• Tidak ada hasil yang ditemukan

Palepu, Healy, Bernard (2004) menyatakan bahwa dalam melakukan analisis keuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Analisa dengan menggunakan rasio keuangan perusahaan sekarang dan di masa lalu mampu memberikan landasan dalam membuat prediksi mengenai performa perusahaan di masa depan. Tujuan dari analisa rasio ini ialah untuk mengevaluasi keefektivan dari kebijakan perusahaan di area yang

commit to user

bersangkutan. Analisa rasio keuangan yang efektif menghubungkan angka- angka financial dengan faktor-faktor bisnis perusahaan.

Analisa dengan menggunakan rasio keuangan dilakukan dengan memanfaatkan informasi akuntansi dan menginterpretasikan hubungan antara angka yang satu dengan angka yang lain yang digunakan untuk tujuan perbandingan. Penggunaan rasio keuangan ini dapat mengeliminasi masalah ukuran perusahaan (Ross, Westerfield, Jordan 2006). Dengan melakukan analisa rasio ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan sehingga dapat membantu investor membuat pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Karena tidak ada yang dapat mengetahui secara pasti kondisi keuangan atau hasil kegiatan operasi suatu perusahaan di masa depan, investor dapat menggunakan analisa ini untuk memprediksi performa perusahaan yang dapat dicapai serta melihat prospek pertumbuhannya di masa depan. Analisa rasio keuangan ini dapat

digunakan sebagai peringatan awal (early warning system) terhadap

kemajuan atau kemunduran kondisi keuangan perusahaan.

Analisa rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan (Horne, 2004). Yang pertama yaitu trend analysis, analis dapat membandingkan rasio keuangan sekarang dengan angka dari masa lalu maupun yang diharapkan di masa depan untuk perusahaan yang sama. Investor/analis dapat melihat komposisi dari perubahan yang terjadi dan dapat menentukan apakah telah terjadi peningkatan atau penurunan dari kondisi keuangan dan performa perusahaan selama periode waktu tertentu. Selanjutnya adalah

commit to user

perbandingan dengan perusahaan lain. Metode ini berusaha membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada waktu tertentu. Perbandingan ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan dan performa perusahaan secara relatif dengan yang lain.

Menurut Horne (2004) dalam Mulyono (2007) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan angka dari rasio keuangan:

a. Investor sebaiknya menghindari ”rule of thumb” dari nilai-nilai rasio ini. Analisa harus dilakukan juga dengan memperhatikan jenis bisnis dan perusahaan tersebut.

b. Beberapa data akuntansi yang digunakan dalam penghitungan rasio ini

masih merupakan angka-angka yang merupakan estimasi dari pihak manajemen. Misalnya depresiasi, cadangan piutang tak tertagih, dll. Sehingga angka-angka tersebut mungkin tidak dapat sepenuhnya mencerminkan kondisi sebenarnya.

c. Dalam menggunakan rasio dari beberapa perusahaan sejenis dalam satu

industri mungkin tidak homogen. Perbedaan yang ada dapat berupa lini produk yang dijual. Beberapa perusahaan dapat memiliki berbagai lini produk sehingga sulit dimasukkan dalam kategori industri tertentu. Selain itu perusahaan dalam satu industri juga dapat berbeda dalam segi ukuran perusahaan.

commit to user

1. Kegunaan Rasio Keuangan

Van Horne & Wachowicz (2005) dalam Taufik Hidayat (2009), menyatakan bahwa untuk dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya, analisis keuangan memerlukan “pemeriksaan” atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks, yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Pernyataan tersebut memberikan penjelasan bahwa rasio keuangan sangatlah berguna dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi keuangan dan kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini akan memberikan informasi tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan pada rentang waktu tertentu. Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya:

a. Beaver (1966) dalam Taufik Hidayat (2009) mengungkapkan bahwa

rasio keuangan secara signifikan berhubungan dengan kebangkrutan suatu perusahaan.

b. Ou dan Penman (1989) dalam Taufik Hidayat (2009) melakukan

penenlitian menggunakan rasio keuangan dalam memprediksi stock

return.

c. Machfoedz (1994) dalam Taufik Hidayat (2009) menggunakan rasio

commit to user

Dari hal di atas didapatlah suatu gambaran bahwa rasio keuangan sangatlah bermanfaat dalam melihat kemampuan-kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan kata lain rasio keuangan sangatlah berguna sebagai sarana dalam melakukan prediksi bagi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk membandingkan

hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda.

Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan investasi.

