• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKURASI ARAH KIBLAT MESJID MENGGUNAKAN METODE BAYANG-BAYANG MATAHARI DI KELURAHAN ROMANG POLONG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI AKURASI ARAH KIBLAT MESJID MENGGUNAKAN METODE BAYANG-BAYANG MATAHARI DI KELURAHAN ROMANG POLONG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

UJI AKURASI ARAH KIBLAT MESJID MENGGUNAKAN METODE BAYANG-BAYANG MATAHARI DI KELURAHAN ROMANG

POLONG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Jurusan Ilmu Falak

Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh:

TAUFIQ NIM: 10900117032

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah senantiasa memberikan segala nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini berupa skripsi yang berjudul “Uji Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Bayang-Bayang Matahari di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa” yang menjadi salah satu syarat dalam proses menyelesaikan pendidikan tingkat starata satu di UIN Alauddin Makassar.

Salam serta shalawat juga tak lupa peneliti ucapkan kepada kekasih Allah Swt. yaitu Rasulullah Saw. yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah menujuh ke alam berperadaban seperti saat ini.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menemukan berbagai hambatan dan juga kendala, namun karena pertolongan dan motivasi serta dukungan berbagai pihak, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan peneliti yaitu Ayahanda Saipullah Dg. Tanjeng dan Ibunda Syamsiyah Dg. Ngintang terima kasih untuk kasih sayang, dukungan, dorongan, perhatian, dan do‟a-do‟a yang begitu tulus dipanjatkan, serta perjuangannya agar peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik. Dan ucapan terimakasih kepada ketiga saudaraku yaitu Ilham, Muh.

(5)

ii

Rifat dan Muh. Yahya yang senantiasa memberikan semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan studi.

Terimakasih juga kepada om dan tante, yang saya kagumi dan saya sayang, Om Muh. Rizal, Irfan, Dg. Rurung, Nasir Dg. Tayang, tante Dg. Jeba, dan tante Isah Dg. Tanning atas dukungan, dan perhatiannya yang tulus kepada peneliti.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar.

2. Dr. H. Muammar Muhammad Bakry, Lc., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan dan seluruh Staf Lingkup Fakultas Syariah dan Hukum.

3. Dr. Hj Rahmatiah HL, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, dan Muhammad Anis,S.Ag., M.H, sekaligus pembimbing I dan II skripsi penulis, yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, arahan, dan dukungan kepada penulis selama menjalani masa studi.

4. Dr. Fatmawati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu Falak, yang telah banyak memberikan arahan, dukungan dan motivasi kepada penulis

5. Dr. H. Muhammad Saleh Ridwan,M.Ag. dan Dr. Zulhasári Mustafa, M.Ag selaku penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Alimuddin, S. Ag.M.Ag. selaku Dosen Penasehat Akademik Peneliti yang telah banyak memberi motivasi dan arahan selama proses perkuliahan.

7. Dr. Rahma Amir, M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Falak yang selalu memberikan bantuan untuk pengurusan administrasi.

8. Irfan, S.Ag,. M.Ag. yang selalu memberikan arahan dan masukan demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Dr. Muh. Rasywan Syarif, M.Si. dan Abbas Padil, M.M. yang telah memberikan ilmu yang luar biasa kepada penulis.

10. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Falak yang telah memberi arahan dan motivasi kepada penulis memberikan pelayanan dalam penyelesaian studi penulis.

11. Kepada Kakak Saya, Muh. Ilham yang menjadi motivator untuk

(6)

iii

menyelesaikan perkuliahan dengan cepat.

12. Teruntuk Ardi Ansyar dan Muhammad Fajri yang tidak pernah bosan menemani penelitian dalam proses penyelesaian perkuliahan.

13. Kepada kakanda Salim yang selalu memberi motivasi dan membatu dalam penulisan dalam proses penyelesaian perkuliahan

14. Kepada kakandan-Kakanda Ilmu Falak angkatan 2016 terkhusus, Page, Muh. Taufiqurrahman, Khaidir, Nur Qalbi, Fatur S.H dan Sadri Saputra S.H, yang telah membantu peneliti proses penyelesaian skripsi baik itu dari segi finansial maupun moral.

15. Kepada teman-teman Ilmu Falak angkatan 2017 terkhusus, Muhammad Fajri, A. Ahmad Mallarangeng, Muhammad Fadhil, Adriansyah, Milnia Dewi, dan Andrian Renaldi yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian skripsi baik itu dari segi finansial maupun moral dan semuanya yang penulis anggap sama namun tidak bisa disebutkan satu persatu.

16. Kepada teman-teman KKN-DK di Kecamatan Camba-Cenrana, Andi Ahmad Malarangeng, Ardi Ansyar, Mufli, Atri, Mifta, Ainun, Fitrah Ainil Qalby, Jusmi, Aulia, dan Lini terima kasih untuk segala supportnya dan dukungannya. Dan banyak lagi nama yang peneliti tidak sempat tuliskan satu persatu. Terima kasih atas segalanya semoga langkah kita senantiasa di Ridhoi oleh Allah Swt, dan semoga kita dapat dipertemukan kembali dilain kesempatan, Aamiin.

Ucapan terimakasih yang peneliti sampaikan tidaklah sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan. Dan peneliti sendiri menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu peneliti berharap saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Romang Polong, Juni 2021

Penulis,

Taufiq

NIM: 10900117032

(7)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

PEDOMAN LITERASI ... iv

ABSTRAK ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Fokus penelitian ... 7

D. Kajian pustaka ... 8

E. Tujuan dan kegunaan penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 13

A. Pengertian Arah kiblat ... 13

B. Dasar Hukum Kiblat ... 16

C. Pandangan Empat Imam Mazhab Tentang Menghadap Kiblat ... 22

D. Sejarah Kiblat... 26

E. Bayang-Bayang Matahari ... 28

F. Hisab Arah Kiblat Kabupaten Gowa ... 30

G. Instrument Penentuan Arah Kiblat... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 48

(8)

v

B. Pendekatan Penelitian ... 49

C. Suber Data ... 49

D. Metode pengumpulan data ... 49

E. Instrument penelitian ... 51

F. Teknik pengelolaan dan Analisis Data ... 51

BAB IV UJI AKURASI ARAH KIBLAT MASJID MENGGUNAKAN METODE BAYANG-BAYANG MATAHARI DI KELURAHAN ROMANG POLONG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA ... 53

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

B. Teknik Penentuan Arah Kiblat Pada Masjid Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 54

C. Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Bayang-Bayan Kiblat Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 59

D. Selisih Keakuratan Arah Kiblat Masjid di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 76

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Implikasi penelitian ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 83

(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 59 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 60 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 61 Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yakin

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 62 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Alhafid Menggunakan

Tongkat Istiwa‟ ... 63 Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 64 Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Busur Kiblat ... 65 Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Busur Kiblat ... 66 Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Busur Kiblat ... 67 Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Busur Kiblat ... 68 Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid Menggunakan

Busur Kiblat ... 69 Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

(10)

vii

Menggunakan Busur Kiblat ... 70 Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Qiblat Tracker ... 71 Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Qiblat Tracker ... 72 Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Qiblat Tracker ... 73 Tabel 4.16 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Qiblat Tracker ... 74 Tabel 4.17 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid Menggunakan

Qiblat Tracker ... 75 Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

Menggunakan Qiblat Tracker ... 76 Tabel 4.19 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid ... 77

