• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN FREIGHT FORWARDER/ UJPT

C. Perjanjian Pengangkutan antara pemilik Barang dengan

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Perusahaan pengangkutan perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan. Karcis penumpang dan dokumen muatan merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan. Berdasarkan ketentuan pasal ini, maka kewajiban utama pengangkut adalah mengangkut penumpang dan/atau barang serta menerbitkan dokumen pengangkutan, sebagai imbalan haknya memperoleh pembayaran biaya pengangkutan.54

Dalam praktik perjanjian pengangkutan, biaya pengangkutan selalu diperjanjikan dibayar lebih dahulu. Dengan demikian, kewajiban pokok penumpang dan/atau pengirim barang adalah membayar biaya pengangkutan yang dibuktikan dengan dokumen pengangkutan. Sebagai imbalannya, penumpang dan/atau pengirim barang berhak atas pelayanan pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.55

54

Syahroni, Hak dan Kewajiban dalam Pengangkutan, Surat Kabar Harian Pos Kota, Edisi 13 Maret 2003, hal 21

Di samping kewajiban utama tersebut, pengangkut perlu juga mencantumkan pada dokumen pengangkutan atau dalam perjanjian pengangkutan bahwa pengangkut wajib:

a. Menjaga keselamatan barang yang diangkut sejak penerimaan sampai saat penyerahannya.56

b. Menjaga keselamatan penumpang sejak saat naik ke kapal sampai turun dari kapal.57

Penyelenggaraan pengangkutan laut dalam negeri dilakukan dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia. Dalam keadaan dan persyaratan tertentu, pemerintah dapat menetapkan penggunaan kapal berbendera asing untuk pengangkutan laut dalam negeri yang dioperasikan oleh badan hukum Indonesia (perusahaan pengangkutan laut). Keadaan tertentu adalah belum terpenuhinya kebutuhan ruang kapal bagi pengangkutan laut dalam negeri dan jika dalam kurun waktu tertentu ruang kapal sudah terpenuhi, pengangkutan laut dalam negeri dilaksanakan oleh kapal berbendera Indonesia. Untuk mengatasi keadaan demikian, pemerintah dapat memberikan kelonggaran syarat bendera (dispensasi) penggunaan kapal asing yang dioperasikan secara nyata oleh badan hukum Indonesia (perusahaan pengangkutan laut).58

56

Pasal 468 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia

57

Pasal 522 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia.

58

Untuk tindakan penyelamatan, nakhoda atau pemimpin kapal berhak menyimpang dari rute yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan yang diperlukan. Tugas nakhoda adalah membawa kapal dari tempat tolak ke tempat tujuan dengan aman dan selamat. Dalam hal dijumpai keadaan yang mungkin membahayakan keselamatan berlayar, nakhoda dapat menyimpang dari rute dan/atau garis haluan yang telah ditetapkan walaupun tindakan tersebut akan menambah biaya operasional dan lama perjalanan. Karena nakhoda bertindak atas nama pengangkut, maka semua biaya yang timbul dan tindakan penyelamatan tersebut menjadi beban tanggung jawab pengangkut.59

Mengenai pembatalan pemberangkatan kapal, tidak ada pengaturan yang tegas dalam Undang-Undang Pelayaran Indonesia. Namun, pada dokumen pengangkutan dapat dicantumkan kewajiban pengangkut untuk mengembalikan biaya pengangkutan yang sudah dibayar lunas lebih dahulu. Untuk memperoleh pengembalian biaya pengangkutan dari pengangkut, penumpang dan/atau pengirim barang wajib menyerahkan dokumen pengangkutan kepada pengangkut. Penyerahan dokumen itu penting karena berfungsi sebagai bukti bahwa penumpang atau pengirim barang sudah melunasi biaya pengangkutan lebih dahulu. Karena pembatalan pemberangkatan oleh pengangkut, wajarlah jika pengembalian biaya pengangkutan itu disertai dengan penyerahan dokumen sebagai bukti kepada pengangkut.

59

Penyandang cacat dan orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa perlakuan khusus dalam pengangkutan perairan.60 Pelayaran khusus itu dimaksudkan agar mereka juga dapat menikmati pelayanan pengangkutan dengan baik. Pelayanan khusus tersebut dapat berupa penyediaan jalan khusus di pelabuhan dan sarana khusus untuk naik ke atau turun dari kapal, atau penyediaan ruang yang disediakan khusus bagi penempatan kursi roda, atau sarana bantu bagi orang sakit yang pengangkutannya mengharuskan dalam posisi tidur. Yang dimaksud dengan cacat dalam ketentuan ini, misalnya, penumpag yang menggunakan kursi roda karena lumpuh, cacat kaki, dan tunanetra. tidak termasuk dalam pengertian orang sakit dalam ketentuan ini adalah orang yang menderita penyakit menular sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam praktik perjanjian pengangkutan penumpang dengan kapal laut niaga dijumpai beberapa ketentuan yang ditentukan oleh pengangkut secara baku. Penumpang yang ingin menggunakan jasa pengangkutan laut hanya menyetujui ketentuan-ketentuan tersebut (take it or leave it). Karena perjanjian pengangkutan umumnya terjadi secara lisan dan dibuktikan dengan karcis penumpang, maka beberapa ketentuan tersebut tertulis pada karcis penumpang. Pengangkutan penumpang diselenggarakan oleh beberapa perusahaan pengangkutan laut niaga, baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Swasta

