• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN

6. KINERJA INDUSTRI PRODUK TURUNAN MINYAK SAWIT

Industri Produk Turunan Sawit Dunia

Industri Refinery / Minyak Goreng

Sekitar seperempat dari minyak sawit yang diproduksi oleh setiap Negara digunakan di dalam negeri dan sisanya diekspor. Asia, Uni Eropa dan Afrika merupakan Negara importir utama minyak sawit. Beberapa industri

refinery/minyak goreng sawit yang penting di dunia berada di Amerika Serikat, Belanda, Bergia, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Pemain utama dari industri refinery di Amerika Serikat adalah California Oils Corporation dan Fuji Vegetable Oil Inc. Pemain utama dari industri refinery di Indonesia adalah PT Astra Agro Lestari Tbk., PT Indofood Sukses Makmur Tbk., PT Musim Mas dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatera Indonesia Tbk. Industri refinery di Malaysia ada 16 perusahaan sedangkan Singapura dan Thailand memiliki industri refinery masing- masing 2 dan 1 perusahaan seperti yang terlihat pada Lampiran 1.

Fatty Acid

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kapasitas produksi

Fatty Acid di kawasan Asia Tenggara. Produsen-produsen di kawasan ini

membentuk usaha patungan dengan perusahaan-perusahaan besar fatty acid di AS,

Eropa dan Jepang, yang kemudian produksinya diekspor kembali ke perusahaan- perusahan induk tersebut, sehingga pada akhirnya banyak perusahaan induk tersebut di AS, Eropa dan Jepang mengalihkan produksinya ke kawasan Asia Tenggara dikarenakan biaya produksi secara keseluruhan ternyata menjadi lebih rendah. Beberapa produsen fatty acid dunia disajikan pada Lampiran 2.

Fatty Alcohol

Selama sepuluh tahun terakhir, pasar global fatty alcohol tumbuh rata-rata 4.0 persen per tahun. Konsumsi meningkat terutama di kawasan di mana ketersediaan fatty alcohol meningkat, sebagai akibat dari peningkatan kapasitas dan fasilitas produksi yang baru. Cina, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dan

Asia merupakan pasar fatty alcohol potensial. Pada tahun 2009 Amerika Utara

menyumbang 27 persen dari permintaan fatty alcohol global sedangkan Eropa

Barat menyumbang 35 persen dari permintaan fatty alcohol global selama periode waktu yang sama. Diharapkan pertumbuhan permintaan di negara-negara seperti Brazil, Rusia, India dan Cina akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya, sedangkan produksi diperkirakan akan bergeser lebih jauh ke Cina dan Asia Tenggara sejalan dengan peningkatan pertumbuhan regional.

Produsen fatty alcohol yang merupakan pesaing terkemuka untuk produk

fatty alcohol sintetis (berbasis petrokimia) adalah Shell Chemicals dari Belanda,

Sasol dari Afrika Selatan dan BASF Jerman. Sedangkan produsen fatty alcohol

alami (oleochemical based), adalah Cognis (Jerman), Kao Corporation (Jepang),

Liaoning HuaXing (Cina), Ecogreen Oleochemicals (Indonesia) dan Procter &

Gamble (Amerika Serikat). Pada Lampiran 3 berikut disajikan produsen fatty

Biodiesel

Industri biodiesel dalam berapa tahun terakhir telah mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan meningkatnya konsumsi energi dunia dan keterbatasan ketersediaan minyak bumi. Produksi dan konsumsi konsumsi biodiesel dunia tumbuh rata-rata lebih dari 50 persen per tahun selama periode 2002 sampai 2010.

Perkembangan industri biodiesel dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pergeseran dominasi global. Sekitar lima tahun yang lalu, Eropa adalah pemain dominan dalam industri biodiesel, lebih dari 83 persen dari kapasitas terpasang dunia dan 93 persen dari produksi dan konsumsi dunia biodiesel. Amerika Utara dan Asia kemudian mulai mengembangkan industri biodiesel mereka sendiri.

