• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dengan tegas menyebutkan bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Selain itu Pasal 30 ayat (1) huruf a memberikan tugas dan wewenang kepada Kejaksaan untuk melakukan penuntutan di bidang pidana, termasuk tentunya kewenangan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Tumpang tindih kewenangan dalam hal siapa yang berwenang untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi muncul setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Kewenangan Penuntutan dalam Tindak Pidana Korupsi berada dalam dua lembaga yaitu, Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tumpang tindih kewenangan antara sub sistem dalam sistem peradilan pidana tentang siapa yang berwenang melakukan penyidikan pada perkara tindak pidana korupsi setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dimulai dengan rumusan Pasal 26 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,71 yang merumuskan: “Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang Pengadilan terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini.72

Secara gramatikal arti kalimat “berdasarkan hukum acara yang berlaku” tentunya merujuk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, karena selain KUHAP tidak ada lagi hukum acara pidana lain yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut juga berarti bahwa terhadap tindak pidana korupsi, harus

71 Sahuri Lasmadi, Tumpang Tindih Kewenangan Penyidikan Pada Tindak Pidana

Korupsi Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana,

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VGUKRIokIDsJ:online-

journal.unja.ac.id/index.php/jimih/article/download/200/177+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id diakses tanggal 26 Februari 2016 pukul 10.30 wib, hal 3

dilakukan penyidikan berdasarkan Pasal 106 s.d Pasal 136 KUHAP oleh penyidik menurut Pasal 1 angka 1 s.d angka 5, yaitu polisi. Sedangkan penuntutan tindak pidana dilakukan menurut Pasal 137 s.d Pasal 144 KUHAP oleh Penuntut Umum, yaitu jaksa. Ketentuan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang sangat baik dan benar, justru dikaburkan kembali oleh Pasal 27 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dimana untuk tindak pidana yang sulit pembuktiannya, akan dibentuk tim gabungan dibawah koordinasi Jaksa Agung.

Selain Kejaksaan, KPK juga memiliki kewenangan untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Hal tersebut dapat dilihat dalam rumusan Pasal 6 huruf c Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu KPK mempunyai tugas melakukan tindakan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Rumusan pasal ini jelas bahwa KPK juga berwenang melakukan tindakan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.

Undang-undang KPK memberikan batasan terhadap tindak pidana korupsi mana saja yang dapat ditangani oleh KPK. Sebagaimana yag ditegaskan dalam Pasal 11 Undang-Undang KPK bahwa dalam melaksanakan tugasnya, KPK berwenang untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi:

(1) Yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;

(2) Mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat;

Berdasarkan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang KPK apabila suatu tindak pidana korupsi masuk dalam rumusan pasal tersebut, maka KPK yang berwenang melakukan tindakan penuntutan. Namun, dalam beberapa kasus korupsi di Indonesia yang nilai kerugian negara ditafsirkan di atas satu milyar serta melibatkan penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah, penuntutan perkara korupsi tersebut malah ditangani oleh Kejaksaan, bukan KPK.73

Tabel 2. Perbedaan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Kejaksaan Republik Indonesia

No KPK Kejaksaan

1. Bahwa sesuai dengan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka perlu dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi.Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya bersifat

independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.KPK

dibentuk dengan tujuan

meningkatkan daya guna dan hasil

guna terhadap upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi.

Kejaksaan adalah lembaga

pemerintahan yang

melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang berdasarkan undang-undang.

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini utuk melakukan penuntutan dan melaksanakan pentepan hakim.74

73

Rangga Trianggara Paonganan, Kewenangan Penuntutan Komisi Pemberantasan Korupsi Dan Kejaksaan Dalam Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Lex Crimen Vol. II,

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/viewFile/997/810 diakses tanggal 26

No KPK Kejaksaan 2. Komisi Pemberantasan Korupsi

mempunyai tugas:

a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;

b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemeberantasan tindak pidana korupsi;

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

d. Melakukan tindakan-

tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggara pemerintahan negara. KPK berwenang: a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;

b. Menetapkan sistem

pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

d. Melaksanakan dengar

pendapat atau pertemuan dengan instansi yang

berwenang melakukan

pemberntasan tindak pidana korupsi; dan

e. Meminta laporan instansi

terkait mengenai

pencegahan tindak pidana korupsi.

Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan; b. Melaksanakan penetapan

hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,

putusan pidana

pengawasan, dan

keputusan lepas

bersyarat;

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;

e. Melengkapi berkas

perkara tertentu dan

untuk itu dapat

melakukan pemeriksaan

tambahan sebelum

dilimpahkan ke

pengadilan yang dalam pelaksanaannya

dikoordinasikan dengan penyidik.

No KPK Kejaksaan 3. Pasal 11 Undang-undang Nomor 30

Tahun 2002 tentang KPK, memberi

kewenangan kepada KPK

mengatasi perkara tindak pidana korupsi yang sebagai berikut:

a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum;

b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

c. Menyangkut kerugian

negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)

Tidak diatur secara limitatif di

dalam undang-undang

sebagaimana halnya dalam Undnag-undang Nomor 30 Tahun 2002

4. KPK dalam melaksanakan

wewenangnya, berwenang untuk mengambil alih penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh pihak Kejaksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002:

“Dalam melaksanankan wewanag sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang juga mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap palaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan”

Sementara Kejaksaan, Undang- undang hanya memberikan kewenangan untuk menjalin kerja sama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lain. Sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI.

No KPK Kejaksaan 5. Pasal 40 Undang-undang Nomor 30

Tahun 2002, KPK tidak berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penuntutan Perkara Tindak Pidana Korupsi

Kejaksaan dapat mengeluarkan Surat Penghentian Penuntutan Perkara

6. Berdasarkan Pasal 53 Undang- undang Nomor 30 Tahun 2002, perkara tindak pidana korupsi yang penuntutannya dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi hanya dilakukan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.75

Perkara Tindak Pidana Korupsi yang proses penuntutannya dilakukan oleh Kejaksan hanya dilakukan di Pengadilan Umum.76

Meskipun ada dua lembaga yang memiliki kewenangan dalam melakukan penuntutan terhadap perkara tindak pidana korupsi. Diperlukan singkronisasi dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi. Singkronisasi yang bersifat vertikal merupakan langkah awal untuk menangani perkara tindak pidana korupsi,karena dimulai dari tingkat penyidikan, penuntutan sampai pelaksanaan putusan hakim. Masing-masing kedua lembaga tersebut harus mempunyai pandangan yang sama dalam menetapkan pasal.

Dokumen terkait