• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Kondisi Satker

2.2. Gambaran Kinerja

2.2.1. Kinerja Aspek Pelayanan

2.2.3. Kinerja Aspek SDM

2.2.4. Kinerja Aspek Sarana dan Prasarana 2.3. Tantangan Strategis

2.4. Benchmarking 2.5. Analisa SWOT

2.6. Diagram Kartesius dan Prioritas Strategis 2.7. Analisa TOWS

2.8

. Analisa dan Mitigasi Risiko 2.8.1. Identifikasi Risiko 2.8.2. Penilaian Tingkat Risiko 2.8.3. Rencana Mitigasi Risiko Bab III. Arah dan Program Strategis

3.1. Rumusan Pernyataan Visi, Misi, dan Tata Nilai 3.2. Arah dan Kebijakan Stakeholders Inti

3.3. Rancangan Peta Strategis Balanced Scorecard (BSC) 3.4. Indikator Kinerja Utama

3.4.1. Matriks IKU 3.4.2. Kamus IKU

3.5. Roadmap 5 (lima) tahun kedepan 3.6. Program Kerja Strategis

Bab IV. Proyeksi Keuangan 4.1. Estimasi Pendapatan

4.2. Rencana Kebutuhan Anggaran 4.3. Rencana Pendanaan

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

5

BAB II KONDISI SATKER

2.1. Profil RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, sebelumnya bernama RSTP Ngawen Salatiga, pada awal berdirinya di tahun 1934, berfungsi sebagai tempat petirahan bagi penderita kesehatan paru yang pada masa itu lebih banyak didominasi oleh warga keturunan Belanda. Dari fungsi awal tersebut, sampai saat ini masih banyak anggota masyarakat yang menyebutnya dengan Sanatorium. Pendirian Sanatorium tersebut dilatar belakangi dengan kondisi udara yang sejuk karena secara geografis daerah Ngawen Salatiga memiliki ketinggian kurang lebih 800 meter dari permukaan air laut dengan suhu udara berkisar antara 18º – 29º C. Kondisi tersebut dianggap sangat ideal sebagai tempat petirahan bagi masyarakat Belanda yang terganggu kesehatan parunya oleh karena wilayah Salatiga, Ambarawa dan sekitarnya banyak ditinggali oleh warga negara Belanda, mengingat kota Salatiga dan sekitarnya merupakan daerah konsentrasi militer/tentara Belanda dengan status sebagai daerah gemeente/kota praja.

Memasuki masa penjajahan Jepang, fungsi sanatorium ini masih tetap berlanjut, hanya penggunaannya sudah mulai dimanfaatkan oleh warga negara Indonesia (pribumi), meskipun pada saat itu pemberian pelayanan kesehatan belum juga dilaksanakan. Baru pada tahun 1952 meskipun masih dengan sebutan sanatorium, sudah mulai mulai dilakukan pemberian pelayanan ditandai dengan adanya tenaga dokter, paramedis dan peralatan untuk pengobatan penyakit TBC.

Pada tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 137/MenKes/SK/IV/1978 ditetapkan Struktur Organisasi dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu sebagai rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit TB paru, dengan sebutan RSTP.

Beberapa sanatorium di Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai RSTP hanya RSTP “Ngawen” Salatiga dan RSTP Kalibakung Slawi Tegal, sedangkan 3 (tiga) eks sanatorium, masing-masing di Semarang, Klaten dan Purwokerto dikonversi dengan Rumah Sakit Umum. Selanjutnya pada tanggal 26 September 2002, dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 1208/Menkes/SK/IX/2002, RSTP “Ngawen” Salatiga berubah nama menjadi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, dan merupakan

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

6

satu-satunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah, yang tepatnya berada di Kota Salatiga.

Peluang ini menjadikan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi rumah sakit, dengan cakupan wilayah yang cukup luas yaitu wilayah Jawa Tengah dan Provinsi lain yang tidak memiliki RSTP. Peluang ini bertambah besar bila ditinjau dari letak Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berlokasi diantara 3 (tiga) kota besar yaitu Semarang, Yogyakarta dan Surakarta, dimana ketiga kota tersebut diharapkan mampu mendukung keberadaan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga baik dalam pengadaan SDM, sarana maupun prasarana.

