• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baik terima kasih,

Kemudian selanjutnya Pak Endin, Pak Paskah lalu Pak Sumitro.

ANGGOTA F .PPP (DRS. H. A.L SOEFIHARA, MM.) :

Saya kira alasan-alasan tadi sudah disampaikan oleh Pak Beny supaya pasal 56 ini tetap sebagaimana semula dan pemerintah juga sudah menyampaikan itu. Kalau saya pakai pendekatan politik kepada FPG saya mau tanya kalau Bl boleh memberikan kredit kepada pemerintah, tadikan usu I pemerintah jug a seperti itu. Sekarang pemerintahnya sud ah mencabut kemudian FPG sama FKKI masih menginginkan ada kredit kepada pemerintah, ini FPG mewakili pemerintah yang mana ini. Kemudian yang kedua saya ingin menegaskan ulang bahwa di dalam APBN ada mekanismenya ada asumsi-asumsinya jangan kita menduga di tahun anggaran pemerintah kelihangan uang atau tidak memiliki uang. Lalu dengan alasan itu Bl harus memberikan kredit kepada pemerintah. Jangan-jangan kredit itu untuk kepentingan bernama APBN tapi nanti digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang lain, Kira-kira demikian penegasannya.

terima kasih KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Endin, selanjutnya Pak Paskah.

ANGGOTA F.PG (DRS. H. PASKAH SUZETTA, MBA):

T erima kasih Pimpinan,

Pemerintah dan teman-teman anggota Dewan yang ingin saya sampAikan adalah kalau usulan kami dianulir berarti kita tidak konsisten terhadap apa yang kita putuskan di pasal 55.

kalau alasan-alasannya sebagaimana yang disampaikan teman-teman yang tidak menghendaki usulan ini diteruskan ini yang pertama. Yang kedua, saya kemarin berkali-kali mengatakan bahwa dalam periode paling tidak lima tahun ini bahwa Bank Indonesia tidak bisa seluruhnya lndependen. Bank Indonesia ini dalam menjalankan tug as dan fungsinya baik drilam rangka pengendalian moneter dan sebagainya tidak bisa lepas dari lingkungannya, harus melihat lingkungannya dan juga memerlukan dukungan lingkungannya tidak bisa dia jrllan sendiri dalam situasi Negara kita yang krisis. Kita tidak tahu juga ini misi APBN 2001, Pak Menko sudah kesana-kemari mencari pinjaman juga, sulit juga kan itu mau mencari pinjaman itu realitasnya dan antara realitas dan idealisme dipisahkan dulu lah sernentara kita dalam keadaan krisis. Masalahnya kalau Bl mau jalan terus sendiri ini akan memperburuk krisis yang akan bertumpuk-tumpuk dan apa yang terjadi nanti akan terus menjadi beban APBN yang membengkak pemasukan tidak ada.

lni permasalahan bukan lagi defisit APBN duitnya tidak ada terus ini membengkak, itu yang menjadi permasalah. Yang kedua diakui juga oleh pemerintah waktu itu, dimana

pemerintah mencari dana darimana saja rentenir barangkali untuk kepentingan pemerintah, ini kita mengajak kepada teman-teman untuk berpikir realistis. Kalau memang ini tidak bisa dipecahkan dalam forum ini saya minta dibawa ke Pansus di buka kemudian masyarakat menilai dan memberikan masukan-masukan ke sini dan kita buka permasalahan yang ada di pernerintah biarlah dinilai oleh Publik. Siapa yang tidak ingin indenpenden atau apa kondisinya yang tidClk memungkinkan independent memang keadaannya seperti ini, siapapun pemerintahnya lima tahun ini akan menghadapi masalah seperti ini.

Saya mengetuk kepada teman-teman sebaiknya ini dijadikan satu pasal sesuai dengan usulan kami dan kalau tidak bisa diputuskan disini saya akan minta ini dibawa ke Pansus supaya terbuka dan masyarakat memberikan masukan dan memberi nilai apa sih sebenarnya yang terjadi di tubuh kita ini pemerintah ini yang terjadi. ltu saja mungkin Saudara Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Paskah, selanjutnya Pak Mitro.

ANGGOTA F .KKI ( F .X. SUMITRO, SH. ) :

Pertama saya tanya kepada Bank Indonesia kalau ekonominya hancur yang saudara lakukan apa, mau minta dana lagi kepada kita. Karena saudara akan subsidi terus untuk menekan berbagai gejolak inflasi, saudara akan selalu mengatur itu kalau habis dana nya saudara mau minta sama siapa, rakyat lagi, rakyat mungkin bakar gedung itu. Bahwa teori mengatakan inflasi pendorong ekonomi makin bagus itukan jangka panjang pak. Jangka pendek saja saya tanya sebenarnya pemerintah utangnya berapa sih sekarang, udah mau mati kok bagaimana saudara mau mengatur disiplin budjet, yang diatur tidak ada kok, defisit terus kok, mengapa kita tidak melihat kondisi realitas yang ada.