(11)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Gowa ... 53 Gambar4.2 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 60 Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 61 Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 61 Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 63 Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 64 Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 65 Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Busur Kiblat ... 66 Gambar 4.9 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Busur Kiblat ... 67 Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Busur Kiblat ... 68 Gambar 4.11 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Busur Kiblat ... 69 Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid

Menggunakan Busur Kiblat ... 70 Gambar 4.13 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

Menggunakan Busur Kiblat ... 71

(12)

ix

Gambar 4.14 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis Menggunakan Qiblat Tracker ... 72 Gambar 4.15 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi

Menggunakan Qiblat Tracker ... 73 Gambar 4.16 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Qiblat Tracker ... 74 Gambar 4.17 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Qiblat Tracker ... 75 Gambar 4.18 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid

Menggunakan Qiblat Tracker ... 76 Gambar 4.19 Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin

Menggunakan Qiblat Tracker ... 77 Gambar 4.20 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 83 Gambar 4.21 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Busur Kiblat ... 83 Gambar 4.22 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nur Muslimin Azis

Menggunakan Qiblat Tracker ... 84 Gambar 4.23 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi Menggunakan

Tongkat Istiwa‟ ... 84 Gambar 4.24 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi Menggunakan

Busur Kiblat ... 85 Gambar 4.25 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Ulul Azmi Menggunakan

Qiblat Tracker ... 85 Gambar 4.26 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah

Menggunakan Tongkat Istiwa‟ ... 86

(13)

x

Gambar 4.27 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah Menggunakan Busur Kiblat ... 86 Gambar 4.28 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Khaira Ummah Menggunakan

Qiblat Tracker ... 87 Gambar 4.29 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien

Menggunakan Tongkat Istiwa‟87

Gambar 4.30 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien Menggunakan Busur Kiblat ... 88 Gambar 4.31 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Nurul Yaqien Menggunakan Qiblat

Tracker ... 88 Gambar 4.32 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid Menggunakan Tongkat

Istiwa‟ ... 89 Gambar 4.33 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid Menggunakan Busur

Kiblat ... 89 Gambar 4.34 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Al-hafid Menggunakan Qiblat

Tracker ... 90 Gambar 4.35 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin Menggunakan Tongkat

Istiwa‟ ... 90 Gambar 4.36 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin Menggunakan Busur Kiblat ... 91 Gambar 4.37 Pengukuran Arah Kiblat Masjid Mujahidin Menggunakan Qiblat

Tracker ... 91 Gambar 4.38 Wawancara Bersama Imam Masjid Lingkungan Garaganti .... 92 Gambar 4.39 Wawancara Bersama Tokoh Masyarakat Lingkungan Garaganti ...

... 92

(14)

xi

Gambar 4.40 Wawancara Bersama Imam Masjid Lingkungan Romang Polong ... 93

Gambar 4.41 Wawancara Bersama Imam Masjid Lingkungan Garaganti .... 93

Gambar 4.42 Wawancara Bersama Imam Masjid Lingkungan Romang Polong ... 94

Gambar 4.43 Wawancara Bersama Imam Masjid Lingkungan Romang Polong ... 94

(15)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif A tidak dilambangkan

ب Ba B Bc

ت Ta T Tc

ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح ḥa ḥ ha (dengan titik di

bawah)

خ Kha K ka dan ha

د Dal D De

ذ Zal Z zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

(16)

xiii

س Sin S Es

ش Syin S es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di

bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di

bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di

bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع „ain „ apostrof terbalik

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

(17)

xiv

ن Nun N En

و Wau W We

ھ Ha Y Ha

ء hamzah „ Apostrof

ى Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda („).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا Fathah A A

َ ا Kasrah I I

َ ا ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

(18)

xv

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gambar huruf, yaitu :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ٖ fatḥah dan yā’ ai a dan i

َ ٔ fatḥah dan wau au a dan u

Contoh:

َ فْٛ ك: kaifa

َ ل ْٕ ْ: haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

...ٖ ََ|ا ... Fathah dan alif atau ya’ A a dan garis di atas

ٖ Kasrah dan ya’ I i dan garis di atas

َ ٔ Dammah dan wau U u dan garis di

atas

Contoh

َ ثب ي: mata

ٗ ي س : rama َ

َْمْٛ ل : qila َ

(19)

xvi

َ ث ْٕ ً ٚ : yamutu َ 4. Tā’ marbūṫah

Transliterasi untuk tā‟ marbūṫah ada dua, yaitu: tā‟ marbūṫah yang hidup Ta‟marbutah yang hidup (berharakat fathah, kasrah atau dammah) dilambangkan dengan huruf "t". ta‟marbutah yang mati (tidak berharakat) dilambangkan dengan

"h".

Contoh:

َ لَ فْط لأْاَ ت ض ٔ س : raudal al-at fal َ

َ ت ه ضَب فنْاَ ت َُْٚ ذ ًْن ا : al-madinah al-fadilah َ ت ًْك حْن ا : al-hikmah

5. Syaddah (Tasydid)

Tanda Syaddah atau tasydid dalam bahasa Arab, dalam transliterasinya dilambangkan menjadi huruf ganda, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut.

Contoh:

َ ب س

ب ُ : rabbana ب ُْٛ د َ: najjainah 6. Kata Sandang

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyi huruf yang ada setelah kata sandang. Huruf "l" (ل) diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut.

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan

(20)

xvii sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

َ ت ف غْه فْن ا: al-falsafah

َ د لا بْن ا: al-biladu 7. Hamzah

Dinyatakan di depan pada Daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrop. Namun, itu apabila hamzah terletak di tengah dan akhir kata. Apabila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

1. Hamzah di awal

َ ث ْش ي أ : umirtu َ 2. Hamzah tengah

َ ٌ ْٔ ش يْأ ح: ta’ muruna 3. Hamzah akhir

َ ءْٙ ش: syai’un

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Pada dasarnya setiap kata, baik fi„il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasinya penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara; bisa terpisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.

Contoh:

(21)

xviii Fil Zilal al-Qur’an

Al-Sunnah qabl al-tadwin 9. Lafz al-Jalalah (هلالَّ )

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilahi (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ

َ الََّ ٍْٚ د Dinulla ب بٓه نا billah

Adapun ta‟ marbutah di akhir kata yang di sandarkan kepada lafz al-jalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

ْمُھ هالَّل ِةَمْح َر ْيِفHum fi rahmatillah

10. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf kapital dipakai. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD. Di antaranya, huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal dan nama diri. Apabila nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal dari nama diri tersebut, bukan huruf awal dari kata sandang.

Contoh: Syahru ramadan al-lazi unzila fih al-Qur’an

Wa ma Muhammadun illa rasul

(22)

xix B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subhānahū wa ta„ālā

saw. = sallallāhu ‘alaihi wa sallam as. = ‘alaihi al-salām

H = Hijrah M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l.= Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w.= Wafat tahun

QS .../...:4= QS al-Baqarah/2:4 atau QS Ali „Imrān/3:4 HR= Hadis Riwayat

(23)

xx ABSTRAK Nama : Taufiq

Nim : 10900117032

Judul : Uji Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Bayang-Bayang Matahari di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

Pokok permasalahan Skripsi ini adalah bagaimana Uji Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Bayang-Bayang Matahari di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, dengan sub masalah sebagai berikut: 1) Bagaimna teknik penentuan arah kiblat masjid dikelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa? 2) Bagaimana Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Byang-Bayang Matahari di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa? 3) Bagaimana Selisih Keakuratan Arah Kiblat Masjid Menggunakan Bayang-Bayang Matahari di Keluraharan Romang Polong Kecamtan Somba Opu Kabupaten Gowa?