Perubahan situasi dan kondisi serta perilaku hidup masyarakat mengisyaratkan, bahwa ke depan seharusnya Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga kembali pada fungsi dan tugas pokok melaksanakan dan penanggulangan dan penyembuhan penyakit paru (tidak sebatas penanggulangan dan penyembuhan penyakit TB Paru saja). Tugas ini secara riil telah dilakukan oleh Rumah Sakit Tuberkulosa Paru-Paru “Ngawen” Salatiga. Hal ini baru terwujud dengan terbitnya SK Menkes RI tanggal 26 Pebruari 2004 Nomor: 190/MENKES/SK/II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru, yang membawa konsekuensi bertambahnya beban kerja, kebutuhan dana dan SDM serta lebih luasnya cakupan pelayanan.

Kebijakan pemerintah selanjutnya, dalam hal ini Departemen Kesehatan RI menetapkan bahwa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes RI sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) berdasarkan SK Menteri Keuangan no.274/KMK.05/2007 tanggal 21 Juni 2007 dan SK Menteri Kesehatan No. 756/Menkes/SK/VI/2007 tanggal 26 Juni 2007. Perkembangan selanjutnya dengan diterbitkannya Permenkes Nomor 249/Menkes/Per/III/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mempunyai kesempatan untuk lebih berkembang, hal ini juga didukung dengan keluarnya SK Menteri Kesehatan RI Nomor: 438/Menkes/SK/VI/2009 tanggal 18 Juni 2009, tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga menjadi Rumah Sakit Khusus Kelas A Non Pendidikan, sehingga Rumah sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dapat lebih fleksibel dalam melaksanakan pengelolaan keuangan, peningkatan dan pengembangan pelayanan guna memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna.

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

7

Tugas pokok Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, adalah menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan paru secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan. Adapun Fungsi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, sebagai berikut :

• Pelaksanaan pelayanan kesehatan paru.

• Penatalaksanaan deteksi dini dan pencegahan penyakit paru. • Penatalaksanaan penderita penyakit paru.

• Pelaksanaan rehabilitasi penderita penyakit paru. • Pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan. • Pelaksanaan pelayanan rujukan.

• Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang penanggulangan penyakit paru.

• Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru.

• Pelaksanaan administrasi dan keuangan.

Sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang hak atas pelayanan kesehatan, demikian juga tentang tuntutan agar rumah sakit dapat meningkatkan mutu dan jenis pelayanan yang dimiliki Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Disamping fungsi-fungsi tersebut di atas juga melakukan fungsi-fungsi promotif dan preventif yang merupakan pelayanan pendukung utama rumah sakit.

Fungsi promotif dan preventif yang dilakukan antara lain :

• Pembinaan pada Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dalam rangka pelayanan terpadu HIV/AIDS;

• PKMRS yakni kegiatan penyuluhan reguler baik terhadap pasien itu sendiri keluarga maupun masyarakat di rumah sakit;

• Penyelenggaraan dan sosialisasi senam asma baik terhadap pasien maupun anggota masyarakat lain yang membutuhkan;

• Kepedulian sosial melalui pemberian bantuan sosial kepada masyarakat, misalnya Panti Jompo, Panti Asuhan, Keluarga Miskin, Khitanan Massal bersama Pawarsa, dan Bazar Ramadhan; dan

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

8

• Pemberdayaan masyarakat dalam rangka penyembuhan pasien TB Resisten Obat

(TB-MDR) melalui pembentukan Kelompok Dukung Sebaya (KDS) Patriot.

