• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan ekowisata. Pada kasus ini, masyarakat Kampung Sampora merupakan subjek dari ekowisata yang berperan dalam mengelola ekowisata. Hal ini memberikan mobilitas baru bagi masyarakat, sehingga seharusnya hadirnya ekowisaan dapat mempengaruhi proses sosial yang ada di Kampung Sampora. Namun pada kenyataannya kehadiran ekowisata di Ecopark CSC ini tidak memengaruhi hubungan social di antara masyarakat Kampung Sampora. Masih kurangnya partisipasi masyarakat dapat dilihat dalam pengelolaan ekowisata. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat kampong sudah memiliki pekerjaan tetap dan kurang memiliki waktu luang untuk membantu pengelolaan ekowisata. Keaktifanan masyarakat hanya dapat dilihat jika akan dilaksanakan gotong royong membersihkan danau. Kegiatan itu pun dilakukan hanya dalam waktu dua bulan sekali yang di selenggarakan oleh pihak Ecopark CSC.

Partsisipasi Masyarakat Kampung Sampora

Keterlibatan masyarakat yang dirasakan masih minim membuat ekowisata ini masih belum dikatakan berbasis masyarakat, karena sesungguhnya prinsip ekowisata berbasis masyarakat adalah terlibatnya masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemumakan oleh Yoeti (2008) “Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif masyarakat, hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak”.

Tingkat keterlibatan masyarakat sangat memengaruhi keberlangsungan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat. Dalam hal ini peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian dan keaslian alam, karena masyarakat local sendirilah lebih mengetahui bagaimana keadaan alam mereka sendiri. Untuk lebih jelasnya, keterlibatan masyarakat Kampung Sampora dalam pengelolaan di Ecopark dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 Tingkat keterlibatan responden pada ekowisata.

Tabel 7 menunjukkan tingkat keterlibatan masyarakat Kampung Sampora dalam pengelolaan ekowisata Ecopark CSC. Terlihat bahwa tingkat keterlibatan Jenis pekerjaan

responden

Keterlibatan Jumlah Persen (%)

Sektor ekowisata tinggi 11 36,6

rendah 4 13,4 Sektor non ekowisata tinggi rendah 3 12 10,0 40,0 Total 30 100

masyarakat masih rendah terutama bagi masyarakat yang tidak bekerja di sektor ekowisata dengan persentase 40 persen (12 responden). Sedangkan sebesar 10 persen (3 responden) masyarakat terlibat dalam pengelolaan ekowisata. Namun untuk masyarakat yang bekerja di sektor ekowisata memang keterlibatannya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pada awalnya mereka memang sudah tertarik untuk mengegola ekowisata di Ecopark ini, walaupun belum semua ikut terlibat, namun dengan banyaknya masyarakat yang terlibat diharapkan mampu membangun semangat masyrakat yang lain untuk ikut membantu membangun ekowisata di Kampungnya tersebut terutama bagi mereka yang tidak bekerja di sector ekowisata. Untuk masyarakat yang tidak berpartisipasi dalam ekowisata ini mayoritas memang masyarakat yang tidak bekerja di sector ekowisata, hal ini dikarenakan mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga waktu mereka tidak mampu terbagi untuk mengelola ekowisata. Partisipasi dalam pengelolaan ekowisata sendiri memang tidak diwajibkan, hanya saja diharapkan dengan adanya partisipasi dari masyarakat lokal mampu meningkatkan kerukunan dan keselarasan dalam pembangunan ekowisata yang dimaksudkan berbasis masyarakat. Ruang pasrtisipasi ini sebenarnya sudah diberikan dari pihak pengeloloa Ecopark, karena sebelum dicanangkan pembangunan ekowisata di Cibinong ini sebelumnya sudah diadakan musyawarah yang seharusnya dihadiri oleh masyarakat lokal setempat, namun karena berbagai alas an hanya beberapa masyarakat saja yang ikut adnil dalam musyawarah tersebut. Sementara itu, menurut responden sendiri keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan memang dirasakan sangat kurang, sebagaimana diungkapkan salah satu responden berikut. “Saya mah gak pernah ikut-ikut neng. Pokoknya mah saya cuma tau di sana ada danau yang dijadiin ekowisata. Saya juga jarang banget dateng kesana abis gak ada waktu neng, kerja dari pagi trus pulang sore, kadang sabtu minggu saya lembur.” (KD/35 Tahun/masyarakat Sampora.

