakukan pembelian

prodk atau layanan hanya pada satu badan usaha. Seorang pelangan dapat

dikatakan setia terhadap suatu badan usaha jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut,

yaitu melakukan pembelian secara ulang pada badan usaha yang sama. Membeli

melalui line produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama

memberitahukan kepada orang lain kepuasaan-kepuasaan yang didapat dri sautu

badan usaha yang menunjukan kekebalan terhadap tawaran jusaha pesaing.

Hal terpenting yang harus dilakukan untuk memenangkan pesaingan

adalah memuaskan pelanggan. Perusahaan yang berhasil menjaga agar

pelanggannnya selalu puas akan lebih mudahmemepertahankan bahkan

mengembangkan usahanya karena pelanggannya lebih setia, sehingga pelanggan

tersebut kerap kali melakukan pembelian ualng dan rela membayar lebih.

Setia tidaknya pelanggan pada suatu merek dapat dilihat dari sikapnya,

seperti yang dinyatakan Assael (1995:131) yaitu kesetiaan merek merupakan

sikap terhadap suatu merek yang ditunjukkan dengan pembelian yang konsisten

dan terus menerus terhadap merek tersebut. Jika pelanggan sudah meembeli suatu

(35)

produk dengan merek tertentu secara berulang-ulang makapelanggan tersebut

memiliki loyalitas terhadap merek.

2.2.5.1. Indikator Loyalitas Pelanggan

Pembelian ulang secara terus-menerus pada merek yang sama, atau dengan

kata lain adalah tindakan seseorang yang membeli merek, perhatiannya pada

merek tertentu, dan tidak mencari informasi berkaitan dengan merek tersebut,

Menurut Yuda Wicaksono (2008) dalam penelitian (Dinar Ika Pratiwi, 2010)

indikator Loyalitas Pelanggan adalah :

1. Melanjutkan penggunaan produk tersebut 2. Merekomendasikan pada orang lain.

3. Ketahanan untuk tidak pindah ke produk lain

2.2.6. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas

Kualitas produk yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi

tingkat kesalahan atau mengurangi pemborosan terhadap produk. Suatu produk

yang memiliki kualitas adalah produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan sesuai harapan konsumen bahkan dapat melebihi apa yang diharapkan

oleh konsumen.

Menurut Kotler (1997:48) terdapat hubungan yang erat antara kualitas

produk dan pelayanan, kepuasaan pelanggan dan profitabilitas perusahaan.

semakin tinggi kualitas menyebabkan semakin tingginya kepuasaan pelanggan

(36)

Menurut Aini Enggar (2008) dalam penelitian Dinar Ika Pratiwi (2010:22)

menyatakan salah satu strategi yang efektif dalam mengatasi hal ini adalah

kualitas produk, kualitas memiliki daya tarik bagi konsumen dan sangat

mempengaruhi konsumen dalam memilih barang maupun jasa. Produk dikatakan

berkualitas jika sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sangat

penting pula mempertahankan kualitas, karena kualitas yang baik merupakan

salah satu kunci keberhasilan perusahaan untuk mempertahakan pelanggannya,

dimana produk yang baik akan menimbulkan keputusan membeli dan nantinya

berdampak pada peningkatan loyalitas pelanggan. Karena semakin tinggi kualitas

produk yang diterima pelanggan maka semakin tinggi tingkat loyalitas pelanggan

tersebut.

2.2.7. Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas

Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan mulai

bersaing untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya agar pelanggan

mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap jasa layanan Iklan yang ditawarkan

oleh perusahaan. Menurut Jones dan Sasser (1994:745) dalam penelitian Trisno

Musanto (2004:128) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu

variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehingga

loyalitas pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara

kepuasan dengan loyalitas pelanggan adalah positif, maka kepuasan yang tinggi

akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Dalam hal ini loyalitas pelanggan

(37)

berfungsi sebagai Y sedangkan kepuasan pelanggan berfungsi sebagai X. Jones

dan Sasser (1994:746), menggambarkan pengaruh antara kepuasan pelanggan dan

loyalitas pelanggan sebagai berikut:

Keterangan: Dalam pasar yang tingkat persaingan cukup tinggi, kepuasan

pelanggan dan loyalitas pelanggan saling berhubungan. Hal ini dapat disebabkan

karena dalam kondisi ini banyak badan usaha yang menawarkan produk dan jasa

sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan produk pengganti dan cost

switching sangat rendah, dengan demikian produk atau jasa menjadi tidak begitu

berarti bagi konsumen. Hubungan antara kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan tersebut diatas digambarkan garis lurus dan searah, yang artinya adalah

bila badan usaha meningkatkan kepuasan kepada pelanggan maka loyalitas

pelanggan juga akan meningkat begitu pula sebaliknya bila badan usaha

menurunkan kepuasan pelanggan maka secara otomatis loyalitas pelanggan juga

akan menurun. Jadi dalam hal ini kepuasan pelanggan merupakan penyebab

terjadinya loyalitas pelanggan sehingga kepuasan pelanggan sangat

(38)

2.2.8. Kerangka Konseptual

2.3.Hipotesis

H1 : Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap Loyalitas pengguna ponsel

Blackberry di Kota Surabaya

H2 : Kepuasaan pelanggan berpengaruh positif terhadap Loyalitas pengguna

ponsel Blackberry di Kota Surabaya.

Loyalitas Pelanggan (Y) Kualitas Produk

(X1)

Kepuasaan Pelanggan (X2)

(39)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

3.1.1.1. Kualitas Produk (X1)

Kualitas produk merupakan suatu nilai dari produk berdasarkan pada

penilaian atas kesesuaiannya dengan standar ukur yang telah ditetapkan. Semakin

sesuai dengan standar yang ditetapkan maka dinilai semakin berkualitas terhadap

produk. (Kotler, 1997 :49)

Menurut penelitian Suci Widyawati (2013) indikator kualitas produk

dalam penelitian ini adalah :

X1.1 Performance (kinerja). Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama dipertimbangkan pelanggan

dalam membeli barang tersebut.

X1.2 Serviceability (nilai guna) : kecepatan, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan yang diberikan service center handphone Blackberry

X1.3 Durability (ketahanan) : yaitu suatu umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

(40)

3.1.1.2. Kepuasaan Pelanggan (X2)

Philip Kotler (1997) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakan dibandingkan dengan harapan.

Menurut Mowen (1994) dalam penelitian Dinar Ika Pratiwi (2010) indikator

kepuasaan pelanggan dalam penelitian ini :

X2.1 Tidak ada keluhan atau keluhan yang teratasi

X2.2 Perasaan puas pelanggan pada keseluruhan produk

X2.3 Kesesuaian dengan ekspetasi.

X2.4 Harapan pelanggan terlampaui

3.1.1.3. Loyalitas Pelanggan (Y)

Oliver (1996 :392) menyatakan loyalitas pelanggan adalah komitmen

pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk atau jasa secara konsisten dimasa yang akan

datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai

potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Menurut Yuda Wicaksono (2008) dalam penelitian Dinar Ika Pratiwi (2010)

Indikator loyalitas pelanggan dalam penelitian ini adalah :

X3.1 Melanjutkan penggunaan adalah tetap menggunakan produk tersebut karena

sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen.

X3.2 Rekomendasi pada orang lain adalah merekomendasikan pada orang lain

untuk menggunakan produk tersebut.

(41)

X3.3 Ketahanan untuk tidak pindah ke produk lain adalah tidak tergoda untuk

pindah ke produk lain.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Interval. Skala Likert

adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai

derajat persetujuan atau ketidak setujuan terhadap masing-masing dari

serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Umumnya masing-masing item

scale mempunyai lima kategori berkisar antara “sangat tidak setuju” sampai

dengan “sangat setuju” (Malhotra, 2005 : 298).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetaapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008 : 80).

Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan yang menggunakan ponsel

Blackberry di Surabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Metode pengambilan sampel

(42)

yaitu teknik penetuan sampel kebetulan yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu

dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang ayng

kebetulan bertemu itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2009).

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman

pengukuran sampel menurut Imam Ghozali (2011), anatara lain :

1. Sepuluh kali skala terbesar dari indikator (kausal) formatif (catatan skala

untuk konstruk yang didesain dengan reflesif indikator dapat diabaikan).