Produsen biodiesel di dunia tersebar diberbagai belahan dunia. Produsen biodiesel didominasi oleh perusahaan dari Amerika Serikat. Pada Lampiran 4 disajikan produsen biodiesel dunia berbahan baku minyak nabati.

Glycerin

Sejak tahun 2007, Asia merupakan produsen dan konsumen glycerin

murni terbesar di dunia, dimana produksi dan konsumsinya mencapai 44 persen dan 35 persen dari produksi dunia dan konsumsi dunia. Eropa Barat merupakan

produsen dan konsumen terbesar kedua glycerin murni dengan tingkat produksi

dan konsumsi mencapai 35 persen dan 28 persen dari produksi dunia. Amerika

Utara adalah pasar terbesar ketiga glycerin murni. Ketiga wilayah tersebut

menyumbang hampir 91 persen dari produksi dunia dan 82 persen dari konsumsi dunia. Diperkirakan pada tahun-tahun kedepan akan terjadi peningkatan pertumbuhan konsumsi di Amerika Serikat, China dan Thailand serta pertumbuhan yang signifikan di Eropa Barat. Hal ini terutama disebabkan meningkatnya permintaan glycerin dalam bentuk turunan produk baru, seperti

epiklorohidrin, syngas dan propilen glikol. Kebutuhan dunia untuk glycerin

disuplai oleh produsen yang tersebar diberbagai belahan dunia. Pada Lampiran 5

disajikan beberapa produsen glycerin berbahan baku minyak nabati yang ada di

dunia.

Perdagangan Dunia Industri Turunan Minyak Sawit

Ekspor Indonesia

Ekspor RBD Olein selama tahun 2006 sampai tahun 2010 mengalami kecenderungan meningkat dengan perkembangan rata–rata sebesar 10.7 persen per tahun. Volume ekspor yang cukup besar dan peningkatan ekspor ini menunjukkan peluang pasar luar negeri yang cukup besar. Perkembangan ekspor RBD Olein Indonesia tahun 2006 – 2010 disajikan pada Tabel 18.

Pada tahun 2006 volume ekspor RBD Olein Indonesia sebesar 2.6 juta ton dengan nilai ekspor USD 1788 juta dan mengalami kenaikan sebesar 42.43 persen pada tahun 2010 dengan nilai ekspor menjadi USD 3231 juta. Dari tahun 2006 ekspor RBD Olein mengalami tren kenaikan setiap tahunnya, namun pada tahun 2010 volume ekspornya mengalami penurunan sebesar 9.35 persen dibandingkan tahun 2009.

Tabel 18. Perkembangan Ekspor RBD Olein Indonesia Tahun 2006 – 2010

Tahun Ekspor (Ton) Perkembangan (%) Nilai (USD)

2006 2 614 239 1 788 516 749 2007 3 692 092 41.23 2 525 922 205 2008 3 831 411 3.77 3 600 652 156 2009 4 107 638 7.21 2 769 650 039 2010 3 723 508 -9.35 3 231 401 190

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011

RBD Stearin merupakan bahan baku industri margarin, shortening, CBS,

vegetable ghee dan produk pangan lainnya. Volume ekspor stearin cukup besar mencapai 1.4 juta ton pada tahun 2010. Besarnya volume ekspor RBD Stearin ini menunjukkan peluang pasar yang cukup besar di pasar luar negeri. Ekspor RBD stearin selama tahun 2006 sampai 2010 berfluktuasi, namun mempunyai kecenderungan naik rata-rata sebesar 3.34 persen per tahun. Perkembangan ekspor RBD Stearin Indonesia tahun 2006 sampai 2010 disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Ekspor RBD Stearin Indonesia Tahun 2006-2010

Tahun Ekspor (Ton) Perkembangan (%) Nilai (USD)

2006 1 389438 399 158 054 2007 936 135 -32.62 592 398 419 2008 1 121 388 19.79 882 484 586 2009 1 554 304 38.61 862 043 049 2010 1 361 530 -12.40 1 115 880 438

Sumber: Kementerian Perindustrian, 2011

Indonesia merupakan negara pengeskpor fatty acid. Perkembangan ekspor

dan impor fatty acid Indonesia disajikan pada Tabel 20. Selama tahun 2003

sampai dengan tahun 2010 ekspor fattty acid meningkat 15.23 persen per tahun.