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif deskriptif, pendekatan syar‟i dan sosiologis. Sumber data primer berupa; wawancara, observasi dan data sekunder diperoleh dari data kepustakaan.

Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data dan analisis data berupa; reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi serta kesimpulan akhir.

Hasil penelitian yaitu: 1) Metode pengukururan arah kiblat masjid yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa diantaranya 4 (empat) masjid menggunakan kompas dan bahkan sebagian masjid menggunakan perkiraan dan keyakinan. 2) Hasil pengukuran arah kiblat masjid di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa yaitu masjid (Nur Muslimi Azis melenceng 22°, Ulul Azmi melenceng 20°, Khaira Ummah melenceng 3°, Nurul Yaqien melenceng 1°, Al-hafid melenceng 3°, Mujahidin melenceng 6°). 3) Selisih keakuratan arah kiblat masjid Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. penentuan arah kiblat masjid yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yakni metode tongkat istiwa‟, kiblat tracker dan busur kiblat, dari keseluruhan masjid yang telah diteliti menunjukkan hasil yang tidak akurat atau melenceng dari arah kiblat yang sebenarnya.

Implikasi dari penelitian ini yakni, masyarakat Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa perlu melakukan pengukuran ulang arah kiblat masjid dengan menggunakan alat yang tingkat keakurasiannya tinggi dan diharapkan dari instansi yang terlibat melakakukan verifikasi arah kiblat masjid agar kiranya melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang arah kiblat yang sesungguhnya agar dapat dipahami secara baik.

Kata Kunci: Uji Akurasi, Arah Kiblat, Metode Bayang-Bayang Matahari.

(24)

BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang

Arah didefinisiksan sebagai jurusan karena memiliki tujuan untuk menentukan acuan tertentu. Arah biasanya digunakan dalam menujukkan tempat atau lokasi sehingga dapat diketahui seberapa jauh jarak yang ditujukan atau arah juga bisa dikatakan menghubungkan suatu titik dengan titik yang lain. Dalam umat Islam arah kiblat dapat ditentukan dari setiap tempat dipermukaan bumi dengan melakukan hisab dan observasi langsung ke lapangan.1

Ka’bah merupakan arah yang dituju umat Muslim dalam melakukan peribadatan, dan yang mana ka‟bah adalah tempat bangunan suci yang terletak di kota Madina. Sedangkan kiblat adalah arah yang ditujukan umat Islam dalam melaksanakan shalat.

Jika ditinjau dari segi bahasa, kiblat bermakna hadapan dan juga dapat berarti pusat pandangan, menurut Warson Munawir, secara etimologis kata kiblat sama dengan “arah menghadap” yang dalam bahasa Arab disebut jihat atau syathrah.2 Berdasarkan pendapat diatas kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian arah kiblat adalah arah yang merupakan kewajiban dan syarat sahnya shalat untuk umat Islam dalam melaksanakan shalat atau ibadah lainya. Dalam melaksanakan peribadatan umat Islam yang paling penting untuk di ingat adalah apakah arah bangunan tersebut sudah mengarah kepada arah yang tepat, dalam hal

1 Rahmatiah HL, “Pengaruh Human Eror Terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Dan Kuburan Di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan”, Jurnal: Elfalaki, vol.4 no. 2 (2020), h.

171. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index,php/hisabuna/article/view/18069. (accessed 20 May 2021).

2 Ahmad Izzuddin, Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya: jurnal (2010), h. 760.

(25)

2

ini arah kiblat atau belum. Karena menghadap kiblat adalah suatu kewajiban yang harus di tunaikan bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah, hal ini juga dikarenakan menghadap kiblat merupakan syarat sahnya ibadah. Menurut hukum syariat, menghadap kiblat diartikan seluruh tubuh atau badang seseorang menghadap ke Ka’bah yang terletak di Mekkah yang merupakan pusat tumpuan umat Islam bagi kesempurnaan ibadah.

Arah kiblat adalah suatu keharusan (syarat) untuk sah dan berkualiatasnya shalat seorang Muslim, kiblat (al-qiblah) secara bahasa bermakna menghadap atau berhadapan (al-muqabalah).3 Sebagi umat Muslim wajib baginya untuk mengetahui 5 rukun Islam. Dimana rukun Islam Merupakan tuntunan bagi umat yang beragama Islam. rukun Islam inilah yang menjadi petunjuk dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.4

Kesepakatan ulama mengenai orang-orang yang mampu melihat dan dekat dari Ka’bah (di luar batas haram) maka ia wajib mengadap ke bangunan Ka’bah („ain al-Ka’bah) ketika shalat, hal ini dijelaskan dalam firman Allah Q.S al- Bakarah /02:150 “dan dimna saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu kearahnya (Ka’bah)”.5 Namun ulama hanafiah mengatakan, menghadap ke bangunan Ka’bah adalah yang terbaik dalam melaksanakan shalat, yaitu dengan mengusahakannya melalui penelitian dan ijtihad, berdasarkan firman Allah Q.S al-Baqarah/02:150: "maka palingkanlah wajahmu kearah masjidilharam. Dan

3Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih (Cet.

I; Depok: Rajawali Pers 2018), h. 47.

4Hikmatul Adhiyah Syam, Subehan Khaalik Umar, “Harmonisasi Istrumen Arah Kiblat,”

Hisabuna: Ilmu Falak, vol. 1 no. 1 (2020), h. 130. http://jurnal.uin- alauddin.ac.id/index.php/hisabuna/article/view/13114. (accessed 2020 May 2021).

5Awin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih. h. 49.

(26)

dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu kearahnya”.6

Penjelasan diatas, meskipun secara tidak langsung melihat bangunan Ka’bah atau jauh dari bangunan tersebut umat Islam tetap wajib mengadap ke arah Ka’bah ketika melaksanakan ibadah seperti halnya orang yang berada dekat dengan Kha’bah. Untuk mengetahui letak Ka’bah disetiap titik permukaan bumi yaitu dengan melakukan pengukuran arah kiblat di lapangan. Adapun salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran arah kiblat yaitu dengan memanfatkan cahaya matahari pada saat penentuan qiblat. Selain memanfaatkan cahaya matahari dalam penelitian ini juga menggunakan alat untuk penentuan arah kiblat di lapangan seperti google eard, tongkat istiwa, busur derajat dan lain sebagainya.

Masah Rasulullah Saw sebelum hijrah, arah kiblat pada saat itu menghadap ke baitul maqdis. Ketika turun firman Allah yang memerintahkan Nabi untuk berpaling ke Ka’bah, saat itu pemindahan arah kiblat dari baitul maqdis ke ka‟bah menimbulkan kehebohan baik dikalangan umat Islam, terlebihlagi orang kafir Quraisy dan Yahudi.7 Hal ini di jelaskan dalam Q.S. al- Baqarah/2: 144

َكِهْج َو َبُّلَقَت ى ٰرَن ْدَق ﴿ ۗ ِما َرَحْلا ِد ِجْسَمْلا َرْطَش َكَهْج َو ِّل َوَف ۖ اَهى ٰض ْرَت ًةَلْبِق َكهنَيِّل َوُنَلَف ِِۚءۤاَمهسلا ىِف

ُّقَحْلا ُههنَا َن ْوُمَلْعَيَل َبٰتِكْلا اوُت ْوُا َنْيِذهلا هنِا َو ۗ ٗه َرْطَش ْمُكَھ ْوُج ُو ا ْوُّل َوَف ْمُتْنُك اَم ُثْيَح َو ۗ ْمِهِّب هر ْنِم

َم َو َن ْوُلَمْعَي اهمَع ٍلِفاَغِب ُ هالَّل ا ٤١١

Terjemahnya:

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah kelangit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu kea rah Masdilharam, dan di mana saja engkau

6Awin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih, h. 50.