2. Sepuluh kali dari jumlah terbesar structural path yang diarahkan pada

konstruk tertentu dalam model structural.

Dalam peneilitian ini menggunakan teknik non probability sampling dan

peneliti memilih menggunakan accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan yang menggunakan ponsel Blackberry di Surabaya sebesar 77

responden (yang berasal dari indikator formatif yang berjumlah 7 kemudian

dikalikan 7x11 = 77) dan dalam penelitian ini karena memenuhi kriteria yang

ditentukan oleh peneliti.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer

yaitu yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada

komsumen yang sedang melakukan pembelian produk ponsel Blackberry di

Suarabaya.

(43)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

konsumen yang sedang melakukan pembelian produk ponsel Blackberry di

Surabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dengan mengadakan riset lapangan

yaitu kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Kuesioner

yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang dibagikan kepada para responden.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai secara lagsung dengan

personalia atau staf perusahaan yang relevan dan berkepentingan dengan

penelitian dengan penelitian jenis data yang dibutuhkan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode SEM berbasis

komponen dengan menggunakan PLS dipilih sbeagai alat analisis pada penelitian

(44)

sesuai untuk digunakan dalam aplikasi prediksi dan pengembangan teori seperti

pada penelitian ini.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi nilai terhadap variabel laten

yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi

terhadap variabel laten yang dipengaruhi juga dapat dengan mudah dilakukan.

SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asums iparametrik,

misalnya variabel yang diobservasi harus memiliki multivariate normal distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel yang digunakan besar (antara 200-800). Dengan ukuran sampel yang kecil akan memberikan hasil

parameter dan model statistik yang tidak baik (Ghozali, 2008).

PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi

normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali

merekomendasikan antara 30 – 100). Karena jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini kecil (<100) maka digunakan PLS sebagai alat analisisnya.

Untuk melakukan pengujian dengan SEM berbasis komponen atau PLS,

digunakan dengan bantuan Smart PLS. PLS mengenal dua macam komponen

dalam model kausal yaitu model pengukuran (measurement models) dan model structural (structural model).

Melalui pendekatan ini, diasumsikan bahwa semua varian yang dihitung

merupakan varian yang berguna untuk penjelasan. Pendekatan pendugaan variabel

(45)

laten dalam PLS adalah sebagai exact kombinasi linear dari indikator, sehingga

mampu menghindari masalah indeterminacy dan menghasilkan skor komponen

yang tepat. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri dari beberapa

analisis dengan metode kuadrat kecil biasa (ordinary least square) maka persoalan

identifikasi tidak menjadi masalah, karena model bersifat rekursif.

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran

estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga

fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikan parameter

menjadi validitas dan akurasi prediksi.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya,

diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Disamping itu, juga

bisa konstruk dibentuk (formatif) oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator

formatif (formative indicator).

3.4.2. Model Indikator Refleksif dan Indikator Formatif

3.4.2.1. Model Indikator Refleksif

Dikembangkan berdasarkan pada classical testtheory yang

mengasumsikan bahwa variasi skor pengukuran konstruk merupakan fungsi dari

true score ditambah error. Jadi konstruklaten seolah-olah mempengaruhi variasi pengukuran dan asumsi hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator. Model

refleksif sering juga disebut principal factor model dimana kovarian pengukuran

indikator seolah-olah dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi

(46)

Pada model refleksif, konstruk (unidimensional) digambarkan dengan

bentuk ellips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator. Model ini

menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruklaten akan mempengaruhi

perubahan pada indikator. Mode lindikator refleksif harus memiliki internal

konsistensi karena semua indicator diasumsikan mengukur satukon struk,

sehingga dua indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan.

Walaupun reliabilitas (Cronbach Alpha) suatu konstruk akan rendah jika hanya

ada sedikit indikator, tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu

indicator dihilangkan.

Contoh model indicator refleksif adalah konstruk yang berkaitan dengan

sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention). Sikap umumnya dipandang

sebagai jawaban dalam bentuk favorable (positif) atau unfavorable (negatif)

terhadap suatu obyek dan biasanya diukur dengan skala multi item dalam bentuk

semantik differences seperti, good-bad, like-dislike, dan favorableunfavorable.