Negara tujuan ekspor fatty acid di kawasan Asia adalah Jepang, Hongkong, Korea,

Taiwan, China, Thailand dan India. Tujuan ekspor di kawasan Afrika adalah

Kenya, Sudan, Tanzania, Tunisia, dan Morocco, di kawasan Eropa adalah Belanda, Jerman, Spayol dan Swedia dan di kawasan Amerika adalah Meksiko, Brazil dan Kanada. Perilaku ekspor fatty acid dipengaruhi harga bahan bakunya sejalan dengan perilaku produksi fatty acid.

Walaupun di Indonesia telah ada produsen fatty acid, namun impor fatty acid juga terjadi. Impor tersebut diduga dari pengguna fatty acid di dalam negeri

yang menggunakan fatty acid berbahan baku tallowbase untuk mendapatkan

kualitas tertentu pada produk akhir yang berbeda dari fatty acid produksi

Tabel 20. Perkembangan Ekspor dan Impor Fatty Acid Indonesia Tahun 2003 - 2010.

Tahun Ekspor (Ton) Pertumbuhan (%) Impor (Ton) Pertumbuhan (%)

2003 330 208 16 977 2004 452 055 36.90 14 254 -16.04 2005 477 743 5.68 14 065 -1.33 2006 479 410 0.35 18 121 28.84 2007 353 888 -26.18 11 604 -35.96 2008 764 420 116.01 14 346 23.63 2009 735 547 -3.78 17 570 22.47 2010 571 179 -22.35 17 525 -0.26

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011

Sebagian besar produksi fatty alcohol Indonesia di ekspor ke negara lain.

Perkembangan Ekspor fatty alcohol selama tahun 2003 sampai dengan 2010

meningkat sebesar 14.3 persen per tahun. Walaupun di Indonesia telah ada produsen fatty alcohol, namun impor produk ini masih tinggi. Selama 2003 hingga

2010, impor fatty alkohol meningkat cukup tinggi masing-masing rata-rata 11.9

persen per tahun (Tabel 21).Adapun negara tujuan ekspor fatty alcohol antaranya adalah Jepang, India, Singapura, Korea, China, Belanda, Jerman, USA dan Brazil.

Tabel 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Fatty Alcohol Indonesia Tahun 2003 - 2010.

Tahun Ekspor (Ton) Pertumbuhan (%) Impor (Ton) Pertumbuhan (%)

2003 154 360 22 581 2004 90 679 -41.25 34 299 51.89 2005 103 037 13.63 32 364 -5.64 2006 178 275 73.02 38 726 19.66 2007 232 829 30.60 31 454 -18.78 2008 250 605 7.63 25 629 -18.52 2009 299 447 19.49 39 852 55.49 2010 290 768 -0.29 39 446 -1.02

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011

Perkembangan ekspor biodiesel Indonesia cukup tinggi rata-rata selama tahun 2007 sampai 2010 mencapai 166.8 persen. Pada tahun 2013 ekspor biodiesel Indonesia mencapai 605 ribu ton. Impor biodiesel Indonesia mengalami penurunan setiap tahun dengan rata-rata menurun sebesar 10 persen per tahun selama tahun 2007 sampai 2010 (Tabel 22). Penurunan ekspor tersebut sangat dipengaruhi dengan harga produk substitusinya yaitu minyak solar dunia, selain itu adanya peningkatan produksi biodiesel dalam negeri. Pada tahun 2012 terjadi

ekspor biodiesel yang cukup tinggi sebesar 1.3 juta ton. Namun ekspor biodiesel mengalami penurunan pada tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh meningkatkan permintaan biodiesel dalam negeri untuk transportasi sebagai campuran solar (B10). Adapun negara tujuan ekspor biodiesel antaranya adalah Jerman, Belanda, Amerika, Jepang dan Singapura.

