• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA

TAHUN 1990-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS

F0108015

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

Diajukan Oleh :

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS F0108015

Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

Pada Tanggal 19 September 2012

Surakarta, 19 September 2012

Pembimbing,

Dr. J.J Sarungu, MS

(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

Diajukan Oleh :

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS

F0108015

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Tanggal 6 Oktober 2012

Susunan Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Evi Gravitiani, M.Si sebagai Ketua (...) NIP. 197306052009122001

2. Dr. J.J Sarungu, M.S. sebagai Pembing (...) NIP. 1951107011980101001

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kepada Allah azza wa jalla yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ketimpangan dan Faktor

yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia Tahun 1990-2010”.

Investasi merupakan hal yang penting dalam pembangunan perekonomian

suatu negara sebab tingkat investasi yang tinggi menunjukkan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

mampu meningkatkan tingkat kemakmuran masyarakat.Peningkatan jumlah

investasi banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi.

Faktor ekonomi dapat dilihat melalui variabel-variabel makro seperti variabel

inflasi, tingkat suku bunga kredit investasi, dan kurs rupiah. Analisis ini akan

diestimasi dengan pendekatan Error Correction Model (ECM).

Pertumbuhan investasi yang tinggi haruslah disertai dengan pemerataan

investasi sehingga pemerataan pembangunan ekonomi dapat tercapai. Pemerataan

pembangunan yang baik mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang

baik pula. Rata atau timpangnya investasi dapat dihitung melalui Indeks Entropi

Theil.

Penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya seperti

jumlah data yang terbatas sehingga periode penelitian yang yang diajukan juga

terbatas. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk

(5)

commit to user

Tak lupa pula, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada

pihak-pihak berikut ini :

1. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan

arahan dan memberikan banyak masukan berarti dalam penyusunan skripsi

ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

selaku dosen pembimbing akademik penulis.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan

kepada penulis.

Surakarta, 2012

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... .. xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9

(7)

commit to user

2. Investasi ... 11

3. Inflasi ... 18

4. Tingkat Suku Bunga ... 21

5. Nilai Tukar ... 22

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 27

C. Kerangka Konseptual Pemikiran ... 31

D. Hipotesis Penelitian... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 35

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

C. Jenis dan Sumber Data ... 36

D. Teknik Analisis Data ... 37

1. Ketimpangan Investasi di Indonesia ... 37

2. Pengaruh Variabel Inflasi, Suku Bunga Kredit Investasi, dan Kurs terhadap Investasi di Indonesia ... 38

a. Uji Stasioneritas ... 40

b. Uji Kointegrasi ... 41

c. Error Correction Model ... 42

d. Uji Asumsi Klasik ... 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL A. Gambaran Umum Indonesia ... 54

1. Keadaan Geografis ... 54

2. Keadaan Demografi ... 55

(8)

4. Kondisi Investasi ... 56

5. Tingkat Inflasi ... 57

6. Suku Bunga Kredit Investasi ... 59

7. Kurs ... 60

B. Hasil Analisis ... 61

1. Ketimpangan Investasi di Indonesia ... 61

2. Pengaruh Variabel Inflasi, Suku Bunga Kredit Investasi, dan Kurs (Rp/USS) terhadap Investasi di Indonesia ... 64

a. Uji Stasioneritas ... 64

b. Uji Kointegrasi ... 66

c. Error Correction Model ... 68

d. Uji Asumsi Klasik ... 70

C. Interpretasi Ekonomi ... 73

1. Pola Penyebaran Investasi di Indonesia ... 73

2. Pengaruh Inflasi terhadap Investasi di Indonesia ... 74

3. Pengaruh Suku Bunga Kredit Investasi di Indonesia ... 75

4. Pengaruh Kurs (Rp/US$) terhadap Investasi di Indonesia ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto

ADHK 2000 Tahun 2010 ... 6

Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Akar Unit ADF ... 40

Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Derajat Integrasi ... 41

Tabel 3.3 Kriteria Pengujian Kointegrasi ... 41

Tabel 4.1 Laju Inflasi di Indonesia Tahun 1990-2010 ... 57

Tabel 4.2 Suku Bunga Kredit Investasi di Indonesia Tahun 1990-2010 ... 51

Tabel 4.3 Nilai Kurs (Rp/US$) di Indonesia Tahun 1990-2010 ... 60

Tabel 4.4 Hasil Analisis Ketimpangan Investasi Menurut Wilayah di Indonesia Tahun 2006-2010 ... 62

Tabel 4.5 Hasil Uji Akar Unit (in level) ... 65

Tabel 4.6 Hasil Uji Derajat Integrasi (in first difference) ... 66

Tabel 4.7 Hasil Regresi Kointegrasi dengan OLS ... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Akar Unit terhadap E (Residual) ... 67

Tabel 4.9 Hasil Estimasi ECM (Jangka Pendek) ... 68

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 71

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Permintaan Investasi Agregat di Indonesia

Tahun 1990-2010 ... 2

Gambar 1.2 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan ... 3

Gambar 1.3 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Penawaran ... 3

Gambar 2.1 Peran Pembentukan Modal sebagai Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi ... 16

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 33

Gambar 3.1 Analisis Time Series dengan Pendekatan ECM ... 39

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penurunan ECM ... 43

Gambar 3.3 Statistik d Durbin-Watson ... 52

(11)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN

INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 2006-2010 ... II

1. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi di Indonesia ... III

2. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi dalam Wilayah Pulau

dan Kepulauan di Indonesia ... VIII

3. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi dalam Wilayah

Kawasan di Indonesia ... XIII

4. Hasil Indeks Entropi Theil Antarpulau dan Kepulauan di Indonesia ... XVIII

5. Hasil Indeks Entropi Theil Antarkawasan di Indonesia ... XIX

LAMPIRAN B. ANALISIS PENGARUH VARIABEL INFLASI, SUKU

BUNGA KREDIT INVESTASI, DAN KURS (RP/US$)

TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN

1990-2010 ... XXI

1. Data Variabel Independen dan Dependen ... XXII

2. Hasil Uji Akar Unit ... XXIII

3. Hasil Uji Derajat Integrasi ... XXVI

4. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger ... XXX

5. Hasil Estimasi ECM ... XXXI

(12)
(13)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1990-2010

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS F0108015

Dosen Pembimbing : Dr. J.J Sarungu, MS

Penelitian ini bertujuan untuk : a) mengetahui pola penyebaran investasi di Indonesia tahun 2006-2010, dan b) mengetahui faktor yang mempengaruhi investasi di Indonesia tahun 1990-2010. Penelitian ini menggunakan data pembentukan modal tetap domestik bruto menurut provinsi, jumlah penduduk menurut provinsi, pembentukan modal tetap bruto, inflasi, suku bunga kredit investasi, dan kurs. Perolehan data melalui publikasi publik statistik Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik yang dihitung melalui Indeks Entropi Theil dan Error Correction Model (ECM).