Sedangkan niat membeli umumnya diukur dengan ukuran subyektif seperti how

likely-unlikely, probable-improbable, dan/atau possible-impossible.

Gambar 3.1

Principal Factor (Reflective) Model

Loyalitas Pelanggan (Y)

X1

X2

Kualitas Produk

Kepuasan Pelanggan

(47)

Sumber: Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com, Akt., “Structural Equation Modeling-Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Jan 2004, hal 9.

Ciri-ciri model indikator reflektif adalah :

• Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari konstruk ke indikator.

• Antar indikator diarapkan saling berkorelasi (memiliki internal consitency

Reliability).

• Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah

makna dan arti konstruk.

• Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator.

3.4.2.2. Model Indikator Formatif

Konstruk dengan indikator formatif mempunyai karakteristik berupa

komposit, seperti yang digunakan dalam literatur ekonomi yaitu index of

sustainable economics welfare, the human development index, dan the quality of

life index. Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali pada “operational

definition”, dan berdasarkan definisi operasional, maka dapat dinyatakan tepat

menggunakan model formatif atau refleksif. Jika η menggambarkan suatu variabel

laten dan x adalah indikator, maka: η = x

Oleh karena itu, pada model formatif variabel komposit seolah-olah

dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi arah hubungan kausalitas

(48)

indikator dihipotesakan mempengaruhi perubahan dalam konstruk (variabel

laten). Tidak seperti pada model refleksif, model formatif tidak mengasumsikan

bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi mengasumsikan bahwa semua

indikator mempengaruhi single konstruk. Arah hubungan kausalitas seolah-olah

mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai group secara

bersama-sama menentukan konsep, konstruk atau laten.

Diasumsikan bahwa indikator seolah-olah mempengaruhi konstruk laten,

maka ada kemungkinan antar indikator saling berkorelasi, tetapi model formatif

tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator secara konsisten. Sebagai

misal komposit konstruk yang diukur oleh indikator yang saling mutually

exclusive, adalah konstruk Status Sosial Ekonomi diukur dengan indikator antara

lain Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal.

Oleh karena diasumsikan bahwa antar indikator tidak saling berkorelasi

maka ukuran internal konsistensi reliabilitas (Alpha Cronbach) tidak diperlukan

untuk menguji reliabilitas konstruk formatif. Kausalitas hubungan antar indikator

tidak menjadi rendah nilai validitasnya hanya karena memiliki internal konsistensi

yang rendah. Untuk menilai validitas konstruk perlu dilihat vaiabel lain yang

mempengaruhi konstruk laten. Jadi untuk menguji validitas dari konstruk laten,

peneliti harus menekankan pada nimological dan atau criterion-related validity.

Implikasi lainnya dari model formatif adalah dengan menghilangkan

(dropping) satu indikator dalam model akan menimbulkan persoalan serius.

Menurut para ahli psikometri indikator formatif memerlukan semua indikator

yang membentuk konstruk. Jadi menghilangkan satu indikator akan

(49)

menghilangkan bagian yang unik dari konstruk laten dan merubah makna dari

konstruk. Komposit variabel laten memasukkan error term dalam model, hanya

error term diletakkan pada konstruk laten dan bukan pada indikator.

Model formatif memandang (secara matematis) indikator seolah-olah

sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, dalam hal ini memang

berbeda dengan model analisis faktor, jika salah satu indikator meningkat, tidak

harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas

akan meningkatkan variabel latennya.

Model refleksif mengasumsikan semua indikator seolah-olah dipengaruhi

oleh variabel konstruk, oleh karena itu menghendaki antar indikator saling

berkorelasi satu sama lain. Dalam hal ini konstruk diperoleh menggunakan analis

faktor. Sedangkan, model formatif (konstruk diperoleh melalui analisis komponen

utama) tidak mengasumsikan perlunya korelasi antar indikator, atau secara

konsisten berasumsi tidak ada hubungan antar indikator. Oleh karena itu, internal

konsisten (Alpha Cronbach) kadang-kadang tidak diperlukan untuk menguji

reliabilitas konstruk formatif.