Tabel 22. Perkembangan Ekspor dan Impor Biodiesel Indonesia Tahun 2007 - 2013.

Tahun Ekspor (Ton) Pertumbuhan (%) Impor (Ton) Pertumbuhan (%)

2007 65 290 59 113 2008 334 615 412.51 59 131 0.03 2009 309 108 -7.62 35 835 -39.40 2010 604 771 95.65 38 656 7.87 2011 1 230 000 103.38 2012 1 300 000 5.69 2013 800 000 -38.46

Sumber : Kementrian Perindustrian (2011), APROBI (2014)

Selama tahun 2003 sampai dengan 2010 ekspor glycerin meningkat rata-

rata 35.9 persen per tahun (Tabel 23), sedangkan impor glycerin Indonesia rata- rata 45.2 persen per tahun. Dalam 8 tahun (2003 sampai 2010) terjadi peningkatan

ekspor Glycerin Indonesia sebesar 595 persen. Negara tujuan ekspor glycerol

adalah Jepang, Hongkong, Korea, China, Thailand, India, Afrika Utara, USA, Belanda, Jerman dan Spanyol.

Tabel 23. Perkembangan Ekspor dan Impor glycerin Indonesia Tahun 2003-2010. Tahun Ekspor (Ton) Pertumbuhan (%) Impor (Ton) Pertumbuhan (%)

2003 20 194 1 544 2004 33 834 67.54 683 -55.76 2005 46 495 37.42 1 428 109.12 2006 61 021 31.24 1 548 8.35 2007 68 222 11.80 694 -55.18 2008 57 005 -16.44 2 500 260.46 2009 77 957 36.76 3 883 55.33 2010 140 313 79.99 3 651 -5.99

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2011

Pasar Dunia

Permintaan minyak nabati dunia telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir dan produksi minyak sawit telah berkembang pesat pula untuk memenuhi permintaan itu. Negara produsen terbesar minyak sawit dunia adalah Indonesia, Malaysia, Nigeria, Kolombia dan Papua New Guinea. Sekitar seperempat

dari minyak sawit yang diproduksi digunakan di dalam negeri dan sisanya diekspor. Asia, Uni Eropa dan Afrika merupakan Negara importir utama minyak sawit. Pada tahun 2010 sekitar 52 juta ton produksi minyak sawit dunia diekspor ke berbagai negara, sekitar 17 persen ke India, 13 persen ke China, 13 persen ke Uni Eropa dan

8 persen ke Afrika. Konsumsi minyak dunia dapat dilihat pada Gambar 32. Eskpor

minyak sawit sebagian besar dalam bentuk CPO, namun ada juga dalam bentuk

refined minyak sawit terutama yang digunakan untuk minyak makan.

(Sumber: Oil World; US Department of Agriculture (USDA); Economist Intelligence, 2011)

Gambar 32. Konsumsi minyak sawit dunia tahun 2010

Pada tahun 2009 pasar fatty acid dunia mencapai 7.7 juta ton. Negara

Malaysia merupakan produsen tertinggi fatty acid dengan pangsa sebesar 28.74

persen, diikuti oleh Eropa sebesar 19.56 persen dan China sebesar 16.9 persen. Indonesia berada pada posisi ke empat dengan pangsa sebesar 13.17 persen. Berbasis bahan baku PKO dan stearin dan penguasaan teknologi pengolahan, Indonesia berpotensi menggeser pangsa pasar negara-negara produsen dunia lain. Produksi fatty acid dunia tahun 2009 disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Produksi fatty acid dunia tahun 2009