2.2. Gambaran Kinerja

2.2.1. Kinerja Aspek Pelayanan

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga memiliki pelayanan unggulan pengembangan pelayanan pencegahan dan pengobatan Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Guna mendukung pelaksanaan pelayanan tersebut, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, memiliki jenis jenis-jenis pelayanan, sebagai berikut :

1. Pelayanan Rawat Jalan

a. Poliklinik Respirasi, terdiri dari : 1) Klinik Paru :

• Infeksi : (Non TB, TB, dan TB-MDR) • Onkologi Thoraks

• Asma dan PPOK

• Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Nafas • Faal Paru Klinik

• Paru Kerja dan Lingkungan • Imunologi Klinik

2) Klinik THT-KL

3) Klinik Rehabilitasi Medik 4) Klinik Gigi dan Mulut 5) Klinik Kedokteran Jiwa

6) Klinik VCT (Penanganan HIV/AIDS) b. Poliklinik Non Respirasi

1) Klinik Penyakit Dalam 2) Klinik Anak

3) Klinik Bedah 4) Klinik Syaraf 5) Klinik Mata

6) Klinik Konsultasi Gizi 2. Pelayanan Rawat Inap

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

9

1) ICU Paru

2) ICU Non Paru 3) R. Isolasi b. Ruang Rawat Inap

1) Kelas I 2) Kelas II 3) Kelas III 4) VIP 5) Utama

c. Ruang Rawat Inap TB Resisten Obat (TB-MDR) 3. Pelayanan Gawat Darurat

4. Pelayanan Bedah 5. Pelayanan Kemoterapi 6. Pelayanan Penunjang Medis

a. Radiologi b. Laboratorium 1) Patologi Klinik 2) Mikrobiologi Klinik 3) Patologi Anatomik c. Rehabilitasi Medik 1) Fisioterapi 2) Psikologi d. Farmasi e. Gizi f. Rekam Medis

g. CSSD (Central Sterile Supply Department) 7. Pendukung Pelayanan

a. Kesehatan Lingkungan dan Pemulasaraan Jenazah b. Sistem Informasi Rumah Sakit

c. Humas dan Pelayanan Pelanggan d. Logistik

e. Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit f. Laundry / Washray

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

10

Secara umum kinerja pelayanan di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga kurun waktu 2015 s.d 2019 mengalami peningkatan, seperti tergambar dalam grafik tersebut dibawah ini.

2.2.1.1. Pelayanan Gawat Darurat

Perkembangan capaian pelayanan gawat darurat dari tahun 2015 s.d. 2019, dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.1. Capaian Pelayanan Rawat Darurat Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 9490 10950 12000 12000 CAPAIAN 8342 9864 10678 11082 13672 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Pada grafik 2.1. di atas nampak adanya peningkatan capaian pelayanan gawat darurat dari tahun ke tahun. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena pada pelayanan gawat darurat kunjungan dapat berasal dari pasien rujukan fasilitas kesehatan lain dan pasien kondisi gawat darurat datang sendiri ke IGD (tidak harus melalui rujukan berjenjang).

Grafik 2.2. Angka Kematian IGD Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 CAPAIAN 0,1 0,49 1,2 1,4 1,2 TARGET 1,9 1,7 1,6 1,5 1,2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 CAPAIAN TARGET

Pada grafik 2.2. menggambarkan angka kematian IGD dapat mencapai target, hal ini dikarenakan pelayanan IGD di dukung oleh SDM yang berkompeten di bidangnya,

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

11

sehingga waktu tunggu pelayanan gawat darurat tidak lebih dari 5 menit. Hal ini di lakukan untuk mengurangi terjadianya kematian pasien kurang dari 24 jam.

Grafik 2.3. Penanganan emergency kasus Ventiel Pneumothoraks < 2 jam ( standar : ≥ 90%) 2015 2016 2019 2018 2019 TARGET 90 90 90 90 90 CAPAIAN 100 100 100 100 100 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 TARGET CAPAIAN

Grafik 2.3. menggambarkan bahwa capaian penanganan kasus Ventiel Pneumotoraks < 2 jam sudah melampaui target dari yang ditetapkan, hal ini disebabkan karena penanganan kasus Ventiel Pneumotoraks, didukung dengan ketersediaan sarana prasarana yang memadai serta kemampuan SDM yang sesuai kompetensi.