2. Penggolongan Rasio Keuangan

Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut diperlukan suatu alat analsis yaitu rasio keuangan. Menurut Munawir (2000), angka rasio dapat dibedakan menjadi tiga menurut sumber datanya, antara lain:

a. Rasio-Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio)

Semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca (misalnya: current ratio, acid test ratio).

b. Rasio-Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio)

Angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net operating margin, operating ratio).

commit to user

c. Rasio-Rasio Antar Laporan (Interstatement Ratio)

Semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi (misalnya: inventory turnover, accountreceivable turnover, sales to fixed assets).

Sedangkan menurut Robert, Ang (1997) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan net working capital.

b. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari: total asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, average collection period (day’s sales inaccountsreceivable) dan day’s sales in inventory.

c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on assets, return on equity, dan operating ratio.

commit to user

d. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios,

karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman

(debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari:

debtratio, debt to equity ratio, long-term debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage,cash flow to net income, dan cash return on sales.

e. Rasio Pasar (Market Ratios)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang

diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari:

dividend yield, dividend per share, earning per share, dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value.

Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi:

1) Return On Asset (ROA)

Menurut Clara (2001), Return On Asset (ROA) merupakan slah satu rasio probabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba perusahaan. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan

commit to user

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini mampu memberikan tolak ukur untuk menilai kegiatan operasi perusahaan.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar (Ang, 1997 dalam Subalno, 2009). Menurut Riahi-Belkaoui (1998) dalam Subalno (2009), ROA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional khususnya jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan

investasi. Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA dapat dihitung dengan rasio antara laba bersih setelah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total assets.

ROA = NIAT/TA

2) Curent Ratio (CR)

Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Utomo, 2004). Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar perusahaan dengan melikuidasi aktiva lancar perusahaan. Current ratio

merupakan rasio kunci dalam mengukur likuiditas jangka pendek perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang sangat diperhatikan oleh kreditor karena mereka berharap bahwa suatu perusahaan menghasilkan surplus kas yang positif.

commit to user

CR yang terlalu tinggi menunjukan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Selain itu CR juga menunjukan tingkat keamanan (Margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutang tersebut. Tetapi CR yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo, karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan.

Dalam menggunakan rasio ini kita harus melihat jenis industri yang bersangkutan. Beberapa sudah cukup dengan suatu rasio likuiditas yang sebaliknya dapat merupakan ancaman bagi perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan karena beberapa perusahaan memiliki siklus produksi yang panjang, jumlah persediaan yang besar dan lain sebagainya. Selain itu, kelemahan dari rasio ini ialah bahwa ia tidak membedakan antara jenis aktiva lancar itu sendiri. Rasio ini membandingkan antara Aktiva Lancar/

Current Asset (CA) dengan Kewajiban Lancar/ Current Liabilities (CL). Menurut Sartono (1997), Current Ratio (CR) merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar,

sehingga secara matematis Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

commit to user 3) Debt To Equity Ratio (DER)

Debt Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini mengukur struktur modal perusahaan dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh kreditor (hutang) dengan dana yang berasal dari pemilik (ekuitas).

Semakin besar hutang, semakin besar resiko yang ditanggung perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat meningkatkan profitabilitas, yang

kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga meningkatkan

profitabilitas yang kemudian menaikkan harga sahamnya sehingga meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar. Rasio ini membandingkan antara total kewajiban dengan total modal.

Sebaliknya biaya hutang lebih besar daripada dana ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru akan menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, 2004). Secara sistematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997) :

commit to user 4) Net Profit Margin (NPM)

Mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap penjualan. Secara umum semakin tinggi margin yang dihasilkan dibandingkan kompetitor, maka akan semakin baik. Net Profit Margin

yang semakin menurun dapat menunjukkan perang harga yang mengakibatkan turunnya profit. Jadi semakin menguntungkan suatu

perusahaan, maka kemungkinan untuk mendapatkan capital gain dan

dividen bagi investor akan meningkat. Laba bersih setelah pajak dibagi penjualan.

NPM = NI/Sales

5) Total Asset Turn Over ( TATO )

TATO merupakan salah satu rasio aktivitas. Total Asset Turnover

menunjukkan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap Rupiah asset perusahaan. Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan seluruh aktiva yang dimilikinya atau perputaran aktiva-aktiva tersebut. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Sebaliknya jika rasio ini menurun dapat sebagai salah satu indikator tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva untuk operasional perusahaan.

Oleh karena itu TATO dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisiensinya seluruh aktiva perusahaan dalam menunjang penjualan. Nilai rasio ini bervariasi untuk tiap industri. Dalam menganalisa nilai TATO

commit to user

hendaknya dibandingkan dengan industri sejenis. Rasio ini

membandingkan penjualan dengan total aktiva.

TATO = Sales/Total Asset

Dokumen terkait