Hasil analisis menunjukkan bahwa : a) pola penyebaran investasi di Indonesia selama periode penelitian masih belum rata yang ditandai dengan pola penyebaran investasi yang cenderung memusat , b) variabel suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang, variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka panjang, variabel kurs berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka panjang.

Pengembangan investasi sebaiknya diarahkan secara merata ke seluruh wilayah dan menciptakan iklim investasi yang sehat. Pemerintah juga sebaiknya berusaha menjaga kestabilan suku bunga kredit investasi di Indonesia.

Kata Kunci : Investasi, Ketimpangan, Indeks Entropi Theil, Error Correction

(14)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INVESTMENT IMBALANCES AND FACTORS INFLUENCING INVESTMENT IN 1990-2010

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS F0108015

This research has a purpose: a) determine the pattern of spread of investment in Indonesia in 2006-2010 and b) determine the factors that influence investment in Indonesia in 1990-2010. This study uses data gross domestic fixed capital formation by province, the number of population by province, gross fixed capital formation, inflation, investment lending rates, and the exchange rate. Data obtained by public publications BI and BPS calculated by Theil Entropy Index and Error Correction Model (ECM)

The analysis showed that: a) the pattern of spread of investment in Indonesia is likely to mean that focuses on several areas during the study period and b) variable interest rate affect investment negatively and significantly to the amount of investment in the short and long term, the inflation variable is negative and significant effect on the amount of investment in the short term and variable rate has a positive and significant impact on the amount of investment in the short term.

Development investment should be directed evenly across the region and creating a healthy investment climate. The government also should tried to maintain a stable rate of investment credit in Indonesia.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ahli ekonomi mendefinisikan investasi sebagai dana yang dikeluarkan

untuk membeli barang modal dan peralatan produksi baik untuk

mengganti atau untuk menambah barang modal yang akan digunakan guna

memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang (Sadono, 2006 :

366).

Kebanyakan negara berkembang mengalami kekurangan modal untuk

investasi karena tingkat pendapatan yang masih rendah. Tingkat

pendapatan yang rendah menjadikan kesempatan menabung kecil karena

sebagian besar pendapatan digunakan utntuk konsumsi (Zulkarnain, 1989 :

51).

Indonesia sebagai negara berkembang memerlukan investasi sebagai

dana pembiayaan pembangunan karena masih terbatasnya sumber dana

tabungan dalam negeri (Rahadian, 2003 : 14).“Negara berkembang

rata-rata memiliki jumlah tabungan dan investasi sebesar 2 – 6 persen dari

pendapatan nasionalnya, sedangkan negara maju memiliki tabungan dan

investasi rata-rata sebesar 10 – 20 persen dari pendapatan nasionalnya”

(16)

Sumber : BPS, PDB menurut penggunaannya

Gambar 1.1

Perkembangan Investasi Agregat di Indonesia (miliar rupiah) Tahun 1990-2010

Perkembangan investasi agregat di Indonesia terus menunjukkan

peningkatan selama 20 tahun terakhir ini. Indonesia sebagai salah satu

negara berkembang masih banyak memerlukan investasi untuk

meningkatkan produktivitas ekonominya.

Harvey Leibenstein dalam Jhingan (1988 : 43) mengungkapkan teori

tesisnya tentang negara berkembang yang dicekam oleh lingkaran setan

kemiskinan (vicious circle of poverty) karena kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan keterbelakangan ekonomi sehingga menjadikan

(17)

commit to user

Sumber : Jhingan (1988 :43)

Gambar 2.1

Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan

Tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan tingkat permintaan

menjadi rendah sehingga investasi rendah. Tingkat investasi yang rendah

menyebabkan produktivitas rendah.

Sumber : Jhingan (1988 : 43)

Gambar 1.2

(18)

Tingkat pendapatan rendah menjadikan tingkat tabungan rendah

sehingga investasi rendah. Tingkat investasi yang rendah menyebabkan

tingkat produktivitas rendah.

Faisal dan Haris (2009 : 7) menjelaskan bahwa tingkat investasi yang

rendah menjadikan kegiatan produksi nasional akan ikut turun yang

mengakibatkan output nasional ikut merosot. Output nasional yang terus-menerus turun akan menjadikan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan ikut merosot baik dalam angka persentase pertumbuhannya

sendiri maupun dalam segi kualitasnya.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrord-Domar menunjukkan investasi

memiliki korelasi positif dengan laju pertumbuhan ekonomi. Wilayah yang

memiliki daya serap investasi yang tinggi memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi yang cenderung tinggi dan wilayah yang memiliki daya serap

investasi yang rendah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang

cenderung rendah pula.

Dumairy (1996 : 136) menjelaskan cara melihat perkembangan

investasi melalui tiga hal berikut :

1. Melihat kontribusi pembentukan modal tetap bruto dalam konteks

permintaan agregat, yaitu melihat sumbangan variabel I (investasi yang

dilakukan oleh swasta maupun pemerintah) dalam persamaan

pendapatan nasional Y = C + I + G + (X-M).

2. Mengamati data investasi yang dilakukan oleh pihak swasta saja

(19)

commit to user

3. Melihat perkembangan dana investasi yang disalurkan oleh pihak

perbankan.

Jumlah investasi yang bertambah banyak akan meningkatkan total

pengeluaran nasional yang berarti daya beli dan daya saing nasional akan

ikut meningkat sehingga meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi.

Faktor investasi bersama-sama dengan faktor pengeluaran pemerintah dan

faktor ekspor netto mempunyai peran untuk memperkuat sistem

perekonomian.

Peningkatan jumlah investasi dapat memunculkan ketimpangan

investasi. Ketidakmerataan penyebaran investasi terjadi baik secara

sektoral maupun regional. Sektor industri pengolahan menempati urutan

pertama proporsi investasi asing dan domestik terbanyak pada tahun

1967-1995 (Dumairy, 1996 : 144).

Ketimpangan regional yang terjadi membawa pengaruh sebagai

berikut :

1. Memperburuk keadaan-keadaan ekonomi bagi daerah miskin yang

disebut backwash effect (efek mencuci daerah belakang)

2. Mendorong daerah miskin menjadi lebih maju yang disebut dengan

(20)

Tabel 1.1

Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010

Lokasi PMTDB

INDONESIA 498.372.578,88 100

(21)

commit to user

Penyebaran pembentukan modal tetap domestik regional bruto

berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebanyak 61,21 % tersebar di Pulau

Jawa, khususnya di Provinsi DKI Jakarta sebesar 27,34 %, Provinsi Jawa

Timur sebesar 12,07 % dan Provinsi Jawa Barat sebesar 11,16 %.

Sedangkan Pulau Maluku menduduki peringkat terendah penyebaran

pembentukan modal tetap domestik regional bruto sepanjang tahun 2010

yaitu sebesar 0,08 %.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Analisis Ketimpangan dan Faktor yang

Mempengaruhi Investasi di IndonesiaTahun 1990-2010”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat diajukan berdasarkan latar belakang

masalah yang telah diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola penyebaran investasi di Indonesia tahun 2006-2010?