Gambar 3.2

Composite Latent Variable (For mative) Model

Zet a X2

Composit e Fact or

X1

(50)

Sumber: Prof. Dr. Imam Ghozali, M.Com, Akt., “Structural Equation Modeling – Metode Alternatif dengan Partial Least Square, Jan 2004, hal 11.

Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

• Arah hubungan kausalitas dari indikator ke konstruk.

• Antara indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji

konsistensi internal atau cronbach alpha ).

• Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari konstruk.

• Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk (zeta).

• Konstruk mempunyai makna “surplus”.

• Skala skor tidak menggambarkan konstruk.

3.4.3. Kegunaan Metode Partial Least Square (PLS)

Kegunaan PLS adalah untuk mendapatkan model struktural yang

powerfull untuk tujuan prediksi. Pada PLS penduga bobot (weight estimate) untuk

menghasilkan skor variabel laten dari indikatornya dispesifikasikan dalam outer

model, sedangkan inner model adalah model struktural yang menghubungkan

antar variabel laten.

3.4.4. Pengukuran Metode Partial Least Square (PLS)

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

1. Weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten.

(51)

2. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3. Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator

dan variabel laten.

Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi

tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama

menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan

estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan

estimasi means dan lokasi (konstanta). Pada dua tahap pertama proses iterasi

dilakukan dengan pendekatan deviasi (penyimpangan) dari nilai means (rata-rata).

Pada tahap ketiga, estimasi bisa didasarkan pada matriks data asli dan taua hasil

penduga bobot dan koefisien jalur pada tahap kedua, tujuannya untuk menghitung

means dan lokasi parameter.

3.4.5. Langkah-langkah PLS

1. Langkah Pertama: Merancang Model Struktural (inner model)

Inner model atau model stuktural menggambarkan hubungan antar

variabel laten

Berdasarkan pada substantive theory perancangan model struktural

hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau

hipotesis penelitihan.

2. Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Outler Model atau model pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap

(52)

menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah

refleksi atau formatif, berdasarkan devinisi oprasional variabel.

3. Langkah Ketiga: Mengkonstruksi Diagram Jalur

a. Model persamaan dasar dari inner model dapat di tulis sebagai

berikut:

N = β0 + β ŋ + Γ + ξ

Nj = ∑i βji ŋi + ∑i yjb b + ξj

b. Model persamaan dasar Outer Model dapat di tulis sebagi berikut:

Χ = Λ x + ɛ x Y = Λy ŋ + ɛ y

4. Langkah Keempat: Estimasi: Weight, koofesien jalur, dan loading

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode

kuadrat terkecil (Least squere methods). Proses perhitngan dilakukan

dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi

kenvargen. Penduga parameter di dalam PLS meliputi 3 hal , yaitu:

• Weight estimasi yang digunakan untuk menghitung data variabel

laten.

• Path estimasi yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dan indikatornya.

• Means dan Parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep)

untuk indikator dan variabel laten.

5. Langkah Keenam: Goodness of Fit

(53)

Goodness of Fit Model diukur menggunakan R2 variabel laten dipenden

dengan interpretasi yang sama dengan regresi. Q2 predictive relevance

untuk model struktural mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan

oleh model dan juga estimasi parameternya.

Q2 = 1-(1-R22) (1-R22)...(1-Rp2)

Besarnya memiliki nilai dengan rentang 0 <> 2 pada analisis jalur ( Path

Analisis ).

6. Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)

Pengujian hipotesi (β, Y, dan Λ ) dilakukan dengan metode resampling

boostrap yang dikembangkan oleh geisser dan stone statistik uji yang

digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan metode resampling,

memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas (distribution free) tidak

memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel

yang besar (direkomendasikan sampel minimum 30). Pengujian dilakukan

dengan t-test, bilamana diperoleh p-value <>

3.4.6. Asumsi PLS

Asumsi pada PLS hanya berkait dengan pemodelan persamaan struktural,

dan tidak terkait dengan pengujian hipotesis, yaitu:

1) Hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linier dan aditif

(54)

3.4.7. Ukuran Sampel

Dasar yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada PLS adalah

resampling dengan Bootstrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone.