2.2.1.2. Pelayanan Rawat Jalan

Perkembangan kunjungan rawat jalan (poliklinik dan penunjang) dari dari tahun 2015 s.d. 2019, seperti pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.4. Capaian Pelayanan Rawat Jalan Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 27310 30000 34000 35900 CAPAIAN 26463 27963 31662 31546 27778 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Pada grafik 2.4. di atas, nampak adanya kenaikan kunjungan rawat jalan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, kemudian mengalami penurunan dari tahun 2017 ke tahun 2018 dan 2019. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh karena pada semester kedua tahun 2018 mulai diberlakukan sistem rujukan online berjenjang untuk pasien peserta BPJS Kesehatan. Disamping itu, dapat disebabkan belum optimalnya sistem

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

12

rujukan pasien rawat jalan dari RS kelas C ke RS kelas B, dan dari RS kelas B ke RS kelas A. Perlu dievaluasi juga kualitas, inovasi dan jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.

Grafik 2.5. Waktu Tunggu Rawat Jalan < 30 menit Tahun 2015 s.d. Tahun 2019 (standar : > 80%) 2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 90 90 90 90 90 CAPAIAN 85,75 73,08 85,82 94,12 98 0 20 40 60 80 100 120

Grafik 2.5. menggambarkan bahwa Waktu tunggu Rawat bahwa pada 3 tahun terakhir sudah mencapai target, hal ini disebabkan karena RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga selalu melakukan monitoring dan evaluasi dalam pelayanan yang digunakan sebagai dasar untuk perbaikan.

2.2.1.3. Pelayanan Rawat Inap 2.2.1.3.1. Hari Perawatan

Perbandingan jumlah hari perawatan tahun 2015 s.d. 2019, dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.6. Perbandingan Jumlah Hari Perawatan Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 37500 44500 44500 47100 CAPAIAN 33013 39745 41944 43436 50588 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

Pada grafik 2.6. nampak adanya kenaikan dari tahun ke tahun jumlah hari perawatan rawat inap. Hal ini menunjukkan bahwa untuk jumlah kunjungan rawat inap tidak banyak terpengaruh oleh adanya sistem rujukan berjenjang online sebagaimana pada pelayanan gawat darurat. Namun demikian adanya peningkatan jumlah hari perawatan rawat inap belum dapat menggambarkan efisiensi dari perawatan rawat inap,

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

13

oleh karena jumlah hari perawatan rawat inap yang meningkat dapat disebabkan length of stay (LOS) yang meningkat.

2.2.1.3.2. Angka BOR, ALOS, BTO, dan TOI

Pencapaian kinerja rawat inap dapat dilihat dari angka BOR, ALOS, BTO, dan TOI. Kinerja dari tahun 2015 s.d 2019 menunjukkan perkembangan yang cukup baik, hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 2.7. Angka BOR Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019

TARGET 80 70 70 70 70

CAPAIAN 55,83 63,88 67,6 66,34 75,41

0

50

100

TARGET

CAPAIAN

Grafik 2.7. menggambarkan bahwa BOR belum mencapai target yang ideal, hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah pemakaian tempat tidur yang

tidak efektif, adanya tempat tidur yang rusak, adanya ruangan yang hanya bisa digunakan untuk kasus tertentu misalnya TB MDR, ruang khusus anak, dan lain-lain.

Hal inilah yang memepengaruhi capaian BOR di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Namun pada tahun 2019 capaian BOR sudah mencapai. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah hari perawatan rawat inap dari tahun ke tahun. Sementara jumlah tempat tidur dari tahun ke tahun belum banyak mengalami penambahan. Tahun 2015 jumlah TT sebanyak 162, tahun 2016 dan 2017 sebanyak 170, tahun 2018 dan tahun 2019 sebanyak 186 TT.

Grafik 2.8. Angka ALOS Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 6 6 6 6 6 LOS 4,92 5 5 5 5 0 1 2 3 4 5 6 7 TARGET LOS

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

14

Grafik 2.8. menggambarkan bahwa ALOS menunjukkan capaian yang baik/masih dalam kisaran karena target ideal ALOS adalah 4 – 6. Hal ini disebabkan dalam pelayanan RS Paru dr. Ario Wirawan berpatokan pada standar, yaitu Clinical Pathway yang telah ditetapkan dan dipatuhi.