7Acbman Mulyadi, Akurasi Arah Kiblat Mesjid-Mesjid di Kabupaten Pemakasan: Jurnal, 10. No. 1 (2013), h. 73.

(27)

4

berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.8

Surah al-Baqarah ayat 144 di atas menjelaskan bahwa setiap umat muslim dimanapun ia berada ketika melaksanakan ibadah atau sholat wajib banginya menghadapkan wajahnya ke arah kiblat atau mekkah dengan ajaran Nabi Muhammad Saw. Dalam agama Islam yang mengharuskan menghadap ke Ka’bah saat ibadah salah satunya adalah sholat, dan seseorang akan dikatakan menghadap ke arah kiblat ketika seluruh anggota tubuh menghadap ke arah Ka’bah yang berada di kota mekkah tepatnya di Masjidil Haram yang menjadi pusat tumpuan untuk umat Islam menunaikan ibadah tertentu seperti menunaikan shalat dan ibadah haji.

Dalam hal ini untuk mengetahui arah kiblat dapat dilakukan dengan cara meneliti di lapangan dan paham dalam perhitungan serta penentuan akurasi arah kiblat dengan menggunakan metode bayang-bayang matahari. Seiring perkembangan teknologi pengukuran arah kiblat dapat dengan mudah ditentukan, dalam hal ini dapat dilihat berdasarkan perkembangan instrumen ilmu falak yang berfokus pada penentuan arah kiblat klasik maupun kontemporer.9 Adapun hadis Nabi Muhammad Saw yang berkenaan mengenai penentuan arah kiblat diriwayatkan oleh Shahih Bukhari nomor hadis 385:

َ ٍْبَ ٗ ْٛح َٚ ب ُ ث ذ حَ لب لَ الََّ ذْب عَٙ ب أَ ٍْبَ وب ش َْب ُ ث ذ حَ لب لَ ىٛ ْا شْب إَ ٍْبَ ى هْغ يَب ُ ث ذ ح

َ ٍْ عَ ٍشٛ ث كَٙ ب أ

8Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Jakarta: Darus Sunnah, 2002, Cet. V), h. 23.

9Muhammad Ridha Muslih, Rahma Amir, “Akurasi Arah Kiblat Musala Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Makassar”, Hisabuna: Ilmu Falak, vol. 1 no. 1 (2020), h. 140.

(28)

َ ه ع َٔ ّْٛ ه عَ الََّٗ ه صَ الََّ لٕ ع سَ ٌب كَ لب لَ الََّ ذْب عَ ٍْبَ ش بب خَ ٍْ عَ ٍ ًْح شناَ ذْب عَ ٍْبَ ذ ً ح ي

َٙ يه َ َٚ ى

َ ت هْب مْناَ م بْم خْعب فَ ل ض ََ ت ضٚ ش فْناَ دا س أَا ر إ فَ ْج ٓ خ ٕ حَ ثْٛ حَ ّ خ ه حا سَٗ ه ع

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abu 'abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Rasulullah shalat di atas tunggangannya menghadap kemana arah tunggangannya menghadap. Jika beliau hendak melaksanakan shalat yang fardlu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat”.10

Akurasi adalah tingkat kedekatan dalam pengukuran kuantitas yang mendekati nilai yang sesungguhnya. Akurasi biasanya digunakan dalam pengukuran yang menggunakan jarak, atau dalam menghubungkan suatu titik dengan titik yang lain. Di dalam agama Islam akurasi digunakan untuk pengukuran arah kiblat.

Penentuan arah kiblat dapat di lakukan dengan cara mengukur dan memanfaatkan bayang-bayang matahari seperti tongkat yang berdiri tegak lurus yang disinari oleh cahaya matahari sehingga dapat menghasilkan bayangan, yang mana bayang-bayang tongkat yang dihasilakan dari pancaran sinar matahari ini dapat kita manfaatkan dalam menentukan arah kiblat pada saat pengukuran dengan menggunakan metode bayang-bayang matahari dan juga metode ini terbilang cukup akurat. Adapun alat yang di gunakan diantaranya seperti tongkat istiwa‟ dan juga busur derajat.

Bayang- bayang kiblat terjadi ketika matahari membentuk lingkaran

10Drs.Muhammad Zuhri, Shahih Sunnah Bukhari (cet I: Semarang: Toha Putra, 1986), h.

183.

(29)

6

bayangan yang tepat searah ka‟bah (kiblat) yaitu ketika deklinasi matahari memotong garis arah kiblat, maka bayangan matahari ketika itu membentuk arah kiblat, Bayang-bayang kiblat ini hampir setiap hari muncul, namun bergantung pada situasi cuaca dan lagit, jika langit mendung (berawan) dan atau hujan maka pada hari itu praktik penentuan arah kiblat akan menemukan kesulitan.11

Memanfaatkan cahaya matahari dalam penentuan arah kiblat dapatlah diketahui posisi atau letak arah bangunan Ka‟bah yang mana Ka‟bah merupakan pusat tumpuan umat Islam dalam menjalankan ibadah, adapun alat yang digunakan dalam penentuan arah kiblat diantaranya ialah dengan menggunakan peralatan tonkat istiwa dan busur derajat.

Penentuan arah kiblat dalam masyarakat pada umumnya menenentukan arah kiblat dengan berbagai macam cara diantaranya dengan cara mengira-ngira tampa melakukan pengukuran sehingga sebagian arah kiblat mesjidnya tidak akurat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarat tentang arah kiblat yang sesungguhnya, sehingga mesjid-mesjid yang jauh dari mekkah tidak lagi menghadap ke arah kiblat akan tetapi cukup hanya menghadapkannya ke arah barat. Ini terjadi karena presepsi masyarakat yang beranggapan bahwa menghadap kiblat yang jauh dari mekkah cukup menghadap barat disertai dengann niat dan keyakinan saja itu cukup memenuhi syarat menghadap kiblat.

Hal inilah yang banyak terjadi di Indonesia yang sebagian arah kiblat mesjidnya mengarah ke arah barat saja dan tidak lagi menghadap ke Mekkah dikarenakan sebagian masyarakat berpatokan dengan arah bangunan yang sudah

11Awin Juli Rakhmdi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih, h. 60.

(30)

ada. Dalam hal ini sangatlah penting bagi masyarakat khususnya umat Islam untuk mengetahui penentuan arah kiblat menggunakan metode-metode yang cukup akurat.