Ukuran sampel dalam PLS dengan perkiraan sebagai berikut :

1. Sepuluh kali jumlah indikator formatif (mengabaikan indikator refleksif)

2. Sepuluh kali jumlah jalur struktural (structural paths) pada inner model

3. Sample size kecil 30 – 50 atau sampel besar lebih dari 200

Adapun alasan penulis memilih dan menggunakan PLS adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan PLS tidak mengharuskan jumlah sampel besar, karena ada

keterbatasan jumlahsampel yang akan didapatkan sebagai responden pada

penelitian maka pendekatan model PLS lebih bisaditerapkan

2. Pada penelitian ini akan mengembangkan model untuk tujuan prediksi

3. Pada PLS tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, data berupa

nominal, ordinal, interval dan rasio.

3.4.8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil pengumpulan data yang didapat dari kuesioner harus diujikan

validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian dikatakan valid, bila terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2008, 348) instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Pada PLS evaluasi

(55)

validitas model pengukuran atau outer-model yang menggunakan indicator

refleksif dievaluasi dengan convergent dan di skriminan validity.

Sedangkan outer-model dengan formatif indicator dievaluasi berdasarkan

pada substantive contentnya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight

dan melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut berdasarkan pada Chin dalam

(Ghozali, 2008, 24).

Convergent validitydari model pengukuran dengan reflektif indicator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/ component score denganconstrust

score yang dihitungdengan PLS. ukuranrefleksif individual dikatakan tinggi jika

berkorelasi lebih dari 0,07dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian

menurut Chin (Ghozali, 2008, 24) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan

skala pengukuran nilai loading 0,05sampai 0,6 dianggap cukup.

Sedangkan discriminant validity dinilai berdasarkan crossloading, jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada ukuran konstruk

lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa konstruklaten memprediksi ukuran

pada blok. Mereka lebih baik dari pada blok lainnya. Bisa juga dinilai dengan

Square Root Of Average Extracted (AVE), jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antar konstruk dengan

konstruklainnya dalam model maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity

(56)

Hasil penelitian dikatakan reliable bila terdapat kesamaan data dalam

waktu yang berbeda, artinya instrumen yang memiliki reliabilitas adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama juga (Sugiyono, 2008, 348). Instrumen yang

baik tidak bersifat mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu

sebagaimana yang dikehendaki oleh peneliti. Untuk menguji apakah instrument

tersebut reliable dilihat dari nilai composite. Reliability blok indikator yang mengukur suatu konstruk dan juga nilai cronbach alpha. Jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha diatas 0,70 berarti nilai konstruk dinyatakan reliabel (Ghozali, 2008, 43).

(57)

45

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Blackber r y

(58)

Perkembangan awal RIM dibantu oleh sejumlah investor Kanada pada tahun 1995 melalui pembentukan perusahaan swasta. Working Ventures Canadian Fund Inc. melakukan investasi pertama senilai C

Gambar

Tabel 1.1 Pangsa Pasar Ponsel Blackberry Tahun 2013
Gambar 2.2.4
Gambar 3.1 Principal Factor (Reflective) Model
Gambar 3.2 Composite Latent Variable (Formative) Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sikap-sikap inilah yang terus dikem- bangkan di Ponpes Imam Syuhodo, sehing- ga para santri memiliki sikap dan cara pandangan dalam berkagamaan dengan santun, tasamuh ,

Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain percobaan dalam menentukan nilai efek dari komposisi ozokerite dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik

This research is conducted through observation, interview, and questionnaires which involve 50 students of class II TMI (Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah) and 30 students of

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui potensi ikan-ikan hasil tangkapan unggulan yang didaratkan di PPN Karangantu sebagai bahan baku industri pengolahan; (2)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilakukan

Dengan adanya sistem informasi rawat inap pada RSU Haji Surabaya dapat membantu mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh petugas dalam memberikan informasi

menyelesaikan dengan baik skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Profitabilitas Yang Di Moderasi Oleh Jenis Perusahaan Pada Perusahaan Tambang

diam (still). Oleh karena itu media ini kurang begitu efektif bila dipakai untuk mencapai tujuan – tujuan pelajaran yang bersifat gerakan. Teknologi Pendidikan