• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Analisis Data

1. Ketimpangan Investasi di Indonesia

Ketimpangan regional menunjukkan perbedaan tingkat

pembangunan dan tingkat kesejahteraan antar wilayah. Profesor Myrdal dalam Jhingan (1988 : 270) menjelaskan ketimpangan regional mempunyai kaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sedangkan wilayah-wilayah lain terlantar. Perbedaan harapan laba ini disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya

alam, keadaan demografis, keadaan politik, dan keadaan

birokrasimasing-masing daerah.

Profesor Myrdal lebih lanjut menjelaskan sebab utama terjadinya ketimpangan regional karena kuatnya dampak balik melalui hal-hal sebagai berikut (Jhingan , 1988):

a. Adanya dampak balik migrasi, yaitu daerah yang memiliki kegiatan ekonomi berkembang akan menarik orang-orang muda dan aktif untuk pindah sehingga cenderung menguntungkan daerah tersebut.

c. Pembebasan dan perluasan pasar memberikan keuntungan wilayah maju melalui daya saing.

Kegiatan ekonomi yang memusat di suatu daerah tertentu

sedangkan di daerah lain mengalami ketertinggalan akan

menyebabkan ketidakmerataan antar wilayah.

Mrydal (Arsyad, 1999 : 129) membagi pengaruh ekspansi ekonomi ini menjadi dua hal :

a. Backwash effects yaitu pengaruh merugikan akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh suatu daerah tertentu karena tenaga kerja dan modal yang ada akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut.

b. Spread effects yaitu pengaruh yang menguntungkan bagi daerah lain akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh daerah tertentu.

Hirschman ( Arsyad, 1999:129) juga membagi perbedaan antara daerah miskin dan kaya menjadi dua bagian :

a. Trickling down effects yaitu proses penetesan ke bawah sebagai dampak yang baik karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin menyempit.

b. Polarization effects yaitu proses pengkutuban sebagai dampak yang buruk karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin jauh.

commit to user

2. Investasi

a. Pengertian Investasi

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mendefinisikan investasi sebagai “bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia” (BKPM, 2010 : 4).

Investasi adalah “aliran yang meningkatkan persediaan modal, merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan” (Case & Fair, 2006:270).

Paul M. Johson dalam Rachbini (2009:11) mendefinisikan : “Investasi sebagai seluruh pendapatan yang dibelanjakan oleh perusahaan atau lembaga pemerintah untuk barang-barang modal yang akan digunakan dalam aktivitas produksi. Agregat investasi dalam perekonomian suatu negara merupakan jumlah total pembelanjaan guna menjaga atau meningkatkan cadangan barang-barang tertentu yang tidak dikonsumsi segera. Barang-barang-barang tersebut digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang berbeda dan akan didistribukasikan ke pihak-pihak lain”.

Dumairy (1996: 136) mengartikan pembentukan modal tetap bruto yang mencakup :

“Pengadaan, pembuatan atau pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal yang dibeli atau dibuat sendiri adalah barang tahan lama atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan mempunyai umur pemakaian selama satu tahun atau lebih. Sedangkan bruto mencerminkan bahwa penghitungan pembentukan modal belum dikurangi dengan penyusutan barang modal”.

“Pembentukan modal yaitu mengarahkan sebagian kegiatannya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan

nasional. Stok modal menggambarkan output suatu sektor yang belum selesai diproses yang dapat berbentuk output setengah jadi atau input yang belum digunakan, termasuk pula barang jadi yang belum dijual” (Profesor Nurkse dalam Jhingan, 1988 : 87).

Dr. Singer mendefinisikan pembentukan modal terdiri dari “barang-barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat, dan mesin maupun barang-barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian”. Kuznets juga memberikan pendapat yang sama tentang pembentukan modal, yaitu “Mencakup biaya konstruksi, peralatan, persediaan dalam negeri, pembiayaan pendidikan, rekreasi, dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu serta semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja” (Jhingan, 1988:419).

Dumairy (1996 : 136) menjelaskan tentang pembentukan modal tetap bruto secara rinci terdiri dari :

1) Barang baru maupun bekas yang dapat diproduksi kembali, mempunyai umur satu tahun atau lebih yang tidak digunakan untuk keperluan militer.