Seperti halnya yang diuraikan di atas, hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Gowa, Kelurahan Romang Polong, yang arah kiblatnya menghadap ke arah barat saja atau mengikuti arah jalan. Hal ini yang menjadi inspiratif penulis untuk meneliti akurasi arah kiblat mesjid di Kabupaten Gowa, Kelurahan Romang Polong. Permaslahan ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat Kabupaten Gowa, Kelurahan Romang Polong tentang arah kiblat dan cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran arah kiblat.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas adapun yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Uji Akurasi Arah Kiblat Masjid Menggunakan Metode Bayang-Bayang Matahari di Kelurahan Romangpolong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”. Dengan harapan setelah dilakukannya penelitian tentang akurasi arah kiblat menggunakan metode bayang-bayang kiblat, masyarakat lebih peduli dan lebih paham tentang arah kiblat dan metode penentuannya. Hal ini semata-mata demi mencapai kesempurnaan dalam peribadatan umat Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok masalah di atas timbul sub-sub masalah yaitu:

1. Bagaimana teknik penentuan arah kiblat masjid dikelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana akurasi arah kiblat masjid menggunakan metode bayang-

(31)

8

bayang matahari di Kelurahan Romang Polong Kcamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

3. Bagaimana selisih keakuratan arah kiblat mesjid di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Adapun fokus penelitian antara lain a. Akurasi

b. Arah kiblat

c. Bayang-bayang Matahari 2. Deskripsi fokus

Untuk memberikan gambaran dan pemahaman terhadap pembaca maka peneliti memberikan sedikit penjelasanyang sesuai dengan penelitan ini. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

a. Akurasi adalah tingkat kedekatan dalam pengukuran kuantitas yang mendekati nilai yang sesugguhnya dari kuantitas yang diukur.

b. Arah kiblat adalah arah yang ditujukan umat Islam dalam melaksanakan ibadah dan salah satu syarat Sah dalam menjalankan ibadah ialah dengan menghadap kiblat dan juga merupakan arah pemersatuan umat Islam dalam menjalankan ibadah shalat.

c. Bayang-bayang matahari terjadi ketika matahari membentuk lingangkaran bayangan yang tepat searah ka‟bah (kiblat) yaitu ketika deklinasi matahari memotong garis arah kiblat, maka bayangan matahari ketika itu membentuk arah kiblat, bayang-bayang matahari ini hampir setiap hari muncul, namun

(32)

bergantung pada situasi cuaca dan langit, jika langit mendung atau hujan maka pada hari itu praktik penentuan arah kiblat akan menemukan kesulitan.

Jadi bayang-bayang matahari sangatlah di butuhkan dalam pengukuran arah kiblat karena ini adalah salah satu metode penentuan arah kiblat yang dimana cukup akurat.

D. Kajian Pustaka

Semakin pesatnya perkembangan saat ini, metode bayang-bayang matahari pun dianjurkan untuk memudahkan pengukuran arah kiblat mesjid. Metode penentuan arah kiblat mesjid menggunakan bayang-bayang matahari ini sangat efektif dengan keakuratannya yang sudah di akui. Dan ini bukanlah yang pertama dilakukan penelitian melainkan sudah ada peneliti terdahulu yang meneliti hal tersebut. Beberapa buku, jurnal dan skripsi yang terkait dalam penelitian arah kiblat mesjid diantaranya yaitu:

1. Arwin Juli Rakhmadi Butara-Butar, dalam bukunya yang berjudul

“pengantar Ilmu falak teori, Praktik, dan Fikih. Dalam buku ini membahas tentang teori, praktik atau pengaplikasian di lapangan dan juga dasar hukum dalam fikih sedangkan skripsi ini membahas tentang keakuratan dalam penentuan arah kiblat dengan menggunakan metode bayang-bayang matahari dan mengimplementasikan di lapangan.

2. A. Jamil, Dalam bukunya yang berjudul “Ilmu falak (Teori dan Aplikasi).

Buku ini mengkaji tentang Ilmu Falak dengan pokok pembahasan arah kiblat secara teori dan pengaplikasian tata kordinat dan metode penentuan arah kiblat sedangkan skripsi ini membahas tentang pentingnya mengadap

(33)

10

kiblat dalam melaksanakan shalat.

3. Susikman Azhari, dalam bukunya yang berjudul “Ilmu falak” (perjumpaan khazanah Islam dan Sains Moderen). Yang mana dalam buku ini membahas tetang arah kiblat perspektif sayar‟i dan sains sedangkan skripsi ini membahas tentang arah kiblat dan penentuannya dengan menggunakan metode bayang-bayang matahari.

4. Ali Parman, Dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Falak”. Dalam buku ini membahas tentang Hukum menghadap kiblat. Sedangkan skripsi ini membahas tentang arah kiblat dan teori-teori yang membuktikan arah kiblat.

5. Muh. Ma‟rufin Sudibyo, Dalam bukunya yang berjudul “Sang Nabi Pun Berputar (Arah Kiblat dan Tata Cara Pengukurannya)”. dalam bukunya membahas tentang arah kiblat dan juga tata cara pengkuran arah kiblat sedangkan skripsi ini membahas tentang teknik penentuan arah kiblat mesjid dengan menggunakan metode bayang-bayang matahari.

6. Skripsi (Muhammad Abdul Wahid 2019) dalam skripsinya yang berjudul

“Pengaruh Pemahaman Tokoh Agama Terhadap Penentuan Arah kiblat (Studi kasus di masjid Al-Muhajirin Desa Mengandung Sari Kecamatan Sekampung Udik Kabupten Lampung Timur). Skripsi ini mengkaji tentang teknik pengukuran arah kiblat sedangkan penulis membahas tentang pengukuran arah kiblat mnggunakan bayangan matahari.

7. Skripsi (Nizma Nur Rahmi 2018) dalam skripsinya yang berjudul “Studi Analisis Azimuth Bintang Acrux Sebagai Acuan Arah Kiblat”. Dimana

(34)

dalam skripsinya terutama membahas tentang konsep umum arah kiblat, dalam pembahasan tersebut juga mengkaji mengenai kiblat dan perpindahan arah kiblat dan juga beberapa metode pengukuran arah kiblat.

Sedangkan penulis hanya membahas teori dan praktek pengukuran arah kiblat menggunakan bayangan matahari.

8. Jurnal (Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani 2020) dalam jurnalnya yang bejudul “Verifikasi dan Pemetaan Arah kiblat bangunan Masjid dan Musola”. Dimana dalam jurnal tersebut mengkaji tentang keakuratan arah kiblat masjid dan musollah dan berbagi macam metode yang digunanakan.

9. Jurnal Muhammad Ridha Muslih dan Rahma Amir, dengan judul Akurasi Arah Kiblat Musala Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Makassar. Jurnal ini berfokus pada akuarasi arah kiblat SPBU sedangkan skripsi ini membahas tentang akurasi arah kiblat mesjid menggunakan metode bayang-bayang matahari.

10. Jurnal Andi Wawo Warah dan Rahmatiah HL, dengan judul Analisis Metode Dan Akurasi Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap. Jurna ini membahas tentang pentingnya menghadap kiblat dalam melaksanakan shalat sedangkan skripsi ini membahas tentang arah kiblat beserta penentuannya dengan menggunakan metode bayangan matahari berdasarkan prinsip-prinsip ilmu falak.

11. Jurnal Rahmatia HL, dengan judul Pengaruh Human Eror Terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Dan Kuburan Di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal ini membahas tentang kelalaian manusia dalam

(35)

12

menentukan arah kiblat masjid maupun kuburan sedangkan skripsi ini membahas tentang penentuan-penentuan arah kiblat secara baik dan benar berdasarkan teori ilmu falak.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Berdasarkan pengurain rumusan masalah diatas, penulis menemukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui teknik penentuan arah kiblat mesjid sebelum pengukuran di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa b) Untuk mengetahui akurasi arah kiblat masjid menggunakan metode bayang-

bayang matahari dalam penentuan arah kiblat mesjid di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

c) Untuk mengetahui selisih keakuratan arah kiblat masjid di Kelurahan Romang Polong kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat yang mencakup 2 hal pokok yaitu:

a. Kegunaan teoritis

Diharapkan hasil penelitian dapat mengembangkan pengetahuan dan sebagi referensi bagi pembaca tentang permasalahan dalam arah kiblat, khususnya arah kiblat mesjid.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini bertujuan sebagai salah satu syarat menjadi sarjana hukum di

(36)

Universitas Islam Negri Alauddin Makassar, diharap dengan penulisan karya ilmiah ini akan memberikan sumbangan pemikiran dan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui arah kiblat dan juga dijadikan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkeinginan meneliti lebih jauh masalah ini dengan sudut pandang yang berbeda dan acuan dalam proses pengukuran arah kiblat, Khususnya arah kiblat mesjid.

