• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Keterlaksanaan Pembelajaran Aktif

1. Keterlaksanaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 627) keterlaksanaan berasal dari kata dasar laksana, yang mempunyai arti sifat, laku, atau perbuatan. Imbuhan keter-an menyatakan suatu hal atau peristiwa yang telah terjadi. Maka dari itu, keterlaksanaan adalah suatu hal, peristiwa, atau kejadian yang telah terjadi.

2. Pengertian Pembelajaran Aktif

Menurut Depdiknas (2005: 3) kata aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Menurut Pat Hollingsworth dan Gina Lewis (2008: viii), pembelajaran aktif itu siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bias memahami pengalaman yang

dialami. Menurut Silberman (2013: ix) ketika pembelajaran terjadi secara aktif, murid mengerjakan sebagian besar tugasnya. Mereka menggunakan otaknya, memelajari ide-ide memecahkan masalah, dan menerapkan hal-hal yang mereka pelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran aktif merupakan terjadinya suatu proses pembelajaran dimana siswa turut berperan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Siswa mau menyampaikan gagasan-gagasan dan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran. Siswa dengan penuh semangat mengikuti pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Aktif

Menurut E. Kosasih (2014: 83-97) model pembelajaran aktif dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Discovery Learning

Model ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakukannya. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada

discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

b. Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

c. Project Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

4. Metode Pembelajaran Aktif

Dalam buku Amir (2013: 113) terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam strategi ini dan dapat dipilih dalam gambaran metode di bawah ini:

a. Metode Pembelajaran dengan Audio Visuals

Metode pembelajaran yang menggunakan audio visual dapat memberikan dimensi lain pada pembelajaran dan selain itu materi audio visual efektif menjangkau pembelajar dengan gaya belajar yang

berbeda-beda. Materi audio visual dapat berteknologi rendah (misalnya

tape recorder) ataupun berteknologi tinggi (seperti TV dan pemutar

DVD).

b. Metode Curah Pendapat

Metode curah pendapat dapat juga digunakan dalam strategi pembelajaran yang aktif. Metode ini sangat efektif untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa.

c. Metode Studi Kasus

Metode studi kasus juga dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran dengan memanfaatkan situasi atau kasus yang dapat memberikan siswa pembelajaran bermakna dan bermanfaat. Biasanya, guru memberikan sebuah cerita yang berkaitan dengan konsep ataupun keterampilan yang akan dipelajari. Kemudian, siswa berdiskusi untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi atas fakta-fakta ataupun situasi yang ada dalam kasus tersebut.

d. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi juga digunakan dalam pembelajaran aktif, sebab bersentuhan dengan bagaimana siswa memperagakan sesuatu. Strategi pembelajaran ini memperlihatkan bagaimana ia melakukan sesuatu yang kemudian diamati dan dibahas.

e. Metode Penemuan

Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa aktif. Metode penemuan ini merupakan strategi pembelajaran di mana

siswa didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan atau konsep baru.

f. Metode Kegiatan Lapangan

Metode pembelajaran kegiatan lapangan adalah metode yang berusaha menelusuri dan menginvestigasi masalah tertentu di lapangan. Kegiatan di luar kelas untuk mempelajari situasi baru dan berbeda.

g. Metode Ceramah

Metode pembelajaran melalui ceramah adalah metode yang menghendaki siswa harus mendapat informasi yang sama dalam jumlah siswa yang banyak. Kegiatan pembelajaran yang menekankan pada penyampaian informasi secara verbal dan cenderung searah (guru  siswa) ini dapat terstruktur, menggunakan teknologi rendah, dan memungkinkan. Kegiatan ini untuk mengajarkan siswa –siswa dalam waktu yang relatif singkat.

h. Metode Diskusi Kelompok

Metode diskusi kelompok merupakan metode yang menghendaki agar siswa dan guru serta siswa dengan siswa lainnya terjadi interaksi dan saling tukar pengalaman dan informasi dalam memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dengan metode ini mendorong siswa untuk berinteraksi dan membantu memahami pendapat berbeda yang mungkin muncul selama kegiatan

berlangsung. Kegiatan ini juga mendorong siswa untuk menghargai perbedaan pendapat.

i. Metode Debat

Metode pembelajaran dengan metode debat adalah metode yang dirancang untuk memecahkan masalah dari sudut pandang yang berbeda. Biasanya menghadirkan beberapa ahli, sehingga memecahkan masalah dari sudut pandang keahlian mereka. Metode ini biasanya terdiri dari diskusi antara dua belah pihak yang mempunyai pendapat yang berbeda bahkan bertentangan, terutama berkaitan dengan masalah-masalah yang kontroversial.