Negara yang sud ah maju saja tidak mikirin independent ini loh, jadi bukan pertanyaan kita mau pakai Bank Indonesia itu benar-benar murni istilah policy moneter fiscal pemerintah.

Sekarang ini tidak bisa lakukan itu namun demikian kita bukan tidak mau menghendaki itu pada saatnya pelan-pelan, dari hitam tidak mungkin bisa balik menjadi putih kecuali dibakar dan kertas baru lagi. Korupsi di Indonesia mau diberantas tahun ini cucu saya mungkin baru bisa ngalami baru bersih, anak saya sudah kena kok. Tidak mungkin KKN mau diberantas satu dua tahun among kosong, wong dari atas itu semuanya kok mengapa realitanya tidak diperhatikan.

lmplementasinya harus melihat kondisi yang ada dong, saya bukan tidak menghargai konsep-konsep dari Bl. Kalau saudara katakana koasi masih ada tapi rambu-rambu sudah kita berikan tapi koasi inipun sebenarnya hampir mutlak 81 itu khusus untuk stabilitas moneter karena hanya APBN itupun kalau diperlukan. APBN ini kan untuk rakyat bagaimana kredit kecil kepada KUK, KUK akan turun kalau kita tidak bisa membayar subsidi bunganya kan lima trilyun kita masukan di APBN itu, kalau tidak ada uang ya kreditnya tidak kucur Bank swasta mana mau keluarin atau Bank-bank lain. jadi justru kita pikirkan rakyat supaya KUK atau kredit kecil itu jalan APBN itu harus punya duit. Jadi inflasi hanya salah satu unsur yang

mengganggu stabilitas moneter unsur yang lainnya banyak, jadi jangan kita menafsirkan mau koasi atau kita mau morny, morny tidak ada. Kita harus arif dan bijak bagaimana memahami dan menghayati supaya kehidupan kita itu lebih baik, seperti Pak Tanto cari jalan terobosan itu bagus. Saya kira itu Pak terima kasih.

KETUA RAPAT:

T erima kasih Pak Mitro.

ANGGOTA F. REFORMASI ( DRS. H. DJALIL, MM.) :

lnterupsi Pak sebentar,

Sebenarnya FPG tidak ada kolusi dengan FKKI Cuma pas aja DIM nya sama sebelumnya kita tidak ada perundingan. Say a akan tambahkan disini did al am penjelasannya disini perlu ada koridor-koridor yang ketat yang menyangkut tujuannya diperketat jadi harus rinci sebagaimana pasal 56 di atas di penjelasannya diuraikan apa yang menjadi sasaran-sasaran yang untuk talangan di APBN ini sebagi koridor.

Terima kasih.

ANGGOTA F.PPP ( H.M. DANIEL TANJUNG):

Ketua karena sudah jam satu dan pembicaraan ini sudah agak mengikuti tingginya matahari saya minta ini untuk diskor. Pada waktu skorsing kita coba loby-loby lah.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, usul yang simpatik sekali kami akan menskor tapi memang Pak Daniel Tanjung mengatakan skorsingnya juga punya muatan lain yaitu loby. Jadi kita akan lakukan skorsing dan kembali pukul 14.00.

RAPAT DISKORS PUKUL 13.00

KETUA RAPAT:

Skorsing sidang panitia kerja dicabut.

Bapak/bapak anggota pimpinan panja dan pemerintah kita akan melanjutkan kembali pembahasan DIM 300, tapi seperti yang kami sampaikan sebelum skors pada awal sidang skors ini mungkin kita awali denga merumuskan jadwal terlebih dahulu. Kita memulai pada pukul 14.50 seperti biasanya sampai dengan pukul 17 .30 tapi pertimbangan yang muncul adalah soal teknis lepas waktu, lalu lintas dan tingkat semangat, oleh sebb itu kami memberikan kesempatan kepada anggota panja dan pemerintah memberikan usul bahwa DIM 300 dan DIM-DIM berikutnya kalau dilihat kolom-kolomnya pending.

ANGGOTA F .KKI ( F .X. SUMITRO, SH ):

lnterupsi ketua,

Sebelum diketok palu ini ada masukan didalam loby tadi Pak Tan to bicara dengan saya setuju dengan ini, tinggal tanya pemerintah bagaimana karena ini ada orang yang dalam loby kerja keras ini.