2) Dana perubahan atau penambahan barang modal untuk

memperpanjang umur atau meningkatkan produktivitas barang modal.

3) Pengeluaran atas reklame tanah dan perbaikannya,

pengembangan dan perluasan perkebunan, pertambangan, hutan, lahan pertanian , dan perikanan.

4) Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil tenaga, susu, bulu, dan pembibitan ternak potong.

commit to user

Sadono (2006 : 366) menguraikan empat komponen investasi sebagai berikut :

1) Investasi perusahaan swasta

Pengusaha melakukan investasi berupa pendirian bangunan industri, pembelian mesin-mesin dan peralatan produksi, pembelian bahan mentah yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari produksi yang akan mereka lakukan di masa depan.

2) Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal

Pembangunan rumah memiliki sifat yang mendekati peralatan produksi yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut dan secara terus-menerus menghasilkan jasa.

3) Perubahan dalam inventaris perusahaan

Stok barang simpanan perusahaan meliputi bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang yang siap dijual di pasaran tetapi masih disimpan oleh perusahaan.

4) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah

Pemerintah melakukan investasi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat seperti pembuatan jalan raya, rumah sakit, sekolah dan sebagainya.

b. Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi

BKPM (2010), Dumairy (1996), dan Jhingan (1988) menganalisis beberapa faktor yang dapat mendorong dan menghambat investasi sebagai berikut ini :

1) Faktor pendorong investasi :

a) Pelayanan dan penyelesaian kelembagaan investasi berjalan cepat dan efektif.

b) Kelembagaan dan keleluasaan peran daerah yang kuat sesuai prinsip otonomi daerah dan desentralisasi.

c) Fasilitias menarik bagi investor, seperti imigrasi yang lancar agar proses mobilisasi tenaga kerja dan modal berjalan lancar, .

d) Fasilitas fiskal seperti pembebasan atau pengurangan pajak bagi usaha yang memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi.

e) Ramalan perekonomian di masa depan yang baik f) Perubahan dan perkembangan teknologi.

g) Keuntungan perusahaan yang besar.

h) Pencitraan yang baik bagi negara atau daerah tujuan investor.

2) Faktor penghambat investasi antara lain :

a) Ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan di tingkat pusat maupun daerah.

b) Kondisi infrastruktur yang tidak memadai seperti sarana transportasi, listrik, air, dan lain-lain.

c) Ketidakstabilan mata uang atau nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

commit to user

c. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Jhingan (1988 : 85) menjabarkan ada dua macam faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi seperti sumber daya manusia, modal, usaha, dan teknologi sedangkan faktor non ekonomi seperti lembaga sosial,budaya, kondisi politik, dan nilai-nilai moral suatu bangsa. Modal yang dimaksud adalah investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional yang mencerminkan permintaan efektif dan menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa yang akan datang (Jhingan, 1988 : 88).

Jhingan (1988 : 88) mengilustrasikan pembentukan modal sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

Sumber : Jhingan (1988 : 88)

Gambar 2.1

Peran Pembentukan Modal

sebagai Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi

Evsey Domar (Massachusetts Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University) dalam Jhingan (1988) mengemukakan teorinya tentang hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi yaitu adanya dampak permintaan dan dampak penawaran invetasi. Investasi menciptakan pendapatan (dampak permintaan) dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan meningkatkan stok modal (dampak penawaran). Laju pendapatan dan output nasional harus meningkat sama ketika kapasitas produktif modal meningkat supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas (menganggur).

commit to user

d. Peran Investasi dalam Pembangunan Ekonomi

Pembentukan modal mempunyai andil penting di dalam pembangunan ekonomi. Jhingan (1988) menjabarkan beberapa peran penting investasi peralatan modal dalam pembangunan ekonomi sebagai berikut :

1) Pembentukan modal meningkatkan produktivitas baik di bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, dan industri. 2) Investasi peralatan modal meningkatkan kesempatan kerja

karena tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi.

3) Pembentukan modal menciptakan perluasan pasar.

4) Pembentukan modal menciptakan pembangunan ekonomi

dengan jumlah penduduk yang meningkat.

