• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya saing adalah kemampuan suatu perodusen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat mempertahankan kelanjutan kegiatan produksinya (riptanti, 2004). Daya saing kopi PT Perkebunan Nusantar IX (Persero) Kebun

Getas/Assinan diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif.

Menurut Basri (1992) dalam Nutrisia (2004) teori keunggulan komparatif mengutarakan, sebaiknya suatu negara berspesialisasi dan mengeskpor barang- barang dimana suatu negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Artinya, dalam kontek biaya, setiap negara akan memperoleh keuntungan jika mengeskpor barang-barang yang biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Atau dapat pula diartikan produktivitas relatif yang dimiliki oleh negara tersebut dalam memproduksi barang-barang yang diekspor adalah yang paling tinggi.

Keunggulan kompetitif merupakan perluasan dari konsep keunggulan komparatif yang diajukan oleh Michael Porter sebagai kesuksesan suatu perusahaan dalam beroperasi pasar. Keunggulan kompetitif adalah alat untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas atau keunggulan privat yang dihitung berdasar harga pasar dan nilai uang yang berlaku. Keunggulan kompetitif memberikan gambaran keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan teknologi atau pemberlakuan kebijakan pemerintah.

Tabel 11. Private Cost Ratio (PCR) dan Domestic Resources Cost Ratio

(DRCR) PTPN IX Kebun Getas/Assinan Tahun 2009

Uraian Nilai

Private Cost Ratio (PCR) 0,73

Domestic Resources Cost Ratio (DRCR) 0,72

Sumber: Analisis Data Sekunder

Nilai Private Cost Ratio (PCR) menunjukkan ukuran efisiensi secara

finansial, merupakan rasio antara biaya faktor domestik dengan nilai tambah output dari biaya input yang diperdagangkan yang dihitung pada harga privat. Efisiensi secara finansial dicapai bila nilai PCR lebih kecil dari satu. PCR

output pada harga privat hanya diperlukan 0,73 satuan biaya sumberdaya domestik atau dalam kata lain aktivitas ekonomi mampu membayar faktor domestik atas

dasar harga privat sehingga PTPN IX Kebun Getas/Assinan memiliki

keunggulan kompetitif dalam mengusahakan kopi kering. Nilai tersebut menggambarkan proses produksi kopi kering telah berjalan efisien secara finansial. Sebagian besar produksi kopi Kebun Getas/Assinan merupakan mutu 1 dan mutu 4 yang merupakan kualitas ekspor sehingga memperoleh penerimaan yang cukup tinggi dari ekspor kopinya ke Jepang dan Italia yang sudah lebih dari lima belas tahun mengimpor kopi PTPN IX. Meskipun sama- sama kopi robusta, tetapi kopi produksi Kebun Getas/Assinan mmemiliki kekhasan tersendiri.

Analisis keunggulan komparatif adalah suatu analisis untuk menilai aktivitas sosial dilihat dari segi pemanfaatan sumberdaya domestik yang digunakan. Keuntungan sosial merupakan indikator tingkat efisiensi relatif

karena dalam perhitungan output dan input digunakan harga sosial yang

mencerminkan nilai oportunitasnya (social opportunity cost). Keunggulan

komparatif usahatani suatu komoditi dapat diketahui dengan nilai Domestic

Resource Cost Ratio. Analisis rasio antara biaya sumberdaya dan nilai tambah

yang dihitung dengan harga sosial disebut Domestic Resource Cost (DRC). Jika

Domestic Resource Cost diolah lebih lanjut disesuaikan dengan harga bayangan

nilai tukar terhadap US $, maka diperoleh nilai koefisien Domestic Resource

Cost Ratio (Nutrisia, 2004).

DRCR pengusahaan kopi kering PTPN IX Kebun Getas/Assinan sebesar 0,72 yang berarti untuk menghasilkan satu satuan output kopi pada harga sosial diperlukan korbanan biaya sumberdaya domestik pada harga sosial sebesar 0,72 satuan sehingga dapat diketahui bahwa proses produksi kopi telah berjalan secara efisien secara ekonomi. Nilai tersebut menggambarkan PTPN IX Kebun Getas/Assinan memiliki keunggulan komparatif dalam mengusahakan kopi kering. Nilai DRCR tersebut juga berarti bahwa untuk setiap dollar devisa

Negara yang dikelurkan untuk mengimpor komoditi kopi jika digunakan untuk memproduksi di dalam negeri hanya dibutuhkan biaya sebesar 0,72 dollar. Pemerintah dapat menghemat 0,28 dollar dari biaya impor yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, lebih menguntungkan jika kopi diproduksi di dalam negeri daripada melakukan impor. Iklim yang cocok bagi pengusahaan kopi didukung dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi menyebabkan produktivitas Kebun Getas/Assinan masih lebih tinggi dari produktivitas rata- rata kopi di Indonesia, bahkan dapat melebihi produktivitas kopi rata-rata Negara Vietnam yang merupakan pesaing terberat dalam ekspor kopi Indonesia.

Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial dalam artian dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali yaitu tanpa intervensi pemerintah sedangkan keunggulan kompetitif merupakan ukuran kegiatan ekonomi pada kondisi aktual atau pada suatu perusahaan. Kedua keunggulan tersebut mencerminkan daya saing yang dimiliki oleh suatu perusahaan. PTPN IX Kebun Getas/Assinan telah memiliki daya saing yang tercermin dalam keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yang dimilikinya dalam mengusahakan kopi kering.

Perdagangan bebas yang dianut oleh beberapa negara termasuk Indonesia menuntut setiap negara untuk memiliki daya saing yang tinggi dalam mengusahakan sebuah produk sehingga dapat diperdagangkan di pasar internasional dengan menjaga kualitas dan kuantitas komoditi ekspor tersebut. Meskipun sudah memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, tetapi nilai PCR dan DRCR yang tersebut masih dapat ditingkatkan lagi. Semakin nilainya mendekati nol berarti semakin tinggi keunggulannya sebab efisiensinya juga semakin tinggi sehingga PTPN IX Kebun Getas/Assinan harus dapat terus meningkatkan daya saingnya dalam mengusahakan kopi kering agar tetap dapat meningkatkan kinerja ekspornya. Namun, yang menjadi permasalahan yang sering dihadapi adalah faktor eksternal diluar kontrol seperti fluktuasi harga di

pasar dunia, fluktuasi nilai tukar, dan ada tidaknya distorsi baik yang disebabkan oleh pasar maupun oleh kebijakan pemerintah.

Dokumen terkait