• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Tinjauan Pustaka

2. Korporasi Sebagai Subjek Hukum

Berbicara mengenai Korporasi, tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang hukum perdata. Sebab korporasi merupakan terminologi yang erat kaitannya dengan badan hukum (rechtpersoon) dan badan hukum itu sendiri merupakan terminologi yang erat kaitannya dengan bidang hukum perdata.41

Konsep “korporasi” pada mulanya dikembangkan pada hukum Romawi, lebih dari seribu tahun yang lalu, tetapi sebegitu jauh hingga abad ke XVIII, tidak mengalami perkembangan.42

Secara etimologi tentang kata korporasi (Belanda: corporatie, Inggris:

corporation, Jerman: korporation) berasal dari kata “corporatio” dalam bahasa

Latin. Seperti halnya kata-kata lain yang berakhir dengan “tio”, maka corporatio

sebagai kata benda, berasal dari kata corporare yang berasal dari kata “corpus

(Indonesia: badan), yang berarti memberikan badan atau membadankan. Dengan demikian, corporatio itu berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan lain perkataan badan yang dijadikan orang, badan yang diperoleh dengan perbuatan manusia, yang terjadi menurut alam.43

Saat ini sebutan korporasi terus berkembang dan banyak ditemui dan tersebar dalam berbagai buku karangan, Bahkan dalam beberapa ketentuan aturan hukum yang dikeluarkan pemerintah juga telah dicantumkan kata-kata korporasi44, misalnya dalam Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Undang-Undang No 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang

41

Muladi dan Dwija Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Kencana Prenada Media Grup: Bandung,2009, hal. 23.

42Edi Yunara, Korupsi...., op.cit., hal. 9 43Ibid.

No 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang- Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas, serta berbagai aturan hukum lainnya.

Pengertian korporasi menurut Black’s Law Dictionary, yaitu:

An Entity (usually a bussiness) having authority under law to act as a single person distinct from the shareholders who own it and having rights to issue stock and exist indefinitely, a groupor succession of person established in accordance with legal rules into a legal or juristic persons who make it up, exist indefinitely apart from them, and has the legal powers that is constitution give it”45

Berdasarkan perngertian korporasi menurut Black’s Law Dictionary, maka penulis menerjemahkan sebagai berikut: Korporasi adalah sebuah badan yang menurut hukum berwenang untuk bertindak sebagai perseorangan dari para pemilik saham dan memiliki hak untuk mengeluarkannya tanpa terbatas, sebuah badan atau perorangan yang ditetapkan sesuai dengan aturan hukum dan memiliki kekuatan hukum.

Sehubungan dengan itu, berikut ini dapat dikemukakan pengertian korporasi yang dikemukakan oleh beberapa sarjana:46

1. Utrecht menyatakan bahwa badan hukum (korporasi) adalah badan yang menurut hukum berwenang menjadi pendukung hak, atau setiap pendukung hak yang tidak berjiwa..

2. Rachmat Soemitro: Badan hukum (korporasi) adalah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak, serta berkewajiban seperti orang pribadi.

3. Wirjono Prodjodikoro: Badan hukum (korporasi) adalah badan yang di samping manusia perseorangan juga dapat dianggap bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban, dan berhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.

Berdasarkan pada pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa korporasi merupakan badan hukum. Badan hukum dianggap subjek hukum

45Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary, Nirth Edition, St Paul Minim West Publishing,

dikarenakan dianggap sebagai orang yang dapat menjalankan segala tindakan hukum dengan segala resiko yang timbul sehingga badan hukum tersebut dapat menuntut sebagai subjek hukum maupun dituntut oleh subjek hukum lainnya dimuka pengadilan.

Menurut David J.R, secara umum korporasi memiliki 5 (lima) ciri penting yaitu:47

1. Merupakan subjek hukum “buatan” yang memiliki kedudukan hukum

khusus;

2. Memiliki jangka waktu hidup tak terbatas;

3. Memperoleh kekuasaan (dari negara) untuk melakukan kegiatan bisnis tertentu;

4. Dimiliki oleh pemegang saham/modal/aset;

5. Tanggung jawab pemegang saham terhadap kerugian korporasi biasanya sebatas saham yang dimiliki.

Bertitik tolak dari pandangan hukum perdata yang mengenal adanya dua macam subjek hukum dalam lalu-lintas hukum, tidaklah demikian dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang hanya mengenal orang perseorangan sebagai subjek hukum pidana. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, baik dalam hukum pidana khusus pengaturan korporasi sebagai subjek hukum pidana, sudah dikenal dalam peraturan perundang-undangan. Undang-undang Drt. No.7 tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi, sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 15 Undang-undang Drt. No 7 Tahun 1955 tersebut menyatakan:

“jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu perikatan orang atau yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan baik terhadap badan hukum perseroan, perserikatan atau yayasan

47Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi & Tax Amnesty Dalam

itu baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana ekonomi itu atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu maupun terhadap kedua-duanya.”

Dengan demikian, korporasi sebagai subjek hukum pidana di Indonesia hanya ditemukan dalam peraturan perundang-undangan khusus di luar KUHP, yang merupakan pelengkap KUHP, sebab untuk hukum pidana umum atau KUHAP itu sendiri masih menganut subjek hukum pidana secara umum yaitu manusia.48

Dalam perkembangan hukum pidana khususnya bidang korupsi sudah menetapkan korporasi sebagai subjek hukum disamping orang. Hal ini terlihat dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan bahwa “setiap orang adalah orang perorangan atau termasuk korporasi”

Jika yang dimaksudkan orang perorangan itu termasuk korporasi, maka secara hipotesis bahwa setiap korporasi yang melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dapat dipidana sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Pemeberantasan Tindak Pidana Korupsi (UUPTPK).49

Meskipun Korporasi telah ditentukan sebagai subjek hukum dalam berbagai ketentuan pidana khusus tetapi penegakan hukum terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi masih sangat sulit dilaksanakan. Dalam delik korupsi terlihat banyak kesulitan untuk menjadikan korporasi sebagai subjek

hukum karena sulit membuktikan adanya kesalahan terutama dalam bentuk “sengaja” suatu korupsi.

Tentulah tidak semua dalam delik korupsi menempatkan korporasi sebagai subjek. Semua rumusan delik yang subjeknya mempunyai kualitas tertentu sebagai “pegawai negeri atau pejabat” tidak mungkin korporasi menjadi subjek delik. Dengan ditetapkannya korporasi sebagai subjek hukum, juga mendapat tanggapan dari ahli hukum Muladi yang mengatakan bahwa dengan diterimanya korporasi sebagai subjek hukum tindak pidana, hal ini menimbulkan permasalahan dalam hukum pidana di Indonesia, khususnya menyangkut masalah pertanggungjawaban korporasi.50

Masalah pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana korupsi adalah segi lain dari subjek tindak pidana korupsi. Pemahaman terhadap masalah subjek tindak pidana korupsi dapat meliputi dua hal, yaitu: Pertama, siapa yang melakukan tindak pidana (si pembuat). Kedua, siapa yang dapat dipertanggungjawabkan.51

Dokumen terkait