5) Pembentukan modal mengatasi permasalahan pokok dalam neraca pembayaran karena mengurangi barang-barang impor. 6) Tercapainya swasembada negara dan mengurangi beban utang

luar negeri dengan mengurangi kebutuhan modal asing.

7) Pembentukan modal memperbesar penawaran barang-barang, mengendalikan inflasi, dan menciptakan kestabilan ekonomi.

8) Pembentukan modal membantu memenuhi kebutuhan

penduduk yang semakin meningkat.

Peningkatan laju pembentukan modal menaikkan jumlah output nasional yang pada akhirnya menaikkan laju dan tingkat pendapatan nasional.

3. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

“Inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus” (Boediono, 2001:155). Kenaikan harga dari satu jenis barang, kenaikan harga karena musiman atau menjelang hari-hari besar, dan kenaikan harga-harga barang yang diatur secara sengaja oleh pemerintah bukanlah termasuk ke dalam inflasi.

Penyusunan inflasi bertujuan untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga sebagai informasi dasar dalam pengambilan keputusan baik di tingkat ekonomi mikro maupun makro dan dalam kebijakan fiskal maupun moneter.

BPS (2009) menghitung indikator inflasi melalui :

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Rumus penghitungan inflasi :

%

INF : Inflasi pada waktu (bulan atau tahun) t dalam persen : Indeks harga konsumen pada periode t

: Indeks harga konsumen pada periode sebelumnya 2)Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yaitu harga transaksi

commit to user

dengan pembeli atau pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

3)Deflator Produk Domestik Bruto yaitu menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara. Deflator PDB dihitung dengan cara membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

% : Laju inflasi pada tahun t

: Indeks harga konsumen periode t

: Indeks harga konsumen periode sebelumnya

b. Macam – macam Inflasi

Inflasi dapat digolongkan tergantung dari tujuan kita menggolongkannya. Pertama, berdasarkan parah tidaknya inflasi dapat digolongkan menjadi 4 macam :

1) Inflasi ringan (di bawah 10% dalam setahun) 2) Inflasi sedang (antara 10 % - 30 % dalam setahun) 3) Inflasi berat (antara 30 % – 100% dalam setahun) 4) Hiperinflasi (diatas 100% dalam setahun)

Kedua, inflasi berdasarkan sebab musababnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Demand inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.

2) Cost inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi.

Ketiga, inflasi berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru atau karena gagal panen.

2) Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri karena terjadi inflasi di luar negeri atau negara-negara mitra dagang.

c. Teori Inflasi

Boediono (1982) menjelaskan tentang konsep teori inflasi sebagai berikut ini :

1)Teori Kuantitas

Teori kuantitas menyoroti terjadinya proses inflasi karena penambahan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat di masa datang terhadap inflasi.

2) Teori Keynes

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya.

3)Teori Strukturalis

Teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena kenaikan ongkos produksi barang-barang dan kenaikan harga bahan makanan karena produksi bahan makanan tidak mampu

commit to user

mengimbangi pertumbuhan penduduk dan kenaikan pendapatan per kapita.

4. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk pinjaman tersebut dan biasanya dinyatakan dalam persentase per tahun. Suku bunga adalah harga yang harus dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval tertentu.

Suku bunga dapat dibedakan menjadi suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah suku bunga yang dilaporkan tanpa koreksi terhadap dampak-dampak inflasi dan suku bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi terhadap dampak-dampak inflasi.

Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan untuk membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Sadono (2006 : 123) menjelaskan investor hanya akan melakukan investasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dari bunga yang harus dibayarkan.

Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal yang menyebabkan jumlah laba dan insentif meningkat sehinnga dapat mengakumulasi lebih banyak modal lagi. Kenaikan tingkat bunga riil akan menaikkan biaya modal sehingga akan mengurangi pembentukan modal.

Weson dan Brigham (1990 : 81) dalam Heri dan Rahardhian (2010 : 153) menjelaskan empat faktor yang mempengaruhi suku bunga, yaitu peluang produksi, saat mengkonsumsi yang dikehendaki, risiko, dan inflasi.