2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap investasi di Indonesia

tahun 1990-2010?

3. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap investasi di

Indonesia tahun 1990-2010?

4. Bagaimana pengaruh kurs terhadap investasi di Indonesia tahun

(22)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini

adalah :

1. Mengetahui ketimpangan investasi di Indonesia tahun 2006-2010.

2. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap investasi di Indonesia

tahun 1990-2010.

3. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap investasi

di Indonesia tahun 1990-2010.

4. Mengetahui pengaruh kurs terhadap investasi di Indonesia tahun

1990-2010.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini mampu memberikan informasi tentang investasi secara

umum kepada masyarakat luas dan para pengusaha tentang

kebijakan-kebijakan apa saja yang berpengaruh terhadap investasi.

2. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait

Penelitian ini mampu memberikan pertimbangan dalam rangka

mengoptimalkan mekanisme kebijakan dalam mendukung investasi.

3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

mahasiswa atau peneliti lain sebagai bahan referensi dalam penelitian

(23)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Ketimpangan

Ketimpangan regional menunjukkan perbedaan tingkat

pembangunan dan tingkat kesejahteraan antar wilayah. Profesor

Myrdal dalam Jhingan (1988 : 270) menjelaskan ketimpangan

regional mempunyai kaitan erat dengan sistem kapitalis yang

dikendalikan oleh motif laba. Motif laba mendorong berkembangnya

pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan

laba tinggi, sedangkan wilayah-wilayah lain terlantar. Perbedaan

harapan laba ini disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya

alam, keadaan demografis, keadaan politik, dan keadaan

birokrasimasing-masing daerah.

Profesor Myrdal lebih lanjut menjelaskan sebab utama terjadinya

ketimpangan regional karena kuatnya dampak balik melalui hal-hal

sebagai berikut (Jhingan , 1988):

a. Adanya dampak balik migrasi, yaitu daerah yang memiliki

kegiatan ekonomi berkembang akan menarik orang-orang muda

dan aktif untuk pindah sehingga cenderung menguntungkan

daerah tersebut.

(24)

c. Pembebasan dan perluasan pasar memberikan keuntungan

wilayah maju melalui daya saing.

Kegiatan ekonomi yang memusat di suatu daerah tertentu

sedangkan di daerah lain mengalami ketertinggalan akan

menyebabkan ketidakmerataan antar wilayah.

Mrydal (Arsyad, 1999 : 129) membagi pengaruh ekspansi ekonomi

ini menjadi dua hal :

a. Backwash effects yaitu pengaruh merugikan akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh suatu daerah tertentu karena

tenaga kerja dan modal yang ada akan pindah ke daerah yang

melakukan ekspansi tersebut.

b. Spread effects yaitu pengaruh yang menguntungkan bagi daerah lain akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh daerah

tertentu.

Hirschman ( Arsyad, 1999:129) juga membagi perbedaan antara

daerah miskin dan kaya menjadi dua bagian :

a. Trickling down effects yaitu proses penetesan ke bawah sebagai dampak yang baik karena perbedaan antara daerah kaya dan

miskin semakin menyempit.

b. Polarization effects yaitu proses pengkutuban sebagai dampak yang buruk karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin

(25)

commit to user

2. Investasi

a. Pengertian Investasi

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mendefinisikan

investasi sebagai “bentuk kegiatan menanam modal baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia” (BKPM,

2010 : 4).

Investasi adalah “aliran yang meningkatkan persediaan modal,

merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan”

(Case & Fair, 2006:270).

Paul M. Johson dalam Rachbini (2009:11) mendefinisikan :

“Investasi sebagai seluruh pendapatan yang dibelanjakan oleh perusahaan atau lembaga pemerintah untuk barang-barang modal yang akan digunakan dalam aktivitas produksi. Agregat investasi dalam perekonomian suatu negara merupakan jumlah total pembelanjaan guna menjaga atau meningkatkan cadangan barang-barang tertentu yang tidak dikonsumsi segera. Barang-barang-barang tersebut digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang berbeda dan akan didistribukasikan ke pihak-pihak lain”.

Dumairy (1996: 136) mengartikan pembentukan modal tetap bruto

yang mencakup :

“Pengadaan, pembuatan atau pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal yang dibeli atau dibuat sendiri adalah barang tahan lama atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan mempunyai umur pemakaian selama satu tahun atau lebih. Sedangkan bruto mencerminkan bahwa penghitungan pembentukan modal belum dikurangi dengan penyusutan barang modal”.

(26)

nasional. Stok modal menggambarkan output suatu sektor yang belum selesai diproses yang dapat berbentuk output setengah jadi atau input yang belum digunakan, termasuk pula barang jadi yang belum dijual” (Profesor Nurkse dalam Jhingan, 1988 : 87).

Dr. Singer mendefinisikan pembentukan modal terdiri dari

“barang-barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat, dan mesin

maupun barang-barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu

tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian”. Kuznets juga

memberikan pendapat yang sama tentang pembentukan modal, yaitu

“Mencakup biaya konstruksi, peralatan, persediaan dalam negeri, pembiayaan pendidikan, rekreasi, dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu serta semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja” (Jhingan, 1988:419).

Dumairy (1996 : 136) menjelaskan tentang pembentukan modal

tetap bruto secara rinci terdiri dari :

1) Barang baru maupun bekas yang dapat diproduksi kembali,

mempunyai umur satu tahun atau lebih yang tidak digunakan

untuk keperluan militer.

2) Dana perubahan atau penambahan barang modal untuk

memperpanjang umur atau meningkatkan produktivitas barang

modal.

3) Pengeluaran atas reklame tanah dan perbaikannya,

pengembangan dan perluasan perkebunan, pertambangan,

hutan, lahan pertanian , dan perikanan.

4) Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil tenaga,

(27)

commit to user

Sadono (2006 : 366) menguraikan empat komponen investasi

sebagai berikut :

1) Investasi perusahaan swasta

Pengusaha melakukan investasi berupa pendirian bangunan

industri, pembelian mesin-mesin dan peralatan produksi,

pembelian bahan mentah yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dari produksi yang akan mereka lakukan di masa

depan.

2) Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal

Pembangunan rumah memiliki sifat yang mendekati peralatan

produksi yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut

dan secara terus-menerus menghasilkan jasa.

3) Perubahan dalam inventaris perusahaan

Stok barang simpanan perusahaan meliputi bahan mentah,

barang setengah jadi, dan barang yang siap dijual di pasaran

tetapi masih disimpan oleh perusahaan.

4) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah

Pemerintah melakukan investasi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat seperti pembuatan jalan raya, rumah

sakit, sekolah dan sebagainya.

b. Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi

BKPM (2010), Dumairy (1996), dan Jhingan (1988) menganalisis

beberapa faktor yang dapat mendorong dan menghambat investasi

(28)

1) Faktor pendorong investasi :

a) Pelayanan dan penyelesaian kelembagaan investasi berjalan

cepat dan efektif.

b) Kelembagaan dan keleluasaan peran daerah yang kuat

sesuai prinsip otonomi daerah dan desentralisasi.

c) Fasilitias menarik bagi investor, seperti imigrasi yang

lancar agar proses mobilisasi tenaga kerja dan modal

berjalan lancar, .

d) Fasilitas fiskal seperti pembebasan atau pengurangan pajak

bagi usaha yang memberi nilai tambah dan eksternalitas

yang tinggi.

e) Ramalan perekonomian di masa depan yang baik

f) Perubahan dan perkembangan teknologi.

g) Keuntungan perusahaan yang besar.

h) Pencitraan yang baik bagi negara atau daerah tujuan

investor.

2) Faktor penghambat investasi antara lain :

a) Ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan di tingkat

pusat maupun daerah.

b) Kondisi infrastruktur yang tidak memadai seperti sarana

transportasi, listrik, air, dan lain-lain.

c) Ketidakstabilan mata uang atau nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing.

(29)

commit to user

c. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Jhingan (1988 : 85) menjabarkan ada dua macam faktor yang

mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu

faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi seperti sumber

daya manusia, modal, usaha, dan teknologi sedangkan faktor non

ekonomi seperti lembaga sosial,budaya, kondisi politik, dan nilai-nilai

moral suatu bangsa. Modal yang dimaksud adalah investasi dalam

bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal,

output nasional dan pendapatan nasional yang mencerminkan permintaan efektif dan menciptakan efisiensi produktif bagi produksi

di masa yang akan datang (Jhingan, 1988 : 88).

Jhingan (1988 : 88) mengilustrasikan pembentukan modal

(30)

Sumber : Jhingan (1988 : 88)

Gambar 2.1

Peran Pembentukan Modal

sebagai Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi

Evsey Domar (Massachusetts Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University) dalam Jhingan (1988) mengemukakan teorinya tentang hubungan antara investasi dengan

pertumbuhan ekonomi yaitu adanya dampak permintaan dan dampak

penawaran invetasi. Investasi menciptakan pendapatan (dampak

permintaan) dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian

dengan meningkatkan stok modal (dampak penawaran). Laju

pendapatan dan output nasional harus meningkat sama ketika kapasitas produktif modal meningkat supaya tidak terjadi kelebihan

(31)

commit to user

d. Peran Investasi dalam Pembangunan Ekonomi

Pembentukan modal mempunyai andil penting di dalam

pembangunan ekonomi. Jhingan (1988) menjabarkan beberapa peran

penting investasi peralatan modal dalam pembangunan ekonomi

sebagai berikut :

1) Pembentukan modal meningkatkan produktivitas baik di

bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, dan industri.

2) Investasi peralatan modal meningkatkan kesempatan kerja

karena tercapainya ekonomi produksi skala luas dan

meningkatkan spesialisasi.

3) Pembentukan modal menciptakan perluasan pasar.

4) Pembentukan modal menciptakan pembangunan ekonomi

dengan jumlah penduduk yang meningkat.

5) Pembentukan modal mengatasi permasalahan pokok dalam

neraca pembayaran karena mengurangi barang-barang impor.

6) Tercapainya swasembada negara dan mengurangi beban utang

luar negeri dengan mengurangi kebutuhan modal asing.

7) Pembentukan modal memperbesar penawaran barang-barang,

mengendalikan inflasi, dan menciptakan kestabilan ekonomi.

8) Pembentukan modal membantu memenuhi kebutuhan

penduduk yang semakin meningkat.

Peningkatan laju pembentukan modal menaikkan jumlah output nasional yang pada akhirnya menaikkan laju dan tingkat pendapatan

(32)

3. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

“Inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk naik secara

umum dan terus-menerus” (Boediono, 2001:155). Kenaikan harga dari

satu jenis barang, kenaikan harga karena musiman atau menjelang

hari-hari besar, dan kenaikan harga-harga barang yang diatur secara

sengaja oleh pemerintah bukanlah termasuk ke dalam inflasi.

Penyusunan inflasi bertujuan untuk memperoleh indikator yang

menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga

sebagai informasi dasar dalam pengambilan keputusan baik di tingkat

ekonomi mikro maupun makro dan dalam kebijakan fiskal maupun

moneter.

BPS (2009) menghitung indikator inflasi melalui :

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan

pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat.

Rumus penghitungan inflasi :

%

INF : Inflasi pada waktu (bulan atau tahun) t dalam persen

: Indeks harga konsumen pada periode t

: Indeks harga konsumen pada periode sebelumnya

(33)

commit to user

dengan pembeli atau pedagang besar berikutnya dalam jumlah

besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

3)Deflator Produk Domestik Bruto yaitu menggambarkan

pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara. Deflator PDB

dihitung dengan cara membagi PDB atas dasar harga nominal

dengan PDB atas dasar harga konstan.

%

: Laju inflasi pada tahun t

: Indeks harga konsumen periode t

: Indeks harga konsumen periode sebelumnya

b. Macam – macam Inflasi

Inflasi dapat digolongkan tergantung dari tujuan kita

menggolongkannya. Pertama, berdasarkan parah tidaknya inflasi dapat digolongkan menjadi 4 macam :

1) Inflasi ringan (di bawah 10% dalam setahun)

2) Inflasi sedang (antara 10 % - 30 % dalam setahun)

3) Inflasi berat (antara 30 % – 100% dalam setahun)

4) Hiperinflasi (diatas 100% dalam setahun)

Kedua, inflasi berdasarkan sebab musababnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

(34)

2) Cost inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi.

Ketiga, inflasi berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan

pencetakan uang baru atau karena gagal panen.

2) Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri karena terjadi inflasi di luar negeri atau negara-negara mitra

dagang.

c. Teori Inflasi

Boediono (1982) menjelaskan tentang konsep teori inflasi sebagai

berikut ini :

1)Teori Kuantitas

Teori kuantitas menyoroti terjadinya proses inflasi karena

penambahan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat di

masa datang terhadap inflasi.

2) Teori Keynes

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena

masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya.

3)Teori Strukturalis

Teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena

kenaikan ongkos produksi barang-barang dan kenaikan harga

(35)

commit to user

mengimbangi pertumbuhan penduduk dan kenaikan pendapatan

per kapita.

4. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan

untuk pinjaman tersebut dan biasanya dinyatakan dalam persentase

per tahun. Suku bunga adalah harga yang harus dibayar peminjam

(debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk

pemakaian sumber daya selama interval tertentu.

Suku bunga dapat dibedakan menjadi suku bunga nominal dan

suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah suku bunga yang

dilaporkan tanpa koreksi terhadap dampak-dampak inflasi dan suku

bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi terhadap dampak-dampak

inflasi.

Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan

untuk membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya

dalam bentuk tabungan. Sadono (2006 : 123) menjelaskan investor

hanya akan melakukan investasi jika tingkat pengembalian modal

lebih besar atau sama dari bunga yang harus dibayarkan.

Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal yang

menyebabkan jumlah laba dan insentif meningkat sehinnga dapat

mengakumulasi lebih banyak modal lagi. Kenaikan tingkat bunga riil

akan menaikkan biaya modal sehingga akan mengurangi pembentukan

(36)

Weson dan Brigham (1990 : 81) dalam Heri dan Rahardhian

(2010 : 153) menjelaskan empat faktor yang mempengaruhi suku

bunga, yaitu peluang produksi, saat mengkonsumsi yang dikehendaki,

risiko, dan inflasi.

Perubahan dari bunga pengembalian pinjaman juga

mempengaruhi arus kas perusahaan. Suku bunga pinjaman yang naik

akan mengurangi laba perusahaan karena laba akan teralokasikan

untuk menutup bunga pinjaman dan menjadikan investor enggan

melakukan investasi. Suku bunga pinjaman yang rendah akan

menaikkan laba perusahaan karena laba yang seharusnya dialokasikan

pada bunga pinjaman akan berkurang sehingga investor akan tertarik

untuk melakukan investasi.

5. Nilai Nukar

a. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang suatu negara menunjukkan nilai mata uang

suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.

“Nilai tukar mata uang asing adalah berapa banyak jumlah mata uang

domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang

asing” (Sadono, 2006:397).

Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Nilai tukar nominal

Nilai tukar nominal adalah nilai mata uang domestik terhadap

(37)

commit to user

2) Nilai tukar riil

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi

dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri

dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Penentuan nilai tukar sistem mengambang ditentukan oleh

permintaan dan penawaran valuta asing di pasar bebas. Permintaan

terhadap valuta asing yang meningkat akan menurunkan nilai mata

uang domestik dan penawaran terhadap valuta asing yang meningkat

akan menaikkan nilai mata uang domestik.

Sadono (2006 : 402) menjelaskan beberapa faktor penting yang

mempengaruhi nilai tukar mata uang sebagai berikut :

1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat secara tidak langsung mempengaruhi

jumlah barang ekpor dan impor melalui kualitas barang

dalam negeri. Kualitas barang dalam negeri yang baik akan

mengurangi jumlah impor dan menaikkan ekspor.

2) Perubahan harga barang ekspor dan impor

Kenaikan harga barang ekspor/impor akan mengurangi jumlah

ekpor/impor dan penurunan harga barang ekspor/impor akan

menaikkan jumlah barang ekpor/impor.

3) Inflasi

Inflasi cenderung menaikkan jumlah barang impor dan

(38)

4) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah

menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri dan

nilai mata uang domestik akan turun. Suku bunga dan tingkat

pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar

negeri masuk ke dalam negeri dan nilai mata uang domestik

akan naik.

5) Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berasal dari

perkembangan ekpor dan impor. Perkembangan ekspor

menyebabkan permintaan terhadap valuta asing meningkat

dan perkembangan impor menyebabkan penawaran terhadap

valuta asing meningkat.

c. Sistem Nilai Tukar

Corden (2002) dalam Mugi Rahardjo (2009) menjelaskan

beberapa sistem nilai tukar yang berlaku, yaitu :

1)Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Sistem nilai tukar yang menetapkan nilai tertentu pada nilai

tukarnya melalui devaluasi devaluasi (menurunkan nilai mata

uang domestik terhadap mata uang asing) atau revaluasi

(menaikkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang

(39)

commit to user

2)Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed foating exchange rate)

Nilai tukar bergerak sesuai kekuatan permintaan dan

penawaran pasar. Nilai tukar menguat apabila terjadi kelebihan

penawaran di atas permintaan dan akan melemah apabila

terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran.

3) Sistem nilai tukar mengambang murni (purefloating exchange rate)

Bank sentral menetapkan atasan suatu kisaran tertentu dari

pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar ditentukan berdasarkan mekanisme

pasar sepanjang berada di dalam batasan pita intervensi

tersebut.

4) Sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (fixed but adjustable rate)

Pemerintah dan bank sentral menetapkan nilai tukar dan

mempertahankannya melalui intervensi langsung di pasar

valuta asing atau mengarahkan pasar untuk menjual dan

membeli valuta asing dengan harga tetap.

5) Currency Board System (CBS)

Currency Board System memiliki tiga ciri utama yakni : a) Suatu negara secara eksplisit menyatakan komitmennya

untuk menjaga nilai mata uangnya dengan mata uang

(40)

b) Setiap uang lokal yang diedarkan harus dijamin sepenuhnya

dengan cadangan devisa.

c) Tidak terdapat kebijakan pembatasan devisa.

6) Flexible Peg

Sistem nilai tukar ini memberikan respon terhadap kekuatan

pasar atau perubahan fundamental.Bank sentral menetapkan

besarnya (peg) nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing dalam jangka waktu yang pendek.

7) Target Zone

Nilai tukar dibiarkan mengambang dalam target daerah

tertentu yang mempunyai batas bawah dan batas atas. Bank

sentral memiliki komitmen untuk mencegah agar nilai tukar

tidak keluar dari batas atas dan batas bawah yang telah

ditetapkan.

8) Active Crawling Peg

Pemerintah atau bank sentral menetapkan nilai tukar pada

tingkat tertentu dan melakukan penyesuaian berdasarkan

perkembangan indikator-indikator ekonomi tertentu dalam

waktu berkala.

9) Passive Crawling Peg

Nilai tukar nominal pada suatu waktu tertentu disesuaikan

sejalan dengan perkembangan inflasi pada masa lain atau

inflasi saat ini dan inflasi negara mitra dagang dan negara

(41)

commit to user

B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian oleh Bambang Setiaji tahun 1997

Penelitian ini bertujuan mengkaji perilaku investasi agregat atas

variabel-variabel suku bunga nominal, PDB dan pengeluaran

pemerintah (Gex) tahun 1960-1994. Model dasar penelitian

menggunakan model dasar investasi neoklasik yang diperluas dengan

sudut pandang Keynesian dan diuji melalui pendekatan Error Correction Model.

Hasil estimasi ECM memperlihatkan adanya hubungan

keseimbangan dalam jangka panjang antara variabel investasi dengan

variabel suku bunga, PDB, dan pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi

ECM dalam jangka pendek memperlihatkan variabel PDB memiliki

hubungan yang positif dan signifikan terhadap investasi, variabel suku

bunga memiliki hubungan yang negatif namun pengaruhnya tidak

begitu nyata terhadap investasi, dan variabel pengeluaran pemerintah

(Gex) memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan.

Hasil uji asumsi klasik memperlihatkan data terkena asumsi

heteroskedastisitas dan tidak terpenuhinya linieritas maka walaupun

estimasi masih dapat diterima, daya prediksinya menjadi kurang tepat.