Negara Produksi (Ribu Ton) Persentase (%)

Malaysia 2 204 28.74 Indonesia 1 010 13.17 Thailand 104.5 1.36 Japan 256 3.34 Korea 45 0.59 India 153 2.00 China 1 296 16.90 Europe 1 500 19.56 USA 1 000 13.04 Australia 100 1.30 Total 7 668.5 100

Sumber : IOI Group, Acidchem International - 7th ICIS World- Oleochemicals Conference

Pada tahun 2009 pasar fatty alcohol dunia mencapai 2 juta ton. Negara

China merupakan produsen tertinggi fatty alcohol dengan pangsa sebesar 38.6

persen, diikuti oleh Malaysia sebesar 23.4 persen dan Indonesia sebesar 18.63 persen. Produksi fatty alcohol dunia tahun 2009 disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Produksi fatty alcohol dunia tahun 2009

Negara Produksi (Ribu Ton) Persentase (%)

Malaysia 471 23.40 Indonesia 375 18.63 Philippines 130 6.46 Thailand 100 4.97 India 160 7.95 China 777 38.60 Total 2 013 100

Sumber : IOI Group, Acidchem International - 7th ICIS World -Oleochemicals Conference, 2010

Kondisi pasar fatty alcohol pada tahun 2009 masih dalam keadaan excess

demand, dimana estimasi permintaan fatty alcohol mencapai 3.2 juta ton,

sedangkan estimasi supply fatty alcohol mencapai 2 juta ton. Artinya masih ada

celah pasar sebesar 1.2 juta ton yang dapat diisi. Supply dan demand fatty alcohol

pada tahun 2005, 2007 dan 2009 disajikan pada Gambar 33.

Sumber : IOI Group, Acidchem International - 7th ICIS World -Oleochemicals Conference, 2010

Gambar 33. Supply dan Demand Fatty Alcohol Dunia

Industri biodiesel dalam berapa tahun terakhir telah mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan meningkatnya konsumsi energi dunia dan keterbatasan ketersediaan minyak bumi. Produksi dan konsumsi

konsumsi biodiesel dunia tumbuh rata-rata lebih dari 50 persen per tahun selama periode 2002-2010.

Perkembangan industri biodiesel dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pergeseran dominasi global. Sekitar lima tahun yang lalu, Eropa adalah pemain dominan dalam industri biodiesel, lebih dari 83 persen dari kapasitas terpasang dunia dan 93 persen dari produksi dan konsumsi dunia biodiesel. Amerika Utara dan Asia kemudian mulai mengembangkan industri biodiesel mereka sendiri. Pada 2007, dominasi Eropa menurun menjadi sekitar 46 persen, Amerika Utara dan Asia menyumbang masing-masing 23 persen dan 19 persen dari kapasitas biodiesel dunia. Gambar 34 berikut menunjukan konsumsi dunia biodiesel.

Sumber : http://www.sriconsulting.com

Gambar 34. Konsumsi biodiesel dunia tahun 2007

Permintaan biodiesel di Asia Pacifik pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 9.1 juta ton. Data ini berdasarkan kebijakan penerapan penggunaan biodiesel di masing-masing negara. Pada Gambar 35 disajikan permintaan biodiesel negara-negara Asia pasific pada tahun 2006 – 2011.

Sumber : http://www.frost.com/

Pada tahun 2010 Eropa mendominasi permintaan biodiesel dunia yaitu sebesar 61 persen dari konsumsi global. Pada tahun yang sama kawasan ini juga mensupplay 50 persen pasokan dunia. Namun, pertumbuhan yang signifikan datang dari Asia Pasifik dan Amerika Latin. Ke dua kawasan ini diproyeksikan akan melampaui Eropa tahun 2020 dan mewakili sekitar 51 persen dari permintaan biodiesel secara global. Pada Gambar 36 disajikan permintaan dan penawaran biodiesel dunia.