(37)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Arah Kiblat

Secara bahasa kiblat berasal dari bahasa arab

تهبمنا

yang merupakan akar kata dari

َ ت هْب ل َ – َ م بْم ٚ َ – َ م ب ل

yang berarti menghadap1. Kiblat juga biasa disebut qibala yang berarti bertemu dan kiblatan berarti arah pertemuan2. Dalam umat Islam ketika melaksanakan shalat fardhu dan sunnah sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt, melaksanakan shalat ada beberapa syarat yang menentukan sah tidaknya shalat yang telah ditetapkan antara lain menghadap kiblat, merupakan hal yang sangat penting, karena merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat.3 Berbicara tentang kiblat tidak lain adalah berbicara tentang masalah arah, yaitu arah yang mengarah ke Ka'bah (baitullah) yang ada di Kota Mekkah. Arah dalam bahasa Arab disebut "kiblat", dalam bahasa Latin disebut "Azimut".4

Mengenai penjelasan diatas maka arah dapat ditentukan dari setiap titik di permukaan bumi dan untuk mendapatkannya dapat dilakukan dengan cara melakukan perhitungan dan pengukuran. Perhitungan arah kiblat pada dasarnya untuk dapat mengetahui dan menetapkan arah menuju Ka‟bah yang berada di

1Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1078-1088.

2Moehammad Awaluddin, dkk, Analisis Setting Out Arah Qiblat dengan Menggunakan Metode GPS Real Time Kinematic, Elipsodia 01, no. 01 (2018), h. 7.

3Andi Wawo Warah and Rahmatiah HL, “Analisis Metode Dan Akurasi Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap” Hisabuna :, 1.1, (2020), h. 103.

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/hisabuna/article/view/13134. (accessed 20 May 2021)

4H. Muchtar Zarkasyi, „Pedoman Penentuan Arah Kiblat‟. (Jakarta: Pembinaan Badan Agama, 1985), h. 9.

(38)

Makkah.5 Menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sah dan berkualitasnya shalat bagi umat Islam, kiblat (al-qiblah) secara bahasa adalah menghadap atau berhadapan (al-muqabalah).6

Kiblat diartikan juga dengan arah ke Ka’bah di Mekkah (pada waktu shalat) sedangkan dalam bahasa latin disebut azimuth, dengan demikian dari segi bahasa qiblat berarti menghadap ke Ka‟bah ketika shalat.7 Kesimppulan mengenai penjelasan diatas arah kiblat adalah arah yang dituju umat Islam ketika melakukan shalat atau ibadah dan wajib baginya untuk menghadap ke arah kiblat karena qiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Ketetapan arah ibadah shalat harus diperhatiakan dengan benar sehingga dalam melaksanakan shalat tetap menghadap ke arah Ka’bah yang terletak di Masjidil Haram yang telah ditentukan Allah dan diturunkan kepada hambanya sebagai kewajiban umat Islam ketika melaksanakan shalat.8

Para ulama sepakat menghadap kiblat ketika shalat hukumnya wajib. Hal ini dikarenakan salah satu syarat sahnya shalat hal tersebut terdapat pada dalil- dalil syara’, untuk orang-orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya hal tersebut tidaklah dipermasalahkan karena mereka lebih mudah dalam melaksanakan kewajibannya, maka orang yang jauh dari makkah menjadi

5Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Cet. I; Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 17.

6Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktik, dan Fikih.

(Cet.I; Depok: Rajawali perss, 2018), h. 47.

7 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak (Cet. I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 55.

8Nurul Wakia, Sabriadi HR, “Meretas Problematika Arah Kiblat Terkait Shalat Di Atas Kendaraan”, ELFALAKY, vol.4 no.2 (2020), h. 209. http://jurnal.uin- alauddin.ic.id/index.php/elfalaky/article/view/18089.

(39)

15

persoalan, hal ini merupakan kewajiban yang berat dikarenakan mereka tidak dapatmengarah ke Ka’bah secara tepat, bahkan para ulama‟ berselisih mengenai arah yang semestinya sebab mengarah ke Ka’bah yang merupakan syarat sahnya shalat yakni menghadap Ka’bah yang haqiqi (sebenarnya).9

Dalam al-Qur‟an kiblat diartikan sebagai arah (kiblat) hal ini dijelaskan dalam firman Allah Swt. Q.S al-Baqarah/2:143.

اًذْٛ ٓ شَْى كْٛ ه عَ ل ْٕ ع شناَ ٌ ْٕ ك ٚ َٔ طب ُناَٗ ه عَ ءۤا ذ ٓ شَا ْٕ َ ْٕ ك خ ينَبًط ع ًَٔت ي اَْى كُْٰه ع خَ ك نٰز ك ٔ َ

َ َٔ َ َ

ٰٗه عَ ب ه مُْ َٚ ٍْ ً يَ ل ْٕ ع شناَ ع ب خ َٚ ٍْ يَ ى هْع ُ نَ لَّ آَب ْٓٛ ه عَ جُْ كَْٙ خ ناَ ت هْب مْناَب ُْه ع خَب ي

َ ْج َب كَ ٌْ ا َٔ ّْٛ ب م ع َ

َ نَ طب ُنب بَ هالََّ ٌ اَ َْى ك َب ًْٚ اَ عْٛ ض ٛ نَ هالََّ ٌب كَب ي ٔ َ هالََّٖ ذ َْ ٍْٚ ز ناَٗ ه عَ لَّ اًَة شْٛ ب ك ن

َ ىْٛ ح سَ ٌ ْٔ ء ش ٣٤١

َ

َ

Terjemahnya:

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.10

Secara etimologi, kata kiblat berasal dari bahasa arab qiblah, yaitu salah satu bentuk masdar dari kata kerja

ةل بق ه - لبقي ه - لبق

yang berarti menghadap, sedangkan arah kiblat secara terminologi, terdapat beberapa pendapat:

1. Abdul Aziz Dahlan mendefinisikan sebagai bangunan Ka’bah atau arah

9 Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Metode Hisab-Rukyat Praktisndan Solusi Permasalahannya (Cet. I; Semarang: Pustaka Riski Putra, 2012), h. 17.

10Kemeterian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 12.

(40)

yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.

2. Harun Nusation mengartikan sebagai arah untuk menghadap pada waktu shalat.

3. Departemen Agama Republik Indonesia mengartikan sebagi suatuarah tertentu bagi kaum muslimin untuk mengarahkan wajahnya dalam melakukan shalat.

4. Slamet Hambali memberikan definisi arah kiblat yaitu arah menuju Ka’bah (Makkah) lewat jalur terdekat yang mana setiap muslim dalam mengerjakan shalat harus mengadap kearah tersebut.