60

(BUMS). ketentuan-ketentuan yang tertulis pada karcis penumpng juga bervariasi, tetapi pada pokoknya berisi kewajiban dan hak yang sama.61

Berikut ini dikemukakan beberapa ketentuan yang tertulis pada dokumen pengangkutan (karcis penumpang) yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan laut niaga yang diobservasi:

a. Karcis penumpang dikeluarkan untuk dan atas nama serta hanya dapat digunakan oleh penumpang yang namanya tertera pada karcis dan nama kapal yang tercantum pada karcis.

b. Apabila karena kerusakan kapal keberangkatannya terpaksa ditunda atau keberangkatan kapal dimajukan oleh pengangkut lebih dari 24 jam lamanya, karcis penumpang dapat dikembalikan/ditukar dengan nilai uang yang sama dengan harga karcis yang bersangkutan.

c. Pengembalian karcis karena pembatalan pengangkutan oleh penumpang sebelum kapal berangkat dikenakan potongan 10% dari harga karcis.

d. Pengembalian karcis karena pembatalan pengangkutan oleh penumpang sesudah kapal berangkat dikenakan potongan 25% dari harga karcis.

e. Pengembalian karcis karena pembatalan pengangkutan oleh penumpang sesudah 15 jam kapal berangkat dianggap karcis sudah dipergunakan dan tidak diberikan pengembalian harga karcis.

61

f. Setiap pemutusan perjalanan oleh pemegang karcis tanpa memandang alasan apapun, tidak dapat diberikan pembayaran ganti kerugian atau restitusi karcis. g. Karcis penumpang hanya berlaku untuk satu kali perjalanan seperti yang telah

ditetapkan dalam karcis penumpang.

h. Penumpang yang namanya tertera pada karcis penumpang diasuransikan pada PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Persero)

i. Barang bagasi (personal effects) lebih dari 0.5 m3 atau 50 kg untuk kelas VIP dan kelas ekonomi, kelebihannya dikenakan biaya pengangkutan sesuai dengan tarif yang berlaku.

Ada juga perusahaan pengangkutan laut niaga yang menetapkan ketentuan pembatalan pengangkutan oleh penumpang sebelum dan sesudah kapal berangkat, dikenakan potongan 50% dari harga karcis penumpang.

Menurut ketentuan Undang-Undang Penerbangan Indonesia, perusahaan pengangkutan udara wajib mengangkut orang dan/atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan. Tiket penumpang atau tiket bagasi merupakan tanda bukti telah disepakati perjanjian pengangkutan dan pembayaan biaya pengangkutan.62 Perjanjian pengangkutan yang sudah terjadi itu dibuktikan dengan tiket penumpang atau tiket bagasi. sebagai surat bukti, pada tiket tersebut tertera tanggal pengeluarannya dan tanda tangan pengangkut atau orang yang mewakilinya. Perjanjian sudah terjadi dan mengikat sejak tanggal pengeluarannya

62

itu. Sejak tanggal tersebut, pengirim atau penumpang wajib membayar biaya pengangkutan dan pengangkut wajib melaksanakan pengangkutannya.

Staatsblad Nomor 100 Tahun 1939 tentang Ordonansi Pengangkutan Udara Indonesia memuat ketentuan yang mengatur saat terjadi perjanjian pengangkutan udara, baik barang maupun penumpang. surat muatan udara asli (original airway bill) dibuat oleh pengirim dalam rangkap tiga dan diserahkan bersama dengan barang. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah barang diterimanya. Tanda tangan pengangkut dapat diganti dengan cap, sedangkan tanda tangan pengirim dapat dicetak atau diganti dengan cap.63

Dalam praktiknya, ketika pengirim menyerahkan barang untuk diangkut, surat muatan udara (airway bill) disertakan dengan barang tersebut, isi surat muatan ini diteliti oleh pengangkut, kemudian baru diparaf dan diberi stempel pengangkut bahwa dia telah menerima barang untuk diangkut dan setuju melaksanakan pengangkutan. Karena itu, sejak pengangkut memberi paraf dan stempel, terjadilah perjanjian pengangkutan udara dan mengikat pihak-pihak. Memberi paraf dan stempel diinterpretasikan sama dengan menandatangani. 64

Dalam prakteknya, tidak pernah ada pengiriman barang tanpa surat muatan udara (airway bill). Surat muatan udara adalah dokumen resmi untuk membuktikan bahwa beban tanggung jawab pengangkut tunduk pada Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU) Indonesia dan hak pengangkut untuk meminta surat

63

Pasal 8 Staatsblad Nomor 100 Tahun 1939 tentang Ordonansi Pengangkutan Udara

64

muatan udara serta kewajiban pengirim untuk membuat surat muatan udara. Ternyata, ketentuan mengenai dokumen pengangkutan udara merupakan ketentuan yang bersifat memaksa (dwingend recht).

Pengangkut udara harus memberikan kepada penumpang suatu tiket penumpang. tiket ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dan ini membuktikan bahwa pemegang sudah membayar lunas biaya pengangkutan udara. Seorang penumpang tidak mungkin memiliki tiket penumpang tanpa membayar biaya pengangkutan terlebih dahulu. Dengan demikian, perjanjian pengangkutan udara sudah terjadi dan mengikat sejak tanggal yang tertera dalam tiket itu. Pengangkut udara wajib melaksanakan pengangkutannya.