• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

B. Dasar Hukum Kiblat

Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, ketika shalat tidak ada ketentuan Allah yang mewajibkan menghadap kiblat, Nabi sendiri menurut ijtihadnya, ketika shalat selalu menghadap Baitul Maqdis, karena kedudukan Baitul Maqdis

11Luluk Choiriyah, “Uji Akurasi Arah Kiblat Mesjid-Mesjid di Desa Sayutan Parang Magetan”, skripsi. (2017), h. 21-22.

17

masih dianggap sebagai paling istimewa, karena kedudukan Baitullah saat itu masih dikotori oleh ratusan berhala yang mengelilinginya, ketika setelah Rasulullah hijrah ke Madinah beliau selalu menghadap Baitul Maqdis, dan selama 16 atau 17 bulan hijrah di Madinah setelah itu kerinduannya berpuncak menghadap Batullah yang dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang kafir Mekkah, lalu turunlah firman Allah memerintahkan berbalik ke Masjidil Haram yang telah dinanti-nanti Rasulullah Saw.12 Maka diturunkanlah firman Allah Swt. Q.S

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.13

Penjelasan diatas mengenai mengenai arah kiblat dapat disimpulkan bahwasanya menghadap kiblat adalah wajib, khususnya untuk orang muslim saat Melaksanakan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, dan menghadap kiblat juga diwajibkan tatkala melaksanakan tawaf, yakni menempatkan Ka’bah

12H. Muctar Zarkasyi, ‘Pedoman Penentuan Arah Kiblat’ (Jakarta, 1985), h. 1.

13Kementerian Agama RI,Al-Qu’an dan Terjemahan (Bandung:CV.Mikraj Khazanah Ilmu,2012), h. 12.

selalu berada di bagian kiri tubuh.14

Secara konseptual di dalam Al-Qur‟an membahas tentang arah kiblat diantaranya pada Q.S al-Baqarah/2:150.

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk”.15

Penjelasan dalam surah al-Bakarah ayat 150, yang membahas tentang arah kiblat dapat ditarik sebuah kesimpulan yang mana dalam hal ini Allah memerintahkan umatnya terkhusus umat muslim untuk menghadap ke arah Ka’bah (kiblat) ketika melaksanakan ibadah shalat, baik yang melihat bangunan Ka’bah secara langsung maupun tidak langsung.

Berbicara mengenai arah kiblat merupakan sebuah persoalan wajib atau tidaknya seorang umat Islam pada saat melaksanakan ibadah shalat, oleh karna itu umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat diwajibkan mengarahkan pandangannya kebaitullah.16

14Mu. Ma‟rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar Arah Kibat Dan Tata Cara Pengukurannya (Cet.I; Solo: Tinta Media, 2011), h. 92.

15Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 13.

16Muh Yusfiar, Mahyuddin Latuconsina, “Akurasih Arah Kiblat Masjid Muhammadiyah

19

Para ulama telah membuat consensus (ijma‟) yang menetapkan Ka’bah sebagai arah atau kiblat bagi seluruh umat Islam dalam melaksanakan ritual ibadah shalat, dengan berdasarkan firman Allah Swt dan sabda Rasulullah Saw.17 Dalam al-Qur‟an banyak ayat menjelaskan mengenai dasar hukum menghadap kiblat antara lain:

1. Hukum kiblat dalam Al-Qur‟an a) Q.S al-Baqarah/2:144

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.18

17Desi Ambarwati, “Pandangan Ormas NU dan Muhammadiyah Terhadap pengukuran Ulang Arah Kiblat Masjid Agung Suakarta”, Skripsi, (2019), h. 21.

18Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 12.

Terjemahnya:

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.19

“Allah telah menjadikan Ka„bah rumah suci tempat manusia berkumpul.

Demikian pula bulan haram, hadyu dan qala'id. Yang demikian itu agar

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku

19Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 12.

20Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 63.

21

sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk”.21 2. Hukum kiblat yang berupa hadits

Selain dalam al-Qur‟an, dalam hadits Rasulullah SAW, juga membahas arah kiblat diantaranya yaitu:

a. Shahih Bukhari nomor Hadis 383

اَ جْع ً عَ لب لَ ٍءب ط عَ ٍْ عٍَحْٚ ش خَ ٍْباَب َ ش بْخ أَ قا ص شناَ ذْب عَب ُ ث ذ حَ لب لَ ٍشَْ ََ ٍْبَ قب حْع إَب ُ ث ذ ح

menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari 'Atha' berkata, aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata, "Ketika Nabi

masuk ke dalam Ka'bah, beliau berdoa di seluruh sisinya dan tidak melakukan shalat hingga beliau keluar darinya. Beliau kemudian shalat dua rakaat dengan memandang Ka'bah lalu bersabda, "Inilah kiblat."22

b. Shahih Bukhari nomor hadis 385

َ ث ذ حَ لب لَ الََّ ذْب عَٙ ب أَ ٍْبَ وب ش َْب ُ ث ذ حَ لب لَ ىٛ ْا شْب إَ ٍْبَ ى هْغ يَب ُ ث ذ ح

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abu 'abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Rasulullah

shalat di atas tunggangannya menghadap kemana arah tunggangannya menghadap. Jika beliau hendak melaksanakan shalat yang fardlu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat.".23

21Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 13.

22Muhammad Zuhri, Shahih Sunnah Bukhari (Cet I; Semarang: Toha Putra, 1986), h.

182.

23Muhammad Zuhri, Shahih Sunnah Bukhari, h. 183.

c. Abu Daud nomor Hadis 881

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Hammad dari Tsabit dan Humaid dari Anas bahwa Nabi

dan para sahabatnya shalat menghadap ke arah Baitulmaqdis, ketika turun ayat,

"Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya." (QS. Al-Baqarah; 144), lalu seorang laki-laki dari Bani Salamah lewat dan berseru kepada kaumnya ketika mereka sedang rukuk dalam shalat dengan menghadap Baitulmaqdis,

"Ketahuilah, bahwa kiblat telah di alihkan ke Ka'bah -ia berseru dua kali- akhirnya mereka beralih ke Ka'bah dalam posisi rukuk.".24

Dokumen terkait