2. Penelitian oleh Susilawati tahun 2002

Penelitian ini membahas pengaruh kebijakan fiskal yaitu kebijakan

mengenai pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan modal tetap

di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

(42)

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

BPS, BI, dan IMF selama periode waktu tahun 1984-1998 dengan

menggunakan harga konstan tahun 1990dan menggunakan model

penyesuaian stok atau penyesuaian parsial (partial adjusment model / PAM). Penelitian ini menggunakan variabel suku bunga nominal,

pengeluaran pemerintah, kurs (Rp/US$), dan pendapatan nasional luar

negeri (Amerika Serikat).

Hasil estimasi fungsi pembentukan modal tetap bruto

memperlihatkan bahwa variabel kebijakan fiskal (pengeluaran

pemerintah) mempunyai pengaruh positif dan sangat nyata terhadap

pembentukan modal tetap bruto pada taraf siginifikansi 5%, variabel

tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif dan sangat nyata terhadap

pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 1%, variabel

kurs mempunyai pengaruh positif (dengan asumsi ceteris paribus) terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 10%,

variabel pendapatan luar negeri tidak berpengaruh terhadap

pembentukan modal tetap bruto, dan variabel pembentukan modal

tetap bruto tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap

pembentukan modal tetap bruto sekarang pada taraf signifikansi 5%,

ceteris paribus.

Hasil uji asumsi klasik terdapat pelanggaran asumsi klasik yaitu

(43)

commit to user

3. Penelitian oleh J.J Sarungu tahun 2008

Penelitian ini menganalis pola penyebaran investasi selama tahun

1985-1995 secara regional dengan menggunakan teknik analisis

Koefisien Entropi Theil dan Koefisien Deviasi Logaritmik Rata-Rata.

Penelitian ini menggunakan data pembentukan modal tetap domestik

bruto menurut provinsi di Indonesia.

Penelitian ini menganalisis pola penyebaran investasi per kapita

antarprovinsi di Indonesia, pola penyebaran investasi per kapita

antarprovinsi dalam wilayah di Indonesia, dan pola penyebaran

investasi per kapita antarwilayah di Indonesia.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan hasil :

a. Pola penyebaran investasi antarprovinsi mula-mula cenderung

memusat kemudian berubah menyebar.

b. Pola penyebaran investasi untuk Pulau Jawa cenderung semakin

memusat, Pulau Sulawesi mula-mula menyebar kemudian

cenderung memusat sedangkan untuk pulau lainnya mula-mula

memusat kemudian cenderung menyebar.

c. Pola penyebaran investasi antarprovinsi di Kawasan Indonesia

Barat cenderung memusat kemudian menyebar sedangkan

Kawasan Indonesia Timur cenderung menyebar kemudian

memusat.

d. Pola penyebaran investasi antarprovinsi dengan atau tanpa

kepemilikan sumber daya alam-energi mineral mula-mula

(44)

4. Penelitian oleh Hendra Dharmawan dan Sri Soelistyowati tahun 2009

Penelitian ini menganalisis variabel-variabel makro ekonomi yang

mempengaruhi pembentukan modal tetap bruto di Indonesia periode

1990-2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode

penelitian pergerakan pembentukan modal tetap bruto mengalami

pergerakan yang fluktuatif yang berarti pembentukan modal tetap

bruto cukup rentan dengan gejolak perekonomian negara

Penelitian ini menggunakan analisis data time series dengan memfokuskan pada pendekatan kointegrasi dan pembentukan Error Correction Model (ECM).

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa variabel

indeks produksi dan jumlah uang beredar dalam jangka panjang

mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan

pembentukan modal tetap bruto, sedangkan variabel suku bunga

kredit investasi riil dan selisih suku bunga SBI dengan Federal Reserve (FED) fund rate mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto.

Hasil analisis ECM menunjukkan pengaruh jangka pendek antara

variabel-variabel ekonomi makro dengan pembentukan modal tetap

bruto. Variabel suku bunga kredit investasi mempunyai pengaruh

(45)

commit to user

5. Penelitian oleh M.Soekarni, Agus Syarip Hidayat, dan Joko Suryanto

tahun 2011

Penelitian ini menganalisis penyebaran dan perkembangan

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) di Indonesia selama periode 2002-2008 dengan

metode kepustakaan (desk research).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penyebaran PMA dan

PMDN menurut wilayah pulau belum merata dan bahkan sangat

timpang karena masih dominan berada di Pulau Jawa, khususnya

Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

C. KERANGKA KONSEPTUAL PEMIKIRAN

Investasi memiliki peran dalam meningkatkan kegiatan ekonomi dan

kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, dan tingkat

kemakmuran masyarakat. Sadono (2006 : 367) memberikan penjelasan

tentang peran investasi dalam perekonomian suatu negara yaitu : investasi

menambah jumlah barang modal yang berarti meningkatkan produktivitas

kegiatan ekonomi, peningkatan investasi akan meningkatkan pendapatan

nasional yang diikuti dengan bertambahnya kesempatan kerja, dan

peningkatan investasi memberikan dampak pada perkembangan teknologi.

Indah dan Didit (2005) menjelaskan pengadaan investasi mampu

meningkatkan produksi dan pendapatan nasional yang berarti

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangat

bergantung pada tenaga kerja dan kapital, sedangkan penambahan kapital

(46)

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah investasi, baik itu faktor

ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi dapat melalui

variabel-variabel makro seperti tingkat inflasi, suku bunga kredit investasi, dan

nilai kurs

Ahli ekonomi menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi

adalah suku bunga, ekspetasi mengenai kegiatan ekonomi di masa depan,

dan kemajuan teknologi (Sadono, 2006 : 106).

Pengaruh Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang-barang secara

umum dan berlangsung terus menerus. Tingkat inflasi yang tinggi akan

mengurangi jumlah investasi sebab harga barang-barang yang naik

cenderung menaikkan biaya modal.

Pengaruh Tingkat Suku BungaKredit Investasi

Suku bunga kredit investasi memiliki hubungan yang negatif dengan

investasi. Tingkat suku bunga kredit investasi yang rendah akan

meningkatkan gairah investor untuk melakukan investasikarena semakin

tinggi prospek mendapatkan keuntungan. Tingkat suku bunga kredit

investasi yang tinggi akan membuat investor enggan untuk melakukan

investasi karena mengurangi keuntungan. Investor cenderung memilih

menyimpan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito (Sadono, 2006 :

106 dan Mankiw, 2007 : 481).

Pengaruh Kurs

Kurs memiliki hubungan yang positif terhadap investasi.Tingkat nilai

(47)

commit to user

tukar yang tinggi akan meningkatkan jumlah investasi. Nilai tukar yang

rendah akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat rendah karena

kenaikan tingkat harga-harga secara umum. Nilai riil aset masyarakat yang

rendah akan mengurangi permintaan domestik masyarakat yang berarti

terjadi penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, secara ringkas dapat

digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2

(48)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pola penyebaran investasi di Indonesia belum rata selama periode

penelitian.

2. Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi di Indonesia.

3. Tingkat suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif terhadap

investasi di Indonesia.

4. Nilai kurs (Rp/US$) berpengaruh positif terhadap investasi di

(49)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui studi literatur

dengan analisis data sekunder yang bertujuan untuk :

1. Menganalisis tingkat ketimpangan investasidi Indonesia tahun

2006-2010.