Grafik 2.9. Angka BTO Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 6 6 6 6 6 CAPAIAN 3,48 3,8 4 4 4,6 0 1 2 3 4 5 6 7 TARGET

Grafik 2.9. BTO menunjukkan angka belum mencapai target, perlu dipelajari hal-hal yang menyebabkan belum tercapainya target, sehingga di masa yang akan datang bisa mencapai target.

Grafik 2.10. Angka TOI Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 3 3 3 3 3 CAPAIAN 4 3 2 3 2

3 3 3 3 3

4

3

2 3 2

0 0,51 1,52 2,53 3,54 4,5 TARGET

Grafik 2.10. menggambarkan bahwa capian TOI menunjukkan fluktuatif dan pada 4 tahun terakhir mencapai target atau dalam kisaran karena TOI ideal adalah 1-3 hari .

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

15

Grafik 2.11. Angka Kejadian Phlebitis

2015 2016 2017 2018 2019 Target 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Capaian 0,83 0,37 0 0 0 0 0,2 0,4 0,6 0,81 1,2 1,4 1,6

Grafik 2.11. menggambarkan bahwa angka phlebitis telah mencapai target, hal ini disebabkan dalam pelaksanaan tindakan pemasangan infus selalu mengedepankan teknik septik dan aseptik. Tindakan ini perlu dipertahankan sambil tetap meningkatkan kinerja untuk pencapaian yang lebih baik.

2.2.1.4. Pelayanan Penunjang

Kinerja pelayanan penunjang yang dicapai oleh masing-masing Instalasi penunjang, yaitu Instalasi Farmasi, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Rehabilitasi Medik, dan Pelayanan Tindakan Medik dapat dilihat pada tabel berikut ini: Grafik 2.12. Jumlah Pelayanan Resep Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 350.407 325.000 330.000 370.000 420.000 CAPAIAN 276.498 295.507 360.541 400.993 451.105 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000

Grafik 2.12. menggambarkan jumlah pelayanan resep tahun 2015 dan tahun 2016 belum mencapai target dikarenakan adanya perubahan sistem Jaminan Kesehatan yang peresepannya mengacu pada Fornas sehingga mempengaruhi pola peresepan dokter. Tahun – tahun berikutnya setelah melalui monitoring dan evaluasi jumlah

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

16

peresepan berhasil melampaui target yang telah ditetapkan dan menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Grafik 2.13. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (standar : ≥ 80% )

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 75 80 80 85 85 CAPAIAN 79,14 78,03 86,21 88,98 89,98 65 70 75 80 85 90 95

Grafik 2.13. menggambarkan tentang kepatuhan penggunaan obat sesuai Formularium Nasioal (Fornas). Tidak tercapainya target kepatuhan penggunaan obat Fornas pada tahun 2016 terjadi karena banyaknya kejadian kekosongan obat e-katalog pada awal diberlakukan aturan e-purchasing pada pengadaan obat-obat Fornas. Tahun selanjutnya kepatuhan penggunaan obat fornas telah melampui target.

Grafik 2.14. Waktu tunggu resep obat jadi di rawat jalan < 30 menit (standar : ≥ 90%)

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 90 92 95 98 100 CAPAIAN 100 87,17 97,37 97,17 74,4 0 20 40 60 80 100 120

Grafik 2.14. menggambarkan persentase resep obat jadi rawat jalan yang dilayani < 30 menit. Pada tahun 2016, 2018, dan 2019 target jumlah persentase resep obat jadi yang dilayani < 30 menit kurang dari target yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi capaian antara lain adalah ketersediaan SDM, Sarpras, ketersediaan obat, dan sistem kerja yang efektif. Perlunya pengkajian ulang dan perbaikan pada faktor- faktor tersebut agar mendukung pencapaian target.