5. Muhyidin Khazin mengartikan sebagai arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati ke Ka’bah (Makkah) dengan tempat kota yang bersangkutan

Dari beberapa pendefinisian diatas, Ahmad Izzuddin menyimpulkan bahwa kiblat adalah Ka’bah atau paling tidak Masjidil Haram dengan mempertimbangkan posisi lintang bujur Ka’bah, dengan demikian pendefinisian menghadap ke kiblat adalah menghadap kearah Ka’bah atau paling tidak Masjidil Haram dengan memperhitungkan posisi arah dan posisi terdekat dihitung dari daerah yang kita kehendaki.11

B. Dasar Hukum Kiblat

Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, ketika shalat tidak ada ketentuan Allah yang mewajibkan menghadap kiblat, Nabi sendiri menurut ijtihadnya, ketika shalat selalu menghadap Baitul Maqdis, karena kedudukan Baitul Maqdis

11Luluk Choiriyah, “Uji Akurasi Arah Kiblat Mesjid-Mesjid di Desa Sayutan Parang Magetan”, skripsi. (2017), h. 21-22.

(41)

17

masih dianggap sebagai paling istimewa, karena kedudukan Baitullah saat itu masih dikotori oleh ratusan berhala yang mengelilinginya, ketika setelah Rasulullah hijrah ke Madinah beliau selalu menghadap Baitul Maqdis, dan selama 16 atau 17 bulan hijrah di Madinah setelah itu kerinduannya berpuncak menghadap Batullah yang dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang kafir Mekkah, lalu turunlah firman Allah memerintahkan berbalik ke Masjidil Haram yang telah dinanti-nanti Rasulullah Saw.12 Maka diturunkanlah firman Allah Swt. Q.S al- Baqarah/2:144

اَ ذ دْغ ًْناَ شْط شَ ك ْٓخ َٔ يل ٕ فََۖب ٓى ٰض ْش حًَت هْب لَ ك ُ ٛ ين ٕ ُ ه فَ ِۚ ءۤب ً غناَٗ فَ ك ْٓخ َٔ بُّه م حَٖ ٰش ََْذ ل

َ َ وا ش حْن

َ َٔا ُّْٕن ٕ فَْى خُْ كَب يَ ثْٛ ح ٔ

َب ي َٔ َْى ٓ يب سَ ٍْ يَ ُّك حْناَ ّ َ اَ ٌ ْٕ ً هْع ٛ نَ بٰخ كْناَإ ح ْٔ اَ ٍْٚ ز ناَ ٌ ا َٔ َِٗ شْط شَْى ك ْ ْٕ خ

َ ٌ ْٕ ه ًْع َٚب ً عٍَم فب غ بَ هالَّ

٣٤٤

َ

Terjemahnya:

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.13

Penjelasan diatas mengenai mengenai arah kiblat dapat disimpulkan bahwasanya menghadap kiblat adalah wajib, khususnya untuk orang muslim saat Melaksanakan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, dan menghadap kiblat juga diwajibkan tatkala melaksanakan tawaf, yakni menempatkan Ka’bah

12H. Muctar Zarkasyi, ‘Pedoman Penentuan Arah Kiblat’ (Jakarta, 1985), h. 1.

13Kementerian Agama RI,Al-Qu’an dan Terjemahan (Bandung:CV.Mikraj Khazanah Ilmu,2012), h. 12.

(42)

selalu berada di bagian kiri tubuh.14

Secara konseptual di dalam Al-Qur‟an membahas tentang arah kiblat diantaranya pada Q.S al-Baqarah/2:150.

َِٗ شْط شَْى ك ْ ْٕ خ َٔا ُّْٕن ٕ فَْى خُْ كَب يَ ثْٛ ح َٔ َ وا ش حْناَ ذ دْغ ًْناَ شْط شَ ك ْٓخ َٔ يل ٕ فَ جْخ ش خَ ثْٛ حَ ٍْ ي ٔ

َ َ

َ ح لَّ َٔ ْٙ َ ْٕ شْخا َْٔى ْ ْٕ شْخ حَ لا فَْى ُْٓ يَا ْٕ ً ه ظَ ٍْٚ ز ناَ لَّ اَ ت د حَْى كْٛ ه عَ طب ُه نَ ٌ ْٕ ك َٚ لا ئ ن

َْى كْٛ ه عَ ْٙ خ ًْع َ َ ىَ

َ ٌ ْٔ ذ خْٓ حَْى ك ه ع ن ٔ ٣٥١

َ

Terjemahnya:

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk”.15

Penjelasan dalam surah al-Bakarah ayat 150, yang membahas tentang arah kiblat dapat ditarik sebuah kesimpulan yang mana dalam hal ini Allah memerintahkan umatnya terkhusus umat muslim untuk menghadap ke arah Ka’bah (kiblat) ketika melaksanakan ibadah shalat, baik yang melihat bangunan Ka’bah secara langsung maupun tidak langsung.

Berbicara mengenai arah kiblat merupakan sebuah persoalan wajib atau tidaknya seorang umat Islam pada saat melaksanakan ibadah shalat, oleh karna itu umat Islam dalam melaksanakan ibadah shalat diwajibkan mengarahkan pandangannya kebaitullah.16

14Mu. Ma‟rufin Sudibyo, Sang Nabi Pun Berputar Arah Kibat Dan Tata Cara Pengukurannya (Cet.I; Solo: Tinta Media, 2011), h. 92.

15Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 13.

16Muh Yusfiar, Mahyuddin Latuconsina, “Akurasih Arah Kiblat Masjid Muhammadiyah

(43)

19

Para ulama telah membuat consensus (ijma‟) yang menetapkan Ka’bah sebagai arah atau kiblat bagi seluruh umat Islam dalam melaksanakan ritual ibadah shalat, dengan berdasarkan firman Allah Swt dan sabda Rasulullah Saw.17 Dalam al-Qur‟an banyak ayat menjelaskan mengenai dasar hukum menghadap kiblat antara lain:

1. Hukum kiblat dalam Al-Qur‟an a) Q.S al-Baqarah/2:144

َ شْط شَ ك ْٓخ َٔ يل ٕ فََۖب ٓى ٰض ْش حًَت هْب لَ ك ُ ٛ ين ٕ ُ ه فَ ِۚ ءۤب ً غناَٗ فَ ك ْٓخ َٔ بُّه م حَٖ ٰش ََْذ ل

َ َ وا ش حْناَ ذ دْغ ًْنا

َُّك حْناَ ّ َ اَ ٌ ْٕ ً هْع ٛ نَ بٰخ كْناَإ ح ْٔ اَ ٍْٚ ز ناَ ٌ ا َٔ َِٗ شْط شَْى ك ْ ْٕ خ َٔا ُّْٕن ٕ فَْى خُْ كَب يَ ثْٛ ح ٔ

َب ي َٔ َْى ٓ يب سَ ٍْ يَ

َ ٌ ْٕ ه ًْع َٚب ً عٍَم فب غ بَ هالَّ

٣٤٤

َ

Terjemahnya:

“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan”.18

b) Q.S al-Baqarah/2:143

َٗ ه عَ ءۤا ذ ٓ شَا ْٕ َ ْٕ ك خ ينَبًط ع ًَٔت ي اَْى كُْٰه ع خَ ك نٰز ك ٔ

َب ُْه ع خَب ي َٔ َاًذْٛ ٓ شَْى كْٛ ه عَ ل ْٕ ع شناَ ٌ ْٕ ك ٚ َٔ طب ُنا

َ َٔ ّْٛ ب م عَٰٗه عَ ب ه مُْ َٚ ٍْ ً يَ ل ْٕ ع شناَ ع ب خ َٚ ٍْ يَ ى هْع ُ نَ لَّ آَب ْٓٛ ه عَ جُْ كَ ْٙ خ ناَ ت هْب مْنا

َ لَّ اًَة شْٛ ب ك نَ ْج َب كَ ٌْ ا

َ هالََّٖ ذ َْ ٍْٚ ز ناَٗ ه ع

َ ىْٛ ح سَ ٌ ْٔ ء ش نَ طب ُنب بَ هالََّ ٌ اَ َْى ك َب ًْٚ اَ عْٛ ض ٛ نَ هالََّ ٌب كَب ي ٔ َ ٣٤١

dan Masjid As‟adiyah Di Kota Sengkang”, Hisabuna: Ilmu Falak, vol 1 no. 1 (2020), h. 63.

http://jurnal.uin-alauddin.ac.id/index.php/hisabuna/article/view/13113. (accessed 20 May 2021).