2. Menganalisis pengaruh variabel inflasi, suku bunga kredit investasi,

dan kurs terhadap jumlah investasi di Indonesia periode tahun

1990-2010.

B. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

1. Tingkat Ketimpangan Investasi di Indonesia

a. “Ketimpangan adalah ketidakseimbangan pertumbuhan antar sektor primer, sekunder, tersier atau sektor sosial di suatu negara, distrik, atau tempat dimana peristiwa itu terjadi baik di negara maju atau berkembang, negara pertanian atau industri, negara besar atau kecil yang memiliki wilayah maju atau tertinggal” (Murty dalam Siswanto, 2011).

Nilai ketimpangan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Angka

ketimpangan yang semakin tinggi menunjukkan pola penyebaran

investasi yang cenderung memusat (semakin timpang).

b. Investasi per kapita diperoleh dari pembentukan modal tetap

domestik regional bruto provinsi i atas dasar harga konstan tahun

2000 dibagi dengan jumlah pertengahan penduduk provinsi i.

(50)

2. Pengaruh Variabel Inflasi, Suku Bunga Kredit Investasi, dan Kurs

(Rp/US$) terhadap Investasi di Indonesia

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah investasi yaitu

pembentukan modal tetap bruto atas dasar harga konstan tahun

2000 di Indonesia periode tahun 1990-2010 yang dihitung dalam

satuan miliar rupiah.

b. Variabel Independen

1) Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi di

Indonesia periode tahun 1990-2010 berdasarkan IHK yang

dihitung dalam satuan % (persentase).

2) Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga bank

umum kredit investasi dalam rupiah di Indonesia periode tahun

1990-2010 yang dinyatakan dalam satuan % (persentase).

3) Kurs yang dimaksud adalahnilai tukar mata uang rupiah

terhadap mata uang USD periode tahun 1990-2010 yang

dinyatakan dalam Rp/US$.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Tingkat Ketimpangan Investasi di Indonesia

Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam tahun berupa

data pembentukan modal tetap domestik regional bruto atas dasar

harga konstan tahun 2000 menurut provinsi dan data jumlah

(51)

commit to user

Data diperoleh melalui publikasi publik “Statistik Indonesia” dan

“Penduduk Indonesia : Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota” tahun

2006-2010 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.

2. Pengaruh Variabel Inflasi, Suku Bunga Kredit Investasi, dan Kurs

(Rp/US$) terhadap Investasi di Indonesia

Penelitian ini menggunakan data time series berupa data pembentukan modal tetap bruto, tingkat inflasi, tingkat suku bunga

kredit investasi bank umum, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar

AmerikaSerikat di Indonesia tahun 1990-2010.

Data diperoleh dari publikasi publik “Statistik Ekonomi

Keuangan Indonesia (SEKI)” tahun 1990-2010 yang diterbitkan oleh

Bank Indonesia dan publikasi publik “Statistik Indonesia” tahun

1990-2010 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Ketimpangan Investasi di Indonesia

Henry Theil, dalam Mudrajad (2002 : 87) menciptakan sebuah

rumus yang dinamakan Indeks Entropi untuk mengukur kesenjangan

spasial yang memungkinkan membuat perbandingan selama waktu

tertentu dan menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang

lebih kecil. Mudrajad (2002) menjelaskan keuntungan menggunakan

Indeks Entropi Theil adalah dapat menganalisis kecenderungan

geografis selama periode waktu tertentu dan mengkaji gambaran yang

(52)

Rumus Indeks Entropi Theil adalah sebagai berikut :

Keterangan :

T : Indeks Entropi keseluruhan atas kesenjangan spasial di

Indonesia

: Investasi per kapita provinsi ke i (i = 1,2,3,...,n) di

Indonesia

N : Jumlah provinsi atau wilayah pengamatan di Indonesia

: Rata-rata investasi per kapita menurut provinsi di

Indonesia

Nilai Indeks Entropi Theil berkisar antara 0 < T < 1. Nilai indeks

yang lebih rendah menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah

sedangkan nilai indeks yang lebih tinggi menunjukkan adanya

ketimpangan yang lebih tinggi.

2. Pengaruh Variabel Inflasi, Suku Bunga Kredit Investasi, dan Kurs

(Rp/US$) terhadap Investasi di Indonesia

Penelitian menggunakan data time series seringkali menyebabkan regresi lancung. Regresi lancung terjadi jika antar variabel di dalam

model tidak saling berhubungan akan tetapi hasil regresi menunjukkan

koefisien regresi yang signifikan dan nilai koefisien determinasi yang

tinggi (Agus, 2009 : 315 dan Wing, 2009 :10.1). Regresi yang

(53)

commit to user

ketidakseimbangan dalam jangka pendek namun terdapat

keseimbangan dalam jangka panjang.

Prof. Dennis Sargan mengenalkan sebuah pendekatan untuk data

time series yaitu Error Correction Model (ECM) atau model koreksi kesalahan yang dikembangkan oleh Prof. Hendry dan dipopulerkan

oleh Engle-Granger. Error Correction Model memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model dinamik lainnya seperti :

mampu menganalisis fenomena ekonomi dalam jangka pendek dan

jangka panjang dengan lebih banyak variabel, mengatasi permasalahan

variabel yang tidak stasioner dan regresi lancung, dan mampu

menjelaskan adanya ketidakseimbangan antara fenomena ekonomi

yang diinginkan dengan kenyataannya (Insukindro, 1999).

Sumber : Dirangkum dari Agus (2009), Dedi (2012), Gujarati (2009), Insukindro (1999), dan Wing (2009)

Gambar 3.1

(54)

a. Uji Stasioneritas

Data yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung.

“Data dikatakan stasioner jika memenuhi syarat : rata-rata dan

variannya konstan sepanjang waktu, dan kovarian antara dua runtut

waktu tergantung pada kelambanan antara dua periode tersebut”

(Wing, 2009 : 10.5). Uji stasioneritas dapat dilakukan melalui metode

grafik dan metode akar unit.

1) Uji Akar Unit

Deteksi stasioneritas dapat dilakukan melalui uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika data time series mempunyai akar unit maka dikatakan data tersebut bergerak secara random (random walk) dan data yang mempunyai sifat random walk dikatakan data yang tidak stasioner.