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

17

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 13.315 13.315 9.872 10.500 11.700 CAPAIAN 8.585 9.662 10.059 11.025 13.462 0 5.000 10.000 15.000

Grafik 2.15. menggambarkan bahwa capaian kinerja Instalasi Radiologi terjadi kenaikan secara fluktuatif dari tahun ketahun walaupun pada tahun 2015 dan 2016 belum mencapai target. Hal ini terjadi karena RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga selalu melakukan monitoring dan evaluasi dalam penentuan target capaian kinerja serta perbaikan – perbaikan pelayanan, sehingga bisa mempengaruhi capaian kinerja di Radiologi pada tahun 2017, 2018, dan 2019.

Grafik 2.16. Jumlah Pemeriksaan Laboratorium

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 103637 103637 114000 114000 114200 CAPAIAN 85343 92369 95624 100793 138342 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 TARGET CAPAIAN

Grafik 2.16. menggambarkan tahun 2015, pencapaian target jumlah pemeriksaan laboratorium tidak tercapai, tetapi terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan setiap tahun. Pada tahun 2019 jumlah pemeriksaan tercapai bahkan melewati target yaitu sebanyak 138.342 pemeriksaan dari target 114.200. Hal ini disebabkan karena:

1. Pada tahun 2019 terjadi peningkatan jumlah pasien

2. Penambahan alat baru yaitu alat imunoserologi di laboratorium rumah sakit paru sehingga pemeriksaan yang sebelumnya dirujuk keluar bisa dilakukan di laboratorium rumah sakit paru

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

18

Grafik 2.17. Error Rate Laboratorium TB < 5% ( standar ≥ 95)

2015 2016 2017 2018 2019 Target 90 90 90 90 90 Capaian 95 98,48 100 100 100 85 90 95 100 105 Target Capaian

Grafik 2.17. menggambarkan pencapaian error rate terhadap pemeriksaan TB selalu mencapai target. Hal ini dimungkinkan karena pembuatan preparat sediaan dilakukan oleh tenaga analis yang memang kompeten di bidangnya dengan mekanisme pengawasan terhadap pembuatan sediaan.

Grafik 2.18. Pelayanan Rehabilitasi Medik

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 9726 9726 10948 11000 15400 CAPAIAN 10110 9836 12252 16078 14603 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 TARGET CAPAIAN

Grafik 2.18. menggambarkan bahwa capaian pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik secara fluktuatif mengalami kenaikan secara terus menerus dari target yang di tentukan, walaupun pada tahun 2019 belum mencapai target. Hal ini disebabkan pada tahun 2015 - 2018 belum ada pembatasan kunjungan atau pemilihan faskes rujukan pada pasien BPJS. Pada tahun 2018 pasien BPJS dapat berkunjung ke Instalasi Rehabisitasi medik, khususnya unit Fisioterapi sebanyak 3 kali kunjungan per minggu, dengan kunjungan maksimal 12 kali per bulan. Peraturan tersebut diubah menjadi 8 kali kunjungan per bulan pada pertengahan 2018. Sedangkan pada tahun 2019 target belum

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

19

tercapai karena pasien BPJS tidak dapat memilih faskes sesuai keinginan pasien, akan tetapi harus sesuai rujukan berjenjang yaitu dimulai dari RS tipe C.

Grafik 2.19. Tindakan Bedah

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 125 460 610 750 900 CAPAIAN 115 489 718 731 778 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 TARGET CAPAIAN

Sesuai data tindakan bedah di Instalasi Bedah Sentral, mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 capaian tindakan yang dilakukan di ruang operasi mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 325% hal ini terjadi karena terdapat 2 dokter spesialis bedah yang berpraktik secara bersamaan. Pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 46,8%. Tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 1,8% dan tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami peningkatan 6,4 %. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah :

1. Dokter bedah RSPAW melanjutkan pendidikan dokter Sub Spesialis, dan digantikan dokter bedah Mitra dengan jam praktik yang terbatas