17Desi Ambarwati, “Pandangan Ormas NU dan Muhammadiyah Terhadap pengukuran Ulang Arah Kiblat Masjid Agung Suakarta”, Skripsi, (2019), h. 21.

18Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 12.

(44)

Terjemahnya:

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia”.19

c) Q.S al-Ma‟idah/5:97

َ طب ُهي نَبًًٰٛ لَ وا ش حْناَ جْٛ بْناَ ت بْع كْناَ هالََّ م ع خ َ

َ هالََّ ٌ اَا ْٕٓ ً هْع خ نَ ك نٰر َ ذِٕىۤ لا مْنا َٔ ْ٘ذ ْٓنا َٔ وا ش حْناَ شْٓ شنا ٔ َ

َ ىْٛ ه عٍَءْٙ شَ يم ك بَ هالََّ ٌ ا َٔ ض ْس ْلَّاَٗ فَب ي َٔ ث ٰٕ ًٰ غناَٗ فَب يَ ى هْع ٚ ٧٩

َ

Terjemahnya:

“Allah telah menjadikan Ka„bah rumah suci tempat manusia berkumpul.

Demikian pula bulan haram, hadyu dan qala'id. Yang demikian itu agar kamu mengetahui, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.20

d) Q.S al-Baqarah/2:150

َ خَ ثۡٛ حَ ٍۡ ي ٔ

َْإُّن ٕ فَ ۡى خُ كَ ب يَ ثۡٛ ح َٔ ِۚ وا ش حۡنٱَ ذ دۡغ ًۡنٱَ ش ۡط شَ ك ٓ ۡخ َٔ يل ٕ فَ ج ۡخ ش

َ ۡى ْ ٕۡ ش ۡخ حَ لا فَ ۡى ُٓۡ يَْإ ً ه ظَ ٍٚ ز نٱَ لَّ إَ ت د حَ ۡى كۡٛ ه عَ طب ُه نَ ٌٕ ك َٚ لا ئ نَۥ ِ ش ۡط شَ ۡى ك ْٕ خ ٔ

َ ۡى ك ۡٛ ه عَٙ خ ًۡع ََ ى ح لأ َٔٙ َ ٕۡ ش ۡخٱ ٔ

ََ ٌٔ ذ خ ۡٓ حَ ۡى ك ه ع ن ٔ

َ

Terjemahnya:

“Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka.Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku

19Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 12.

20Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 63.

(45)

21

sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk”.21 2. Hukum kiblat yang berupa hadits

Selain dalam al-Qur‟an, dalam hadits Rasulullah SAW, juga membahas arah kiblat diantaranya yaitu:

a. Shahih Bukhari nomor Hadis 383

اَ جْع ً عَ لب لَ ٍءب ط عَ ٍْ عٍَحْٚ ش خَ ٍْباَب َ ش بْخ أَ قا ص شناَ ذْب عَب ُ ث ذ حَ لب لَ ٍشَْ ََ ٍْبَ قب حْع إَب ُ ث ذ ح

َ ٍْب

َ م خ دَب ً نَ لب لَ ٍطب ب ع

َٗ خ حَ يم َ َٚ ْى ن َٔب ٓ يه كَ ّٛ حا ٕ ََٙ فَب ع دَ جْٛ بْناَ ى ه ع َٔ ّْٛ ه عَ الََّٗ ه صَ ُّٙ ب ُنا

َ ت هْب مْناَ ِ ز َْ لب ل َٔ ت بْع كْناَ م ب لَٙ فَ ٍْٛ خ عْك سَ ع ك سَ ج ش خَب ً ه فَ ُّْ يَ ج ش خ

Terjemahnya:

Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Nashr berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dari 'Atha' berkata, aku mendengar Ibnu 'Abbas berkata, "Ketika Nabi

masuk ke dalam Ka'bah, beliau berdoa di seluruh sisinya dan tidak melakukan shalat hingga beliau keluar darinya. Beliau kemudian shalat dua rakaat dengan memandang Ka'bah lalu bersabda, "Inilah kiblat."22

b. Shahih Bukhari nomor hadis 385

َ ث ذ حَ لب لَ الََّ ذْب عَٙ ب أَ ٍْبَ وب ش َْب ُ ث ذ حَ لب لَ ىٛ ْا شْب إَ ٍْبَ ى هْغ يَب ُ ث ذ ح

َ ٍْ عَ ٍشٛ ث كَٙ ب أَ ٍْبَٗ ْٛح َٚب ُ

َ ه ع َٔ ّْٛ ه عَ الََّٗ ه صَ الََّ لٕ ع سَ ٌب كَ لب لَ الََّ ذْب عَ ٍْبَ ش بب خَ ٍْ عَ ٍ ًْح شناَ ذْب عَ ٍْبَ ذ ً ح ي

َٙ يه َ َٚ ى

َْم خْعب فَ ل ض ََ ت ضٚ ش فْناَ دا س أَا ر إ فَ ْج ٓ خ ٕ حَ ثْٛ حَ ّ خ ه حا سَٗ ه ع

َ ت هْب مْناَ م ب

Terjemahnya:

Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abu 'abdullah berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Rasulullah

shalat di atas tunggangannya menghadap kemana arah tunggangannya menghadap. Jika beliau hendak melaksanakan shalat yang fardlu, maka beliau turun lalu shalat menghadap kiblat.".23

21Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 13.

22Muhammad Zuhri, Shahih Sunnah Bukhari (Cet I; Semarang: Toha Putra, 1986), h.

182.

23Muhammad Zuhri, Shahih Sunnah Bukhari, h. 183.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sudjianto dan Dahidi (2012:202) Hyoujungo dapat dikatakan sebagai bahasa resmi, bahasa standar, atau bahasa yang mewakili bahasa nasional suatu negara yang dapat

Suparini (2013) juga melakukan penelitian mengenai model pembelajaran Heuristik Vee dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee berbantuan Media

Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi mereka juga disebabkan oleh tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi dan non makanan yang mengalami peningkatan

5elaskan apa "ang dimaks!d dengan keberagaman dalam bidang sosial b!da"a ekonomi dan gender dalam bingkai #hineka $!nggal Ika dan berikan contoh dalam

Lestari, Nomi Puji. Studi Kasus Mengatasi Kebiasaan Minum-Minuman Keras Melalui Konseling Behavioristik Pada Siswa Kelas X SMK Wisudha Karya Kudus Tahun

Daftar Produk yang Kami Layani Pesanan dapat melalui:1. Untuk Konsultasi dan penyampaian data

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang

Jika ada suatu kasus dimana pasien tidak bisa dirawat di rumah sakit di daerah dia tinggal dan harus dirujuk ke rumah sakit di daerah lain maka dinas kesehatan akan menggalang