ANGGOTA F.PG (DRS. H. PASKAH SUZETTA, MBA.):

Mengakomodasi mohon kiranya ini dipertimbangkan dan disetujui kemudian kita bisa melangkah berikutnya yaitu pulang dengan tidak ada beban pada pasal 56 ayat 1. jadi dalam cara membaca juga mengandung arti apa bisa mengandung perbedaan jadi pasal 56 ayat 1yang melarang Bl memberi kredit kepada pemerintah, dipenjelasan hanya ayat 1 jelas. Nah ini mencoba mengakomodasi dua kepentingan disusun sebagai berikut :

Sesuai dengan status tugas dan tujuan Bank Indonesia sebagaimana disebutlrnn dalam pasal 4. pasal 7 dan pasal 8 maka Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah.

lni adalah nuansa ayat 1 di batang tubuh, namun apabila dalam keadaan yang sangat mendesak utamanya dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara triwulan pertama pemerintah itu memiliki dana maka Bank Indonesia dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dapat memberikan dana talangan untuk memenuhi kebutuhan yang dimaksud sepanjang tidak mengganggu likwiditas Bank Indonesia. Demikian di sini muncul dana talangan tapi di ayat 1 nya adalah kredili ini nuansanya sama tapi secara harafiah tidak sama.

Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

Jadi itulah usulan yang terpampang dari rumusan loby barangkali terpulang kepada kita, kami silahkan apabila ada tanggapan.

ANGGOTA F.PG (DRS. H. PASKAH SUZETTA, MBA.):

Sekali lagi dengan menghargai pendapat yang meloby dan yang merumuskan tanpa ingin mengecilkan artinya saya terima kasih yang telah melakukan kompilasi secara susah payah akan tetapi saya ingin kembali pada hakekatnya, pertama kalau kita mau konsisten mari kita tinjau kembali pasal 55, drop itu pas al 55 ayat 4, karena tidak ada perbedaan usu Ian substansi kami dengan pasal 55. kata-kata boleh berbeda kita lihat hakekat, jadi kita harus konsisten harus dibuka jangan kita berlindung dibalik kata-kata inilah keadaan yang sebenarnya Bank Indonesia, inilah keadaan sebenarnya negara kita.

Yang kedua, tidak ada anggaran negara di luar APBN sekarang ini, semua anggaran pemerintah harus masuk APBN. Dan sekali lagi siapa sekarang yang dalam keadaan ekonomi yang morat marit seperti ini yang menjamin target fiskal pemerintah itu tercapai, tidak ada yang bisa menjamin. Komitmen luar negeri saja bisa keteter kok. Berangkat dari tiga hal ini saja

eksistensi anggnran kita adalah anggaran negara itu masuk di APBN. anggaran pemerintah, anggaran rnkyat dengan kebijaksanaan fiskal yang akan menggerakkan sektor ril diatur semua di APBN tidflk ada di luar itu. Siapa yang menjamin target penerimaan fiskal pemerintah.

Jangan jadikan rakyat lebih terpuruk, jangan menjadikan APBN kita sudah kosong dibebani terus, kita bicara realistis. Maka dari itu mari kita buka di sini dengan dasar konsisten kita buka saja pasal ini bahwa memang dana talangan ini dengan koridor lima persen dengan jangka waktu yang kita berikan sedemikian rupa karena begitu anggaran disyahkan disitu tanggung jawab pemerintah untuk mencapai target-target daripada fiskal target-target penerimaan. lni realistis lah kalau tidak bisa diputuskan di sini kita bawa ke Pansus kita buka ke masyarakat supaya publik tahu mana reformis mana yang tidak, karena saya tidak pernah terlibat pada masa yang lalu, saya pribadi walaupun saya di posisi Golkar banyak yang dikecam, siapa yang berbuat untuk kepentingan rakyat disinlah kita berbicara mari.

Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

Silahkan tanggapan berikutnya Pak T anto.

ANGGOT A F. TNl/POLRI ( DRS. SUT ANTO, MM. MS.I ) : Terima kasih Pimpinan,

Jadi apa yang telah disampaikan Pak Paskah adalah benar semuanya dan mudah-mudahn itu reformis. Saya mengajak untuk menguji apa yang disampaikan Pak Paskah, pertama bahwasannya harus konsisten dengan pasal 55 ayat 4 itu bicara apa di dalamnya saya baca keseluruhan,

Bank Indonesia dilarang membeli untuk diri sendiri surat-surat negara dst ..