Tabel 3.1

Kriteria Pengujian Akar Unit Augmented Dickey-Fuller

Indikator Keterangan

Nilai absolut statistik ADF lebih kecil (lebih negatif) dari nilai kritis MacKinnon

Stasioner

Nilai absolut statistik ADF lebih besar (lebih positif) dari nilai kritis MacKinnon

Tidak Stasioner

Sumber :Dirangkum dari Agus (2009 dan Wing ( 2009)

2) Uji Derajat Integrasi

Uji derajat integrasi mentransformasi data nonstasioner

menjadi data stasioner melalui proses diferensi data pada tingkat

(55)

commit to user

Tabel 3.2

Kriteria Pengujian Derajat Integrasi

Indikator Keterangan

Nilai absolut statistik ADF lebih kecil (lebih negatif) dari nilai kritis MacKinnon

Stasioner

Nilai absolut statistik ADF lebih besar (lebih posistif) dari nilai kritis MacKinnon

Tidak Stasioner

Sumber :Dirangkum dari Agus (2009) dan Wing (2009)

b. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi berfungsi untuk mengetahui adanya hubungan

jangka panjang diantara dua variabel yang tidak stasioner. Variabel

gangguan yang tidak mengandung akar unit atau data stasioner

atau I(0) maka semua variabel terkointegrasi yang berarti

mempunyai hubungan jangka panjang. Uji kointegrasi hanya bisa

dilakukan ketika data yang digunakan dalam penelitian berintegrasi

pada tingkat derajat yang sama.

Langkah-langkah untuk melakukan uji kointegrasi adalah

dengan melakukan regresi persamaan variabel dan mendapatkan

nilai residualnya. Nilai residual inilah yang kemudian dilakukan uji

akar unit dengan metode Augmented Dickey-Fuller. Tabel 3.3

Kriteria Pengujian Kointegrasi

Indikator Keterangan

Nilai absolut statistik ADF lebih kecil (lebih negatif) dari nilai kritis MacKinnon

Berkointegrasi

Nilai absolut statistik ADF lebih besar (lebih positif) dari nilai kritis MacKinnon

Tidak Berkointegrasi

(56)

c. Error Correction Model (ECM)

Agus (2009 : 325) menjelaskan hubungan variabel dependen

dan variabel independen yang memiliki koefisien determinasi yang

tinggi namun hubungan keduanya tidak mempunyai makna

mengindikasikan terjadinya regresi lancung. Ketidakseimbangan

antara apa yang yang diinginkan pelaku ekonomi dengan

kenyataannya seringkali terjadi dalam hubungan jangka pendek.

Pendekatan Error Correction Model (ECM) mampu

mengoreksi hasil regresi lancung dengan menjelaskan parameter

jangka pendek dan jangka panjang atas variabel-variabel

independen yang mempengaruhi variabel dependen (Indah dan

Didit, 2007).

Penggunanaan Error Correction Model harus memenuhi beberapa persyarataan, yaitu : minimal ada satu variabel yang

digunakan tidak stasioner pada tingkat level, persamaan yang

digunakan mempunyai hubungan kointegrasi, persamaan yang

digunakan univariate (hanya variabel endogen yang mempengaruhi eksogen).

Bentuk umum dalam penelitian ini secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

... (3.1)

Bentuk persamaan lengkap model adalah :

(57)

commit to user

Keterangan :

= Investasi bruto (pembentukan modal tetap bruto) di

Indonesia periode t

= Tingkat inflasi di Indonesia periode t

= Suku bunga kredit investasi di Indonesia periode t

= Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat

periode t

Adapun langkah-langkan penurunan Error Correction Model sebagai berikut ini :

Sumber : Dirangkum dari Indah dan Didit (2007), Insukindro (1999)

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penurunan Error Correction Model

1) Membentuk fungsi biaya kuadrat tunggal

(58)

Keterangan :

= Fungsi biaya kuadrat tunggal Domowitz dan Elbadawi

= Biaya ketidakseimbangan

= Biaya penyesuaian

B = Backward – lag operator (t-1)

= Vektor variabel yang mempengaruhi investasi

= Vektor deret yang membatasai masing-masing elemen

2) Meminimalisasikan fungsi biaya kuadrat tunggal dari persamaan

(3.3) terhadap variabel Inv, dengan syarat minimum

(

... (3.4)

3) Mensubstitusikan persamaan (3.2) dan fungsi

( ke persamaan (3.4).

... (3.5)

(59)

commit to user

sehingga persamaan (3.5) dapat ditulis dengan :

... (3.6)

Persamaan (3.6) disebut sebagai Model Linier Dinamis yang

meliputi variabel tidak bebas sebagai fungsi dari variabel bebas

pada periode tersebut, masa lalu, dan masa depan.

4) Mengubah persamaan (3.6) menjadi Error Correction Model melalui proses parameterisasi.

... (3.7)

Bentuk akhir persamaan dapat dibuat menjadi :

... (3.8)

(60)

ECT = Error Correction Term

= Inf (-1) + SB (-1) + Kurs (-1) – Inv (-1)

Pengembangan Error Correction Model Engle-Granger, maka diperoleh persamaan untuk estimasi jangka pendek :

... (3.9)

Keterangan :

Dinv : Perubahan pembentukan modal tetap bruto di Indonesia

Dinf : Perubahan laju inflasi di Indonesia

DSB : Perubahan suku bunga kredit investasi di Indonesia

Dkurs : Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat

BU : Operasi kelambanan bunga kredit investasi residual ke

integrasi dalam periode sebelumnya

Persamaan model dalam jangka panjang :

.... (3.10)

(61)

commit to user

DSB : Perubahan suku bunga kredit investasi di Indonesia

Dinf : Perubahan laju inflasi di Indonesia

Dkurs : Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat

ECT : (

D : Difference pertama : Operasi kelambanan

d. Uji Asumsi Klasik

1.) Normalitas

Uji Jarque-Bera digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini mengukur perbedaan

skewness dan kurtosis data. Jika S adalah skewness, K adalah kurtosis, dan k menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan di dalam persamaan, maka rumus Jarque-Bera adalah :

Uji normalitas dapat dilakukan pada beberapa variabel

sekaligus (tanpa histogram) maupun satu per satu variabel (dengan

histogram). Nilai probabilitas yang lebih besar dari tingkat

signifikansinya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

2.) Multikolinieritas

“Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat

Gambar

Gambar 1.2 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan ..............................
Gambar 1.1 Perkembangan Investasi Agregat di Indonesia
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan
Tabel 1.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah membuat nanokurkuminoid sebagai bahan sediaan obat dengan tingkat kestabilan yang tinggi dalam kondisi penyimpanan pada jangka waktu tertentu

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

Hasil penelitian mengidentifikasi sepuluh tema yaitu persepsi tentang kepatuhan meliputi perilaku patuh, penyebab patuh, durasi patuh setelah pasien dirawat di rumah sakit;

Apabila dilakukan perbandingan terhadap service level ketika kondisi jumlah truk yang sama pada kebijakan eksisting pada model simulasi eksisting dan skenario

Dengan demikian maka apabila terdapat perbedaan intensitas rasa pahit antara kedua jenis tempe yang diproduksi, maka perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan cara

Kesadaran masyarakat dalam kewajiban membayar zakat pada masyarakat kecamatan Darussalam sangat tinggi, namun tetap harus didukung oleh peningkatan ekonomi

Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1983 tenta ng Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51,

Biasanya Kx dengan penyakit kusta mengeluh ada bercak-bercah merah pada kulit di tangan, kaki, atau diseluruh badan dan wajah kadang disertai dengan tangan (jari-jari) dan kaki kaku