Perubahan dari bunga pengembalian pinjaman juga

mempengaruhi arus kas perusahaan. Suku bunga pinjaman yang naik akan mengurangi laba perusahaan karena laba akan teralokasikan untuk menutup bunga pinjaman dan menjadikan investor enggan melakukan investasi. Suku bunga pinjaman yang rendah akan menaikkan laba perusahaan karena laba yang seharusnya dialokasikan pada bunga pinjaman akan berkurang sehingga investor akan tertarik untuk melakukan investasi.

5. Nilai Nukar

a. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang suatu negara menunjukkan nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. “Nilai tukar mata uang asing adalah berapa banyak jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing” (Sadono, 2006:397).

Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Nilai tukar nominal

Nilai tukar nominal adalah nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing.

commit to user

2) Nilai tukar riil

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Penentuan nilai tukar sistem mengambang ditentukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing di pasar bebas. Permintaan terhadap valuta asing yang meningkat akan menurunkan nilai mata uang domestik dan penawaran terhadap valuta asing yang meningkat akan menaikkan nilai mata uang domestik.

Sadono (2006 : 402) menjelaskan beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar mata uang sebagai berikut :

1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat secara tidak langsung mempengaruhi jumlah barang ekpor dan impor melalui kualitas barang dalam negeri. Kualitas barang dalam negeri yang baik akan mengurangi jumlah impor dan menaikkan ekspor.

2) Perubahan harga barang ekspor dan impor

Kenaikan harga barang ekspor/impor akan mengurangi jumlah ekpor/impor dan penurunan harga barang ekspor/impor akan menaikkan jumlah barang ekpor/impor.

3) Inflasi

Inflasi cenderung menaikkan jumlah barang impor dan menurunkan jumlah barang ekspor.

4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri dan nilai mata uang domestik akan turun. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri dan nilai mata uang domestik akan naik.

5) Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berasal dari perkembangan ekpor dan impor. Perkembangan ekspor menyebabkan permintaan terhadap valuta asing meningkat dan perkembangan impor menyebabkan penawaran terhadap valuta asing meningkat.

c. Sistem Nilai Tukar

Corden (2002) dalam Mugi Rahardjo (2009) menjelaskan beberapa sistem nilai tukar yang berlaku, yaitu :

1)Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Sistem nilai tukar yang menetapkan nilai tertentu pada nilai tukarnya melalui devaluasi devaluasi (menurunkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing) atau revaluasi (menaikkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing) yang dilakukan oleh bank sentral.

commit to user

2)Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed foating exchange rate)

Nilai tukar bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran pasar. Nilai tukar menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan dan akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran.

3) Sistem nilai tukar mengambang murni (purefloating exchange rate)

Bank sentral menetapkan atasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar ditentukan berdasarkan mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batasan pita intervensi tersebut.

4) Sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (fixed but adjustable rate)

Pemerintah dan bank sentral menetapkan nilai tukar dan mempertahankannya melalui intervensi langsung di pasar valuta asing atau mengarahkan pasar untuk menjual dan membeli valuta asing dengan harga tetap.

5) Currency Board System (CBS)

Currency Board System memiliki tiga ciri utama yakni : a) Suatu negara secara eksplisit menyatakan komitmennya

untuk menjaga nilai mata uangnya dengan mata uang negara lain dengan nilai tukar yang tetap.

b) Setiap uang lokal yang diedarkan harus dijamin sepenuhnya dengan cadangan devisa.

c) Tidak terdapat kebijakan pembatasan devisa. 6) Flexible Peg

Sistem nilai tukar ini memberikan respon terhadap kekuatan pasar atau perubahan fundamental.Bank sentral menetapkan besarnya (peg) nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing dalam jangka waktu yang pendek.

7) Target Zone

Nilai tukar dibiarkan mengambang dalam target daerah tertentu yang mempunyai batas bawah dan batas atas. Bank sentral memiliki komitmen untuk mencegah agar nilai tukar tidak keluar dari batas atas dan batas bawah yang telah ditetapkan.

8) Active Crawling Peg

Pemerintah atau bank sentral menetapkan nilai tukar pada tingkat tertentu dan melakukan penyesuaian berdasarkan perkembangan indikator-indikator ekonomi tertentu dalam waktu berkala.