Sumber : www.hartenergyconsulting.com

Gambar 36. Permintaan dan Penawaran biodiesel dunia

Pada tahun 2009 pasar glycerin dunia mencapai 1.7 juta ton. Negara Eropa

merupakan produsen tertinggi glycerin dengan pangsa sebesar 42.11 persen,

diikuti oleh negara-negara Asean sebesar 17.97 persen Produksi glycerin dunia tahun 2009 disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Produksi glycerin dunia tahun 2009

Negara Produksi (Ribu Ton) Persentase (%)

US 276 15.50 Europe 750 42.11 China 113 6.34 ASEAN 320 17.97 Japan 42 2.36 India 40 2.25 Latin America 210 11.79 Africa 30 1.68 Total 1 781 100

Sumber : IOI Group, Acidchem International - 7th ICIS World -Oleochemicals Conference, 2010 30000 25000 20000 15000 10000 5000

Kondisi pasar glycerin dunia pada tahun 2009 masih dalam keadaan excess demand, dimana permintaan glycerin mencapai 1810 ribu ton, sedangkan supply

hanya sebesar 1781 ribu ton. Sehingga masih ada celah pasar sebesar 29 ribu ton.

Supply dan demand glycerin pada tahun 2009 disajikan pada Tabel 27 dan secara lebih jelas pada Gambar 49.

Tabel 27. Permintaan dan Penawaran glycerin dunia tahun 2009

Negara Permintaan (Ribu Ton) Penawaran (Ribu Ton) US 377 276 Europe 620 750 China 507 113 ASEAN 91 320 Japan 55 42 India 40 40 Latin America 50 210 Africa 30 30 Middle East 40 0 Total 1 810 1 781

Sumber : Croda Oleochemicals, 2010

Konsumsi

Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng kalapa sawit. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) melaporkan total konsumsi minyak goreng domestik pada 2010 berjumlah 3.24 juta ton. Dengan rata-rata konsumsi perkapita 13.5 kg/tahun dengan asumsi 240 juta jiwa penduduk. Konsumsi minyak goreng dalam negeri diperkirakan naik tipis menjadi 13.6 kg/tahun pada 2011, sehingga total konsumsi minyak goreng (migor) domestik pada 2011 berjumlah 3.26 juta ton. Hal ini diakibatkan masih rendahnya daya beli masyarakat.

Konsumsi minyak makan di negara AS dan Eropa sekitar 55 kg/ kapita/tahun, sedangkan di China dan India sebanyak 20 kg kapita/tahun (USDA, 2013). Jika konsumsi minyak goreng dalam negeri dapat ditingkatkan mencapai 20 kg/tahun, maka total konsumsi minyak goreng domestik akan mencapai 4.8 juta ton. Hal itu akan mudah dicapai jika pendapatan rata-rata penduduk mengalami peningkatan karena minyak goreng termasuk kelompok barang normal.

Konsumen untuk oleokimia dalam bentuk fatty acid adalah produsen

sabun dan detergen, intermediate, plastik, karet, kertas, lubricant, coating,

personal care, makanan dan pakan, lilin dan lain-lain dengan persentase dapat dilhat pada Gambar 37.

Gambar 6.6. Pasar Oleokimia Dalam Bentuk Fatty Acid

Sumber : Croda Oleochemicals, 2010

Gambar 37.Pasar produk fatty acid

Pasar fatty alkohol adalah untuk sabun dan detergen, personal care

product, lubricant, amines dan lain-lain dengan persentase yang disajikan pada

Gambar 38. Lebih dari dua pertiga atau sekitar 80 persen dari jumlah fatty

alcohol yang diproduksi digunakan sebagai bahan baku pembuatan surfaktan.

Karena terbatasnya industri pengolahan fatty alcohol menjadi surfaktan di

Indonesia, maka sebagian besar fatty alcohol yang dihasilkan di ekspor ke pasar global. Lubricant; 6%