Menurut pengelola Ecopark, mereka sebagai pihak yang bertanggungjawab atas pelaksaan ekowisata sejak awal sudah mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengelolaan. Mulai dari diadakannya musyawarah bersama masyarakat untuk mencapai kesepakan pembangunan ekowisata hingga membuat gotong royong untuk memulai pengelolaan ekowisata. Namun setelah dicanangkannya engembangan ekowisata di Ecopark, partisipasi masyarakat dirasakan sangat minim, hanya sedikit masyarakat yang hadir dalam musyawarah dan itu pun kebanyakan adalah tokoh agama dan tokoh adat masyarakat Sampora, masyarakat biasa ynag hadi dalam musyawarah hanya dapat di hitung jari. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kurang menyadari akan pentingnya partisipasi mereka dalam pengelolaan dan pengembangan ekowisata. Karena sebagian besar masyarakat menganggap dengan adanya pihak pengelola dari Ecopark sudah cukup mampu untuk mengembangkan ekowisata di sekitar Kampung Sampora. Aktor-aktor dalam Ekowisata

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata di suatu daerah tentu sangat menentukan potensi pengembangan yang menuju kearah yang lebih baik. Masyarakat lokal di anggap memiliki kemampuan untuk

mengembangkan potensi alam yang dimiliki di daerahnya, hal ini dikarenakan mereka mengetahui bagaimana sumberdaya alam tersebut dimanfaatkan dan menghasilkan berbagai manfaat untuk mereka.

Masyarakat lokal kampung Sampora yang mayoritas penduduk asli orang Sunda dapat dikatakan memiliki peran bagi berlangsungnya kegiatan ekowisata di Ecopark Cibinong Science Center, namun berdasarkan hasil penelitian bahwa keterlibatan masyarakat lokal di Kampung Sampora kurang cukup maksimal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat lokal setempat kebanyakan hanya menerima saja keberadaan Ekowisata di sekitar kampungnya. Hanya beberapa dari masyarakat yang ikut serta dalam membantu pihak terkait dalam hal ini pengelola ekowisata yaitu pihak PKT-Kebun Raya Bogor yang menjadi pihak penyelenggara Ecopark Cibinong Science Center, selebihnya adalah tokoh agama dan tokoh adat setempat yang kebanyakan adalah sesepuh dan orang yang di anggap penting di Kampung Sampora. Penolakan yang terjadi sebelum dibangunnya ekowisata ini cukup sulit diatasi, namun demikian dengan adanya kesepakatan anatara pihka pengelola dengan masyarakat local

setempat untuk menjadikan kawasan ekowisata ini „bersih‟ dalam hal apapun,

akhirnya masyarakat setempat pun menyetujuinya walaupun tidak terdapat ganti rugi berupa materil. Hanya saja, ,masyarakat sadar dengan sendirinya bahwa pembangunan ekowisata di kampungnya tentu setidaknya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat. Contohnya saja, beberapa masyarakat kampong setelah adanya ekowisata ada yang mendapat pekerjaan tetap mengelola ekowisata. Ini merupakan salah satu keuntungan yang mereka dapatkan.

Masyarakat luar seperti pendatang tidak satupun yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan ekowsiata disini. Hal ini dikarenakan mereka sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mayoritas penduduk pendatang memang bekerja sebagai pegawai swasta dan ada pula yang bekerja di kantor pemerintahan. Selain itu, mereka menganggap kehadiran mereka di kampong ini hanya untuk tinggal dan menyambung hidup saja dan mereka merasa bahwa penduduk asli setempatlah yang mampu dan berkewajiban membantu mengelola ekowisata di sekitar kampungnya. Selain pendatang, masyarakat yang sering datang ke kawasan ekowisata di Ecopark untuk sekedar berekreasi dan menikmati keindahan danau juga merupakan salah satu aktor penting dalam pengembangan ekowisata. Apabila kehadiran mereka tidak ada maka ekowisata di Ecopark ini pun tentu tidak akan berkembang. Kehadiran wisatawan ke danau di Ecopark semakin hari semakin meningkat. Berdasarkan hasil laporan pihak pengelola Ecopark Cibinong Science Center, pada bulan September-Desember 2013 jumlah pengunjung Ecopark perhari adalah 48-851 orang, jumlah pengunjung paling ramai adalah hari Minggu.