2. Diberlakukannya sistem rujukan berjenjang bagi pasien BPJS, sehingga berpengaruh terhadap kunjungan pasien bedah.

Grafik 2.20. Tindakan Medik Non Operatif

2015 2016 2017 2018 2019 TARGET 9500 9500 11000 11000 11800 CAPAIAN 7723 9517 10438 12070 13095 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 TARGET CAPAIAN

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

20

Sesuai data tindakan medik non operatif di pelayanan medik, mulai tahun 2015 sampai tahun 2017 target tindakan medik non operatif tercapai, sedangkan tahun 2018 dan tahun 2019 tidak tercapai dikarenakan kebijakan dari BPJS yang menerapkan rujukan berjenjang, yang dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke RS kelas C, sedangkan RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga adalah RS kelas A.

Grafik 2.21. Waktu Pengembalian Rekam Medik

2015 2016 2017 2018 2019 Target 35 40 45 50 55 Capaian 70,68 84,5 88,22 92 92,7 0 20 40 60 80 100 Standar : > 80% Target Capaian

Grafik 2.21. menggambarkan bahwa capaian kinerja rekam medis dengan indikator waktu pengembalian rekam medik 1x24 jam terjadi kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini karena adanya monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan yang meliputi evaluasi target, evaluasi SDM, dan sarpras.

Jika dilihat dari target, penentuan target yang rendah. Untuk SDM adanya penambahan SDM di Instalasi rekam medik serta perbaikan Sarpas.

2.2.1.5. Capaian Kunjungan Berdasarkan Asal Daerah

Capaian kunjungan berdasarkan asal daerah di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, kunjungan pasien rawat inap tertinggi berasal dari Kabupaten Semarang, Salatiga, dan Grobogan. Adapun kunjungan pasien rawat jalan tertinggi berasal dari Salatiga, Kabupaten Semarang, dan Grobogan. Secara lebih terinci dapat dilihat pada tabel di sebagai berikut :

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

21

Tabel 2.1. Distribusi Kunjungan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Berdasarkan Asal Daerah, Tahun 2019

10 Besar Asal Daerah Pasien Rawat Inap Januari - Oktober 2019

NO ASAL DAERAH JUMLAH

1 Kab. Semarang 3158 2 Salatiga 2862 3 Kab. Grobogan 594 4 Kab. Boyolali 471 5 Kab. Magelang 447 6 Kab. Demak 171 7 Kab. Kendal 133 8 Kota Semarang 127 9 Kab. Temanggung 32 10 Kab. Jepara 29

10 Besar Asal Daerah Pasien Rawat Jalan Januari - Oktober 2019

NO ASAL DAERAH JUMLAH

1 Salatiga 10179 2 Kab. Semarang 9559 3 Kab. Grobogan 2651 4 Kab. Boyolali 2067 5 Kab. Magelang 1485 6 Kab. Demak 829 7 Kab. Kendal 543 8 Kota Semarang 515 9 Kab. Jepara 373 10 Kab. Purworejo 155

Pada Tabel 2.1. menggambarkan Kunjungan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga berdasarkan Asal Daerah Pasien Rawat Inap Tahun 2019, Kab. Semarang menduduki peringkat teratas, diikuti Kota Salatiga, Kab. Grobogan, Kab. Boyolali, dan seterusnya.

Namun ada perbedaan dengan angka kunjungan pasien rawat jalan, yaitu Kota Salatiga berada di urutan teratas, disusul Kab. Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Boyolali, dan seterusnya.

RSB RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Peride 2020 s.d. 2024

22

Grafik 2.22. Kunjungan Pasien Rawat Inap Asal Jateng dan Luar Jateng

RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga Tahun 2015 s.d. Tahun 2019

2015 2016 2017 2018 2019

ASAL DAERAH JATENG 6654 7741 7907 8205 9950

PASIEN DARI LUAR JATENG 102 120 150 166 294

JUMLAH RAWAT INAP 6756 7861 8057 8371 10244

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

ASAL DAERAH JATENG PASIEN DARI LUAR JATENG

2.2.1.6. Sepuluh Besar Diagnosa

Sepuluh (10) besar diagnosa penyakit di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga secara terinci dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Dokumen terkait