5. Indikator Pembelajaran Aktif

Menurut Zulfahmi, (2003: 278-284) diuraikan indikator-indikator pembelajaran aktif sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang berpusat pada siswa

Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa. Oleh sebab itu, materi pembelajaran hendaknya dikaitkan dengan kebutuhan, minat, dan orientasi siswa dalam kehidupan nyata. Jika materi pembelajaran hanya perlu dalam pandangan guru, siswa tidak akan berpartisipasi aktif dalam proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

b. Pembelajaran didasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahami siswa. Pembelajaran hendaknya didasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahami siswa. Guru hendaknya mengkomunikasikan tujuan pembelajaran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Tanpa

kejelasan tujuan, siswa tidak mungkin terlibat aktif dalam proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

c. Pembelajaran aktif membuat siswa melakukan proses penemuan. Pembelajaran aktif hanya dimungkinkan jika siswa dihadapkan pada suatu masalah yang perlu dipecahkan sehingga siswa melakukan proses penemuan. Namun, perlu dipertimbangkan kualitas masalah tersebut. Jika masalah terlalu ringan atau mudah untuk dipecahkan siswa cenderung tidak termotivasi. Sebaliknya, jika masalah terlalu berat atau sukar (mungkin disebabkan juga oleh ketidakmampuan guru mengemas masalah tersebut) siswa cederung menarik diri atau tidak termotivasi.

d. Melakukan penemuan dengan memiliki rambu-rambu yang jelas. Melakukan penemuan, siswa hendaknya memiliki rambu-rambu yang jelas. Rambu-rambu-rambu tersebut dirumuskan bersama oleh guru dan siswa, atau dirumuskan guru namun disetujui, dikomunikasikan, dan dipahami siswa.

e. Mengaitkan pengalaman/pengetahuan yang dimiliki dengan pengalaman baru.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa mengaitkan pengalaman atau pengetahuan siap yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang ditawarkan guru dalam bentuk masalah tersebut. Selanjutnya, interrelasi pengalaman tersebut akan mengembangkan kesadaran siswa tentang kebermaknaan

pembelajaran bagi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari maupun kehidupan akademis. Jika tidak terdapat pengaitan dan interrelasi pengalaman, pembelajaran tersebut tidak akan bermakna bagi siswa. f. Adanya perspektif/ pandangan baru siswa tentang topik/ materi

pembelajaran.

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memungkinkan adanya perspektif/pandangan baru siswa tentang topik atau materi pembelajaran. Perspektif baru tentang topik atau materi hendaknya bukan karena dijejalkan guru, tetapi sesuai dengan pengalaman ketika melakukan proses penemuan dan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, keaktifan siswa dapat diunjukkan melalui menanyakan, menanggapi, menyanggah, atau mengusulkan sesuatu kepada kelas (siswa lain dan guru).

g. Berkembangnya konteslasi nilai dan asumsi dari disiplin ilmu dalam diri siswa.

Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan berkembangnya konteslasi nilai dan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalam diri siswa. Pembelajaran tentang menyimak berita, misalnya, hendaknya mampu mengembangkan kesadaran siswa bahwa berita yang baik bukan hanya didasarkan atas penggunaan bahasa yang baik dan benar, tetapi juga didasarkan atas wawasan keilmuan (sosiologi, psikologi, antropologi, dan sebagainya) penulis berita.

h. Siswa dapat mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil belajarnya. Pembelajaran aktif hendaknya memungkinkan siswa mengembangkan sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya. Artinya, siswa memahami hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai sesuai dengan topik dan menyadari hal-hal apa yang belum dipahami. i. Pembelajaran dengan media yang layak.