Tabel 8 Jumlah pengunjung Ecopark bulan September-Desember tahun 2013

Bulan Hari Jumlah

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu September - - - 270 703 973 138 150 136 174 169 269 616 1628 49 150 136 174 165 374 851 1628 137 153 137 226 117 380 820 2601 96 121 138 114 175 238 773 1655 Rata-rata 105 149 136 160 156 306 752 7172 Oktober 125 50 155 92 124 251 547 1344 168 187 157 172 196 413 638 1931 144 112 86 145 59 238 521 3275 177 171 147 254 546 463 846 2604 146 88 62 - - - - 296 Rata-rata 152 121 121 165 231 341 638 9156 November - - - 127 68 291 333 819 155 148 48 120 72 338 388 1269 122 139 83 777 140 335 256 2085 32 83 0 70 84 78 740 1087 240 30 139 58 56 - - 523 Rata-rata 137 100 67 230 84 260 429 5263 Desember 354 736 1090 148 122 167 84 186 275 772 1090 20 180 11 221 100 328 818 2844 204 267 316 284 65 149 454 1739 207 - - - 207 Rata-rata 162 174 272 204 150 371 704 10195 Sumber: Laporan Akhir Tahun 2013 Ecopark Cibinong Science Center

Aktor yang terlibat selanjutnya dalam pembangunan ekowisata adalah pemerintah. Pemerintah telah memberikan dana untuk pembuatan Ecopark Cibinong Science Center ini setelah pengajuan proposal yang telah dibuat oleh pihak PKT-Kebun Raya Bogor. Dinas kepariwisataan menganggap pentingnya membangun sebuah tempat ekowisata yang lokasinya masih sangat alami, makadari itu, pemerintah menyetui anggaran dana untuk pembuatan dan pengelolaan Ecopark Cibinong Science Center ini. Walaupun pada saat itu dana yang diajukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, namun bantuan pemerintah sangat penting bagi berlangsungnya pembangunan kawasan ekwosiata di Ecopark ini. Hal ini menjadikan pemerintah merupakan salah satu aktor penting bagi pembangunan Ecopark Cibinong Science Center. Selain itu pemerintah juga mengawasi berjalannya kegiatan ekowisata di Ecopark Cibinong Science Center dengan cara mengadakan pemantauan rutin dan inspeksi mendadak selama sebulan sekali ke Ecopark Cibinong Science Center. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengamanan dan kelestarian ekowisata yang sudah disepakati bahwa ekowisata di Ecopark ini harus “bersiih” dari segala hal.Untuk lebih jelasnya peranan stakeholder dalam pembangunan ekowisata Ecopark Cibinong Science Center dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9 Stakeholders dan peranannya bagi Ecopark Cibinong Science Center

No. Stakeholder Peranan bagi ekowsiata Ecopark Cibinong Science Center

1. Masyarakat lokal Menyetujui pembuatan dan pembangunan Ecopark.

Menjaga kelestarian Ecopark. 2. Masyarakat

luar/pendatang/pengunjung

Meningkatkan pendapatan bagi Ecopark Membuat Ecopark lebih dikenal banyak orang. 3. Pihak PKT-Kebun Raya

Bogor

Mengusulkan ide pembuatan Ecopark

Menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder lainnya.

Melaksanakan pembangunan Ecopark mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Menjadikan Ecopark kawasan ekowisata yang bersih dari terjamin keamanannya

4. Pemerintah Menyumbang dana bagi pembangunan Ecopark.

Membantu pihak PKT-Kebun Raya Bogor menggawasi kegiatan pelaksanaan di Ecopark Perubahan peraturan setelah ekowisata di Ecopark

Semenjak terbentuknya Ekowisata Ecopark di Kampung Sampora, terdapat beberapa peraturan yang dibuat oleh pihak pengelola ekowisata. Peraruran-peraturan tersebut sebelumnya telah disepakati dan disetujui oleh berbagai pihak yang terkait diantaranya masyarakat local dan pihak pengelola ekowisata.

Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dilarang membuang sampah sembarangan

2. Dilarang membawa senjata tajam

3. Dilarang berbuat mesum di kawasan ekowisata

4. Tidak diperkenankan membawa minuman keras/narkoba.

5. Dilarang merusak segala jenis tumbuhan yang ada di kawasan taman. Sebelum ekowisata resmi dibentuk tidak terdapat peraturan-peraturan seperti yang disebutkan di atas. Karena pada dasarnya sumberdaya alam tersebut adalah open access dimana masyarakat ataupun orang-orang secara terbuka boleh mendatangi tempat tersbut. Tidak ada larangan ataupun aturan dari siapapun. Setelah resmi dibuka, Ecopark CSC berubah menjadi taman ekologi yang rapi, sejuk, indah dan nyaman. Danau buatan yang dibentuk pun menjadi nyaman dipandang dan didalamnya ditanami tanaman eceng gondok. Hal ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang datang kesini. Selain itu, tidak dikenakannya biaya tiket masuk menjadidaya tarik ekowisata Ecopark ini, mereka yang dating

hanya diwajibkan membayar biaya parkir saja bagi mereka yang membawa kendaraan pribadi.

PENUTUP

Dokumen terkait