9) Passive Crawling Peg

Nilai tukar nominal pada suatu waktu tertentu disesuaikan sejalan dengan perkembangan inflasi pada masa lain atau inflasi saat ini dan inflasi negara mitra dagang dan negara pesaing utama.

commit to user

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian oleh Bambang Setiaji tahun 1997

Penelitian ini bertujuan mengkaji perilaku investasi agregat atas variabel-variabel suku bunga nominal, PDB dan pengeluaran pemerintah (Gex) tahun 1960-1994. Model dasar penelitian menggunakan model dasar investasi neoklasik yang diperluas dengan sudut pandang Keynesian dan diuji melalui pendekatan Error Correction Model.

Hasil estimasi ECM memperlihatkan adanya hubungan

keseimbangan dalam jangka panjang antara variabel investasi dengan variabel suku bunga, PDB, dan pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi ECM dalam jangka pendek memperlihatkan variabel PDB memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap investasi, variabel suku bunga memiliki hubungan yang negatif namun pengaruhnya tidak begitu nyata terhadap investasi, dan variabel pengeluaran pemerintah (Gex) memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan.

Hasil uji asumsi klasik memperlihatkan data terkena asumsi heteroskedastisitas dan tidak terpenuhinya linieritas maka walaupun estimasi masih dapat diterima, daya prediksinya menjadi kurang tepat. 2. Penelitian oleh Susilawati tahun 2002

Penelitian ini membahas pengaruh kebijakan fiskal yaitu kebijakan mengenai pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan modal tetap di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan modal tetap tersebut.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, BI, dan IMF selama periode waktu tahun 1984-1998 dengan menggunakan harga konstan tahun 1990dan menggunakan model penyesuaian stok atau penyesuaian parsial (partial adjusment model / PAM). Penelitian ini menggunakan variabel suku bunga nominal, pengeluaran pemerintah, kurs (Rp/US$), dan pendapatan nasional luar negeri (Amerika Serikat).

Hasil estimasi fungsi pembentukan modal tetap bruto memperlihatkan bahwa variabel kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) mempunyai pengaruh positif dan sangat nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf siginifikansi 5%, variabel tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif dan sangat nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 1%, variabel kurs mempunyai pengaruh positif (dengan asumsi ceteris paribus) terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 10%, variabel pendapatan luar negeri tidak berpengaruh terhadap pembentukan modal tetap bruto, dan variabel pembentukan modal tetap bruto tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto sekarang pada taraf signifikansi 5%, ceteris paribus.

Hasil uji asumsi klasik terdapat pelanggaran asumsi klasik yaitu gejala multikolinieritas, namun tidak terlalu tinggi.

commit to user

3. Penelitian oleh J.J Sarungu tahun 2008

Penelitian ini menganalis pola penyebaran investasi selama tahun 1985-1995 secara regional dengan menggunakan teknik analisis Koefisien Entropi Theil dan Koefisien Deviasi Logaritmik Rata-Rata. Penelitian ini menggunakan data pembentukan modal tetap domestik bruto menurut provinsi di Indonesia.

Penelitian ini menganalisis pola penyebaran investasi per kapita antarprovinsi di Indonesia, pola penyebaran investasi per kapita antarprovinsi dalam wilayah di Indonesia, dan pola penyebaran investasi per kapita antarwilayah di Indonesia.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan hasil :

a. Pola penyebaran investasi antarprovinsi mula-mula cenderung memusat kemudian berubah menyebar.

b. Pola penyebaran investasi untuk Pulau Jawa cenderung semakin memusat, Pulau Sulawesi mula-mula menyebar kemudian cenderung memusat sedangkan untuk pulau lainnya mula-mula memusat kemudian cenderung menyebar.

c. Pola penyebaran investasi antarprovinsi di Kawasan Indonesia Barat cenderung memusat kemudian menyebar sedangkan Kawasan Indonesia Timur cenderung menyebar kemudian memusat.

d. Pola penyebaran investasi antarprovinsi dengan atau tanpa kepemilikan sumber daya alam-energi mineral mula-mula memusat kemudian cenderung menyebar.

4. Penelitian oleh Hendra Dharmawan dan Sri Soelistyowati tahun 2009

Dokumen terkait