Untuk menfasilitasi memahami permasalahan dan mengaitkan pengalaman siap dengan pengalaman yang baru, pembelajaran aktif memerlukan media yang layak. Konsep kelayakan media jelas bersifat relatif tergantung pada karakteristik siswa, materi, tujuan pembelajaran, sarana dan prasarana, serta kemampuan guru. Namun, dalam pembelajaran menyimak, karakteristik utama media yang diperlukan siswa adalah media yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan auditori. Jadi, media tersebut dapat berupa media audiovisual atau yang paling sederhana adalah media auditif. Untuk pembelajaran menulis, misalnya menulis artikel, media teks tertulis merupakan hal yang mutlak diperlukan agar siswa tidak mengembangkan verbalisme tentang artikel dan langsung memperoleh gambaran yang jelas tentang artikel tersebut beserta karakteristiknya.

j. Siswa sadar bahwa dia adalah subyek yang bertanggungjawab secara mandiri.

Pembelajaran hanya dimungkinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan subyek yang bertanggung jawab secara mandiri, baik dalam proses maupun pemerolehan hasil belajarnya. Faktor kesadaran dan tanggung jawab individual siswa merupakan faktor yang penting karena siswa akan aktif memilih, merencanakan, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan strategi individual guna mencapai keberhasilan belajarnya. Untuk itu, siswa hendaknya mengembangkan kesadaran tentang apa tujuan pembelajaran yang hendak ditempuh, apa manfaatnya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks akademis, sosial, dan pengembangan diri, apa langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran, bagaimana melaksanakan langkah-langkah tersebut, dan berani menanggung resiko atas hal-hal yang sudah disadari dan dilakukannya dalam proses pembelajaran.

k. Tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental tapi juga keseluruhan indera.

Pembelajaran tidak hanya melibatkan aktivitas fisik dan mental tetapi juga keseluruhan indera. Seluruh faktor tersebut akan digerakkan jika siswa menempuh prinsip belajar sambil berbuat dan belajar melalui mengalami. Dengan kata lain, aktivitas tersebut akan

mengembangkan kesadaran siswa tentang pembelajaran yang bermakna atau meaningfull learning.

l. Melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan dan juga kiri.

Dari sudut aktivitas otak, pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitas belahan otak sebelah kanan namun juga kiri. Dengan kata lain, faktor kesadaran dan ambang sadar hendaknya dikembangkan secara maksimal. Faktor emosi sangat tergantung pada penciptaan suasana yang menyenangkan dalam konteks kelas yang demokratis. Siswa hendaknya juga mampu mengendalikan emosi dan dapat menikmati proses dan pemerolehan hasil belajarnya.

m. Terdapat aktivitas individual dan juga faktor interaksi sosial juga menentukan.

Meskipun pembelajaran merupakan aktivitas individual, namun faktor interaksi sosial juga sangat menentukan. Interaksi sosial, baik antara siswa-guru, siswa-siswa lainnya, siswa lingkungan merupakan manifestasi kemandirian dan tanggung jawab individu dalam konteks kebersamaan melalui kerja sama. Kebersamaan dan kerja sama sangat diperlukan dalam pembelajaran bahwa karena fungsi utama bahasa adalah alat komunikasi sehingga belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi. Komunikasi tidak mungkin terjadi jika tidak ada konteks, di antaranya adalah pengirim dan penerima pesan atau peserta komunikasi.

n. Pembelajaran aktif dipengaruhi oleh umpan balik.

Pembelajaran aktif dipengaruhi oleh umpan balik. Bagi siswa, umpan balik dimanfaatkan untuk merefleksi apa yang telah dipelajari, apa yang belum dikuasai, apa yang dapat direncanakan dan dikerjakan pada masa mendatang untuk mengembangkan hal-hal yang telah dipelajari, dan apa manfaat materi tersebut bagi pengembangan keilmuan maupun kehidupan masa mendatang. Bagi guru, umpan balik dapat dimanfaatkan untuk mencermati kelemahaman dan kekuatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengembangkan pembelajaran yang lebih baik pada masa mendatang.

Dokumen terkait