Jadi di sini key point nya adalah surat-surat hutang negara. pasal 56 ayat 1 bicara kredit yang di khususkan di dalam penjelasan dana talangan, kedua mengenai tidak ada anggaran di luar APBN benar sekali tetapi di dalam pasal 56 ayat 1 yang dimaksud adalah ada APBN sudah ditetapkan dengan DPR, jadi antara pemerintah dengan DPR menetapkan kata-kata seratus trilyun APBN untuk 2001 misalnya. Untuk pelaksanaan triwulan pertama secara linier memerlukan dana 25 trilyun, pad a posisi triwulan pert a ma tersebut pemerintah tidak pun ya kebutuhan dana untuk triwulan pertama,mau apa jadi bukan di luar APBN jadi ini justru bicara 25 trilyun yang harus diberikan kepada pemerintah untuk membiayai APBN. ltu cerita kondisinya belum bisa mendukung itu. Jal an keluarnya ad al ah Bank Indonesia dapat rnemberik dana talangan dengan persetujuan Dewan sepanjang tidak mengganggu likwiditas.

Kemudian yang keempat dikaitkan dengan angka lima persen, lima persen dari seratus itu hanya lima trilyun. Ka/au rumusan ini bisa diterima maka ada ruang gerak bukan lima trilyun tapi satu triwulan seratus dibagi em pat dua be las setengah. Jadi sebetulnya ini sud ah jauh memenuhi apa yang diusulkan lima persen. Kemudian yang keempat siapa yang bisa menjamin target finansial dari pemerintah. Mengenai fiskal mungkin pemerintah yang bisa

memberikan keterangan mengenai hal ini. Jadi demikian sebagai ilustrnsi tarnbahan sekali lagi apa yang dirumuskan ini terpulang pada Bapak-bapak tapi mari kita mengharap untuk kepentingan lebih besar.

Demikian terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Tanto, selanjutnya silahkan Pak Mitro.

ANGGOTA F. KKI ( F.X. SUMITRO, SH.):

Sebetulnya saya melihat justru konsisten karena di sana kita bisa lihat Bl bisa membeli obligasi pemerintah di dalam pasar primer untuk kepentingan sendiri tapi dengan catatan-catatan di sini juga dibuka bahwa kalau terpaksa ini juga bisa, sebetulnya ini konsisten dengan pasal 55 dengan pasal 56 ayat 1. saya setuju karena intinya memang kita masih menghendaki adanya pemisahan itu namun tidak bisa dilakukan secara murni sekarang ini apalagi sehingga harus membuka satu koridor atau pintu bagaimana kalau DPR menyetujui harus pinjam ke Bl daripada ke Bank Komersil yang mahal. ltu kuncinya di DPR. Pada saat DPR itu menyetujui dengan sendirinya kita akan bahas APBN berapa semestinya, jadi menurut saya ini jalan keluar yang bagus. Memang masa depan Bank Indonesia benar-benar harus menjadi Bank yang bagus.

Saya kira itu saja terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan selanjutnya Pak Mawardi.

ANGGOTA ( MAWARDI ABDULLAH):

Setelah membaca inti dari pasal 56 dan kehendak dari rekan-rekan sebenarnya yang kita inginkan sudah tertampung semuanya disamping pagar-pagar yang kita inginkan juga untuk melindungi Bl juga sudah bisa terlihat. Seperti sudah dikatakan juga seperti negara kita kebutuhan yang sulit awal-awal itu adalah kebutuhan pembangunan. Beberapa tahun masa krisis ini perolehan pajak belum tinggi dari target yang kita perkirakan, sebenarnya untuk pajak juga tidak ada masalah oleh karena itu supaya tidak berlama-lama sehingga konsentrasi kita bisa kepada pasal-pasal lain-lainnya. Kami fraksi Bulan Bintang bisa menerima pasal 56 itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Mawardi, selanjutnya Pak Sofyan.

ANGGOTA F.PPP ( H. SOFYAN USMAN):

Cobalah direnungkan pasal 7 tentang tujuan Bank Indonesia kalau pasal itu berubah berarti tujuan Bank Indonesia berubah dong, semata-mata dia menjaga, memelihara kesetabilan rupiah ini berkaitan dengan pasal yang terdahulu kalau memang konsisten terhadap lembaga-lembaga ini jadi tidak muncul sendiri di belakang dia kita lihat juga pada pasal-pasal yang terdahulu, kalau memang ini berubah, nanti berubah lagi kedepan. Tidak mungkin di sini memberikan kredit atau pinjaman kepada pemerintah dilepas yang lain ia fungsinya sebagai penstabil rupiah semata-mata itu.

T erima kasih.

Dokumen terkait